13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Ukuran Perusahaan 2.1.1.1 Pengertian Ukuran Perusahaan Pada umumnya ukuran perusahaan merupakan penilaian untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Menurut Husnan (2007 : 45) ukuran perusahaan adalah : “Suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara antara lain : total aktiva log size, nilai pasar saham dan lain-lain”. Menurut Riyanto (2008:313), besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva. Menurut Scot (1981:235) dalam Torang (2012:93), ukuran organisasi merupakan suatu variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi. Dari beberapa pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva, nilai pasar, total penjualan dan lain-lain.
33
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/5744/6/BAB 2.pdf · Pengertian laba bisa bermacam-macam , tergantung ... laba yang dapat dilihat dari hasil
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Ukuran Perusahaan
2.1.1.1 Pengertian Ukuran Perusahaan
Pada umumnya ukuran perusahaan merupakan penilaian untuk
menentukan besar kecilnya suatu perusahaan.
Menurut Husnan (2007 : 45) ukuran perusahaan adalah :
“Suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan
menurut berbagai cara antara lain : total aktiva log size, nilai pasar
saham dan lain-lain”.
Menurut Riyanto (2008:313), besar kecilnya perusahaan dilihat dari
besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva.
Menurut Scot (1981:235) dalam Torang (2012:93), ukuran organisasi
merupakan suatu variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau
produk organisasi.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa ukuran
perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat
dari total aktiva, nilai pasar, total penjualan dan lain-lain.
14
Menurut Agnes Sawir (2004:101-102), ukuran perusahaan dinyatakan
sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan
yang berbeda:
Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil
umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk
obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya
peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi
penghambat.
Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam
kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan
dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih
menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin
besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan
kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan
preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar
hutang.
Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada
akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang
mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti
perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan
rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka
menjadi suatu sistem manajemen.
2.1.1.2 Metode Pengukuran Ukuran Perusahaan
Mengacu pada penelitian Erwati (2012), ukuran perusahaan dihitung
dengan log natural total penjualan, penulis memilih menggunakan total penjualan
karena penulis menilai total penjualan lebih bisa menggambarkan besar kecilnya
ukuran suatu perusahaan dan logaritma natural digunakan untuk memperhalus
nilai dari ukuran perusahaan.
15
2.1.2 Profitabilitas
2.1.2.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas dalam perusahaan dapat menunjukan perbandingan antara
laba dengan aktiva ataupun modal yang dapat menciptakan laba tersebut, atau
dapat dikatakan profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menciptakan laba.
Menurut Toto (2011 : 118), profitabilitas adalah kemampuan
menghasilkan laba. Pengertian laba bisa bermacam-macam , tergantung
kebutuhan dari pengukuran laba tersebut.
Menurut Agus (2010:122), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun
modal sendiri.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa profitabilitas
merupakan suatu pengukuran terhadap kemampuan perusahaan dalam
menciptakan labanya.
2.1.2.2 Jenis Profitabilitas dan Pengukurannya
Menurut Harahap (2011 : 304) jenis dan pengukuran profitabilitas
adalah sebagai berikut :
Profit Margin
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
16
Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
Return on Asset
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini maka dapat diaktakan semakin baik, yang artinya aktiva
dapat lebih cepat berputar dan menghasilkan laba.
Return on Equity
𝑅𝑂𝐸 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik. Bila semakin besar maka dapat dikatakan semakin baik.
Basic Earning Power
𝐵𝑎𝑠𝑖𝑐 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari
jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva.
Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik.
Earning Per Share
𝐸𝑃𝑆 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑖𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑚
Rasio ini menunjukan berapa besar kemampuan perlembar saham
menghasilkan laba.
17
Contribution Margin
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan
menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas
rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi
sehingga perusahaan dapat menikmati laba.
Rasio Rentabiitas
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑙𝑎𝑏𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛
Ini biasa juga digambarkan dari segi kemampuan karyawan, cabang, aktiva
tertentu dalam meraih laba, misalnya kemampuan karyawan per kepala meraih
laba. Rasio ini dapat juga digolongkan sebagai rasio produktivitas.
2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi
pihak luar perusahaan menurut Kasmir (2013 : 197), yaitu :
a) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu
b) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang
c) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
d) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri
e) Untuk mengukur seluruh produktivitas dari seluruh dana
perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal
sendiri
f) Dan tujuan lainnya
Sementara itu, manfaat dari rasio profitabilitas ini menurut Kasmir (2013 :
198) adalah sebagai berikut :
a) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh
b) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang
18
c) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
d) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri
e) Mengetahui seluruh produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri
Dari pernyataan – pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa profitabilitas
merupakan alat ukur untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba yang dapat dilihat dari hasil perhitungan rasio-rasio profitabilitas.
Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari kebijakan
manajemen. Jelasnya semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin
sempurna hasil yang akan dicapai, artinya pengetahuan tentang kondisi dan posisi
profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna ( Kasmir, 2013 :198)
2.1.2.4 Metode Pengukuran Profitabilitas
Dalam penelitian ini, pengukuran rasio profitabilitas menggunakan
rasio ROE, ROE dipilih karena penulis menilai ROE lebih bisa menggambarkan
persentasi laba bersih perusahaan, terlebih rasio ini berdasarkan dari modal
pemilik dan Investor juga sangat memperhatikan ROE (Toto, 2011:167)
2.1.3 Umur Perusahaan
2.1.3.1 Pengertian Umur Perusahaan
Pengertian umur menurut KBBI (2011:833) adalah lama waktu hidup atau
ada sejak lahir, dan pengertian perusahaan menurut Hery (2012:1) adalah sebuah
organisasi yang beroperasi dengan tujuan menghasilkan keuntungan dengan cara
menjual produk kepada para pelanggannya.
19
Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan
adalah lamanya waktu suatu perusahaan berdiri hingga saat ini. Menurut Farid
(2007) dalam Wulan (2013), umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya
hingga perusahaan telah mampu menjalankan operasinya.
Menurut Widiastuti (2002) dalam Novandrilla (2008) yang terdapat dalam
buku Rahmawati (2012 : 187), umur perusahaan dapat menunjukan bahwa
perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing.
Menurut Ulum (2009:173), umur perusahaan adalah bagian dari
dokumentasi yang menunjukan tentang apa yang tengah dan akan diraih
perusahaan.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa umur
perusahaan adalah umur dimana berdirinya perusahaan tersebut hingga
perusahaan tersebut tetap survive hingga sekarang atau nanti.
Menurut Harry (2011:4), persero memiliki umur yang tak terbatas, sesuai
dengan asumsi kesinambungan usaha/ going concern. Artinya umur perusahaan
menunjukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kesinambungan
usahanya.
2.1.3.2 Metode Pengukuran Umur Perusahaan
Umur perusahaan bisa dinilai dari berbagai sisi, yaitu dari sisi lamanya
perusahaan tersebut berdiri dari awal ataupun umur yang dilihat dari perusahaan
tersebut terdaftar dalam perusahaan publik ataupun terdaftar dipasar modal.
20
Menurut Ulum (2009:203), dalam pengukurannya umur perusahaan
dihitung dari tanggal IPO sampai tanggal laporan tahunan. Berdasarkan hal
tersebut, maka dalam penelitian ini, umur perusahaan dihitung sejak tanggal IPO
sampai dengan tahun periode penelitian, yaitu tahun 2014.
2.1.4 Diversifikasi Produk
2.1.4.1 Pengertian Diversifikasi Produk
Diversifikasi produk merupakan suatu upaya yang dilakukan perusahaan
untuk mengusahakan beberapa produk lainnya dengan produk yang sudah
dipasarkan sebelumnya. Menurut Tjiptono (2014 : 132) pengertian dari
diversifikasi produk adalah :
“Upaya mencari dan mengembangkan produk atau pasar yang baru, atau
keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan,
profitabilitas dan fleksibilitas”.
Menurut Agustini (2011: 87) diversifikasi produk adalah :
“Suatu perluasan pemilihan barang dan jasa yang dijualnya oleh
perusahaan, dengan jalan menambah produk baru ataupun memperbaiki
tipe, warna, mode, ukuran, jenis dari produk yang sudah ada dalam rangka
memperpleh laba maksimal.”
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat menjelaskan bahwa diversifikasi
produk merupakan strategi perusahaan untuk terus survive dan meningkatan profit
perusahaan dengan pengembangan produk-produk perusahaan baik membuat
produk baru maupun memodifikasi produk lama dengan tampilan baru agar lebih
menarik para konsumen.
21
Situasi yang mendukung penerapan strategi ini adalah jika sudah tidak ada
lagi peluang pertumbuhan untuk produk atau pasar saat ini; lingkungan pasar
yang dilayani sangat tidak stabil dan berdapak pada fluktuasi penjualan atau laba;
dan perusahaan bermaksud mengoptimalkan kompetensi intinya ( Tjiptono dan
Grogerius, 2012 : 105).
Menurut Tjiptono (2008:132), diversifikasi produk dapat dilakukan
melalui tiga cara, yaitu:
1. Diversifikasi konsentris
Dimana produk-produk baru yang diperkenalkan memiliki kaitan
atau hubungan dalam hal pemasaran atau teknologi dengan produk
yang sudah ada
2. Diversifikasi horizontal
Dimana perusahaan menambah produk-produk baru yang tidak
berkaitan dengan produk yang telah ada, tetapi dijual kepada
pelanggan yang sama
3. Diversifikasi konglomerat
Dimana produk-produk yang dihasilkan sama sekali baru, tidak
memiliki hubungan dalam hal pemasaran maupun tenologi dengan
produk yang sudah ada dan dijual kepada pelanggan yang berbeda
Menurut Agustini (2011: 87) ada 2 jenis diversifikasi, yaitu :