BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Pada umumnya siswa kelas V SD berusia sekitar 9-11 tahun. Mengenai perkembangan anak Buhler mengungkapkan bahwa anak pada usia 9-11 tahun berada pada masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidiki dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi (Sobur, 2011: 132). Piaget (Slameto, 2013:116) membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensorimotor (lahir-2 tahun); (2) Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun); (4) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun). Secara umum siswa kelas V SD termasuk pada masa operasional konkret yaitu pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah, dan skema pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem pengerjaan yang logis. Anak mulai dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba. Menjelang akhir periode ini anak telah menguasai prinsip menyimpan. Anak masih terikat pada objek-objek konkret. Menurut Syamsu Yusuf (Susanto, 2013: 73), pada anak usia 6-12 tahun ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan angka, seperti menambah, mengurangi, mengalikan, 7
39
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Pada umumnya siswa kelas V SD berusia sekitar 9-11 tahun.
Mengenai perkembangan anak Buhler mengungkapkan bahwa anak pada
usia 9-11 tahun berada pada masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak
mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa menyelidik,
mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan
menyelidiki dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan
penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi (Sobur,
2011: 132).
Piaget (Slameto, 2013:116) membagi tahap perkembangan kognitif
anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensorimotor (lahir-2 tahun); (2)
Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasional konkret (usia
7-11 tahun); (4) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun). Secara umum
siswa kelas V SD termasuk pada masa operasional konkret yaitu pikiran
anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah, dan skema pengamatan
mulai diorganisasikan menjadi sistem pengerjaan yang logis. Anak mulai
dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan
yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba. Menjelang akhir
periode ini anak telah menguasai prinsip menyimpan. Anak masih terikat
pada objek-objek konkret.
Menurut Syamsu Yusuf (Susanto, 2013: 73), pada anak usia 6-12
tahun ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasikan
(mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghubungkan atau
menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan
dengan perhitungan angka, seperti menambah, mengurangi, mengalikan,
7
8
dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki
kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa
kelas V SD yaitu: (1) berada pada masa operasional konkret, (2) mencapai
objektivitas yang tinggi dengan rasa ingin tahu yang besar, (3) pikiran yang
mulai stabil dan logis, (4) serta mempunyai kemampuan mengelompokkan,
perhitungan angka dan kemampuan memecahkan masalah. Karakteristik
siswa kelas V SD yang diuraikan di atas sesuai dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray dengan Multimedia
dalam pembelajaran IPS tentang Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
pada siswa kelas V SD dikarenakan teknik Two Stay Two Stray dapat
diterapkan pada semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa
menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, menambah
kekompakan, rasa percaya diri siswa, dan membantu meningkatkan minat
dan prestasi belajar siswa.
b. Hakikat IPS
1) Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata
pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan
Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung
jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Permendiknas No. 22, 2006:
575).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang mengajarkan pada siswa SD agar mereka kelak mengenal
fenomena alam dan fenomena sosial mulai dari lingkungan yang dekat
sampai kepada lingkungan yang lebih jauh (dunia). IPS merupakan mata
pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
9
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan
(KTSP: 2006).
Susanto (2013: 137) berpendapat bahwa IPS adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora
serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka
memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta
didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah
suatu program pendidikan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial
atau hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi,
sejarah, sosiologi serta mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan
yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan
pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat
dasar dan menengah. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk
dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
2) Tujuan IPS di SD
Tujuan IPS di sekolah dasar yang tercantum dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu agar siswa memiliki beberapa
kemampuan (Permendiknas No. 22, 2006: 575), yaitu sebagai berikut:
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya;
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial;
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan
berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
10
Sumaatmaja (Gunawan, 2013: 18) mengemukakan tujuan
pendidikan IPS untuk membina anak didik menjadi warga negara yang
baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi
dirinya serta bagi masyarakat dan Negara.
