15 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Pada bab kajian pustaka ini, dikemukakan teori-teori dari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengemukakan beberapa teori yang relevan dengan topik penelitian. 2.1.1 Ruang Lingkup Perpajakan 2.1.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu alat yang digunakan oleh pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan, baik yang bersifat langsung dan tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan negara. Banyak ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan definisi mengenai pajak yang berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama. Definisi pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) yaitu: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
48
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/40045/4/BAB II.pdf · 2018. 10. 29. · lain melalui pembayaran pajak secara elektronik. 3) Pemotongan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Pada bab kajian pustaka ini, dikemukakan teori-teori dari konsep-konsep
yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian. Dalam hal ini peneliti
akan mengemukakan beberapa teori yang relevan dengan topik penelitian.
2.1.1 Ruang Lingkup Perpajakan
2.1.1.1 Pengertian Pajak
Pajak merupakan salah satu alat yang digunakan oleh pemerintah dalam
mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan, baik yang bersifat langsung dan
tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan negara. Banyak ahli dalam bidang perpajakan yang
memberikan definisi mengenai pajak yang berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan
yang sama.
Definisi pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) yaitu:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
16
Definisi pajak yang dikemukakan oleh P.J.A. Adriani dalam Sukrisno
Agoes (2013:6):
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan”.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Waluyo (2012:2) :
“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-
norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi
yang dapat ditunjukkan secara individual, dimaksudkan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.”
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan
iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat
dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung, tetapi digunakan
untuk pengeluaran-pengeluaran negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
secara umum.
2.1.1.2 Fungsi Pajak
Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dalam membayar pajak, karena hasil dari penerimaan pajak tersebut
digunakan untuk melakukan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat. Dengan
demikian pajak mempunyai beberapa fungsi menurut Siti Kurnia Rahayu
(2017:31), Pajak memiliki dua fungsi yaitu sebagai berikut:
17
1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh:
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
2. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakan
pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras dan barang mewah.
2.1.1.3 Jenis Pajak
Menurut Siti Resmi (2017:7) pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok, adalah sebagai berikut:
1. Menurut golongan atau pembebanan, dibagi menjadi berikut ini:
a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain tetapi juga harus menjadi langsung Wajib
Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembebanan dan
pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip adalah sebagai berikut:
18
a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh:
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Barang Mewah.
3. Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut:
a. Pajak Negara, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak
Reklame, Pajak Hiburan, Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkotaan dan pedesaan.
2.1.1.4 Asas-Asas Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2012:16), asas pemungutan pajak yaitu sebagai
berikut:
1. Asas Tempat Tinggal
Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak. Wajib
Pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan
19
yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau berasal
dari luar negeri.
2. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini
diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak.
3. Asas Sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang
bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan demikian,
Wajib Pajak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib
Pajak.
2.1.1.5 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi tiga seperti yang diungkapkan oleh
Waluyo (2012:17) sebagai berikut:
1. Sistem Official Assessment
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang. Ciri-ciri official assessment system adalah sebagai berikut:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada
fiskus.
b. Wajib Pajak bersifat pasif.
20
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
2. Sistem Self Assessment
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
3. Sistem Withholding
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yangmemberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak
yang terutang oleh Wajib Pajak.
2.1.1.6 Pengertian Wajib Pajak
Berdasarkan UU Nomor 28 tahun 2007 yang dimaksud dengan wajib
pajak adalah:
“Orang Pribadi atau Badan, meliputi membayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”
2.1.1.7 Subjek Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:136) Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi:
1. Subjek Pajak Dalam Negeri yang terdiri dari:
a. Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu:
21
1) Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus
berturut-turut) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau
2) Orang Pribadi yang dalam waktu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
b. Subjek Pajak Badan, yaitu:
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali ini tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah dan
4) Pembukuannya dipaksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara.
c. Subjek Pajak Warisan, yaitu:
Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak.
2. Subjek Pajak Luar Negeri yang terdiri dari:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
22
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, dan
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2.1.2 Pelaksanaan Self Assessment System
2.1.2.1 Pengertian Self Assessment System
Self Assessment System merupakan metode yang memberikan tanggung
jawab yang besar kepada wajib pajak karena semua proses dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan dilakukan sendiri oleh wajib pajak.
Self Assessment System menurut Waluyo (2014:18) adalah :
“Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayar”.
Sedangkan definisi self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu
(2013:101) adalah sebagai berikut :
23
“Self Assessment System adalah suatu sistem perpajakan yang memberi
kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan
sendiri kewajiban dan hak perpajakannya”.
Dari definisi diatas terlihat bahwa perhitungan pajak dengan Self
Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang menekankan kepada
wajib pajak untuk bersikap aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,
karena sistem pemungutan ini memberi kebebasan kepada wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya sendiri tanpa adanya campur tangan fiskus
atau pemungut pajak.
Tata cara pemungutan pajak dengan menggunakan Self Assessment
System berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin
pajak yang tinggi, dimana ciri-ciri Self Assessment System adalah adanya
kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah pelaksanaannya, lebih adil
dan merata, dan perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak.
2.1.2.2 Dimensi dan Indikator Pelaksanaan Self Assessment System
Self Assessment System menyebabkan wajib pajak mendapat beban berat
karena semua aktivitas pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh Wajib
Pajak sendiri. Kewajiban wajib pajak dalam Self Assessment System menurut Siti
Kurnia Rahayu (2013:103) menjelaskan bahwa:
1. Mendaftarkan Diri ke Kantor Pelayanan Pajak
Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan Potensi Perpajakan
24
(KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib
Pajak, dan dapat melalui e-register (media elektronik online) untuk
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak
Menghitung Pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak
terutang yang dilakukan pada setiap akhir bulan pajak, dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan pengenaan pajaknya. Sedangkan,
memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut
dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal
sebagai kredit pajak (prepayment).
