10 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka dalam penelitian ini akan mendeskripsikan beberapa teori yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu, pembelajaran matematika, hasil belajar, kemampuan penalaran, kemampuan pemecahan masalah matematis serta metode mind mapping dan model reasoning and problem solving. Penjelasan secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut. 2.1 Pembelajaran Matematika Pembelajaran adalah suatu keadaan yang terjadi dari interaksi yang berlangsung antara berbagai faktor ataupun komponen seperti guru, siswa, kurikulum, metode, sarana dan media serta komponen lainnya yang dibutuhkan (Yasin, 2012). Pengertian pembelajaran menurut Arifin (2013) adalah proses interaksi antara guru dengan siswa, melalui berbagai sumber belajar untuk menciptakan terjadinya tindakan belajar siswa, baik dikelas maupun diluar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak. Sedangkan menurut Hamalik (2013) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari guru dan siswa, meliputi buku, serta fasilitas yang lain seperti ruang kelas dan media pembelajaran yang saling mempengaruhi agar tercapai tujuan pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu interaksi antara guru dan siswa yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar yang bisa dilakukan secara langsung atau tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan berbagai perlengkapan media pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
24
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/40064/3/jiptummpp-gdl-ratnataufa-55598-3-babii.pdflebih mudah mengemukakan pendapat secara bebas, pembagian materi dapat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dalam penelitian ini akan mendeskripsikan beberapa teori
yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu, pembelajaran
matematika, hasil belajar, kemampuan penalaran, kemampuan pemecahan masalah
matematis serta metode mind mapping dan model reasoning and problem solving.
Penjelasan secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut.
2.1 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah suatu keadaan yang terjadi dari interaksi yang
berlangsung antara berbagai faktor ataupun komponen seperti guru, siswa,
kurikulum, metode, sarana dan media serta komponen lainnya yang dibutuhkan
(Yasin, 2012). Pengertian pembelajaran menurut Arifin (2013) adalah proses
interaksi antara guru dengan siswa, melalui berbagai sumber belajar untuk
menciptakan terjadinya tindakan belajar siswa, baik dikelas maupun diluar kelas,
dihadiri guru secara fisik atau tidak. Sedangkan menurut Hamalik (2013)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari guru dan siswa, meliputi
buku, serta fasilitas yang lain seperti ruang kelas dan media pembelajaran yang
saling mempengaruhi agar tercapai tujuan pembelajaran. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu interaksi antara guru dan siswa yang
memungkinkan terjadinya tindakan belajar yang bisa dilakukan secara langsung
atau tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan berbagai perlengkapan
media pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
11
Matematika menurut Johnson dan Rising (Runtukahu & Kandou, 2014)
adalah pengetahuan yang terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif
berdasarkan aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Selain
itu, mereka juga berpendapat bahwa matematika adalah simbol tentang berbagai
gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas
dan akurat. Sedangkan matematika menurut Kline (Runtukahu & Kandou, 2014)
adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi pengetahuan yang dapat
membantu manusia untuk memecahkan permasalahan sehari-hari seperti
permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah bahasa simbol yang terdefinisikan secara sistematik, antara satu
konsep dengan konsep yang lain saling berkaitan berdasarkan aksioma, sifat atau
teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan uraian tentang pengertian pembelajaran dan matematika di atas
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses interaksi
antara guru dan siswa melalui berbagai metode, sarana dan media untuk
membelajarkan terhadap siswa tentang simbol yang terdefinisikan berdasarkan
aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
2.2 Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2013) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setalah menerima suatu ilmu dalam belajarnya. Sedangkan menurut
Suprijono (Thobroni & Mustofa, 2013) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
yang berupa perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,
dan ketrampilan yang ada pada siswa. Sementara Bloom (Sudjana, 2013)
mendefinisikan bahwa hasil belajar mencakup tiga ranah kognitif, afektif, dan
12
psikomotorik. Sedangkan hasil belajar yang tercantum dalam Permendikbud Pasal
6 Tahun 2014 membagi hasil belajar menjadi tiga kompetensi yaitu pengetahuan,
sikap dan ketrampilan.
2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Thobroni dan Mustofa (2013) belajar adalah suatu kegiatan yang
berproses menimbulkan terjadinya perubahan dalam sikap dan kemampuan. ini
berarti, bahwa berhasil atau tidak adanya perubahan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarga. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar
menurut Ula (2013) digolongkan menjadi dua kategori, yaitu: 1) Faktor Internal
meliputi dua aspek yakni aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis
(rohaniah). 2) Faktor Eksternal, meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental.
Lingkungan yang mempengaruhi hasil belajar ada dua macam yakni lingkungan
alami seperti tempat tinggal, sekolah dan lingkungan sosial budaya. Faktor
instrumental dipengaruhi beberapa instrumen yaitu: kurikulum, program
pembelajaran, sarana dan fasilitas serta guru. Dalam hal ini guru sangat
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Hal yang berpengaruh
diantaranya adalah bagaimana pola, strategi dan model pembelajaran yang
digunakan guru, bagaimana sikap, kepribadian dan intelegensinya, bagaimana
kompetensinya serta berbagai hal lainnya. Guru yang berkualitas biasanya memakai
berbagai macam cara atau sumber belajar untuk menjadikan siswanya aktif dalam
pembelajaran dan dapat memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran yang
biasanya berupa soal-soal.
13
Berdasarkan uraian diatas, guru merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar. Maka dari itu guru harus mampu memilih strategi,
metode dan model ataupun pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses
pembelajaran siswa. Pada penggunaan metode atau model pembelajaran, guru tidak
terpaku terhadap salah satu metode atau model saja melainkan dapat
mengkombinasikan beberapa metode atau model ke dalam proses belajar mengajar.
Salah satu metode atau model yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
melaksanakan proses pembelajaran sekaligus dapat melibatkan peran aktif siswa
serta mampu mengembangkan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah
matematis siswa adalah metode mind mapping yang dikombinasikan dengan model
reasoning and problem solving.
2.3 Metode Pembelajaran Mind Mapping
2.3.1 Pengertian Metode Pembelajaran Mind Mapping
Hal penting yang harus diperhatikan oleh guru sebagai seorang pendidik
ketika melakukan proses pembelajaran di kelas adalah memilih metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan, materi, alokasi waktu, serta
sarana dan prasarana yang ada. Metode pembelajaran adalah sebuah perencanaan
dan pelaksanaan tahapan dan langkah-langkah pembelajaran yang tersusun secara
teratur untuk melakukan proses pembelajaran sampai pada evaluasi yang akan
dilaksanakan (Irham & Wiyani, 2013). Menurut Suyono & Hariyanto (2014)
metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-
langkah proses pembelajaran termasuk cara penilaian yang akan dilaksanakan.
14
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran adalah metode pembelajaran mind mapping. Mind mapping
adalah metode mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual yang
menggunakan kata-kata, warna, garis dan gambar sehingga mempermudah siswa
dalam mengingat dan mengolah informasi (Ermiawati, 2014). Mind mapping
merupakan metode pembelajaran yang mempelajari suatu konsep yang didasarkan
pada cara kerja otak manusia menyimpan informasi (Suyatno, 2009).
Metode pembelajaran mind mapping pertama kali ditemukan oleh seorang
ilmuan bernama Tony Buzan. Buzan (2008) berpendapat bahwa mind mapping
adalah suatu cara mencatat informasi-informasi yang diperoleh dengan cara
memetakannya sehingga menjadi informasi yang lebih efektif dan bermakna.
Buzan juga mengatakan bahwa kinerja mind mapping melibatkan kedua sisi otak.
Hal tersebut dikarenakan mind mapping menggunakan gambar, warna dan
imajinasi (wilayah otak kanan) bersama dengan kata-kata, angka, dan logika
(wilayah otak kiri). Mind mapping lebih merangsang secara visual daripada metode
pencatatan tradisional.
Menurut Mufida (2013) mind mapping adalah metode pembelajaran yang
memanfaatkan kerja alami otak kanan dan otak kiri secara seimbang melalui proses
mencatat dan meringkas dengan menggunakan gambar berwarna-warni dan bahasa
yang lebih mudah dimengerti. Sedangkan menurut Hasanah dan Jannah (2013)
mind mapping merupakan metode pembelajaran yang mengembangkan
kemampuan otak kiri dan otak kanan dengan menggambarkan topik yang bersifat
umum kemudian baru ke topik yang bersifat khusus dalam sebuah peta. Mind
mapping adalah metode pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
15
menghubungkan suatu konsep-konsep yang penting dalam mempelajari materi
pelajaran sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik (Mulyanah, 2013).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa mind mapping merupakan metode
pembelajaran dengan teknik mencatat secara visual (gambar, warna, garis, kata-
kata) yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan siswa dengan kegiatan
kreatif menyusun dan menghubungkan ide-ide pokok dari sebuah topik atau konsep
menjadi sebuah peta pikiran yang mudah dimengerti oleh siswa.
2.3.2 Karakteristik Mind Mapping
Mind mapping merupakan suatu metode yang dalam prosesnya menggunakan
gambar-gambar atau simbol-simbol serta berbagai warna. Hal tersebut dapat
melibatkan kerja otak kanan dan kiri akibatnya muncul sebuah emosi, kesenangan,
dan kreativitas seseorang. Kebanyakan siswa cenderung lebih mudah belajar secara
visual dan lebih mudah mengingat tentang apa yang telah dilihat. Pembelajaran di
sekolah akan menjadi lebih menarik perhatian siswa jika dilengkapi dengan
gambar-gambar, simbol- simbol, ataupun ilustrasi lainnya seperti pada pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan metode mind mapping. Oleh karena itu, dalam
metode mind mapping terdapat beberapa karakteristik. Swadarma (Nurbaiti, 2016)
menyatakan bahwa terdapat tujuh karakteristik pokok dari mind mapping.
Karakteristik tersebut meliputi: 1) Kertas, menggunakan kertas putih polos
berorientasi horizontal. 2) Warna, menggunakan spidol warna-warni dengan jumlah
warna sekitar 2-7 warna, sehingga di setiap cabang berbeda warna. 3) Garis,
menggunakan garis lengkung yang bentuknya mengecil dari pangkal. 4) Huruf,
pada cabang utama yang dimulai dari gambar utama menggunakan huruf kapital,
16
sedangkan pada cabang menggunakan huruf kecil. Posisi antara garis dan huruf
sama panjang. 5) Keyword, menggunakan kata kunci yang dapat mewakili pesan
yang ingin disampaikan. 6) Key Image, menggunakan kata bergambar yang
memudahkan untuk mengingat. 7) Struktur, tema besar di tempatkan di tengah
kertas kemudian beri garis memencar ke segala arah untuk sub tema dan keterangan
lainnya.
2.3.3 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Mind Mapping
Menurut Suyatno (2009), langkah-langah dalam pembelajaran dengan
metode mind mapping adalah sebagai berikut :
1) Pendahuluan
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai pada pembelajaran
kemudian guru membentuk kelempok heterogen.
2) Penyampaian konsep
Guru mengemukakan konsep materi atau permasalahan yang akan ditanggapi
oleh siswa.
3) Diskusi kelompok
Setiap kelompok mencatat alternatif jawaban dari hasil diskusi, kemudian siswa
membuat mind mapping mengenai konsep dari materi yang telah mereka
peroleh. Tiap kelompok mencatat hasil diskusi yang benar dan guru mencatat di
papan.
4) Kesimpulan
Siswa diminta untuk membuat kesimpulan, setelah itu guru mengarahkan pada
kesimpulan yang benar.
17
Sedangkan, menurut Pendley, Bretz, & Novak (1996) tahap-tahap
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode mind mapping adalah
sebagai berikut :
1) Pendahuluan
Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari. Siswa mempelajari konsep tentang materi pelajaran yang
akan dipelajari.
2) Diskusi kelompok
Setelah siswa memahami, guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa
kelompok sesuai dengan tempat duduk yang berdekatan kemudian menyusun
peta pikiran.
3) Penyampaian hasil diskusi
Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil peta pikiran
dengan mencatat atau menuliskan dipapan tulis. Dari hasil presentasi yang
ditulis oleh siswa di papan tulis, guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan.
4) Penutup
Guru memberikan soal latihan tentang materi yang telah dipelajari kepada siswa
yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui pemahaman konsep dan
kemampuan akademis siswa.
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping
Semua metode yang digunakan dalam mengajar tidak ada yang dapat
dikatakan sempurna, karena setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Metode pembelajaran mind mapping pun mempunyai kelebihan
18
dan kekurangan (Sugiarto, 2004). Kelebihan metode pembelajaran mind mapping
lebih mudah mengemukakan pendapat secara bebas, pembagian materi dapat lebih
fokus pada inti materi dan sangat memungkinkan menambahkan informasi baru.
Pencarian materi yang lebih mudah dan padat karena mind mapping dibuat dalam
satu lembar kertas. Penambahan warna, simbol dan garis melengkung membuat
otak lebih responsif dalam memasukkan dan mengambil kembali informasi.
Melihat mind mapping yang sederhana sehingga pengkajian informasi menjadi
lebih cepat. Dengan beberapa kelebihan tersebut diharapkan pembelajaran yang
menggunakan metode mind mapping akan memberikan dampak yang maksimal
pada hasil belajar siswa.
Akan tetapi selain memiliki kelebihan, metode pembelajaran mind mapping
juga mempunyai kelemahan. Melihat cara belajar dan keaktifan siswa, mind
mapping hanya memungkinkan terjadi jika siswa tersebut aktif sehingga lebih
mudah berkreasi dalam mind mapping. Disisi lain guru akan kewalahan dalam
memeriksa mind mapping karena setiap siswa membuat mind mapping berbeda-
beda sesuai dengan kreativitas dan tingkat pemahamannya (Brinkmann, 2003).
Adapun antisipasi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kelemahan
pada metode pembelajaran mind mapping yaitu menunjuk beberapa siswa yang
tidak aktif dalam pembelajaran dan mengajarinya agar mudah berkreasi dalam
membuat mind mapping. Kemudian guru mengelompokkan kriteria-kriteria pada
pembuatan mind mapping untuk memudahkan dalam penilaian.
19
2.4 Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving
2.4.1 Definisi Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving
Agar metode mind mapping berjalan dengan baik perlu adanya inovasi
dengan cara memadukan dengan metode atau pendekatan pembelajaran atu model
pembelajaran lainnya. Saat ini telah banyak dikembangkan model pembelajaran
yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah pada siswa, salah
satunya yaitu model pembelajaran reasoning and problem solving. Model
pembelajaran reasoning and problem solving merupakan model pembelajaran yang
menggabungkan antara reasoning dan problem solving (Pratiwi et al., 2014).
Reasoning merupakan bagian berpikir yang meliputi: basic thinking, critical
thinking, dan creative thinking (Santyasa, 2007). Kemampuan yang termasuk basic
thinking adalah kemampuan memahami suatu konsep-konsep; kemampuan critical
thinking adalah mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, mengingat dan
mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang
rasional, menarik kesimpulan, dan melakukan analisis serta refleksi dan
kemampuan creative thinking adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan
kompleks (Purwanta, Asri, & Putra, 2014). Kemampuan problem solving atau
pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning atau
penalaran.
Menurut Septiani (2012) model pembelajaran reasoning and problem solving
adalah suatu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivistik yang tidak
hanya menampilkan kemampuan bagaimana proses-proses berpikir spesifik, tetapi
juga termasuk apa yang harus dilakukan ketika masalah tidak terpecahkan,
20
keterampilan belajar, berpikir secara rasional, pemecahan masalah dan strategi
pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Purwanta dkk. (2014) model
pembelajaran reasoning and problem solving merupakan suatu alternatif
pembelajaran yang konstruktif, dalam suatu pembelajaran yang konstruktif
diperlukan kemampuan reasoning (penalaran) dan problem solving (pemecahan
masalah) yang merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki siswa untuk
memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran. Menurut Suarsini dkk. (2013)
model pembelajaran reasoning and problem solving merupakan suatu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi
berpikir dalam aktivitas- aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
dalam konteks kehidupan nyata.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran reasoning and problem solving merupakan model pembelajaran yang
menggabungkan reasoning dan problem solving dimana kemampuan penalaran
dibutuhkan dalam proses siswa memecahkan suatu masalah.
2.4.2 Karakteristik Reasoning and Problem Solving
Model pembelajaran reasoning and problem solving adalah alternatif model
pembelajaran inovatif yang dikembangkan berlandaskan paham konstruktivistik.
Rasionalnya, bahwa kemampuan reasoning and problem solving merupakan
keterampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika mereka meninggalkan kelas
untuk memasuki dan melakukan aktivitas di dunia nyata (Santyasa, 2007). Model
pembelajaran ini didasarkan pada aktivitas reasoning dan problem solving, dimana
pada proses pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui penalaran. Esensi dari
21
model pembelajaran ini adalah adanya orientasi pembelajaran dari semula berpusat
pada guru menjadi berpusat pada peserta didik. Model pembelajaran ini
memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir peserta didik dalam aktivitas-
aktivitas pemahaman konsep dan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
dalam konteks kehidupan dunia nyata yang kompleks, sehingga dapat