8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins & Coulter (2004: 4) dalam bukunya “Manajemen”, menyatakan bahwa: “Manajemen adalah sebuah proses mengkoordinasikan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien dengan dan melalui orang lain”. Witzel (2004: 9) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses mengkoordinasi dan mengarahkan kegiatan diri sendiri dan orang lain terhadap suatu tujuan tertentu. Dimana tujuan dari manajemen adalah untuk melaksanakan tugas-tugas yang diperlukan yang memungkinkan bisnis untuk mencapai tujuannya. Dari kedua definisi manajemen diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu ilmu yang dapat mengatur sumber daya yang tersedia melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 2.1.1.1 Manajemen Operasi Pengertian manajemen operasi menurut Heizer & Render (2010: 4) adalah sebagai berikut:
37
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00447-MN bab 2.pdf · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Terdapat 8 prinsip dalam penerapan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen menurut Robbins & Coulter (2004: 4) dalam bukunya
“Manajemen”, menyatakan bahwa:
“Manajemen adalah sebuah proses mengkoordinasikan kegiatan kerja sedemikian
rupa sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien dengan dan melalui
orang lain”.
Witzel (2004: 9) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses
mengkoordinasi dan mengarahkan kegiatan diri sendiri dan orang lain terhadap
suatu tujuan tertentu. Dimana tujuan dari manajemen adalah untuk melaksanakan
tugas-tugas yang diperlukan yang memungkinkan bisnis untuk mencapai
tujuannya.
Dari kedua definisi manajemen diatas, maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa manajemen adalah suatu ilmu yang dapat mengatur sumber daya yang
tersedia melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2.1.1.1 Manajemen Operasi
Pengertian manajemen operasi menurut Heizer & Render (2010: 4) adalah
sebagai berikut:
9
9
“Serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa
dengan merubah input menjadi output.”
Sedangkan menurut Greasley (2008: 3) manajemen produksi atau operasi
adalah proses pencapaian dan pengutilisasian sumber-sumber daya untuk
memproduksi atau menghasilkan barang/jasa yang berguna sebagai usaha untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Sehingga manajemen operasi
bertanggung jawab terhadap sumber daya yang terlibat di dalam seluruh proses
produksi.
Dari pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa manajemen
operasi adalah kegiatan untuk mengatur penggunaan sumber daya untuk
menciptakan dan menambah nilai suatu barang melalui perubahan dari input
menjadi output yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi.
2.1.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah rancangan sistem-
sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat
manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasional
(Mathis & Jackson, 2006: 3).
Armstrong (2006: 3) mendifinisikan konsep manajemen sumber daya
manusia sebagai sebuah strategi untuk mengelola aset perusahaan yang paling
berharga; dimana orang-orang yang bekerja di perusahaan baik secara individual
maupun kolektif memberikan konstribusi untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pandangan yang lebih luas dikemukakan oleh Rowley & Jackson yang
10
10
mengatakan manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan,
pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota
organisasi atau kelompok karyawan, juga menyangkut desain implementasi sistem
perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karir,
evaluasi kinerja, kompensasi karyawan, dan hubungan ketenagakerjaan yang baik.
Dari pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa manajemen
sumber daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur dan mengelola
hubungan tenaga kerja dalam sebuah organisasi guna mencapai tujuan-tujuan
organisasional.
2.1.1.3 Hubungan Manajemen Operasi dan Manajemen SDM
Manajemen operasi dan manajemen sumber daya manusia merupakan
bagian yang sangat penting dari bisnis saat ini. Menyadari fakta ini, maka akan
membuka banyak kesempatan untuk perbaikan dan kemajuan besar dalam
penelitian dan praktek di dalam dunia bisnis. Karena dengan membantu para
karyawan untuk mengerti tentang implikasi dari desain manajemen operasi untuk
pekerjaan mereka, dan selanjutnya memotivasi mereka untuk bertindak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan, maka desain dari manajemen
operasi itu sendiri akan memiliki dampak terhadap kinerja mereka di perusahaan
(Boudreau et al., 2003).
Sehingga fokus operasional yang jelas diharapkan dapat menjadi faktor
penting untuk keberhasilan inisiatif hubungan antar karyawan dan memberikan
dampak terhadap kinerja karyawan di perusahaan tempat mereka bekerja.
