Top Banner
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Secara umum, bagian ini terdiri atas empat bagian. Bagian pertama adalah kajian pustaka, yang di dalamnya mengulas beberapa hasil pemikiran ilmiah yang pernah ditulis dan penelitian yang sudah pernah dilakukan mengenai terjemahan dan penerjemahan serta kajian yang berkaitan dengan kalimat bermarkah serta struktur tematisasi. Bagian kedua menguraikan konsep dasar yang meliputi pengertian tentang penerjemahan, pergeseran penerjemahan, penyimpangan penerjemahan, kalimat bermarkah, maupun struktur tematisasi. Bagian ketiga membahas landasan teori yang digunakan yaitu, pergeseran penerjemahan, penyimpangan penerjemahan, dan teori sistemik fungsional linguistik. 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka ini memiliki beberapa kontribusi untuk penelitian yang akan dilakukan, seperti memperkaya kerangka pemikiran penelitian, peningkatan metodologi penelitian dan juga yang memiliki relevansi terhadap kemajuan penelitian-penelitian alih bahasa sebelumnya. Davidson (1984) dalam tulisannya yang berjudul “Syntactic Markedness and the Definition of Sentence Topic”menjelaskan dua hal yang relevan, yakni pemarkahan sintaksis dan topik kalimat. Berkenaan dengan pemarkahan sintaksis, dikemukakan gagasan bahwa kalimat pasif adalah kalimat yang bermarkah
39

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

Aug 02, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

MODEL PENELITIAN

Secara umum, bagian ini terdiri atas empat bagian. Bagian pertama adalah

kajian pustaka, yang di dalamnya mengulas beberapa hasil pemikiran ilmiah yang

pernah ditulis dan penelitian yang sudah pernah dilakukan mengenai terjemahan

dan penerjemahan serta kajian yang berkaitan dengan kalimat bermarkah serta

struktur tematisasi. Bagian kedua menguraikan konsep dasar yang meliputi

pengertian tentang penerjemahan, pergeseran penerjemahan, penyimpangan

penerjemahan, kalimat bermarkah, maupun struktur tematisasi. Bagian ketiga

membahas landasan teori yang digunakan yaitu, pergeseran penerjemahan,

penyimpangan penerjemahan, dan teori sistemik fungsional linguistik.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini memiliki beberapa kontribusi untuk penelitian yang akan

dilakukan, seperti memperkaya kerangka pemikiran penelitian, peningkatan

metodologi penelitian dan juga yang memiliki relevansi terhadap kemajuan

penelitian-penelitian alih bahasa sebelumnya.

Davidson (1984) dalam tulisannya yang berjudul “Syntactic Markedness

and the Definition of Sentence Topic”menjelaskan dua hal yang relevan, yakni

pemarkahan sintaksis dan topik kalimat. Berkenaan dengan pemarkahan sintaksis,

dikemukakan gagasan bahwa kalimat pasif adalah kalimat yang bermarkah

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

17

dan mempunyai padanan makna pada struktur aktif yang tidak bermarkah, seperti pada kalimat

berikut.

A tiger chased a tourist (aktif).

‘Seekor harimau mengejar seorang wisatawan’

A tourist was chased by a tiger (pasif).

‘Seorang wisatawan dikejar oleh seekor harimau’

Davidson menganalisis kalimat bermarkah dan memfokuskan pada kalimat pasif sebagai

bentuk kebermarkahan struktur. Dalam tulisannya juga dijelaskan bahwa topik kalimat adalah

suatu konstituen linguistik pada property sintaksis dan semantik untuk menghubungkan fungsi

dalam proses menghubungkan suatu kalimat dengan konteks wacana. Sebaiknya, dalam kajian ini

kalimat pasif merupakan salah satu tipe dan struktur kalimat bermarkah yang dianalisis.

Jacobs (1993) dalam pemaparannya pada “English Syntax” menyampaikan satu topik yang

relevan dengan penelitian ini yakni struktur informasi. Dalam struktur informasi ini ada dua

subtopik yang sangat relevan dan bisa membantu penelitian kalimat bermarkah dalam bahasa

Inggris ini, yakni topic comment dan initial position and passive clause. Dari kedua kalimat ini,

sebenarnya kajiannya adalah tentang bagian dari kalimat bermarkah hanya Jacob menyebutkannya

dengan istilah yang lain.

1) Topic comment

Contoh:

Drunk drivers, we ought to rid the state of them.

‘Pengemudi-pengemudi mabuk, kita seharusnya mengisarkan mereka’

Pada dua klausa di atas adanya topik sebagai pemarkah dalam dua klausa itu karena

keberadaannya mendahului klausa inti. Di sini topik merupakan informasi lama dari suatu tuturan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

18

2) Initial position and passive clause

Contoh:

The crown was stolen (by the twelve years old girl).

‘Mahkota itu dicuri (oleh gadis yang berumur dua belas tahun)

Kalimat pasif adalah suatu kalimat yang mempunyai struktur initial position, yakni pemindahan

objek dalam struktur aktif menjadi subjek dalam struktur pasif. Dalam struktur pasif juga

ditemukan suatu pemarkahan kalimat yaitu verbanya sebagai pemarkah seperti klausa di atas.

Jacob mengamati kalimat pasif sebagai bentuk yang bermarkah dan menjelaskan topic-comment.

Namun, dalam penelitian ini peneliti mengamati seluruh tipe dan struktur konstituen serta

informasi yang ditonjolkan oleh kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris serta bagaimana kalimat

tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Noverti (2008) dalam tesisnya Skewing between Direct and Indirect Sentences in Pan

Angklung Gadang and Its Translation into English juga berfokus pada penelitian tentang

skewing/penyimpangan. Penyimpangan yang didiskusikan dalam tesis ini adalah penyimpangan

antara kalimat langsung dan kalimat tak langsung yang terdapat dalam cerita tradisional rakyat

Bali yang berjudul Pan Angklung Gadang dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Tujuan tesis

ini adalah untuk mengetahui terjemahan kalimat langsung diterjemahkan sedemikian rupa. Selain

itu, tesis ini juga bertujuan untuk menganalisis sejauh mana perubahan bentuk tersebut

memengaruhi penghilangan dan penambahan informasi yang terdapat dalam terjemahan.

Setelah menganalisis data ditemukan bahwa terdapat tiga jenis penyimpangan antara

kalimat langsung dan kalimat tidak langsung yang ditemukan dalam cerita rakyat Bali Pan

Angklung Gadang dan terjemahannya dalam bahasa Inggris, yaitu kalimat langsung deklaratif

diterjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif, kalimat langsung imperatif

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

19

diterjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif, dan kalimat langsung interogatif

diterjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif. Pada kalimat langsung deklaratif

diterjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif, ditemukan bahwa terdapat makna kedua

dalam kalimat deklaratif, yaitu untuk menyatakan permintaan, perintah dan saran. Sementara itu,

pada kalimat langsung imperatif diterjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung deklaratif,

ditemukan bahwa terdapat penyimpangan pada terjemahannya, yakni kalimat deklaratif digunakan

untuk meminta sesuatu. Pada kalimat langsung interogatif diterjemahkan ke dalam kalimat tidak

langsung deklaratif, ditemukan bahwa terdapat penyimpangan pada terjemahannya, yakni kalimat

deklaratif digunakan untuk menanyakan informasi.

Kalimat langsung yang terdapat pada teks bahasa sumber diterjemahkan menjadi kalimat

tidak langsung pada teks bahasa sasaran dengan tujuan untuk menghindari keharusan

menerjemahkan penggunaan bahasa yang bertingkat-tingkat, karena konteks dan makna yang

terkandung pada ujaran harus diterjemahkan jika ujaran yang terdapat pada teks bahasa sasaran.

Namun, jika ujaran pada teks bahasa sumber diterjemahkan ke dalam kalimat tidak langsung pada

teks bahasa sasaran, konteks yang terkandung pada ujaran tidak terlalu diperhatikan dan hanya

makna yang diterjemahkan ke bahasa sasaran, karena bentuk kalimat tidak langsung tidak

tergantung pada konteks. Oleh karena penggunaan bahasa yang bertingkat-tingkat tidak terlalu

diperhatikan pada terjemahan bahasa Inggris, terjadi penghilangan informasi konteks sosial ketika

menerjemahkan ujaran dalam bahasa sumber ke dalam kalimat tidak langsung dalam bahasa

sasaran, seperti penghilangan informasi status sosial dan hubungan keakraban pada teks bahasa

sasaran.

Penelitian di atas berfokus pada bagaimana kalimat langsung diterjemahkan ke dalam teks

bahasa sasaran dan mengapa diterjemahkan seperti itu, dan seberapa jauh perubahan bentuk

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

20

memengaruhi penambahan dan pengurangan informasi. Penelitian di atas juga menjadi pijakan

dalam penelitian ini, tetapi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah

cakupannya yang lebih mendalam. Dalam hal ini penelitian melibatkan berbagai unsur linguistik,

tidak hanya semantik, tetapi juga sintaksis.

Swandana (2011) dalam tesisnya berjudul Kalimat Bermarkah dalam Bahasa Inggris pada

Novel Desecration membahas kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris yang merupakan suatu

kajian yang berada di bawah struktur informasi suatu kalimat. Pada hakikatnya, struktur informasi

suatu kalimat menyangkut dua hal, yakni struktur informasi kalimat bermarkah dan struktur

informasi kalimat yang tidak bermarkah. Kalimat bermarkah dan tidak bermarkah biasanya

membawakan informasi yang sama. Namun, kedua kalimat ini mempunyai struktur sintaksis yang

berbeda. Kalimat tidak bermarkah merupakan bentuk asal atau kanonik yang mempunyai struktur

yang lebih sederhana. Sebaliknya, kalimat bermarkah merupakan bentuk turunan atau nonkanonik

yang mempunyai struktur sintaksis yang lebih rumit dan kompleks. Tesis ini mendeskripsikan dan

menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel

Descration. Di samping itu, tesis ini juga mendeskripsikan dan menganalisis informasi yang

ditonjolkan oleh kalimat bermarkah bahasa Inggris pada novel tersebut.

Penelitian ini mempunyai kemiripan dengan penelitian di atas dalam hal orientasi pada

topik penelitian di bidang struktur kalimat, khususnya kalimat bermarkah, namun, yang

membedakan adalah adanya pemadanan struktur kalimat bermarkah bahasa Inggris ke dalam

bahasa Indonesia.

Damayanti (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Theme Equivalence and Theme Shift

Found in Indonesian-English Translation of Thesis Abstracts dalam Jurnal Language Circle

Journal of Language and Literature, melakukan kajian tentang tema-rema dan terjemahan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

21

Penelitian ini mengkaji tipe-tipe tema-rema, kesepadanan tema, dan pergeseran tema dalam

penerjemahan abstrak tesis dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Sumber data dari

penelitian ini berupa sepuluh abstrak tesis program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

tahun 2010-2011 dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif kualitatif. Unit analisis penelitian ini berupa klausa, setiap klausa yang ditemukan

diamati dan dianalisis berdasarkan kesepadanan tema dan pergeseran tema. Aplikasi teori

Linguistik Fungsional Sistemik digunakan dalam kajian tematisasi. Berdasarkan hasil analisis,

tema topikal merupakan tema yang dominan ditemukan pada sepuluh teks abstrak, yaitu 198 tema

topikal (80,16%) pada teks sumber dan 222 (79,56%) dalam teks sasaran. Tema topikal didominasi

oleh partisipan. Tema yang ditemukan didominasi oleh tema yang tidak mengalami pergeseran

dan mencapai kesepadanan (70,2%). Namun, tetap ditemukan pergeseran tema, pergeseran tema

tersebut terjadi melalui tiga proses yang berbeda, yaitu (1) perubahan fungsi gramatikal melalui

tematisasi (11,7%), (2) penambahan tema (14,7%) dan (3) penghapusan tema (3,4%). Penelitian

ini menunjukkan pentingnya pemahaman mendalam mengenai struktur gramatikal bahasa sumber

dan bahasa sasaran serta pemahaman tentang pergeseran dan kesepadanan terjemahan.

Penelitian Damayanti (2012) memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu penelitian

tentang tema-rema dalam terjemahan, yang membedakannya, penelitian ini adalah sumber data

yang digunakan, dan penelitian ini berfokus pada kajian terjemahan kalimat bermarkah.

Dewi Yulianti (2016) dalam disertasi yang berjudul Aspek Stilistika dalam Teks Srimad

Bhagavatam: Kajian Terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia juga memberikan

kontribusi pada penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian terjemahan deskriptif yang

berfokus pada tipe-tipe majas sebagai aspek stilistika pada Srimad Bhagavatam dan terjemahannya

dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini bertolak dari paradigma penerjemahan Srimad Bhagavatam

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

22

sebagai produk terjemahan dan menggunakan tema teks dalam menganalisis majas yang terdapat

dalam bahasa sumber dan terjemahannya dalam bahasa sasaran. Memahami tema yang terdapat di

dalam teks akan membantu pemahaman majas yang digunakan dalam teks karena penggunaan

majas dipengaruhi oleh tema teks tersebut. Penelitian ini juga berfokus pada kemasan gramatikal

dari kalimat-kalimat yang mengandung majas melalui analisis metafungsi bahasa, yaitu

metafungsi tekstual, ideasional dan metafungsi interpersonal. Dalam hal metafungsi tekstual,

kalimat bermajas dianalisis berdasarkan tema-rema, metafungsi ideasional menganalisis kalimat

bermajas berdasarkan proses, partisipan dan sirkumstansi, dan metafungsi interpersonal

menganalisis kalimat dari modus kalimat tersebut. Hasil analisis menunjukkan tiga belas jenis

majas, dan majas sinisme yang paling banyak digunakan dalam teks. Kemasan gramatikal kalimat

yang mengandung majas dianalisis berdasarkan teori metafungsi bahasa, khususnya transitivitas

yang digagas oleh Halliday menunjukkan bahwa proses relasional mendominasi teks yang dikaji.

Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi penerjemahan majas yang paling banyak diterapkan

adalah mengganti majas BS dengan majas BT. Ideology yang dianut penerjemah adalah

domestikasi dengan menerapkan metode literal translation, adaption, free translation, dan

communicative translation. Dalam hal transitivitas terdapat 48 proses relasional, 41 proses

material, 11 proses mental, 2 proses eksistensial dan 1 proses verbal.

Disertasi Dewi Yulianti (2016) memberikan kontribusi pada penelitian ini khususnya pada

kajian terjemahan dan metafungsi tekstual mengenai keterkaitan antara kajian terjemahan dan

tematisasi. Hal yang membedakan adalah penelitian ini hanya berfokus pada metafungsi tekstual

dan yang menjadi fokus analisis adalah kemasan gramatikal kalimat bermarkah.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

23

2.2 Konsep

Konsep pada penelitian ini mencakup terminologi teknis yang merupakan komponen-

komponen dari landasan teori pada penelitian penerjemahan kalimat bermarkah bahasa Inggris ini.

Terminologi-terminologi teknis yang dimaksud terdiri atas penerjemahan, skewing, dan

pergeseran dalam penerjemahan, kalimat bermarkah, dan struktur informasi akan diuraikan

sebagai berikut:

2.2.1 Penerjemahan

Nida (1994) menyatakan bahwa proses penerjemahan terdiri atas (1) perencanaan, (2)

pengujian, dan (3) pendistribusian ditambah dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

langsung oleh penerjemah, yaitu (1) tahap analisis makna teks Bahasa Sumber, (2) tahap

pengalihan makna/ pesan Bahasa Sumber – Bahasa Target, dan (3) tahap restrukturisasi dalam

Bahasa Target, sehingga tercapainya kesepadanan alamiah yang paling mendekati.

Ditinjau dari tahapannya proses penerjemahan tampak sederhana. Jika dikaji dengan

saksama, proses penerjemahan sangat rumit dan panjang. Penerjemah memahami teks Bahasa

Sumber, kemudian melakukan analisis sintaksis untuk menginvestigasi bagian-bagian klausa.

Setelah dilakukan analisis struktur sintaksis, kemudian dilanjutkan dengan analisis leksikal untuk

menentukan makna dan pesan yang terkandung pada klausa tersebut. Pesan tersebut tidak bisa

dipisahkan dari teks dan konteksnya sehingga dilakukan penyesuaian struktur gramatikal dan

stilistika Bahasa Target sebelum dituangkan dalam produk penerjemahannya.

Machali (2000:5) menyarikan apa yang disampaikan Catford (1965:20) tentang

penerjemahan, yaitu the replacement of textual material in one language dan pernyataan yang

disampaikan oleh Newmark (1988) rendering the meaning of a text menjadi penerjemahan adalah

upaya “mengganti” teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam bahasa target yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

24

diterjemahkan adalah makna yang terkandung dalam pesan sebagaimana yang dimaksudkan

penulis. Kenyataannya tidak mudah mengganti struktur Bahasa Sumber ke dalam Bahasa Target,

sehingga pergeseran ataupun skewing dalam penerjemahan tidak dapat dihindari untuk mencapai

kesepadanan.

Berdasarkan uraian di atas penerjemahan dilihat dari segi linguistik dapat disimpulkan

secara sederhana sebagai pengalihbahasaan pesan, naskah, buah pikiran, ide, baik yang berbentuk

lisan maupun tulisan, dengan ekuivalensi yang semirip mungkin dan seoptimal mungkin. Jika tidak

ada penyimpangan antara struktur semantik dan bentuk gramatikal, daya ilokusi akan sama seperti

modus gramatikal kalimat itu. Pertanyaan diungkapkan dengan kalimat tanya, pernyataan dengan

kalimat pernyataan, dan perintah dengan kalimat perintah.

2.2.2 Kalimat

Alwi, (2003:311) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud

lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan kalimat dimulai

dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca, seperti tanda titik, tanda baca, tanda seru,

sesuai dengan jenis kalimatnya. Kalimat merupakan satuan dasar wacana. Artinya, wacana baru

akan terbentuk jika ada dua kalimat atau lebih, letaknya berurutan sesuai dengan kaidah

kewacanaan. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Alwi, Downing dan Locke (2006)

menyatakan bahwa kalimat secara gramatikal merupakan unit tertinggi yang terdiri atas satu klausa

independen atau dua klausa atau lebih, klausa yang saling terkait. Unit ini dimulai dengan huruf

kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda seru. Definisi kalimat selanjutnya

disampaikan oleh Kroeger (2004:5), menurut Kroeger, kalimat tidak sesederhana seperti rangkaian

kata yang satu dengan kata-kata lainnya. Dalam sebuah kalimat dibutuhkan pemikiran lebih lanjut

tentang makna-makna yang terkandung di dalam kalimat tersebut.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

25

2.2.3 Kalimat Tidak Bermarkah

Kalimat tidak bermarkah dikenal dengan istilah kalimat kanonik. Kalimat tidak bermarkah

ini adalah suatu kalimat deklaratif yang positif. Kalimat deklaratif secara sintaksis adalah suatu

kalimat yang subjeknya selalu hadir dan biasanya posisinya mendahului verba (Quirk, 1985:803).

Perlu ditegaskan bahwa tidak semua kalimat deklaratif positif dapat dianggap sebagai

kalimat kanonik atau tidak bermarkah. Hal ini terjadi karena di dalam kalimat deklaratif positif itu

masih dimungkinkan adanya pola urutan fungsi atau konstituen yang bermarkah. Kalimat tidak

bermarkah adalah suatu kalimat deklaratif positif dengan pola unsur inti (1) S-V, (2) S-V-C, (3)

S-V-A, (4) S-V-O, (5) S-V-O-C, (6) S-V-O-A, dan (7) S-V-Od-Oi.

2.2.4 Kalimat Bermarkah

Pengemasan informasi dapat dilihat dari tipe atau pola kalimat yang digunakan. Pola urutan

konstituen dalam kalimat dapat dibedakan menjadi dua tipe struktur, yaitu struktur tidak

bermarkah dan struktur bermarkah. Kebermarkahan merupakan konsep yang bermanfaat dalam

mempelajari bahasa secara utuh (Bloor dan Bloor (1995). Kebermarkahan sintaksis berfokus pada

pola urutan kata yang merupakan hal yang sangat penting dalam penerjemahan karena memiliki

peranan penting dalam mempertahankan koherensi dan orientasi pesan pada level wacana (Baker,

1992). Pengguna bahasa secara intuitif mengetahui pola urutan kata yang umumnya digunakan

dalam membentuk klausa. Pola urutan kata ini dikenal sebagai pola urutan kata yang tidak

bermarkah. Sedangkan pola urutan kata yang bermarkah dihasilkan dengan menempatkan elemen

klausa pada posisi yang berbeda dari pola urutan yang lazim atau umum digunakan (tidak

bermarkah) dengan tujuan mencapai kohesi, menekankan informasi, dan lain-lain. Fitur-fitur

gramatikal dengan pola urutan tertentu dapat menghasilkan kebermarkahan. Struktur ini dapat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

26

dibandingkan secara lintas bahasa melalui analisis hasil terjemahan kalimat bermarkah ke dalam

bahasa Indonesia.

Kalimat bermarkah adalah kalimat yang mengandung pemarkah yang berupa penyisipan,

pelesapan, atau perubahan pola urutan frasa atau klausa. Kalimat bermarkah dikenal dengan istilah

kalimat nonkanonik. Pertama, yang termasuk di dalam kalimat bermarkah itu adalah kalimat

deklaratif dengan pola di luar pola kalimat tidak bermarkah. Menurut Huddleston dan Pullum

(2005), kalimat bermarkah bahasa Inggris pada kalimat deklaratif positif terdiri atas kalimat pasif,

kalimat ekstraposisi, kalimat eksistensial, kalimat it-cleft, kalimat pseudo-cleft, kalimat preposing,

kalimat postposing, kalimat inversi dan kalimat reduksi. Kalimat-kalimat lain yang digolongkan

ke dalam kalimat bermarkah adalah Kalimat deklaratif negatif, kalimat introgatif, kalimat

imperatif, dan kalimat esklamatori.

2.3 Landasan Teori

Yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penerjemahan. Objek yang dikaji adalah

kalimat bermarkah bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan

sudah tentu melibatkan pemadanan dua bahasa oleh karena itu teori yang digunakan adalah Teori

Kesepadanan oleh Baker 91992), Teori Pergeseran Penerjemahan oleh (Catford, 1965), serta Teori

Skewing (penyimpangan penerjemahan) oleh Larson (1998). Kalimat dari sudut pandang

kebermarkahan dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat bermarkah dan tidak bermarkah. Kalimat

bermarkah memiliki hubungan yang erat dengan kandungan informasi yang ada di dalam kalimat,

perbedaan struktur kalimat bermarkah bahasa Inggris dengan struktur kalimat di dalam bahasa

Indonesia menimbulkan terjadinya pergeseran dalam upaya pemadanan kalimat tersebut, oleh

karena itu pemadanan kalimat bermarkah ini akan dibahas dengan menggunakan teori Pergeseran

menurut Catford (1965). Struktur tematisasi yang terdapat di dalam kalimat bermarkah dan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

27

terjemahannya dianalisis dengan menggunakan Teori Functional Grammar menurut Halliday

(1985).

2.3.1 Hakikat Penerjemahan

Komunikasi antarbahasa memiliki keterkaitan dengan penerjemahan, khususnya dalam hal

penerjemahan (translation), menerjemahkan (translating), dan terjemahan (a translation).

Penerjemahan merupakan aktivitas yang berkaitan dengan proses kognitif, suatu proses yang

terjadi dalam otak penerjemah. Menerjemahkan juga merupakan proses yang dapat diamati oleh

individu lain. Proses seperti ini ditunjukkan melalui perilaku penerjemahan seperti membuka

kamus, menulis, membaca, dan lain sebagainya.

Terjemahan merupakan hasil dari suatu proses menerjemahkan. Oleh karena itu, dalam

melakukan penelitian penerjemahan dapat dipandang dari dua sisi, yaitu penerjemahan sebagai

sebuah produk ketika seorang peneliti dihadapkan pada karya terjemahan yang dihasilkan oleh

penerjemah dan penerjemahan sebagai proses jika peneliti dihadapkan pada proses bagaimana

suatu teks diterjemahkan (Nababan, 1999). Sejalan dengan yang disampaikan oleh Nababan

(Hatim dan Mason, 1990) juga menyampaikan bahwa penerjemahan dipandang sebagai sebuah

produk. Sebagai sebuah produk, terjemahan dapat dikaji sebagai sebuah hasil dari praktik

menerjemahkan teks dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa). Oleh karena itu, dalam

penelitiannya peneliti telah memperoleh data berupa karya terjemahan untuk diteliti dari berbagai

aspek. Selain sebagai produk, penelitian penerjemahan juga memandang penerjemahan sebagai

suatu proses. Ketika penerjemahan dipandang sebagai sebuah proses, maka peneliti akan

melakukan penelitian yang berkaitan dengan alur menerjemahkan yang dilakukan seorang

penerjemah sampai akhirnya menghasilkan produk terjemahan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

28

Penelitian disertasi ini termasuk dalam kategori penelitian penerjemahan sebagai sebuah

produk karena yang menjadi objek penelitian adalah buku The Intelligent Investor dan

terjemahannya dalam bahasa Indonesia khususnya kalimat bermarkah deklaratif positif bahasa

Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Data yang sudah tersaji dalam buku inilah yang

menjadi data primer penelitian ini.

Dalam kegiatan penerjemahan, penerjemah dihadapkan pada dua teks yang secara

linguistik dan kultural berbeda satu sama lain. Karena perbedaan ini, maka penerjemah

memerlukan pendekatan penerjemahan dan strategi penerjemahan yang tepat agar dapat mengatasi

persoalan yang timbul dalam mengalihkan pesan teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Pendekatan penerjemahan dan strategi penerjemahan sebagai bagian dari proses penerjemahan

akan berpengaruh pada kualitas terjemahan yang dihasilkan.

Penerjemahan merupakan usaha mengalihkan amanat dari bahasa sumber dengan cara

menemukan padanan pada bahasa sasaran dengan menggunakan bentuk gramatikal tertentu,

seperti kata, frasa, kalimat maupun klausa. Padanan menurut Machali (2000) adalah suatu bentuk

dalam bahasa sasaran yang secara semantik sepadan dengan struktur dalam bahasa sumbernya.

Kesepadanan dapat terjadi karena bahasa dan budaya bersifat universal. Kesepadanan merupakan

isu penting dalam penerjemahan karena berkaitan dengan perbandingan antara teks dalam bahasa

yang berbeda.

2.3.2 Pemadanan Penerjemahan

Padanan dalam terjemahan merupakan kesejajaran pesan antara bahasa sasaran dan bahasa

sumbernya. Padanan merupakan masalah utama yang harus dicapai pada seluruh teks yang

diterjemahkan, namun karena teks terdiri atas satuan-satuan lingual dan konteks sosial budaya

maka penerjemah harus benar-benar memerhatikan padanan semua unsur tersebut. Oleh karena

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

29

itu, ukuran kesepadanan terjemahan haruslah menyeluruh, yaitu dari sisi linguistik, pragmatik dan

fungsi teks yang diterjemahkan (Machali, 2000). Terkait dengan padanan pesan Bsu dan Bsa

tersebut, Nababan (2004) menjelaskan bahwa terdapat tiga alasan tidak dapat dicapainya padanan

yang sebenarnya, yaitu (1) tidak mungkin suatu pesan teks yang ditulis seseorang dapat ditangkap

secara menyeluruh oleh orang lain dan diungkapkan dalam Bsa, (2) karya terjemahan merupakan

interpretasi subjektif penerjemah terhadap teks sumber, dan (3) penerjemah tidak dapat

mengetahui respons pembaca dalam bahasa sumber ketika teks tersebut pertama kali

dipublikasikan. Karya terjemahan harus diusahakan oleh penerjemah mendekati pesan bahasa

aslinya. Baker (1992) mengelompokkan padanan pada setiap tingkat satuan lingual. Padanan yang

dimaksud adalah padanan tingkat kata, di atas kata, gramatikal, tekstual dan pragmatik. Pendapat

tentang padanan tersebut dipilih dalam penelitian ini karena pembahasannya lebih menyeluruh,

yaitu dari satuan lingual terkecil sampai dengan yang paling tinggi, khususnya padanan tekstual

yang memiliki keterkaitan dengan kandungan informasi yang terdapat dalam tema-rema pada

masing-masing kalimat.

Padanan Tataran Kata

Kata merupakan satuan lingual terkecil yang mempunyai makna. Baker (1992)

menyatakan unit terkecil yang mengandung makna. Kelas kata atau kategori kata dibagi menjadi

kelas kata utama dan kelas kata tugas/fungsional. Kategori kata utama dalam bahasa Inggris terdiri

atas nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Adapun kelas kata tugas terdiri atas pronominal,

konjungtor, preposisi, dan artikel. Kata dalam bahasa Inggris atau bahasa lain memiliki banyak

makna berdasarkan konteksnya, misalnya kata bahasa Inggris pick, memiliki makna ‘memetik,

membuka, memihak, mencungkil, menusuk, membuka maupun membului’. Terkait dengan

penetapan satuan lingual, berdasarkan pada apa yang disampaikan oleh Baker (1992) maka

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

30

terdapat strategi penerjemahan yang dapat dilakukan, yaitu (1) menggunakan kata yang umum, (2)

menggunakan kata yang netral, (3) menggantikan kata yang mempunyai pengaruh sama terhadap

pembaca BSu dan BSa, (4) cara meminjam kata tersebut dan menambahkan penjelas dalam bahasa

sasaran, (5) memparafrase dengan menggunakan kata yang masih berkaitan, (6) memparafrase

dengan kata yang tidak berkaitan, (7) menghilangkan kata asli tanpa mengubah pesan secara

keseluruhan, dan (8) memberikan ilustrasi dan penjelasan yang mendalam.

Padanan di atas Tataran Kata

Padanan di atas kata terkait dengan kegiatan penerjemahan yang menekankan pada tipe

pola leksikal, bentuk kolokasi, idiom dan pernyatan tertentu. Kolokasi adalah seluruh deret kata

dalam lingkungan yang sama, misalnya bank, cheque, account, interest dan pay. Dalam

menghadapi bentuk bahasa semacam itu penerjemah sering mendapat kesulitan menemukan

padanan yang sesuai dalam bahasa sasaran namun collocation range dapat dirunut dari kata yang

membentuknya. Idiom merupakan ungkapan beku yang tidak mempunyai variasi bentuk dan

maknanya tidak dapat dirunut dari unsur pembentuknya, misalnya killing the two birds with one

stone yang dipadankan dengan idiom bahasa Indonesia; ‘sambil menyelam minum air’.

Padanan Gramatikal

Padanan gramatikal menyangkut satuan lingual di atas kata yang berbentuk frasa, klausa,

dan kalimat. Struktur frasa, klausa dan kalimat BSu berbeda dengan Bsa sehingga penerjemah

perlu menetapkan padanan gramatikal bahasa-bahasa tersebut agar teks yang dihasilkannya dapat

diterima pembaca dalam bahasa sasaran. Perbedaan kaidah gramatikal antara Bsu dan Bsa terfokus

pada berbedanya waktu, angka, jenis kelamin, individu, tenses, aspek, bentuk dan voice (Baker

1992). Misalnya kala dikenal dalam bahasa Inggris berkaitan dengan berubahnya bentuk verba

ketika kata tersebut berfungsi sebagai predikat dalam suatu kalimat dengan waktu yang berbeda-

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

31

beda. Sedangkan, bahasa Indonesia tidak mengenal kala, sehingga tidak terjadi perubahan bentuk

verba sama sekali. Oleh karena itu, padanan gramatikal harus dicapai dengan menyesuaikan

struktur yang ada dalam bahasa tersebut. Penerjemah harus dicapai dengan menyesuaikan struktur

yang ada dalam bahasa tersebut. Penerjemah tidak boleh terikat dengan struktur yang terdapat

dalam Bsu tetapi harus menyusun kalimat Bsa yang wajar sehinga mudah dipahami oleh pembaca

target. Sebagai contoh, kalimat bahasa Inggris I broke my leg diterjemahkan menjadi kalimat ‘Kaki

saya patah’ bukan ‘Saya mematahkan kaki saya’. Baker (1992) juga menegaskan bahwa tata

bahasa merupakan seperangkat kaidah yang digunakan sebagai acuan untuk menyusun satuan

lingual kata menjadi frasa, frasa menjadi klausa, dan klausa menjadi kalimat dalam bahasa. Satuan

lingual frasa, klausa dan kalimat tersebut termasuk dalam sistem gramatikal pada bidang sintaksis

dan mempunyai pesan khusus sesuai dengan kaidah yang berlaku dan konteks sosial budaya

bahasa penggunanya.

Frasa merupakan kelompok kata yang tidak bersifat predikatif. Urutan letak kata (word

order) dalam frasa bahasa Inggris berbeda dengan bahasa Indonesia sehingga penerjemah

seharusnya memahami perbedaan tersebut sehingga saat menerjemahkan satuan lingual frasa tidak

mengalami kesulitan. Dalam menerjemahkan frasa, penerjemah harus mengetahui dan

memulainya dari kata inti baru kemudian dilanjutkan pada pewatas kecuali terdapat pewatas yang

mengandung keterangan kuantitas. Adanya perbedaan struktur frasa bahasa Inggris dan bahasa

Indonesia menuntut penerjemah memahami keduanya agar kesulitan dalam menerjemahkan dapat

diatasi. Di samping frasa, struktur gramatikal juga melibatkan klausa dan kalimat. Struktur klausa

dan kalimat bahasa sumber dan bahasa sasaran tidak selalu sama sehingga penerjemah diharapkan

banyak berlatih atau praktik penerjemahan teks yang terdiri atas klausa dan kalimat. Klausa

merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

32

Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia mempunyai dua jenis klausa, yaitu main clause dan

subordinate clause. Main clause merupakan klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat

sempurna, sedangkan subordinate clause merupakan klausa yang tidak dapat berdiri sendiri.

Pembagian jenis kalimat dalam bahasa Inggris memiliki perbedaan dengan jenis kalimat

yang terdapat di dalam bahasa Indonesia, perbedaan istilah dan struktur antara bahasa Inggris dan

bahasa Indonesia juga membedakan pengertian, konsep dan jenis setiap kalimat pada masing-

masing bahasa sehingga dalam terjemahan kalimat dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia

dapat terjadi perubahan pesan. Selain perubahan pesan, kandungan informasi yang terdapat di

dalam kalimat bahasa sumber seringkali tidak tersampaikan dengan baik karena perbedaan struktur

gramatikal kedua bahasa.

Padanan Paragraf

Paragraf merupakan salah satu unsur yang terdapat di dalam teks atau wacana. Sebuah

paragraf biasanya dikembangkan sesuai dengan topik, tujuan dan pembaca atau pendengar yang

ditujunya. Oleh karena itu dalam menerjemahkan teks atau wacana penerjemah harus mampu

menangkap dan memahami pesan yang terdapat dalam setiap paragrafnya.

Padanan Tekstual

Baker (2001) menyatakan kesepadanan tekstual merupakan kesepadanan yang tidak

mengubah tema suatu teks karena tema merupakan hal penting dalam suatu teks. Kesepadanan

tekstual juga berkaitan erat pada kesepadanan teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran dalam

hal informasi bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Teks merupakan satuan lingual tertinggi di

atas kalimat. Satuan lingual tertinggi yang dimaksud mempunyai fungsi, dilihat dari bentuk

rangkaian kata, frasa, klausa, kalimat dan paragraf serta harus dimengerti bahwa rangkaian tersebut

merupakan suatu kesatuan makna yang tertulis atau diucapkan berdasarkan konteks tertentu.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

33

Rangkaian satuan bahasa yang dinamakan teks dapat dikatakan baik apabila mudah dipahami,

bertekstur, berkohesi, dan berkoherensi (Halliday, 1985:7). Sejalan dengan hal ini, penerjemah

diharapkan dapat memahami teks dan pesan teks Bsu secara baik sehingga dapat menyusun

kembali kalimat serta informasi dalam teks Bsa dengan tetap berpedoman pada padanan pesan,

yaitu padanan tekstual.

Kesepadanan tekstual memiliki hubungan dengan informasi dan kohesi yang disampaikan

dalam Bsa. Penerjemah harus menyadari bahwa padanan tekstual merupakan sesuatu yang penting

karena pesan teks Bsu akan disampaikan kembali ke dalam Bsa. Semua satuan lingual yang berada

dalam teks harus dipahami penerjemah sehingga ketika ia menerjemahkan satu kalimat harus

memerhatikan kalimat sebelumnya dan kalimat yang mengikuti setelahnya. Selain itu, penerjemah

harus memahami konteks yang terdapat dalam teks atau wacana, seperti situasi, penutur,

pendengar/pembaca, waktu, tempat, topik, tujuan, sarana, serta tekstur teks.

Baker (1992) menjelaskan bahwa makna tekstual mempresentasikan klausa sebagai suatu

pesan yang dapat dianalisis dengan menggunakan dua jenis struktur, yaitu struktur tematik dan

struktur informasi. Hal ini sejalan dengan teori Systemic Functional Linguistics yang disampaikan

oleh Halliday (1985) sebagaimana yang disampaikan oleh Baker (1992) pada bukunya. Tema

adalah satu unsur di dalam konfigurasi struktural tertentu yang secara keseluruhan mengorganisir

klausa sebagai pesan; yang disebut sebagai konfigurasi Tema + Rema. Sebuah pesan terdiri atas

sebuah tema yang dikombinasikan dengan rema. Di dalam konfigurasi ini, tema merupakan titik

awal suatu pesan. Kajian tematisasi ini muncul dari adanya pemahaman bahwa bahasa berfungsi

untuk menyampaikan pesan. Pesan ini disampaikan secara sistematis. Hal ini menunjukkan bahwa

bahasa mempunyai aturan agar dapat menyampaikan pesan dengan susunan yang baik dan teratur.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

34

Fungsi bahasa ini disebut fungsi tekstual dimana tema merupakan titik awal dari satu pesan yang

terealisasi dalam klausa.

Di dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, tema ditandai pada posisi awal klausa atau

unsur yang terletak di awal klausa. tema dinyatakan dengan unsur pertama klausa sedangkan unsur

klausa sesudah tema disebut rema (Saragih, 2007:8). Tema dari segi bentuknya dapat berupa

partisipan, proses atau pun keadaan berbentuk kata, frasa, maupun kalimat.

Selanjutnya Saragih (2007) menjelaskan sebagai titik awal pesan, Tema direalisasikan

berdasarkan posisi dan penanda. Dengan kata lain, tema dapat dilokalisasi berdasarkan dua

kriteria, yakni urutan dan pemarkah di dalam klausa. Sejumlah bahasa menentukan tema

berdasarkan urutan dan yang lainnya berdasarkan pemarkah. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia

termasuk pada kategori urutan, tema ditandai dengan urutan atau posisi, yaitu posisi awal klausa

atau unsur yang paling terdepan pada klausa. Berdasarkan kriteria urutan tersebut, unsur

fungsional klausa yang berada pada awal klausa menjadi tema atau dengan kata lain tema adalah

unsur pertama atau inisial klausa.

2.3.3 Pergeseran Terjemahan (Translation Shift)

Teori Translation Shift yang diperkenalkan oleht J.C. Catford (1965) masih sering

digunakan terutama yang berkaitan dengan pergeseran terjemahan. Meskipun banyak dikritik oleh

ilmuwan penerjemahan modern, teori yang diperkenalkan oleh Catford masih tetap bertahan dan

dipergunakan hingga saat ini karena translation shift memang tidak dapat dihindari dalam kegiatan

penerjemahan.

Dalam konteks penerjemahan, makna pergeseran (shift) mengindikasikan adanya titik-titik

perbedaan antara teks sumber dan teks target. Struktur kalimat bahasa Inggris, khususnya kalimat

bermarkah, seperti kalimat pasif, kalimat eksistensial, kalimat it-cleft maupun kalimat pseudo-cleft

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

35

merupakan struktur kalimat yang terbentuk dengan tujuan memfokuskan informasi. Pergeseran

merupakan salah satu konsekuensi dari usaha penerjemah dalam mencari padanan terjemahan

antara dua sistem bahasa yang berbeda. Oleh karena itu, Al-Zoubi dan Al-Hassnawi (2001)

mendefinisikan pergeseran sebagai tindakan wajib yang ditentukan oleh adanya perbedaan

struktural antara dua sistem bahasa yang terlibat dalam proses penerjemahan dan tindakan opsional

yang ditentukan oleh preferensi personal dan stilistik yang dilakukan secara sadar untuk

menghasilkan terjemahan yang alamiah dan komunikatif dari bahasa sumber ke dalam bahasa

target.

Catford (1965) menyatakan bahwa korespondensi formal merujuk pada kesamaan kategori

linguistik dari dalam dua bahasa yang berbeda (unit, kelas, struktur, elemen struktur, dan lain-

lain), bisa saling bertukar tempat pada “posisi yang sama”. Setiap kata dalam bahasa sumber

memiliki padanan yang berkorespondensi secara formal dengan kata yang sama pada bahasa

sasaran. Namun, yang lebih sering terjadi adalah adanya perubahan atau pergeseran dalam

penerjemahan karena tiak terdapatnya formal correspondence dalam kedua bahasa yang terlibat.

Perubahan atau pergeseran inilah yang sering disebut translation shift.

1. Pergeseran Bentuk

3) Menurut Catford (1965:73-80), pergeseran bentuk dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni

level shifts (pergeseran tataran) dan category shifts (pergeseran kategori).

a) Level Shifts (pergeseran tataran)

4) Level shift atau pergeseran tataran yang dimaksud di sini adalah suatu struktur yang

berada dalam satu tataran dalam Bsu padanannya memiliki tataran yang berbeda dalam

Bsa. Pergeseran tataran dapat terjadi dari bentuk gramatikal ke leksikal atau sebaliknya.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

36

Kita dapat memahami bahwa Catford memandang bahasa dalam dua tingkatan yaitu

leksikon dan tata bahasa, seperti pada contoh berikut ini:

5) BSu: John swims on Saturday

6) BSa: John berenang pada hari Sabtu

7) Kalimat BSa adalah kalimat Simple Present yang ditandai dengan ‘s’ pada verba

swims namun pemarkah ‘s’ ini tidak dijelaskan dalam leksem ‘berenang’.

8) Selanjutnya Halliday dan Matthiessen (2004) dalam bukunya tentang

Functional Grammar menyatakan bahwa bahasa memiliki banyak dimensi atau bentuk

urutan. Di antaranya terdapat dimensi struktur dengan pola urutan yang terdiri atas klausa,

frasa, kata dan morfem. Dimensi yang juga ditemukan dalam teori yang disampaikan

Halliday dan Matthiessen adalah dimensi metafungsi dengan pola pengurutannya yang

terdiri atas metafungsi ideasional, metafungsi interpersonal dan metafungsi tekstual.

Terdapat hubungan antara Functional Grammar yang disampaikan oleh Halliday dan

Matthiessen (2004) dengan teori pergeseran yang disampaikan oleh Catford (1965), level

shift dapat terjadi dalam bentuk pergeseran dari tingkatan grammar ke leksis atau

sebaliknya di mana suatu tatanan gramatikal dalam suatu bahasa (misalnya pada kala

perfektif dalam bahasa Inggris dengan pola have + Verba III) karena perbedaan tata bahasa

diterjemahkan ke dalam leksis dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan kata “sudah”

atau “telah” (Machali, 1998).

9)

b) Category shift (pergeseran kategori)

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

37

10) Selain pergeseran pada tataran, pergeseran pada kategori juga dapat terjadi pada

proses penerjemahan. Catford lebih jauh menguraikan empat jenis pergeseran bentuk

sebagai bagian dari Category shift yaitu:

1) Structure shift (pergeseran struktur) adalah pergeseran pada tataran struktur dalam frasa

atau klausa pada proses penerjemahan. Pergeseran struktur, misalnya dari frasa

berstruktur DM (Diterangkan-Menerangkan) menjadi frasa berstruktur MD

(Menerangkan-Diterangkan). Contoh: Bsu: she stayed in a five-star hotel, Bsa; Dia

menginap di hotel bintang lima.

2) Class Shifts (pergeseran kelas) terjadi ketika jenis kata tertentu pada bahasa sumber

bergeser menjadi jenis kata lainnya pada bahasa sasaran. Pergeseran kelas kata dapat

terjadi misalnya dari nomina menjadi verba atau adjektiva, dan sebaliknya.

3) Unit Shifts (pergeseran unit) adalah pergeseran yang terjadi di mana hasil terjemahan

ekivalen pada bahasa sasaran berbeda tingkatan dengan bahasa sumber. Misalnya pada

kata playfully diterjemahkan menjadi “cekikikan geli” dalam kalimat the two young

lovers are playfully.

4) Intra-system shifts (pergeseran intra-sistem) adalah pergeseran yang terjadi ketika

bahasa sumber dan bahasa sasaran berada dalam satu sistem yang hampir sama namun

hasil terjemahan tidak menunjukkan kaitan yang terlihat dalam terms pada bahasa

sasaran. Misalnya artikel ‘a’ bahasa inggris yang berarti ‘sebuah’ dalam bahasa

Indonesia. Dalam kalimat he has a broken leg, tidak diterjemahkan menjadi ‘dia

memiliki sebuah kaki yang patah’ namun diterjemahkan menjadi ‘Dia mengalami patah

kaki’.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

38

2.3.4 Skewing

Larson (1998) menyatakan bahwa Skewing (penyimpangan) digunakan untuk

menjelaskan situasi minimnya kolerasi antara bentuk gramatikal dan makna yang terkandung

dalam suatu bentuk tertentu. Suatu bentuk gramatikal tunggal dapat memiliki lebih dari satu makna

ataupun fungsi. Salah satunya adalah fungsi utama. Sisanya mengalami penyimpangan dari fungsi

utamanya; sehingga ada suatu ketidaksepadanan antara bentuk gramatikal dan makna yang

dikandung.

Menurut Larson (1998), struktur gramatikal yang dimaksud di sini mengacu pada bentuk

luar dari suatu bahasa, yaitu bentuk yang sebenarnya dari kata, frasa, klausa dan lain sebagainya,

yang dapat ditulis dan diucapkan. Struktur makna, di sisi lain, digunakan untuk mengacu pada

struktur dasar atau struktur dalam. Makna yang disampaikan melalui struktur gramatikal yang

digunakan. Bentuk gramatikal sering memiliki makna atau fungsi sekunder. Skewing terjadi ketika

bentuk gramatikal menggunakan makna atau fungsi sekundernya. Penerjemah ditantang dengan

penyesuaian yang dibutuhkan ketika skewing / penyimpangan itu terjadi.

1) Skewing/Penyimpangan dalam Bentuk Gramatikal

Menurut Larson (1984:9-10) fakta yang banyak diketahui bahwa bentuk leksikal memiliki

makna sekunder. Suatu kata dapat memiliki berbagai pengertian, beberapa bahkan memiliki

lusinan makna berdasarkan konteks penggunaan dari kata tersebut. Sebagai contoh, dalam bahasa

Inggris, pengguna bahasa Inggris tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami makna dari

kata running pada setiap kalimat, seperti ‘the dog is running’, ‘the motor is running’, dan ‘His

nose is running’. Dalam kalimat ‘the dog is running’ kata running memiliki makna primer dari

kata running tersebut, sedangkan pada kalimat yang lain kata running digunakan dengan

menggunakan makna sekundernya. Terjadi skewing antara bentuk leksikal dan makna.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

39

Bentuk gramatikal juga memiliki fungsi sekunder. Bentuk gramatikal tidak selalu

digunakan berdasarkan makna primer yang dimilikinya. Contohnya, pertanyaan dalam bahasa

Inggris ‘when are you going to clean your room?’ secara gramatikal merupakan kalimat tanya.

Jika pembicara memang menanyakan informasi kapan kegiatan cleaning the room akan dilakukan,

skewing tidak terjadi di dalam kalimat tersebut. Namun, jika yang berbicara adalah seorang ibu

yang marah kepada anaknya karena tidak melakukan kewajibannya membersihkan rumah, makna

dari kalimat tersebut bukanlah menanyakan informasi melainkan sebuah perintah dengan

kemarahan. Bentuk kalimat tanya digunakan, tetapi dengan kandungan perintah. Hal ini

merupakan contoh dari skewing bentuk gramatikal.

Skewing jenis ini dapat terjadi dalam semua level struktur gramatikal dari suatu bahasa,

mulai dari imbuhan tunggal, kata, frasa, klausa, paragraf, dan teks. Skewing merupakan suatu

karakteristik yang dimiliki bahasa yang memiliki implikasi penting bagi penerjemah karena

skewing yang ditemukan di dalam suatu bahasa mungkin saja tidak cocok dengan skewing yang

terjadi di dalam bahasa lain.

Penerjemahan adalah suatu proses menggantikan bentuk teks dalam bahasa sumber ke

bentuk lain pada bahasa sasaran. Skewing terjadi ketika bentuk gramatikal memiliki makna yang

berbeda dengan makna primer bentuk gramatikal tersebut. Ketika skewing tidak terjadi, bentuk

gramatikal dari bahasa sumber dapat diterjemahkan dengan mudah ke dalam bahasa sasaran.

Biasanya tidak sulit bagi penerjemah untuk menerjemahkan makna primer yang terkandung dalam

suatu bentuk leksikal maupun struktur gramatikal. (Wilss 1982; Larson, 1984:3-6)

2) Skewing / Penyimpangan dalam Berbagai Level Gramatikal

Untuk dapat memberikan ilustrasi bagaimana skewing/penyimpangan gramatikal

memengaruhi proses penerjemahan, pembahasan dapat dimulai dari membandingkan hierarki

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

40

gramatikal dengan hierarki semantik. Secara hierarki gramatikal, unit-unit gramatikal

dikelompokkan dari unit yang terkecil hingga unit yang terbesar; kelompok kata dapat membentuk

frasa, kumpulan frasa dapat membentuk klausa, klausa dapat membentuk kalimat, kalimat

membentuk paragraf, paragraf membentuk bagian-bagian dari teks, sampai akhirnya teks yang

utuh dapat terbentuk (Larson, 1984:30-31).

2.3.1 Tingkat Morfem dan Kata

Bentuk terkecil dari unit gramatikal adalah morfem (bentuk dasar atau imbuhan). Suatu

morfem terkadang dapat menunjukkan sebuah komponen makna tunggal seperti yang dapat

ditemukan dalam sufiks jamak bahasa Inggris –s atau dalam kata eat. Bahasa yang berbeda

memiliki kelompok komponen makna yang berbeda. Seringkali seorang penerjemah harus

menggunakan beberapa kata untuk menyampaikan makna dari sebuah kata pada bahasa sumber.

Semua bahasa memiliki kelas-kelas nomina dan pronomina. Jika tidak terjadi penyimpangan,

nomina dan kata ganti tersebut digunakan untuk mengacu pada benda (baik itu benda hidup

maupun benda mati); verba digunakan untuk mengacu pada kegiatan ataupun aktivitas; kata sifat

dan kata keterangan digunakan untuk menghubungkan benda dengan aktivitas yang berkaitan.

(Nida 1964:57-69; Larson 1984:55-62).

2.3.2 Tingkat Frasa

Dalam suatu bahasa terdapat berbagai bentuk frasa, seperti frasa nomina, frasa preposisi,

dan lain sebagainya. Penyimpangan/ skewing merupakan karakteristik dari berbagai bentuk frasa

gramatikal karena suatu bentuk gramatikal dapat menyampaikan pesan melebihi makna

sebenarnya dari suatu frasa. Skewing sering ditemukan pada frasa nomina, bentuk umum dari frasa

nomina adalah modifier dan nomina. Ketika modifier dari nomina tersebut adalah adjektiva,

penyimpangan tidak terjadi dalam frasa tersebut karena fungsi dari kata sifat adalah menjelaskan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

41

kondisi dari suatu benda, seperti pada frasa a red barn. Namun penyimpangan dapat terjadi jika

nomina digunakan untuk menjelaskan suatu adjektiva seperti pada frasa barn red. (Nida 1964:64-

65; Larson, 1984:228-31)

2.3.3 Tingkat Klausa

Klausa dapat ditemukan pada semua bahasa sebagai unit dasar dari struktur semantik dan

mengandung konsep yang berkaitan satu sama lain. Jika tidak terjadi penyimpangan, suatu klausa

biasanya berfungsi untuk menyampaikan suatu hal. Sebagai contoh, dalam suatu hal mengandung

konsep bahwa ‘Mary’ adalah agen/pelaku , konsep utama ‘ate’ sebagai peristiwa, dan konsep

‘chocolate’ sebagai benda yang dipengaruhi dalam klausa Mary ate the chocolates, menunjukkan

bahwa tidak terjadi penyimpangan dalam klausa ini. Hal yang ingin disampaikan sesuai dengan

struktur klausa yang digunakan.

Gagasan yang disampaikan dalam suatu klausa dapat bersifat afirmatif maupun negatif.

Kesalahpahaman dapat terjadi jika dalam proses penerjemahan penanda negatif diletakkan di

dalam suatu klausa dalam bentuk yang sama dengan apa yang terdapat dalam bahasa sumber.

Sebagai contoh ‘he did not buy the car in order to go to work, but so his wife would have a car to

use’, jika diterjemahkan secara harafiah ke dalam bahasa lain dapat berarti ‘dia tidak membeli

sebuah mobil, tetapi dia membelinya’. Untuk mengatasi hal ini bentuk yang berbeda harus

digunakan, seperti ‘ketika dia membeli sebuah mobil dia melakukannya agar istrinya memiliki

mobil yang dapat digunakan, bukan untuk digunakannya pergi ke kantor’. (Larson, 1984: 199-

208).

2.3.4 Tingkat Kalimat

Setiap bentuk kalimat memiliki fungsi primernya masing-masing, seperti kalimat tanya

berfungsi untuk bertanya untuk mendapatkan informasi. Misalnya kita menanyakan “dimana

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

42

rumahmu?” atau “jam berapa kamu pulang ke rumah?” bentuk pertanyaan ini digunakan untuk

meminta informasi, jadi tidak ada penyimpangan. Pertanyaan sejati biasanya tidak menimbulkan

masalah bagi penerjemah, karena penerjemah dapat menemukan bentuk yang sesuai untuk

mendapatkan informasi yang sama dalam bahasa sasaran. Dalam situasi pengajaran, pertanyaan

sejati juga digunakan untuk mengetahui apakah pelajar mengingat informasi yang telah diajarkan

kepada mereka.

Sebaliknya, pertanyaan retoris bukanlah pertanyaan sejati. Pertanyaan retoris merupakan

bentuk pertanyaan yang tidak digunakan untuk mendapatkan informasi. Bentuk ini memang

kelihatannya seperti pertanyaan sejati, karena bentuknya sama, tetapi maknanya bukanlah makna

dari sebuah pertanyaan. Misalnya, pertanyaan Mary, kenapa tidak kamu cuci piring itu?

Mempunyai bentuk pertanyaan, dan mungkin dalam beberapa konteks meminta informasi; artinya,

mungkin pertanyaan itu digunakan dalam fungsi primernya. Akan tetapi, pertanyaan ini sering

digunakan untuk membuat usul atau saran secara halus. Bentuk ini tidak sekeras bentuk perintah,

Mary, cuci piring itu, tetapi juga merupakan pertanyaan. Kalimat itu merupakan saran. Jawaban

yang pantas bagi pertanyaan di atas ialah Baik atau Ya, jika kalimat itu merupakan pertanyaan

sejati dengan kenapa untuk meminta informasi, jawabannya yaitu berupa alasan, misalnya Saya

lelah sekali.

Suatu terjemahan berkualitas adalah terjemahan yang menyampaikan makna dari bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran secara wajar. Seorang penerjemah yang menerjemahkan bentuk

gramatikal dari bahasa sumber ke bahasa sasaran secara harafiah tidak akan mampu menghasilkan

karya terjemahan yang akurat menyampaikan makna yang sebenarnya ingin disampaikan dalam

bahasa sumber. Untuk dapat mencapai hal ini seorang penerjemah harus melakukan penyesuaian

bentuk-bentuk gramatikal dan semantis dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

43

Identifikasi penyimpangan bentuk semantik dan gramatikal merupakan bagian dari

menciptakan suatu terjemahan yang berkualitas. Gaya bahasa dan pragmatik juga harus

dipertimbangkan. Jika penerjemah menyadari penyimpangan yang terjadi dalam bahasa sumber,

menemukan makna sebenarnya yang terkandung dalam suatu bentuk gramatikal, memberikan

uraian baru secara semantis, dan memperhatikan bagaimana makna tersebut dapat diterjemahkan

ke dalam bahasa sasaran, kualitas hasil terjemahan dapat ditingkatkan (Larson, 1984:69).

2.3.5 Tipe kalimat bermarkah

11) Menurut teori struktur informasi yang dikemukakan oleh Huddleston dan Pullum

(2008) di atas, tipe kalimat deklaratif positif yang bermarkah dalam bahasa Inggris dapat

diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Kalimat pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya mengalami suatu perbuatan atau aktivitas.

Kalimat pasif merupakan hasil transformasi dari bentuk kalimat aktif. Kalimat aktif yang

dapat ditransformasi menjadi kalimat pasif adalah kalimat aktif yang mengandung verba

transitif dan dapat dipasifkan. Kalimat pasif merupakan kalimat yang memiliki sistem

voice yang menunjukkan keterkaitan antara struktur sintaksis dan struktur semantik.

2) Kalimat ekstraposisi merupakan jenis kalimat nonkanonik yang memindahkan

konstituennya ke posisi akhir kalimat. Kalimat ekstraposisi ini dimarkahi oleh adanya

dummy it. It dalam kalimat ini mengacu pada suatu klausa.

3) Kalimat eksistensial

Kalimat eksistensial merupakan kalimat yang mengandung informasi keberadaaan suatu

entitas dengan menggunakan kata there yang menduduki posisi subjek. Secara sintaksis

There dalam konteks ini memiliki fungsi sebagai subjek semu. Kalimat eksistensial berpola

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

44

there + be + FN. Berdasarkan strukturnya kalimat eksistensial dapat dibagi menjadi dua

yaitu bare existential dan extended existential.

4) Kalimat it-cleft

Kalimat it-cleft merupakan struktur kalimat yang berkaitan erat dengan struktur informasi

karena kalimat ini dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang menjadi fokus

pada masing-masing kalimat. Kalimat ini hampir sama dengan kalimat ekstraposisi, yakni

dimarkahi oleh dummy it. Kalimat ini memiliki pola It + kopula be + konstituen cleft +

klausa cleft.

5) Kalimat pseudo cleft

Kalimat pseudo-cleft merupakan struktur kalimat yang juga berfungsi untuk memfokuskan

informasi seperti halnya kalimat it-cleft. Pseudo-cleft memberikan pemisahan eksplisit

antara informasi baru dan informasi lama yang ditemukan dalam kalimat. Elemen kalimat

yang menjadi fokus dapat ditemukan di bagian akhir kalimat. Kalimat ini dimarkahi oleh

perluasan klausa yang disebabkan oleh penambahan kata what ‘apa’ sehingga kalimat di

atas menjadi dua klausa.

6) Kalimat dislokasi

Kalimat dislokasi merupakan kalimat yang dibentuk melalui proses pendislokasian.

Dislokasi adalah pemindahan konstituen ke posisi awal atau akhir klausa atau kalimat.

Pemindahan dalam proses dislokasi ini meninggalkan jejak pronominal pada posisinya

semula. Kalimat dislokasi dimarkahi oleh adanya frasa nomina yang terletak di kiri atau

kanan dari sebuah klausa atau kalimat. Kalimat bermarkah lainnya adalah Kalimat

preposing, postposing, dan inversi Kalimat preposing dimarkahi oleh pergeseran frasa ke

depan dari subjek. Kalimat postposing dimarkahi oleh pergeseran unsur setelah subjek

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

45

kalimat. Kalimat inversi dimarkahi oleh pergeseran antarfrasa di dalam kalimat.

Kalimat reduksi Kalimat ini dimarkahi oleh pelesapan unsur di dalam kalimat. Unsur yang

lesap itu merupakan informasi lama.

2.3.6 Kajian Tematisasi

Halliday mencetuskan istilah struktur informasi. Secara umum struktur informasi

mendeskripsikan suatu kalimat yang bergantung pada jumlah konstituen dalam sintaksis dan juga

berhubungan dengan penekanan informasi pada frasa di dalam sebuah kalimat. Selain

menggunakan penekanan pada informasi yang dipentingkan, konsep ini juga menempatkan unsur

kalimat yang menjadi fokus pada awal kalimat. dengan mengacu pada model struktural selain

subjek, predikat atau objek atau bahkan keterangan dapat diletakkan pada posisi awal kalimat.

Halliday tidak menggunakan konsep subjek dan predikat dalam menyusun struktur informasi,

tetapi menggunakan konsep organisasi tematik. Struktur informasi dalam sebuah kalimat atau

klausa dibedakan atas bagian yang menjadi fokus informasi dan sisanya merupakan bagian yang

melengkapi unsur kalimat tersebut. Walaupun tidak menggunakan konsep subjek dan predikat,

penempatan informasi yang berbeda dapat dilakukan dengan menempatkan susunan yang berbeda

dalam sebuah kalimat guna memberikan penekanan fokus pada informasi tertentu. Dalam proses

penyusunannya bagian yang lebih informatif selalu mengikuti bagian yang kurang informatif, yang

ditunjukkan dengan pembagian struktur berupa tema dan rema.

Untuk mengulas pengemasan informasi suatu struktur bahasa diterapkan teori Systemic

Functional Grammar dari Halliday, khususnya untuk melihat fenomena kebahasaan teks ekonomi

berupa kalimat bermarkah yang ditemukan dalam data tersebut. Menurut Halliday (1985, 2014),

Tata bahasa Fungsional adalah tata bahasa yang melihat suatu bahasa sebagai sumber yang

memberikan makna dan mendeskripsikan bahasa dalam penggunaan yang nyata dan lebih berfokus

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

46

pada teks dan konteks. Fokus kajian tata bahasa ini adalah struktur bahasa termasuk cara struktur

tersebut menyusun dan merealisasikan makna. Kajian tematisasi muncul dari adanya pemahaman

bahwa bahasa berfungsi untuk menyampaikan pesan. Pesan ini disampaikan menggunakan suatu

sistem yang menunjukkan bahwa bahasa memiliki aturan agar dapat menyampaikan pesan dengan

susunan yang baik dan teratur.

Penerjemahan dalam kaitannya dengan Tema dan Rema merupakan sumber untuk

menentukan adanya keterkaitan antara pemikiran, ide maupun makna. Tema merupakan subjek

wacana yang biasanya dirujuk atau ide yang ditekankan pada sebuah pesan dan selalu ditempatkan

pada awal klausa oleh sang penutur atau penulis. Terkait dengan hal ini Brown (1983)

menyampaikan bahwa tema merupakan komponen yang terletak pada posisi paling kiri pada suatu

kalimat. Sejalan dengan hal itu, Halliday (1985) juga menyampaikan bahwa tema adalah salah satu

unsur di dalam konfigurasi struktural tertentu yang secara keseluruhan mengorganisir klausa

sebagai pesan yang dikenal sebagai konfigurasi tema + rema. Tema juga merupakan elemen yang

berfungsi sebagai titik tolak pesan tersebut. Dengan menggunakan tema, klausa dapat saling

berkaitan. Sedangkan rema merupakan unsur yang baru, yakni predikat yang memberikan

informasi tentang tema. Rema merupakan bagian yang tersisa dari klausa, bagian di mana tema

dikembangkan. Rema mengandung informasi yang dibicarakan si pembicara atau hal yang

berhubungan dengan titik awal pernyataan tersebut. Pembahasan mengenai konstruksi tema-rema

tidak lepas dari tindakan topikalisasi, yaitu pementingan topik dengan penekanan atau pemusatan.

Hal ini dapat ditemukan dalam bahasa Indonesia yang merupakan pemadanan masing-masing

kalimat bermarkah. Mengacu pada Samsuri (1985) kajian transformasi fokus yang mencakup hasil

kajian topikalisasi, sebuah konstituen dijadikan fokus dengan mempergunakan empat piranti, yaitu

(a) intonasi, (b) pemindahan, (c) penggunaan penanda fokus dan (e) penggunaan posesif-nya.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

47

Tema mengandung informasi yang lebih penting daripada rema. Oleh karena itu, tema berada di

sebelah kiri rema. Tema dicirikan sebagai konstituen yang berada pada posisi paling kiri dari

kalimat, sedangkan rema merupakan konstituen di sebelah kanan rema yang merupakan konstituen

yang bersifat klausal, yaitu konstituen yang berupa klausa.

Dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, tema ditandai dengan struktur gramatikal yang

diletakkan di posisi awal klausa/kalimat atau unsur paling depan dari klausa. Tema dinyatakan

dengan unsur pertama klausa sedangkan unsur sesudah tema disebut dengan rema (Saragih 2007).

Kedudukan tema dan rema dapat dijabarkan dalam tabel berikut ini:

TEMA REMA

Titik awal atau titik tolak informasi

suatu klausa, membawa pesan, sesuai

dengan konteks dalam klausa sebagai

satu kesatuan wacana.

Struktur non-tema, hadir setelah tema

sebagai tempat suatu pesan dibangun.

Posisi di awal klausa Hadir setelah tema

Tema menurut Halliday (1985) merupakan unsur yang menjadi titik awal pesan dalam

suatu klausa. Dengan kata lain, tema adalah unsur awal klausa yang hadir pada awal klausa. Tema

menyediakan konteks lokal untuk pengembangan pesan dalam klausa. Tema dalam bahasa Inggris

selalu berada di awal klausa yang diikuti oleh rema. Semua kalimat memiliki tema dan rema. Tema

kalimat mengandung informasi lama/ informasi yang telah diketahui berdasarkan konteks kalimat

dalam suatu teks, sedangkan rema mengandung informasi baru yang mendorong pengembangan

informasi dalam suatu teks. Tema terdiri atas tiga tipe yang berbeda, yaitu tema tekstual, tema

interpersonal dan tema topikal.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

48

Halliday memperkenalkan teori linguistik fungsional sistemik dan menulisnya dalam An

Introduction to Functional Grammar (1985) yang merupakan teori penggunaan bahasa yang

menitikberatkan analisis bahasa pada penyampaian informasi, baik dalam bentuk lisan maupun

tulisan. Berdasarkan teori diketahui bahwa teori ini merupakan sistem yang menafsirkan semua

unit bahasa, yang dapat berupa klausa, frasa maupun unit bahasa lainnya. Teori ini menyebut tiga

fungsi utama yakni sebagai metafungsi ideasional, interpersonal dan tekstual. Halliday

menyatakan bahwa teori ini melihat suatu bahasa sebagai sumber yang memberikan makna dan

mendeskripsikan bahasa dalam penggunaan yang nyata dan lebih berfokus pada teks dan konteks.

Fokus kajian tata bahasa ini adalah struktur bahasa termasuk cara suatu struktur menyusun dan

merealisasikan makna. Untuk mencari makna di balik struktur bahasa, Halliday merealisasikannya

melalui tiga sistem metafungsi, yaitu metafungsi ideasional, interpersonal dan tekstual. Ketiga

sistem metafungsi bahasa tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Metafungsi ideasional

Metafungsi ideasional berkaitan dengan bagaimana bahasa digunakan untuk

merepresentasikan pengalaman atau untuk mengorganisasikan, memahami dan

mengekspresikan persepsi tentang dunia dan kesadaran kita. Fungsi ideasional ini bersumber

dari pemahaman atas pengalaman. Fungsi ini dapat diungkap dengan pertanyaan: apa yang

telah terjadi, termasuk apa yang dilakukan seseorang dan terhadap siapa, di mana, kapan,

mengapa dan bagaimana hubungan logikal terjadi antara yang satu dengan yang lain. Fungsi

ideasional ini dapat dilihat dari fungsi eksperensial dan fungsi logika. Fungsi eksperiensial

adalah fungsi bahasa yang digunakan untuk menggambarkan pengalaman manusia. Realita

yang terjadi di alam semesta dan sosial dialami oleh manusia secara individu, sedangkan

fungsi logika menghubungkan satu unit pengalaman dengan unit yang lain. Identifikasi dan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

49

analisis proses dan partisipan diklasifikasi menjadi beberapa bagian. Proses dalam fungsi

eksperensial dipilah atas proses material, proses mental, proses relasional, proses tingkah

laku, proses verbal dan proses wujud. Sedangkan partisipan dipilah atas partisipan I dan

partisipan II. Klasifikasi tersebut tertera pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 1 Klasifikasi Fungsi Ideasional Menurut Jenis Proses dan Jenis Partisipan

No Jenis Proses Jenis Partisipan

Partisipan I Partisipan II

1 Material Pelaku Gol

2 Mental Pengindra Fenomenon

3 Relasional 1) Indentifikasi

Bentuk

2) Atribut:

Penyandang

3) Kepemilikan:

Pemilik

Nilai

Atribut

Milik

4 Tingkah Laku Petingkah laku -

5 Verbal Pembicara Perkataan

6 Wujud Maujud -

Sumber: M.A.K. Halliday dan Christian M.I.M. Matthiessen, Construing Experience Through

Meaning: A Language-based Approach to Cognition, (London-New York: Continuum, 2006),

p.102

Selain proses dan partisipan, fungsi ideasional juga memiliki satu jenis lagi yaitu

sirkumstan. Pengidentifikasian sirkumstan dalam klausa didasarkan pada jenis sirkumstan yang

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

50

dipilah lagi atas subkategorinya. Tabel berikut ini memperlihatkan jenis, subkategori dan cara

mengidentifikasi sirkumstan dalam klausa.

Tabel 2. 2 Klasifikasi Fungsi Ideasional Menurut Jenis, Subkategori dan Cara

mengidentifikasi Sirkumstan

No Jenis Sirkumstan Subkategori Cara

Mengidentifikasi

1 Rentang Waktu

Tempat

Berapa lamanya?

Berapa jauhnya?

2 Lokasi Waktu

Tempat

Kapan?

Dimana?

3 Cara - Bagaimana?

4 Sebab - Mengapa?

5 Lingkungan - Dalam situasi apa?

6 Penyerta - Dengan siapa?

7 Peran - Sebagai apa?

8 Masalah - Tentang apa?

9 12) Pandangan - Menurut siapa?

Sumber: M.A.K. Halliday dan Chritian M.I.M. Mathiessen, Construing

Experience Through Meaning: A Language-based Approach to Cognition,

(London-New York: Continuum, 2006), h.102

b. Metafungsi interpersonal

Metafungsi interpersonal memaparkan pengalaman. Fungsi antarpersona adalah

fungsi bahasa yang mampu mempertukarkan pengalaman dalam interaksi sosial. Fungsi ini

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

51

merupakan aksi yang dilakukan pemakai bahasa dalam saling bertukar pengalaman linguistik.

Dengan kemampuan berinteraksi sosial, maka manusia dapat memenuhi kebutuhannya.

Dalam melakukan suatu aksi maka dari segi semantik, aksi terbagi dalam empat aksi dasar

yang disebut dengan protoaksi, yaitu pernyataan (memberi informasi), pertanyaan (meminta

informasi), tawaran (memberi barang dan jasa), dan perintah (meminta barang dan jasa).

Di dalam analisis Linguistik Fungsional Sistemik, fungsi antarpersona ditandai oleh

identifikasi moda (subjek dan finit) serta residu (predikator dan adjung). Hal ini didasarkan

pada pendapat Halliday (1994) dan Sinar (2008) yang menyatakan bahwa unsur moda dalam

bahasa Inggris terdiri atas subjek dan finit sedangkan unsur residu terdiri atas predikator,

komplemen serta adjung.

c. Metafungsi tekstual

Metafungsi tekstual berkaitan dengan bagaimana bahasa beroperasi untuk

menciptakan wacana yang utuh, berkesinambungan, kohesif, dan koheren. Klausa yang

ditemukan pada semua bahasa memiliki karakter sebagai pesan; klausa tersebut memiliki

beberapa bentuk susunan yang memberi status sebagai communicative event. Pada beberapa

bahasa, seperti bahasa Inggris, klausa disusun sebagai pesan dengan memberikan status

khusus pada satu bagian dari klausa tersebut. Satu bagian tersebut disebut theme (tema) yang

kemudian dikombinasikan dengan bagian sisanya, yang disebut rheme (rema) sehingga kedua

bagian tersebut membentuk sebuah pesan. Tema adalah bagian klausa yang merupakan titik

tolak suatu pesan, sedangkan rema adalah tempat pesan itu dibangun. Sebagai sebuah struktur

pesan, sebuah klausa terdiri atas sebuah tema diikuti dengan rema. Struktur tema-rema

digambarkan dengan tema yang diletakkan pada posisi awal klausa dan bagian kalimat yang

mengikuti di belakangnya disebut dengan rema. Sebagai titik awal pesan, tema direalisasikan

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

52

berdasarkan posisi dan penanda. Dengan kata lain tema dapat dilokalisasi berdasarkan dua

kriteria, yaitu (1) urutan dan (2) pemarkah di dalam klausa. Sejumlah bahasa mementukan

tema berdasarkan urutan dan yang lainnya berdasarkan pemarkah.

Kajian tentang tema-rema mendapat perhatian dari ahli penerjemahan seperti Bell (1991),

Baker (1988) dan Halliday (1994). Kalimat terdiri atas tema yang menyajikan informasi yang telah

diketahui, dan informasi tersebut bergantung pada konteks kalimat, sedangkan rema memyajikan

informasi baru yang merupakan informasi yang bersifat konteks-independen. Rema sebagai

pembawa informasi baru mendorong pengembangan teks. Tematisasi merupakan proses

pengalihan elemen kalimat ke posisi awal diikuti dengan perubahan struktur gramatikal suatu

kalimat, yang disebabkan oleh perpindahan elemen kalimat. Struktur pasif merupakan contoh dari

perpindahan ini, tidak hanya objek langsung yang dapat dipindahkan ke depan dan menduduki

posisi subjek, tetapi juga objek tak langsung. Halliday juga menyebutkan verba dapat berfungsi

sebagai tema melalui proses pengedepanan dan nominalisasi. Sejalan dengan hal di atas, Bell

(1991) menyampaikan bahwa tema yang bermarkah dalam bahasa Inggris dibentuk melalui

perubahan posisi elemen kalimat menjadi predikat, preposing, clefting maupun pengedepanan

unsur yang akan dijadikan tema dan kombinasi dari opsi-opsi tersebut.

2.4 Model Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif yang menjelaskan dan menguraikan

data dalam bentuk kata-kata, baik dalam bentuk frasa maupun kalimat secara utuh. Data dari

penelitian ini berasal dari buku The Intelligent Investor (2006). Dalam penelitian ini peneliti akan

mengamati kalimat-kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris dan bentuk terjemahannya ke dalam

bahasa Indonesia serta struktur informasi masing-masing kalimat bermarkah Bsu dan hasil

terjemahannya dalam Bsa.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

53

Di dalam model penelitian ini akan dideskripsikan fokus penelitian yaitu penerjemahan

kalimat bermarkah bahasa Inggris yang terdiri atas kalimat pasif, kalimat eksistensial, kalimat it-

cleft serta kalimat pseudo-cleft. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatif dengan pendekatan deskriptif yakni mendeskripsikan hasil analisis korpus pararel yang

ditemukan berupa kalimat bermarkah Bsu dan terjemahannya. Korpus pararel ini dikumpulkan

dengan metode pengumpulan simak dan catat. Korpus data yang telah ditemukan kemudian

diidentifikasi, diklasifikasi, dan diverifikasi. Setelah semua proses tersebut dilewati data kemudian

dianalisis dengan menggunakan teori terjemahan berupa teori pergeseran penerjemahan, dan

skewing, sambil memperhatikan kemasan gramatikal masing-masing kalimat dan terjemahannya

pada bahasa sasaran serta struktur tematisasi yang terkandung pada masing-masing kalimat

tersebut. Setelah semua proses dilaksanakan diharapkan hasil analisis dapat memberikan temuan

penelitian.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN … · menganalisis tipe dan struktur konstituen kalimat bermarkah dalam bahasa Inggris pada novel Descration. Di samping itu, tesis

54

Bagan 2. 1 Model Penelitian