3. Membayar Pajak Dilakukan Sendiri oleh Wajib Pajak
1) Membayar Pajak
a. Membayar sendiri pajak yang terutang: angsuran PPh pasal 25 tiap
bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.
b. Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh Pasal 4(2),
PPh Pasal 15, PPh Pasal 21,22,23 dan 26). Oihak lain disini seperti:
pemberi penghasilan, pemberi kerja dan pihak lain yang ditunjuk
atau ditetapkan oleh pemerintah.
c. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah.
d. Pembayaran pajak-pajak lainnya seperti PBB, BPHTB, Bea
Materai.
25
2) Pelaksanaan Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun
swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara
lain melalui pembayaran pajak secara elektronik.
3) Pemotongan dan Pemungutan
Jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal 21,22,23,26, PPh
Final pasal 4(2), PPh Pasal 15, PPN dan PPnBM. Untuk PPh
dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN dikreditkan pada masa
diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme pajak keluar dan
pajak masukan.
4. Pelaporan Diberlakukan oleh Wajib Pajak
Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi
wajib pajak didalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat
pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan
pajak, baik yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui
mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak
ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari
pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak
yang telah dilakukan.
26
Berdasarkan dimensi indikator tersebut, self assessment system menjadi
sebuah sistem yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi
dan melaksanakan sendiri kewajiban dan perpajakannya.
2.1.2.3 Syarat dalam Pelaksanaan Self Assessment System
Dalam rangka melaksanakan Self Assessment System ini diperlukan
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari pelaksanaan
pemungutan ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Erly Suandy (2014:128)
yaitu:
1. Kesadaran Wajib Pajak (Tax Consciousness)
Kesadaran Wajib Pajak artinya wajib pajak mau dengan sendirinya
melakukan kewajiban perpajakan seperti mendaftarkan diri, menghitung,
membayar dan melaporkan jumlah pajak terutang.
2. Kejujuran Wajib Pajak
Kejujuran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak melakukan kewajibannya
dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi. Hal ini dilakukan
didalam sistem ini karena fiskus memberi kepercayaan kepada wajib
pajak untuk mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melaporkan
sendiri jumlah pajak yang terutangnya.
3. Kemauan Membayar Pajak dari Wajib Pajak (Tax Mindedness)
Tax Mindedness artinya wajib pajak selain memiliki kesadaran akan
kewajiban perpajakannya , namun juga dalam dirinya memiliki hasrat
dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutangnya.
27
4. Kedisiplinan Wajib Pajak (Tax Discipline)
Kedisiplinan wajib pajak artinya wajib pajak dalam melakukan
kewajiban perpajakannya dilakukan dengan tepat waktu sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
2.1.2.4 Ciri-ciri Self Assessment System
Adapun ciri-ciri Self Assessment System menurut Siti Kurnia Rahayu
(2013:102) adalah:
1. Wajib pajak (dapat dibantu oleh konsultan pajak) melakukan peran aktif
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
2. Wajib pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas kewajiban
perpajakannya sendiri.
3. Wajib Pajak hal ini instansi perpajakan melakukan pembinaan, penelitian
dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan bagi Wajib
Pajak, melalui pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi pelanggaran
dalam bidang perpajakan sesuai peraturan yang berlaku.
Self Assessment System mempunyai arti bahwa pemberian kepercayaan
sepenuhnya pada wajib pajak (dapat dibantu konsultan pajak) untuk menentukan
penetapan besarnya pajak yang terutang sendiri dan kemudian melaporkan
pembayaran pajak dan penghitungan pajak secara teratur jumlah pajak terutang
dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan.
28
2.1.2.5 Prinsip Self Assessment System
Prinsip Self Assessment System tampak pada Pasal 12 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2000 yaitu sebagai berikut:
1) Setiap Wajib Pajak membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.
2) Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang
disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti bahwa jumlah pajak
yang terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) tidak benar, maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan
jumlah pajak terutang yang semestinya.
Self Assessment System memindahkan beban pembuktian kepada fiskus.
Wajib Pajak dianggap benar sampai fiskus dapat membuktikan adanya kesalahan
tersebut.
2.1.2.6 Hambatan Pelaksanaan Self Assessment System
Selain itu juga terdapat hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan
pemungutan pajak yang dapat dikelompokan menjadi dua sebagaimana yang
diungkapkan Mardiasmo (2011:8) yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif.
1. Perlawanan Pasif, yaitu masyarakat enggan (pasif) membayar pajak,
yang dapat disebabkan antara lain:
29
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang mungkin (sulit) dipahami masyarakat.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan Aktif, yaitu meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditunjukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari
pajak. Bentuknya antara lain:
a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar Undang-undang.
b. Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
Undang-undang (menggelapkan pajak).
Setiap hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan self assessment system
tentu saja berakibat terhambatnya proses pembangunan daerah, karena
berkurangnya sumber pendapatan daerah.
2.1.3 Kualitas Pemeriksaan Pajak
2.1.3.1 Pengertian Kualitas Pemeriksaan Pajak
Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Pasal 1 ayat (25) Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai
berikut:
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau tujuan lain dalam