11
11
2.1.2 Mutu
Perusahaan yang ingin bersaing di pasar global harus mampu mencapai tingkat
mutu yang tinggi (quality level), bukan hanya produknya namun secara
menyeluruh menyangkut semua aspek dari perusahaan (total quality).
Pengertian mutu menurut American Society for Qualityyang dikutip oleh Heizer &
Render (2010: 190):
“Quality is the totality of features and characteristics of product and service that
bears on its ability to satisfy stated or implied need.”
Artinya: kualitas/mutu adalah keseluruhan corak dan karakteristik dari produk
ataupun jasa yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas
maupun yang tersembunyi.
Menurut Render dan Heizer (2010), mutu mempengaruhi perusahaan dalam empat
cara:
1. Biaya dan pangsa pasar
2. Reputasi perusahaan
3. Pertanggungjawaban produk
4. Implikasi Internasional
Untuk menjaga konsistensi mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan
pasar, perlu dilakukan pengendalian mutu (quality control) atas aktivitas proses
yang dijalani. Konsentrasi pengendalian mutu pada awalnya dimulai pada
aktivitas inspeksi yaitu memeriksa produk, menerima dan memenuhi syarat dan
menolak yang tidak memenuhi syarat.Melalui sistem pengendalian mutu
berdasarkan inspeksi tersebut sulit dihindari terbuangnya bahan, waktu, dan
12
12
tenaga karena adanya produk yang ditolak karena sebagai akibat tidak
terpenuhinya persyaratan yang ditentukan.Oleh karena itu timbul pemikiran untuk
menciptakan sistem yang dapat mencegah timbulnya masalah mengenai mutu,
agar kesalahan yang terjadi tidak pernah terulang lagi. Tuntutan terhadap adanya
jaminan mutu yang dapat diberikan oleh pemasok (dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah perusahaan) kepada pelanggan, telah melahirkan suatu
standar yang berorientasi pada sistem dan proses, yaitu apa yang dikenal dengan
standar sistem manajemen mutu.
Pada pasar dengan tingkat persaingan bisnis yang ketat, perusahaan harus
memiliki produk atau layanan dengan mutu yang baik dan tinggi agar tetap dapat
meningkatkan nilai kompetitif perusahaan.Mutu yang baik hanya bisa dihasilkan
oleh perusahaan yang memiliki sistem manajemen mutu yang handal.Sistem
Manajemen Mutu merupakan alat yang diharapkan dapat membantu untuk bekerja
secara lebih efektif dan efisien.
2.1.3 Sistem Manajemen Mutu
Sistem manajemen mutu merupakan suatu aktivitas yang terkoordinasi
untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi dalam mencapai sasaran
yang diharapkan berkenaan dengan mutu (Djatmiko &Jumaedi, 2011:2).
Terdapat 8 prinsip dalam penerapan sistem manajemen mutu, antara lain:
1) Prinsip 1 (Organisasi yang berfokus pada pelanggan)
13
13
Organisasi tergantung pada pelanggannya. Oleh karena itulah
organisasi harus mengerti keinginan pelanggan, baik untuk saat ini
maupun masa yang akan datang.
2) Prinsip 2 (Kepemimpinan)
Pemimpin menetapkan satu tujuan dan arah organisasi.Mereka harus
menciptakan dan memelihara lingkungan internal di mana karyawan dapat
terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan organisasi.
3) Prinsip 3 (Keterlibatan karyawan)
Karyawan pada semua tingkatan merupakan unsur dari suau
organisasi.Keterlibatan mereka senantiasa memberikan sumbangan bagi
kepentingan perusahaan.
4) Prinsip 4 (Pendekatan proses)
Suatu hasil yang diinginkan akan dicapai secara lebih efisien jika
sumber daya dan aktivitas yang saling berkaitan diatur sebagai suatu
proses.
5) Prinsip 5 (Pendekatan sistem pada manajemen)
Jika proses-proses yang saling berkaitan dapat diidentifikasikan dan
diatur sebagai suatu sistem maka tujuan dan sasarannya dapat dicapai
dengan lebih efektif dan efisien.
6) Prinsip 6 (Pendekatan yang berkesinambungan)
14
14
Pendekatan yang berkesinambungan harus menjadi suatu tujuan
permanen dari suatu organisasi.