Hadi (Susanto, 2013: 146) menyebutkan bahwa ada empat tujuan
pendidikan IPS, yaitu: knowledge, skill, attitude, dan value. Pertama,
knowledge, sebagai tujuan utama dari pendidikan IPS yaitu membantu para
siswa sendiri untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya yang
mencakup geografi, sejarah, politik, ekonomi, dan sosiologi psikologi.
Kedua, skill, yang mencakup keterampilan berpikir. Ketiga, attitude, yang
terdiri atas tingkah laku berpikir dan tingkah laku sosial. Keempat, value,
yaitu nilai yang terkandung dalam masyarakat yang diperoleh dari
lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintah, termasuk di
dalamnya nilai kepercayaan, nilai ekonomi, pergaulan antarbangsa, dan
ketaatan kepada pemerintah dan hukum.
Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan mata pelajaran IPS,
dapat disimpulkan bahwa tujuan dari mata pelajaran IPS di sekolah dasar
adalah untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan: (1) membentuk
warga Negara yang baik, (2) mengenali dirinya sendiri dan lingkungan
sekitar, (3) mengenali nilai-nilai sosial yang terkandung dalam masyarakat,
dan (4) berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dalam lingkungan
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
3) Ruang Lingkup IPS SD
Ruang lingkup mata pelajaran IPS (Permendiknas No. 22, 2006:
575) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a) Manusia, tempat, dan lingkungan.
b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c) Sistem sosial dan budaya.
d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Berdasarkan aspek-aspek ruang lingkup pelajaran IPS di sekolah
dasar, pada penelitian ini peneliti mengambil aspek pada kelas V semester
11
2, yaitu waktu, keberlanjutan, dan perubahan. Sedangkan materi yang
diambil yaitu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan
standar kompetensi menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat
dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia dan
kompetensi dasar menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan. Indikator dalam materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia yaitu : (1) menceritakan secara
singkat langkah-langkah untuk mempertahankan kemerdekaan, (2)
menjelaskan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, (3) menjelaskan
peristiwa pertempuran Ambarawa, (4) menjelaskan peristiwa pertempuran
Medan Area, (5) menjelaskan peristiwa pertempuran Bandung Lautan Api,
(6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara
mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
(silabus terlampir pada lampiran 2 halaman 177 )
4) Materi Pelajaran IPS Kelas V SD
a) Pertempuran 10 November di Surabaya
Susilaningsih dan Limbong (2008: 197-198) menjelaskan bahwa
tentara Sekutu mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 di
bawah pimpinan Brigjen A.W.S Mallaby. Tentara Sekutu bertugas
melucuti tentara Jepang dan membebaskan interniran (tawanan perang).
Pada tanggal 27 Oktober 1945, Sekutu menyerbu penjara Kalisosok.
Mereka berhasil membebaskan Kolonel Huiyer. Pada tanggal 28 Oktober
1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat
Indonesia. Pada tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat menguasai
tempat-tempat yang telah dikuasai Sekutu. Komandan Sekutu
menghubungi Presiden Sukarno untuk menyelamatkan pasukan Inggris
dari bahaya kehancuran. Presiden Sukarno bersama Moh. Hatta, Amir
Syarifudin, dan Jenderal D.C. Hawthorn tiba di Surabaya untuk
menenangkan keadaan. Akhirnya, pada tanggal 30 Oktober 1945 dicapai
kesepakatan untuk menghentikan tembak-menembak. Namun, pada sore
harinya terjadi pertempuran di gedung Bank International, tepatnya di
12
Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen Mallaby tewas.
Menanggapi peristiwa ini, pada tanggal 9 November 1945, pimpinan
Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu adalah:
“Semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus
melapor dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah
ditentukan, kemudian menyerahkan diri dengan mengangkat tangan. Batas
waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November1945.
Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya
akan diserang dari darat, laut, dan udara.”
Batas waktu itu tidak diindahkan rakyat Surabaya. Oleh karena itu,
pecahlah pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November1945. Tentara
Sekutu berjumlah kira-kira 10 sampai 15 ribu orang. Mereka terdiri dari
pasukan darat, laut, dan udara. Pasukan Sekutu ini merupakan gabungan
dari tentara Gurkha, Inggris, dan Belanda. Dalam pertempuran yang
berjalan sampai awal bulan Desember1945 itu telah gugur beribu-ribu
pejuang. Dalam keadaan tersebut muncul Bung Tomo yang mengobarkan
semangat juang masyarakat Surabaya untuk tetap gigih melawan sekutu.
Perjuangan rakyat Surabaya ini mencerminkan tekad perjuangan seluruh
rakyat Indonesia. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu,
pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
b) Pertempuran Ambarawa
Susilaningsih dan Limbong (2008: 199-200) menjelaskan
“Pertempuran Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara Sekutu di
bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang. Tentara Sekutu
mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Tujuan kedatangan
mereka adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa
Tengah. Kedatangan Sekutu semula disambut baik oleh rakyat Semarang.
Bahkan, Gubernur Jawa Tengah menawarkan bantuan bahan makanan dan
keperluan-keperluan lainnya. Pihak Sekutu pun berjanji untuk tidak
mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. Bentrokan bersenjata mulai
13
timbul di Magelang. Bentrokan itu mulai meluas menjadi pertempuran
antara pasukan Sekutu dengan pejuang Indonesia.
Penyebabnya adalah tentara Sekutu diboncengi NICA. NICA adalah
singkatan dari Netherlands Indies Civil Administration, yaitu
pemerintahan peralihan Belanda. NICA hendak membebaskan tawanan
perang Belanda di Magelang dan Ambarawa. Setelah diadakan
perundingan antara Presiden Sukarno dengan Brigadir Jenderal Bethel,
tentara Sekutu kemudian meninggalkan Magelang menuju Ambarawa
pada tanggal 21 November 1945. Para pejuang Indonesia yang dipimpin
Letnan Kolonel M. Sarbini mengejar pasukan Sekutu yang mundur ke
Ambarawa. Di desa Jambu, pasukan Sekutu dihadang pejuang Angkatan
Muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik, pasukan Sekutu
diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Suryosumpeno. Pada saat
mundur, pasukan Sekutu mencoba menduduki dua desa disekitar
Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan kedua desa tersebut,
Letnan Kolonel Isdiman gugur.
Letnan Kolonel Isdiman adalah Komandan Resimen Banyumas.
Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Kolonel Sudirman turun
langsung ke medan pertempuran Ambarawa. Kolonel Sudirman adalah
Panglima Divisi Banyumas. Kehadiran Kolonel Sudirman memberi
semangat baru bagi pejuang Indonesia. Pasukan Indonesia mengepung
kota Ambarawa dari berbagai jurusan. Siasat yang dipakai adalah
mengadakan serangan serentak dari berbagai jurusan pada saat yang sama.
Pasukan Indonesia mendapat bantuan dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga,
Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain. Pada tanggal 12
Desember 1945 pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak ke
Ambarawa. Pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu berhasil
dipukul mundur ke Semarang. Dalam pertempuran di Ambarawa ini
banyak pejuang yang gugur. Untuk memperingati hari bersejarah itu, maka
setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri. Selain itu,
14
di Ambarawa juga didirikan sebuah monumen yang diberi nama Palagan
Ambarawa.
c) Pertempuran Medan Area
Yuliati dan Munajat (2008: 142-143) menjelaskan Sumatra Utara
adalah daerah yang terlambat menerima informasi tentang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Mr. Teuku Mohammad Hasan yang diangkat
menjadi gubernur menyampaikan kabar gembira itu pada tanggal 27
Agustus 1945. Atas perintah pemerintah pusat di Jakarta, beliau
menegakkan kedaulatan republik di Sumatra. Pada tanggal 13 September
1945, seorang bekas perwira Tentara Sukarela yang bernama Achmad
Tahir memelopori pembentukan Barisan Pemuda Indonesia. Beliau
menggalang para pemuda untuk mengambil alih kekuasaan dan senjata
dari tangan Jepang pada tanggal 4 Oktober 1945. Sebelum Sekutu tiba di
sana, sekelompok komando Belanda yang dipimpin oleh Westerling telah
tiba. Baru kemudian, tanggal 9 Oktober 1945 Sekutu (tentara Inggris atau
Gurkha) tiba di Medan dengan membonceng tentara Belanda dan NICA.
Melihat gelagat yang kurang baik, para pemuda di sana segera membentuk
Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Perkiraan para pemuda itu ternyata benar. Pertempuran pun pecah
pada tanggal 13 Oktober 1945. Pertempuran ini merupakan awal dari
perjuangan bersenjata bagi rakyat di Medan. Pertempuran ini di kenal
dengan nama Pertempuran Medan Area. Sekutu seperti biasanya
mengeluarkan ultimatum yang tidak berarti. Isi ultimatum tersebut adalah
melarang rakyat membawa senjata dan semua senjata yang ada harus
diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu
melancarkan serangan besar-besaran dengan melibatkan pesawat-pesawat
tempurnya.
d) Pertempuran Bandung Lautan Api
Syamsiah, dkk ( 2008: 117) menjelaskan Kota Bandung dimasuki
pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu meminta hasil lucutan
tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekut Pada tanggal 21
15
November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan.
Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut
diulang tanggal 23 Maret 1946. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan
supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta
mengintruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya dengan
berat hati TRI mengosongkan kota Bandung. Sebelum keluar Bandung
pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu
dan membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk mengenang
peristiwa tersebut Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah lagu
yaitu Hallo-Hallo Bandung.
e) Perjanjian Linggarjati
Susilaningsih dan Limbong (2008: 204-205) menjelaskan pimpinan
tentara Inggris menyadari, sengketa Indonesia dengan Belanda tidak
mungkin diselesaikan melalui peperangan. Inggris berusaha
mempertemukan kedua belah pihak di meja perundingan. Melalui meja
perundingan diharapkan konflik bisa diatasi. Pada tanggal 10 November
1946 diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda. Perundingan ini
dilaksanakan di Linggajati. Linggarjati terletak di sebelah selatan Cirebon.
Dalam perundingan itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana
Menteri Sutan Syahrir. Sementara delegasi Belanda dipimpin oleh Van
Mook. Pada tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan
dan disetujui oleh kedua belah pihak. Secara resmi, naskah hasil
perundingan ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Belanda pada
tanggal 25 Maret 1947. Hasil Perjanjan Linggarjati sangat merugikan
Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi sempit. Berikut ini isi
perjanjian Linggarjati.
(1) Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa,
Madura, dan Sumatera.
(2) Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk
Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas:
(a) Negara Republik Indonesia,
16
(b) Negara Indonesia Timur, dan
(c) Negara Kalimantan.
(3) Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu
uni(kesatuan) yang dinamakan Uni Indonesia-Belanda dan diketuai
oleh Ratu Belanda.
f) Tokoh Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Susilaningsih dan Limbong (2008: 221) mengemukakan bahwa ada banyak
tokoh yang berperan dalam usaha mempertahankan kemerdekaan
Indonesia, anatara lain:
(1) Ir Sukarno
Sukarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia.
Didampingi Drs.Moh. Hatta beliau membacakan teks proklamasi
kemerdekaan pada tanggal17 Agustus 1945. Beliau adalah presiden
pertama Republik Indonesia.Sebagai presiden, beliau turut berjasa
dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau
ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka ketika Belanda melakukan
agresi militer pada tanggal 19 Desember 1948. Sebelumnya, beliau
telah mengirimkan mandat kepada Menteri Kemakmuran Syafrudin
Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk dan
memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
(2) Drs. Mohammad Hatta
Drs. Mohammad Hatta juga dikenal sebagai Proklamator
Kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau memimpin kabinet di awal
pembentukan negara Indonesia. Beliau dikenal sebagai delegasi
Indonesia yang handal. Pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949,
beliau memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag, Belanda.
(3) Jenderal Sudirman
Peranan Jenderal Sudirman dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia sangat besar. Sebagai Panglima TKR, Divisi V
Banyumas, Sudirman memimpin Pertempuran Ambarawa dan berhasil
17
mengusir tentara Inggris. Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman
diangkat oleh menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal.
Sudirman tetap memimpin perang gerilya meskipun beliau dalam
keadaan sakit.
(4) Bung Tomo
Sutomo atau Bung Tomo dilahirkan di Surabaya. Pada zaman
pergeraka nbeliau bekerja di Surat Kabar Suara Umum dan menjadi
redaktur mingguan Pembela Rakyat. Beliau mendirikan dan memimpin
Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Beliau mengobarkan
semangat rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu
padatanggal 10 November 1945.
(5) Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Sri Sultan Hamengku Buwono IX berperan besar dalam perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau menjadi anggota
delegasi Indonesia dalam Perundingan Rum-Royen yang dilakukan di
Jakarta pada tanggal 2 Mei 1949.
Syamsiah, dkk ( 2008: 116) mnenjelaskan beberapa cara mengenang jasa
para tokoh perjuangan mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut:
(1) Berziarah ke Taman makam pahlawan
(2) Mendoakan para pahlawan
(3) Memajukan bangsa sesuai bidang masing-masing
(4) Sebagai pelajar harus belajar dengan tekun
(5) Ikut memperingati hari besar nasional
Beberapa sikap positif yang dapat diambil dari para tokoh perjuangan
mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut:
(1) Cinta Tanah Air
(2) Berjiwa Besar
(3) Bekerja keras
(4) Berkerja sama
(5) Rela berkorban
18
c. Pembelajaran
1) Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat
seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa
ada orang yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala,
2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2011: 61) adalah
suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu. Sedangkan Sagala (2011: 16) menyatakan, “Pembelajaran
mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru”.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,
yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,
dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.
19
2) Prinsip-prinsip Pembelajaran
Susanto (2013: 87) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip
pembelajaran sebagai berikut :
a) Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan
belajar, baik dari dalam atau luar diri anak, sehingga anak belajar
seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
b) Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar
mengajar memperhatikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang
membosankan.
c) Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan
perhatian anak dengan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
d) Prinsip keterpaduan, yakni guru dalam menyampaikan materi
hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan bahasan lain.
e) Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang dihadapkan
pada masalah-masalah.
f) Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki
anak untuk mencari, mengembangkan hasil yang diperoleh dalam
bentuk fakta, dan informasi.
g) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh
pengalaman baru.
h) Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat
menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan
belajar.
i) Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar
mengajar yang memerhatikan perbedaan individu seperti sifat dan
kebiasaan.
j) Prinsip hubungan sosial adalah sosialisasi pada masa anak yang
sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
20
Rusyan (Sagala, 2011: 55) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip
pembelajaran yaitu:
a) Motivasi, kematangan dan kesiapan
Tanpa motivasi dalam proses belajar mengajar, terutama motivasi
instrinsik proses belajar mengajar tidak akan efektif dan tanpa
kematangan dan kesiapan upaya belajar akan sulit berlangsung.
b) Kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh
antara lain bakat kusus, taraf kecerdasan dan intensitas dari bahan yang
dipelajari.
c) Proses belajar mengajar dapat dangkal, luas dan mendalam, tergantug
pada materi yang menjadi pembahasan dalam pembelajaran tersebut.
d) Feedback atau pengetahuan akan hasil-hasil proses belajar mengajar
yang lampau dapat merangsang atau sebaliknya menghambat kemajuan
proses belajar mengajar..
e) