BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Pada bab ini dibahas kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan model penelitian. Keempat hal tersebut dipaparkan sebagai berikut. 2.1 Kajian Pustaka Tujuan kajian pustaka adalah untuk mengetahui kualitas penelitian sebelumnya serta mengetahui hal-hal menarik terkait dengan penelitian ini sehingga terdapat perbedaan dan kebaruan dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini diacu penelitian sebelumnya yang dilakukan beberapa ahli yang berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) untuk meningkatkan kemampuan menulis recount text. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yaitu sebagai berikut. Pertama, penelitian yang dilaksanakan oleh Widiadnya (2013) dalam tesisnya yang berjudul “Penerapan Metode Presentation, Practice, and Production dalam Pembelajaran Menulis Peserta didik Kelas VII SMP Angkasa Kuta Tahun Pelajaran 2012/2013’. Dari hasil penelitian tersebut ditunjukkan bahwa nilai rata-rata tes akhir sebelum penerapan metode PPP (presentation, practice, and production) dikategorikan buruk, yaitu berkisar pada nilai 60. Setelah menerapkan metode PPP (presentation, practice, and production) pada siklus II, nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan menjadi 77 yang 11
31
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · and production) untuk meningkatkan kemampuan menulis recount text. Adapun ... memahami cerita. Biasanya ada penjelasan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL
PENELITIAN
Pada bab ini dibahas kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan model
penelitian. Keempat hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.
2.1 Kajian Pustaka
Tujuan kajian pustaka adalah untuk mengetahui kualitas penelitian
sebelumnya serta mengetahui hal-hal menarik terkait dengan penelitian ini
sehingga terdapat perbedaan dan kebaruan dengan penelitian sebelumnya. Dalam
penelitian ini diacu penelitian sebelumnya yang dilakukan beberapa ahli yang
berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice,
and production) untuk meningkatkan kemampuan menulis recount text. Adapun
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yaitu sebagai berikut.
Pertama, penelitian yang dilaksanakan oleh Widiadnya (2013) dalam
tesisnya yang berjudul “Penerapan Metode Presentation, Practice, and
Production dalam Pembelajaran Menulis Peserta didik Kelas VII SMP Angkasa
Kuta Tahun Pelajaran 2012/2013’. Dari hasil penelitian tersebut ditunjukkan
bahwa nilai rata-rata tes akhir sebelum penerapan metode PPP (presentation,
practice, and production) dikategorikan buruk, yaitu berkisar pada nilai 60.
Setelah menerapkan metode PPP (presentation, practice, and production) pada
siklus II, nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan menjadi 77 yang
11
12
dikategorikan baik. Selanjutnya, pada siklus III nilai rata-rata peserta didik terus
meningkat menjadi 81. Nilai tersebut masih termasuk dalam kategori baik.
Peningkatan ini terjadi karena motivasi belajar peserta didik setelah melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan metode PPP (presentation, practice, and
production) sangat antusias. Kelebihan penelitian ini adalah digunakannya metode
yang jelas dalam merumuskan setiap data yang dianalisis dan memberikan
tahapan yang berbeda sehingga hasil belajar dapat dianalisis dengan baik.
Kekurangan penelitian ini adalah tidak dicantumkannya berapa rentangan nilai
pada data-data yang digunakan pada setiap siklus. Dengan demikian, data yang
dicantumkan tersebut tidak dapat memberikan kejelasan bagi pembaca untuk
memahami rentangan nilai maksimal atau minimal yang menjadi dasar acuan
peneliti dalam memberikan skor atau nilai. Relevansinya dengan penelitian ini
adalah (1) sama-sama melihat peningkatan hasil belajar peserta didik dalam aspek
menulis sebuah teks, (2) sama-sama mengujicobakan metode belajar yang sama,
yaitu penerapan metode PPP (presentation, practice, and production) dalam
keterampilan menulis. Namun, penelitian tersebut juga memiliki perbedaan
dengan penelitian yang dilaksanakan ini. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya, aspek yang dianalisis adalah kemampuan peserta didik
dalam menulis descriptive text, sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini
menganalisis kemampuan peserta didik dalam menulis recount text.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Milati (2011) dengan judul tesis
“Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat Passive Simple Present Tense
Peserta Didik SMPN 1 Tegallalang dengan Pendekatan Chain and Card Game”.
13
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang terdiri
atas empat tahapan dalam setiap siklus yang diterapkan. Kelebihan penelitian
Milati adalah hasil analisis data kuantitatif yang digunakan menunjukkan bahwa
pendekatan chain and card game dapat meningkatkan kemampuan menulis
kalimat passive simple present tense pada peserta didik di SMPN 1 Tegallalang.
Sebaliknya, kekurangannya adalah pendekatan chain and card game yang
digunakan tidak dijelaskan secara terperinci sehingga menyulitkan pembaca untuk
mengerti metode-metode dalam permainan kartu tersebut. Relevansinya dengan
penelitian yang dilakukan adalah mengkaji peningkatan kemampuan menulis
dalam bahasa Inggris. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah penelitian sebelumnya menggunakan kalimat passive simple present tense
dan pendekatan chain and card game, sedangkan penelitian ini menganalisis
penggunaan kalimat simple past tense dalam membuat recount text dengan
menerapkan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production).
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2013) dengan tesis yang
berjudul “Kemampuan Menulis Recount Text dengan Menggunakan Metode
Picture Series pada Kelas VIII di SMP Angkasa Kuta Badung.” Penelitian yang
dilaksanakan ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas empat
tahapan dalam setiap siklus. Penelitian ini menggunakan tiga siklus. Dari hasil
data kuantitatif dapat dilihat bahwa penerapan metode picture series dapat
meningkatkan kemampuan menulis peserta didik, khususnya dalam menulis
recount text. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi tes dan observasi, sebelum
metode picture series diterapkan nilai peserta didik hanya mencapai 70,22 yang
14
diindikasikan bahwa nilai tersebut termasuk dalam kategori kurang dan di bawah
KKM. Namun, setelah diterapkan metode picture series pada siklus I, II, dan III
terjadi peningkatan nilai peserta didik mencapai 79,54 dengan kategori baik.
Kelebihan penelitian ini adalah peneliti memaparkan langkah-langkah penerapan
metode picture series dengan jelas sehingga pembaca dapat memahami maksud
penulis. Kekurangan penelitian ini adalah peneliti tidak menggunakan metode
penskoran yang jelas untuk menganalisis karangan, sehingga pada analisis data
kuantitatif peneliti hanya mencari nilai rata-rata dari setiap siklus. Relevansi
penelitian Pertiwi dengan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan menulis
peserta didik dalam jenis karangan recount. Perbedaan penelitian Pertiwi dengan
penelitian ini adalah penelitian sebelumnya menggunakan metode picture series,
sedangkan penelitian ini menerapkan metode pembelajaran PPP (presentation,
practice, and production).
Keempat, sebuah artikel jurnal penelitian yang dilakukan oleh D.
Manurung (2013) yang berjudul “Improving the Students’ Achievement in Writing
Recount Text by Using Transitions-Action-Details (TAD) Strategy”. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Tiap-tiap
siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data
kuantitatif didapatkan melalui tes tulis dan data kualitatif diperoleh dari observasi,
wawancara, dan catatan harian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis recount text.
Sebelum menerapkan strategi TAD (transitions-action-details), nilai peserta didik
15
hanya mencapai 44, 33. Namun, setelah diterapkannya strategi TAD (transitions-
action-details), nilai peserta didik meningkat menjadi 61, 13 pada siklus I, dan
mencapai 82,66 pada akhir siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
strategi TAD (transitions-action-details) mampu meningkatkan hasil belajar
peserta didik dalam menulis recount text. Relevansi penelitian tersebut dengan
penelitian yang dilakukan ini adalah melakukan penelitian tindakan kelas. Namun,
perbedaan dengan penelitian tersebut adalah menggunakan metode pembelajaran
PPP (presentation, practice, and production) dalam menganalisis kemampuan
menulis recount text.
Kelima, sebuah e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha (Volume 3 Tahun 2013) yang ditulis oleh Sutarmi dkk dengan judul
“Pengaruh Pembelajaran Scaffolding terhadap Keterampilan Menulis Teks
Recount Berbahasa Inggris dan Kreativitas Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 3
Manggis”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan
rancangan the posttest only nonequivalent control group design. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan menulis
recount text dan kreativitas antara peserta didik yang belajar dengan pembelajaran
scaffolding dan peserta didik yang belajar dengan pembelajaran konvensional.
Penerapan pembelajaran scaffolding selain membantu meningkatkan keterampilan
menulis peserta didik juga sekaligus mampu meningkatkan kreativitas peserta
didik. Hal itu terjadi karena di dalam pembelajaran scaffolding terdapat tujuan dan
pengertian yang berkaitan dengan pengembangan konsep diri peserta didik.
Kelemahannya, teori yang dipaparkan tidak jelas sehingga pembaca masih
16
mereka-reka maksud yang dituliskan. Selain itu, dalam mengkaji data-data tidak
dijelaskan secara konkret dan jelas sehingga sulit dipahami oleh pembaca.
Relevansinya dengan penelitian ini adalah melakukan penelitian yang melihat
kemampuan peserta didik dalam menulis recount text. Perbedaannya adalah
penelitian sebelumnya menggunakan metode scaffolding, sedangkan penelitian ini
menggunakan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production).
2.2 Konsep
Konsep merupakan sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang
abstrak dari situasi, objek, atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide, atau
gambaran mental (Kunandar, 2011:90). Adapun beberapa konsep yang dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.2.1 Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup)
melakukan selalu. Menurut Stephen dan Timothy (2009:57), kemampuan (ability)
berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beberapa tugas dalam suatu
pekerjaan. Menurut Caplin (1997: 34), kemampuan merupakan tenaga (daya
kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan dan praktek
(Robbins, 2000:67).
Dari pengertian kemampuan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu
17
keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan,
misalnya kemampuan menulis sebuah recount text.
2.2.2 Keterampilan
Keterampilan berasal dari terampil yang berarti cakap. Keterampilan
adalah kemampuan mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat
yang membutuhkan kemampuan dasar (Ibid, 2000: 494-495). Menurut
Poerwadharminta (1996:108), keterampilan merupakan kecekatan, kecakapan,
atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Sejalan
dengan pendapat Poerwadharminta, Soemaryadi (1995:2) menjelaskan bahwa
keterampilan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan
cepat.
Dari pengertian keterampilan di atas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan
baik, cakap, dan cermat sehingga hasil yang dikerjakan tersebut sangat
memuaskan.
2.2.3 Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan
(informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau medianya. Menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu penulis
sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca
(Dalman, 2014:3).
18
Menurut Suparno dan Yunus (dalam Dalman, 2014:4), menulis merupakan
suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai alat atau medianya. Menurut Tarigan (2005:21) menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan
memahami lambang-lambang grafis tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas, Marwoto (dalam Dalman, 2014:4)
menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasan dalam
bentuk karangan secara leluasa. Artinya, keterampilan menulis itu membutuhkan
pengetahuan dan pengalaman yang luas sehingga si penulis mampu menuangkan
ide, gagasan, atau pendapat dengan mudah dan lancar. Djibran (2008: 17)
menyatakan bahwa menulis adalah mengungkapkan pikiran, perasaan,
pengalaman, dan hasil bacaan dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk tutur.
Dari pengertian-pengertian menulis di atas, pemahaman mengenai menulis
dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, perasaan,
pengalaman, ide, gagasan dalam bentuk lambang/tanda/tulisan yang bermakna
yang dituangkan ke dalam sebuah media (seperti kertas, buku, laptop) dengan
penggunaan tata bahasa, tata tulis, kosakata, dan struktur kata yang tepat sehingga
pembaca memahami maksud tulisan tersebut.
2.2.4 Recount Text
Recount text adalah jenis teks yang berisi tentang pengalaman pribadi
seseorang yang disampaikan secara terurut. Dengan kata lain, peserta didik
19
menceritakan kejadian yang dialami kepada orang lain yang dapat diungkapkan
melalui bentuk tulisan yang di dalamnya dituliskan kronologis peristiwa-peristiwa
yang terjadi (Fadlun, 2011: 98). Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa
recount text adalah sebuah jenis teks yang berisi tentang pengalaman seseorang
atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau yang diungkapkan secara terurut.
Terdapat tiga jenis recount text, yaitu (1) personal recount: menceritakan
kembali pengalaman di mana penulis terlibat secara langsung; (2) factual recount:
menceritakan kembali kejadian atau insiden, seperti berita koran, laporan
kecelakaan; dan (3) imaginative recount: menceritakan peran yang bersifat
imajinatif dan menghubungkan kejadian khayalan (Emilia dkk., 2008:16). Adapun
jenis recount text yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
personal recount. Personal recount dipilih dalam penelitian ini karena peserta
didik mengalami kejadian atau pengalamannya di masa lampau yang selalu
diingat sehingga peserta didik dengan mudah menentukan ide cerita dan
mengembangkannya menjadi sebuah paragraf.
Organisasi recount text biasanya dimulai dengan orientation yang
memasukkan unsur-unsur informasi latar belakang untuk membantu pembaca
memahami cerita. Biasanya ada penjelasan mengenai siapa, kapan, di mana, dan
mengapa yang biasanya ditulis dalam paragraf pertama. Selanjutnya diikuti
dengan kejadian penting (important events) yang dijelaskan dan biasanya disusun
dalam urutan waktu kejadian pertama sampai dengan kejadian terakhir. Akhirnya,
teks ini mempunyai banyak komentar evaluatif atau pernyataan simpulan (re-
orientation) yang mungkin hanya berupa komentar mengenai kejadian yang telah
20
terjadi sebelumnya. Akan tetapi, ini bersifat opsional yang sering merupakan
komentar yang merefleksikan perasaan penulis tentang kejadian-kejadian yang
disebutkan sebelumnya.
Tabel 2.1
Generic / Schematics Structure of Recount Text
Generic
Structure/Schematics
structure
Function
Orientation Pembukaan (pengenalan tokoh, tempat, waktu, dan
kejadian/aktivitas si pelaku)
Sequence of Events Kejadian (rangkaian kejadian yang dilakukan)
Reorientation/Conclusion
Simpulan (penutup yang menjelaskan perasaan si
pelaku dengan kejadian atau aktivitas yang
dilakukan)
Sumber: Rangkuman Intisari Bahasa Inggris (Fadlun, 2011:98).
2.2.5 PPP (Presentation, Practice, and Production)
Metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) adalah
suatu metode yang cocok diterapkan untuk mengajarkan struktur bahasa
(misalnya tata bahasa atau kosakata) dalam bahasa asing karena memiliki
tahapan-tahapan pengajaran yang terpusat pada aktivitas siswa. Seperti namanya,
PPP terbagi atas tiga fase, yaitu bergerak dengan kontrol pendidik yang ketat
terhadap kebebasan pembelajar, fokus pada keterampilan, baik lisan maupun tulis,
dapat juga diterapkan lebih luas untuk metode terkait yang bergantung pada
perkembangan presentasi, melalui latihan terkontrol sehingga menghasilkan suatu
produk yang baik (Harmer, 2007).
21
Metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production)
merupakan suatu metode pembelajaran yang mengedepankan pengawasan
terhadap aktivitas peserta didik di dalam proses pembelajaran untuk memproduksi
atau menghasilkan suatu produk, seperti sebuah karangan recount text. Terdapat
tiga tahapan dalam penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice,
and production), yaitu tahap penyajian (presentation), tahap praktik/latihan
(practice), dan tahap produk/hasil (production). Tahapan-tahapan metode tersebut
dapat diterapkan dan dikembangkan sesuai dengan kreativitas dari tenaga
pendidik (Harmer, 2007).
2.2.6 Sintaksis
Sintaksis merupakan bagian dari subsistem gramatika atau tata bahasa
yang membahas kalimat dan kata merupakan satuan terkecil dalam suatu
gramatikal. Sintaksis menerangkan pola-pola kalimat dan bagian-bagian yang
membentuk kalimat tersebut. Bahasan sintaksis meliputi urutan yang menentukan
makna gramatikal, bentuk kata, dan intonasi/tanda baca (Kentjono, 1982:53).
Berikut dapat dijabarkan beberapa bahasan sintaksis yang disinggung dalam
penelitian ini, yang digolongkan sebagai berikut.
a. Grammar meliputi penggunaan finite and nonfinite verb.
b. Mechanics meliputi ejaan (spelling), pilihan kata (diction), dan tanda baca
(punctuation).
c. Organisasi ide/gagasan meliputi tittle, orientation, events, dan re-orientation.
22
2.2.7 Motivasi
Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987), motivasi adalah pemberian
atau penimbulan motif. Dapat pula diartikan sebagai hal atau keadaan yang
menjadi motif. Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002), motivasi mewakili
proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan
terjadinya persistensinya kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan pada tujuan
tertentu.
Gray (dalam Winardi, 2002) mendefinisikan motivasi sebagai sejumlah
proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Soemanto (1987) juga mendefiniskan
motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi pencapaian tujuan.
Berdasarkan pengertian motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah kekuatan, energi aktif, perubahan tenaga pada diri seseorang yang
tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi sehingga mendorong individu
tersebut untuk bertindak atau melakukan sesuatu karena adanya tujuan,
kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan. Motivasi dapat muncul dalam
diri seseorang di samping juga dapat muncul karena adanya rangsangan faktor
luar. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan sebagai daya penggerak
dalam diri setiap peserta didik sehingga dapat menumbuhkan gairah dan semangat
belajar. Motivasi dalam diri peserta didik sangat menentukan hasil belajar peserta
didik itu sendiri.
23
2.3 Landasan Teori
Teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi
hubungan antarvariabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena (Kerlingker dalam Sugiyono, 2013:79).
Teori utama dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran bahasa karena
penelitian ini lebih menekankan proses pembelajaran di kelas dengan tujuan agar
peserta didik mampu menghasilkan tulisan yang dapat membangun keterampilan
berbahasa. Teori tersebut didukung oleh teori-teori lain yang relevan, yaitu (1)
teori menulis yang digunakan untuk memahami dan memeriksa ketentuan-
ketentuan yang ada dalam proses menulis, seperti memeriksa penggunaan bahasa,
tanda baca, ejaan, pengembangan ide dalam tulisan, dan mengoreksi hasil tulisan
mereka; (2) teori tata bahasa Inggris digunakan untuk memahami dan memeriksa
kemampuan peserta didik dalam menggunakan tata bahasa Inggris khususnya
dalam penggunaan past tense.
2.3.1 Teori Pembelajaran Bahasa
Menurut Brown (1987:6), pembelajaran adalah proses memperoleh atau
mendapatkan pengetahuan tentang subjek atau keterampilan yang dipelajari
melalui belajar, pengalaman, atau instruksi (“learning is acquiring or getting
knowledge of a subject or skill by study, exoerience or instruction”). Brown juga
menambahkan bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif
tetap dan merupakan hasil latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
24
(“Learning is relatively permanent change in a behavioral tendency and is the
result of reinforced practice”).
Menurut Cahyo (2012:27), dalam teori pembelajaran ada dua pendekatan
yang digunakan, yaitu (1) pendekatan behavioristik dan (2) pendekatan
konstruktivisme. Pendekatan behavioristik adalah suatu dasar pemikiran yang
memandang peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa
yang disebut stimulus (S) dan respons (R) yang diberikan atas stimulus tersebut.
Di pihak lain, pendekatan kontruktivisme adalah pendekatan yang memandang
subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Dari dua pendekatan tersebut yang sesuai dengan penelitian ini
adalah pendekatan behavioristik, yaitu stimulus diberikan kepada peserta didik
berupa penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and
production) serta tahapan menulis recount text dan respons yang diberikan peserta
didik adalah hasil tulisan recount text sederhana.
Skinner (1957) seorang psikolog Amerika Serikat yang menganut aliran
behaviorisme menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku.
Seseorang dianggap telah belajar jika telah mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Dalam kutipan bukunya yang berjudul Verbal Behavior dinyatakan
bahwa teknik pendidikan yang menekankan pada penghafalan, baik bahan lisan
maupun tulisan, sangat bergantung pada dorongan atau motivasi. Sebagai contoh,
beberapa baris puisi yang diberikan kepada peserta didik dan dia diperintahkan
untuk “belajar”. Pendidik kemudian meminta peserta didik untuk membaca puisi.
Penghargaan atau pujian akan diberikan jika ia melakukannya dengan benar.
25
Sebaliknya, pendidik akan menghukumnya jika peserta didik salah
mengucapkannya. Hal itu dilakukan dalam rangka menghasilkan tanggapan yang
kemudian dapat diperkuat.
“In educational techniques, there were required motivation in learning
process by giving rewards and punishment. It used to generate a good
response. (Skinner, 1957:255).
Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan input yang berupa
stimulus dan keluaran output yang berupa respons. Penguatan (reinforcement)
adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positif
reinforcement), maka respons semakin kuat. Demikian juga penguatan dikurangi
(negative reinforcement) maka respons juga semakin kuat. Misalnya seorang
peserta didik perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika peserta didik
tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan.
Akan tetapi, jika sesuatu tidak mengenakkan peserta didik (sehingga ia melakukan
kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong
peserta didik untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut
penguatan negatif. Penguatan negatif tidak sama dengan hukuman.
Ketidaksamaannya, yaitu bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar
respons yang muncul berbeda dengan respons yang sudah ada, sedangkan penguat
negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respons yang sama menjadi
semakin kuat. Penguatan positif dan penguatan negatif bertujuan untuk
memperkuat respons. Terdapat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan
negatif, yaitu penguatan positif bertujuan untuk menambah respons, sedangkan
26
penguatan negatif bertujuan untuk mengurangi kesalahan agar memperkuat
respons. Efek prosedur dalam memberikan respons dari kondisi pengendalian
tertentu biasanya dilakukan dengan cara lain. Selain menggunakan berbagai
macam penguatan, suatu ketergantungan diatur dengan respons verbal dan
penguat umum. Setiap peristiwa yang bersifat mendahului suatu ganjaran berbeda
dapat digunakan sebagai penguat untuk membawa perilaku bawah kontrol
seseorang pada semua kondisi yang kurang tepat dan rangsangan yang buruk
(Skinner, 1957:54)
“By provide the reinforcement could strengthen the responses.
Giving reinforcement, reward, and punishment would be able to
control the responses” (Skinner, 1957:54).
Menurut pendapat Douglas Brown (dalam Iskandarassid, 2009:4), yang
juga merupakan penganut paham behaviorisme, pembelajaran dimaknai sebagai
proses menuju ke arah yang lebih baik. Pembelajaran juga merupakan penguasaan
atau pemerolehan pengetahuan tentang subjek atau sebuah keterampilan dengan
belajar, pengalaman, atau instruksi. Variasi belajar dapat diamati melalui proses
tingkah laku atau penampilan anak didik. Ada enam jenis tingkah laku, yaitu (1)
suatu kegiatan belajar peserta didik yang ditampilkan melalui proses stimulus (S)
- respons (R), S adalah situasi yang ditampilkan stimulus, sedangkan R adalah
respons atas stimulus; (2) untaian dan rangkaian, suatu kegiatan belajar yang
terjadi berdasarkan rentetan atau rangkaian respons yang dihubungkan –
hubungkan; (3) perbedaan yang beragam, proses belajar terjadi atas serangkaian
respons yang khusus; (4) penggolongan, jenis belajar yang terjadi atas
penggolongan suatu benda, keadaan, atau perbuatan yang sesuai dengan situasi;
27
(5) menggunakan urutan, suatu kecakapan untuk berbuat atau bertindak sesuai
dengan landasan komponennya; dan (6) memecahkan masalah, kemampuan
berpikir, menganalisis, dan memecahkan masalah.
Kedua pandangan Skinner dan Brown mengenai pendekatan behavioristik
dalam teori pembelajaran di atas mengemukakan bahwa pendekatan behavioristik
diterapkan dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktivitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan
dari bagian-bagian keseluruhan. Beberapa aplikasi teori behaviorisme dalam
pembelajaran adalah (1) bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit
secara organis; (2) hasil belajar harus segera diberitahukan kepada peserta didik,
yaitu jika salah, dibetulkan dan jika benar, diperkuat; (3) proses belajar harus
mengikuti irama dan yang belajar, materi pelajaran menggunakan sistem modul;
(4) tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic; (5) dalam proses
pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri; (6) dalam proses pembelajaran
tidak dikenakan hukuman; (7) dalam pendidikan diutamakan mengubah
lingkungan untuk menghindari pelanggaran agar tidak menghukum; (8) tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberikan hadiah; (9) hadiah diberikan kadang-
kadang (jika perlu); dan (10) tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil,
semakin meningkat mencapai tujuan (Skinner, 1957).
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran PPP
(presentation, practice, and production) yang merupakan stimulus (S) untuk
mendapatkan respons (R) berupa karangan siswa, yaitu recount text. Penguatan
28
(reinforcment) yang diberikan dalam penelitian ini adalah pengulangan materi dan
latihan menggunakan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and
production) dalam menulis sebuah recount text sebelum penugasan diberikan.
Penelitian ini diberikan penguatan positif berupa pujian kepada peserta didik yang
mampu memperoleh hasil yang baik dalam menulis sebuah recount text.
Penguatan positif ini bertujuan untuk mendapatkan respons yang baik pada hasil
kegiatan menulis recount text di tahap berikutnya.
2.3.2 Menulis
Teori pembelajaran bahasa di atas diterapkan pada model linguistik yang
diteliti, yaitu dalam proses pembelajaran menulis yang difokuskan pada produk
dari proses penulisan itu sendiri. Menurut Tarigan (2000:21), menulis adalah
mengeluarkan dan mengekspresikan isi hati dalam bentuk tulisan. Keterampilan
menulis tidak langsung datang dengan sendirinya, tetapi harus melalui banyak
latihan dan praktik secara teratur. Menulis merupakan suatu representasi bagian
dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hasil dari tulisan yang dikerjakan dapat
dilihat proses yang berkaitan dengan hasil tulisan yang telah dibuat sehingga
dapat diamati secara langsung. Ketika berkonsentrasi pada produk, seseorang
hanya tertarik pada hasil akhirnya. Dalam bentuk yang paling sederhana,
pendekatan proses meminta peserta didik untuk mempertimbangkan prosedur
penyusunan hasil kerja yang baik.
“In the teaching of writing, it is very important to understand the
procedures and steps to write the right text which committed from the
beginning to the end to get a good product (Harmer, 2007:325)”.
29
Menurut Harmer (2007), terdapat berbagai tahapan dalam proses menulis,
yaitu penyusunan, peninjauan, menyusun kembali, dan terakhir adalah menulis
yang dilakukan secara rekursif sehingga pada tahap pengeditan mungkin
dirasakan perlu untuk kembali ke fase pramenulis dan berpikir lagi. Potongan
tulisan dapat diedit seperti yang disusun sebelumnya. Tahapan menulis, di
antaranya adalah (a) periksa penggunaan bahasa (tata bahasa, kosakata, kata