7) Prinsip 7 (Pendekatan factual untuk mengambil keputusan)
Keputusan efektif berasal dari data dan informasi yang dianalisa
dengan baik.
8) Prinsip 8 (Hubungan pelanggan yang bermanfaat bagi kedua belah
pihak)
Hubungan antara suatu organisasi dan para pemasoknya adalah saling
ketergantungan.Hubungan saling ketergantungan ini menghasilkan nilai lebih bagi
keduanya.
2.1.4International Organization for Standardization (ISO)
ISO (International Organization for Standardization) adalah suatu
pedoman dan persyaratan yang digunakan suatu organisasi untuk menghasilkan
produk yang bermutu dan sesuai dengan keinginan pelanggan (Djamiko dan
Jumaedi, 2011:3).ISO merupakan badan standar dunia berkedudukan di Swiss dan
didirikan sejak 1947.Lebih dari 135 negara berpartisipasi dalam penentuan
standar.
Menurut Nadvi dan Waltring (2004), di dalam perekonomian global seperi
saat ini, standarisasi merupakan hal yang sangat penting. Karena tanpa adanya
standarisasi, organisasi apapun akan sulit untuk bertahan. Standarisasi dapat
menstimulasi masalah-masalah global dengan mengeliminasi beberapa hambatan
15
15
dari adanya perbedaan praktek kerja di setiap negara.Standarisasi telah menjadi
bagian yang penting untuk pertumbuhan di bidang industri khususnya di abad 21
ini (Blind, 2004).
Saizabirtoria (2011) mengatakan bahwa sistem manajemen standar
internasional bukan mengkhususkan pada standard kinerja, melainkan lebih
kepada tahapan-tahapan dan proses yang lebih sistematis dan terstruktur untuk
membantu perusahaan dalam mengelola strategi dan sumber dayanya dengan baik
agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
Berikut ini merupakan manfaat dari penerapan manajemen mutu ISO
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan sehubungan dengan
perdagangan bebas yang tidak mengenal batas wilayah. Hanya produk
yang mempunyai daya saing tinggilah yang diterima di pasar.
2. Dengan banyaknya persaingan di pasar bebas, maka konsumen akan
memilih produk dengan mutu yang baik dan konsisten. Apabila
perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen akan produk
yang bermutu, maka lambat laun perusahaan akan mengalami
kebangkrutan karena perusahaan tidak dapat menjual produknya. Dengan
demikian, pola konsumen pada masa mendatang akan cenderung memilih
produsen yang mempunyai sertifikasi standar mutu (ISO).
16
16
3. Penerapan ISO akan meningkatkan produktivitas, efisiensi, efektifitas
operasional, dan mengurangi biaya yang ditimbulkan barang cacat (reject)
atau barang bermutu rendah dan limbah.
4. Penerapan ISO membuat sisem kerja dalam suatu perusahaan menjadi
standar kerja yang terdokumentasi. Dengan demikian, perusahaan
mempunyai aturan yang baik sehingga memudahkan dalam pengendalian.
5. Penerapan ISO dapat meningkakan semangat dan moral karyawan karena
adanya kejelasan tugas dan wewenang (job description) serta hubungan
antar bagian yang terkait. Dengan begitu, karyawan dapat bekerja dengan
efisiensi dan efektif.
6. Nilai kompetensi dan image perusahaan semakin meningkat dengan
sertifikasi ISO.
7. Penerapan ISO menjamin proses yang dilaksanakan sesuai dengan sistem
manajemen mutu yang ditetapkan.
8. Penerapan ISO memudahkan top management mencapai target karena
sudah dipersiapkan target yang terukur dan rencana pencapaiannya.
2.1.5 ISO 9001
ISO 9001 series yang dikenal dengan sistem manajemen mutu, pertama kali
dipublikasikan tahun 1987.Namun tidak spesifik pada suatu industri, produk, atau
jasa khusus, sehingga pada tahun 1994 standar ini direvisi.Dalam versi 1994,
standar dikembangkan untuk menolong perusahaan agar secara efektif dapat
17
17
mendokumentasikan elemen-elemen sistem mutu yang diterapkan.Kemudian
standar ini direvisi kembali pada 15 Desember 2000 dan revisi terakhir pada tahun
2008.
ISO 9001 sendiri adalah standar internasional yang diakui untuk sertifikasi
sistem manajemen mutu.ISO 9001 menyediakan kerangka kerja bagi perusahaan
dan seperangkat prinsip-prinsip dasar dengan pendekatan manajemen secara nyata
dalam aktivitas rutin perusahaan. ISO 9001 secara umum telah diterima sebagai
kualifikasi dalam pengaturan bisnis modern (Douglas et al, 2003; Sroufa,
Curkovic, 2008), selain karena memiliki karakteristik kemampuan yang bersifat
kumulatif dari setiap aktivitas yang diterapkan di dalam ISO, tetapi juga karena
implementasi dari ISO yang telah mencakup secara luas (global).
Braun (2005) mengatakan di dalam ISO 9001 perusahaan lebih ditekankan
untuk fokus terhadap prosedur dan standarisasi agar dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen. Hal tersebut didukung oleh Franceschini et al (2006) yang
mengatakan bahwa ISO versi 9000 selain fokus terhadap pemenuhan kebutuhan
konsumen juga menekankan pada proses yang efektif dan fokus terhadap
peningkatan kinerja yang berkesinambungan.
Secara berkala ISO melakukan penyempurnaan terhadap standard-standard
yang telah dikeluarkan, termasuk ISO 9001, yang pertama kali dikeluarkan tahun
1994.
Dalam buku karangan Agus Syukur (2010:47) manfaat penerapan ISO
9001 antara lain:
18
18
• Membuat sistem kerja menjadi standar yang terdokumentasi sehingga
memudahkan pelaksanaan pekerjaan
• Ada jaminan bahwa perusahaan mempunyai SMM (Sistem Manajemen
Mutu) dan produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan
• Dapat berfungsi sebagai standard kerja untuk melatih karyawan baru
• Menjamin bahwa proses yang dilaksanakan sesuai dengan SMM yang
ditetapkan
• Meningkatkan semangat pegawai karena merasa adanya kejelasan kerja
sehingga menjadi lebih efisien
• Adanya kejelasan hubungan tanggung jawab dan wewenang antara bagian
yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan
• Dapat mengarahkan karyawan agar berwawasan mutu dalam memenuhi
permintaan pelanggan (internal dan eksternal)
• Meningkatkan konsistensi kualitas kerja
• Membiasakan bertindak berdasarkan data
• Memungkinkan pemantauan pencapain mutu yang lebih ketat.
2.1.6 ISO 9001:2008
19
19
ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen
mutu/kualitas yang menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk
desain penilaian dari suatu manajemen mutu.
Menurut Praxiom Research Group Limited (2009) ISO 9001:2008 tidak
memperkenalkan persyaratan baru dari versi sebelumnya yaitu ISO
9001:2000.Melainkan hanya menyempurnakan dan memodifikasi persyaratan
yang telah ada dalam ISO 9001:2000.
Konsep dasar ISO 9001:2008 menurut Syukur (2010:65) antara lain:
Perusahaan harus memiliki standar sistem operasional yang jelas, yang
bisa membantu karyawan untuk dapat bekerja dengan output mutu
yang baik.
Karyawan yang bekerja harus kompeten untuk menghindari output
ketidaksesuaian terhadap persyaratan produk, akibat adanya pekerjaan
yang dilakukan karyawan yang kurang kompeten.
Infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan (gedung, mesin, peralatan
kerja baik hardware maupun software) harus memadai untuk
menghindari output mutu yang kurang baik akibat kurang memadainya
infrastruktur perusahaan.
Perusahaan harus memiliki kebijakan mutu, sasaran mutu, dan strategi
untuk mencapai sasaran mutu.
20
20
Perusahaan harus melakukan review secara bertahap terhadap: kinerja
internal perusahaan, tingkat kepuasan pelanggan, dan pencapaian
sasaran mutu.
Perusahaan harus:
- Melakukan tindakan perbaikan atas penyimpangan yang terjadi.
- Mempunyai program peningkatan secara terus menerus
(continuous improvement).
Table 2.1 Klausul Sistem Manajemen Mutu 9001:2008
No
Klausul
Klausul ISO 9001:2008
1. Ruang lingkup
2. Referensi normative
3. Terminologi dan definisi
4
4.1
4.2
4.2.1
Sistem Manajemen Mutu
Persyaratan umum
Persyaratan dokumentasi
Umum
21
21
4.2.2
4.2.3
4.2.4
Manual Mutu
Pengendalian Dokumen
Pengendalian Rekaman
5.
5.1
5.2
5.3
5.4
5.4.1
5.4.2
5.5
5.5.1
5.5.2
5.6
5.6.1
5.6.2
5.6.3
Tanggung jawab manajemen
Komitmen manajemen
Fokus pelanggan
Kebijakan mutu
Perencanaan
Tujuan mutu
Perencanaan sistem manajemen mutu
Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
Management Representative
Komunikasi internal
Tinjauan manajemen
Umum
Tinjauan input
Tinjauan ouput
22
22
6.
6.1
6.2
6.2.1
6.2.2
6.3
6.4
Manajemen Sumberdaya
Ketersediaan sumberdaya
Sumberdaya manusia
Umum
Kompetensi, kesadaran dan pelatihan
Infrastruktur
Lingkungan kerja
7.
7.1
7.2
7.2.1
7.2.2
7.2.3
7.3
7.3.1
7.3.2
7.3.3
Realisasi Produk
Perencanaan realisasi produk
Proses yang berhubungan dengan pelanggan
Menentukan persyaratan berhubungan dengan produk
Tinjauan persyaratan yang berhubungan dengan produk
Komunikasi pelanggan
Desain dan pengembangan
Perencanaan desain dan pengembangan
Masukan untuk desain dan pengembangan
Keluaran desain dan pengembangan
23
23
7.3.4
7.3.5
7.3.6
7.3.7
7.4
7.4.1
7.4.2
7.4.3
Tinjauan desain dan pengembangan
Verifikasi desain dan pengembangan
Validasi desain dan pengembangan
Pengendalian perubahan desain dan pengembangan
Pembelian
Proses pembelian
Informasi Pembelian
Verifikasi produk yang dibeli
Produksi dan penyediaan pelayanan
Pengendalian produksi dan penyediaan pelayanan
Validasi proses produksi dan penyediaan pelayanan
Identifikasi dan mampu telusur
Properti pelanggan
Pemeliharaan produk
Pengendalian pemantauan dan pengukuran alat
7.5
7.5.1
7.5.2
7.5.3
7.5.4
7.5.5
7.6
8.
8.1
Pengukuran, analisis dan pengembangan
Umum
24
24
8.2
8.2.1
8.2.2
8.2.3
8.2.4
8.3
8.4
8.5
8.5.1
8.5.2
8.5.3
Pemantauan dan pengukuran
Kepuasan pelanggan
Audit internal
Pemantauan dan pengukuran proses
Pemantauan dan pengukuran produk
Pengendalian produk yang tidak sesuai
Analisis data
Peningkatan
Peningkatan berkesinambungan
Tindakan perbaikan
Tindakan pencegahan
Sumber: Gaspersz (2005)
2.1.7 Kinerja
Kinerja itu sendiri merupakan suatu tindakan proses atau cara bertindak atau suatu
tindakan konstruk, dimana banyak para ahli yang masih memiliki sudut pandang
berbeda dalam mendefinisikannya. Beberapa ahli mengatakan bahwa kinerja
berkaitan dengan pekerjaan dan juga tentang hasil akhir yang harus dicapai,
karena memberikan hubungan yang kuat dengan tujuan strategis perusahaan,
25
25
kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi (Mwita, 2003). Sedangkan
Campbell (2001) mengatakan premis bahwa kinerja merupakan perilaku dan
harus dibedakan dari out-come karena dapat terkontaminasi oleh faktor sistem
yang merupakan di luar kendali yang melakukannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan individual –
kemampuannya, usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi yang
diterimanya. Peran yang sebenarnya dari unit SDM dalam organisasi
“seharusnya” tergantung pada apa yang diharapkan oleh manajemen atas.
Sehubungan dengan fungsi manajemen mana pun, aktivitas manajemen SDM
harus dikembangkan, dievaluasi, dan diubah bila perlu sehingga karyawan dapat
memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif organisasi dan individu di tempat
kerja.Seperti teori yang terdapat dalam buku karangan Mathis & Jackson
(2006:113) terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi bagaimana individu
yang ada bekerja. Faktor-faktor tersebut adalah: (1) kemampuan individual untuk
melakukan pekerjaan tersebut; bakat, minat, factor kepribadian, (2) tingkat usaha
yang dicurahkan; motivasi, etika kerja, kehadiran, dan rancangan tugas, dan (3)
dukungan organisasi; pelatihan dan pengembangan, peralatan dan teknologi,
standar kinerja, manajemen dan rekan kerja. Hubungan ketiga faktor ini diakui
secara luas dalam literature manajemen sebagai:
Kinerja (Performance--P) = Kemampuan (Ability--A) X Usaha (Effort--E) X
Dukungan (Support-S)
Sumber: Mathis & Jakson (2006)
26
26
Apabila teori diatas dikaitkan dengan penerapan ISO 9001 dimana
terdapat beberapa klausul dalam ISO 9001:2008 yang memiliki pengaruh
terhadap kinerja sumber daya manusia di dalam perusahaan. Dimana isi dari
klausul itu mencakup:
1. Klausul 6.2.2 yaitu kompetensi, kesadaran dan pelatihan
2. Klausul 6.3 yaitu infrastrukur
3. Klausul 6.4 yaitu lingkungan kerja
2.1.8Klausul Kompetensi
Karyawan yang terlibat dalam proses pengoprasian organisasi, baik perencanaan,
pelaksanaan, maupun pengendalian harus mempunyai kompetensi sebagaimana
yang ditetapkan dalam organisasi atau perusahaan, yaitu kompeten sesuai dengan
pendidikan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman yang dapat menjamin bahwa
kualitas yang disyaratkan terpenuhi (Gazpersz, 2005).
Reinhardt & North (2003) mengatakan bahwa kompetensi seseorang pada
dasarnya menggambarkan hubungan antara persyaratan yang ditujukan untuk
seseorangatau kelompok terhadap kemampuan dan potensi mereka untuk dapat
memenuhi persyaratan itu sendiri.Kompetensi dapat terukur melalui hasil yang
yang dicapai sebagai akibat dari tindakan.Sementara Rivai (2006) menyatakan
kompetensi adalah sesuatu yang orang bawa bagi suatu pekerjaan dalam bentuk
dan tingkatan perilaku yang berbeda yang mempengaruhi aspek proses dari
pekerjaan.
27
27
Untuk mewujudkan sasaran organisasi agar sesuai dengan kompetensi
yang disyaratkan harus dilakukan:
1. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan kompetensi karyawan yang
melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi produk.
2. Memberikan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi agar
karyawan sadar dan berkontribusi terhadap pencapaian kualitas.
Dengan membangun kompetensi yang tinggi dapat diciptakan keunggulan yang
khas terhadap sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, salah satu caranya
adalah dengan melakukan rekruitmen individu yang terlatih dan memilki potensi
individual yang dapat dikembangkan melalui program pelatihan dan pendidikan
lanjut.
2.1.9Klausul Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.Blundell et
al (2005) menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan proses
peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial dimana pendidikan
berorientasi pada teori, dilakukan dalam ruangan, berlangsung lama, dan biasanya
menjawab “why”. Sedangkan sedangkan pelatihan berorientasi pada praktek, dan
dilakukan di lapangan, berlangsung singkat, dan biasanya menjawab “how”.
Pendidikan dan pelatihan bukan hanya berlaku untuk pegawai baru, akan
tetapi juga untuk pegawai lama yang sudah berpengalaman perlu juga untuk
28
28
menyesuaikan dengan organisai sumber dayanya, kebijaksanaan-kebijaksanaanya
dan prosedur-prosedurnya. Keterampilan, pengetahuan, dan keahlian harus
disesuaikan dengan aktivitas kerja agar dapat menyelesaikan setiap tugas dan
pekerjaan dengan baik.
Mensosialisasi karyawan ke dalam budaya perusahaan agar dapat menjadi
karyawan yang produktif dan efektif merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan.Langkah efektif adalah dengan memberikan pelatihan. Karena
pelatihan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan, sikap dan keahlian
tertentu agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung
jawabnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Michael dan Robert (2004) mengatakan bahwa pelatihan dibagi menjadi
dua program, yaitu dimana karyawan memperoleh keterampilan yang dapat
digunakan di hampir semua jenis pekerjaan.Pelatihan khusus dimana informasi
dan keterampilan sudah siap pakai khususnya pada bidang pekerjaannya. Tujuan
utama yang ingin dicapai dari program pelatihan dan pengembangan adalah: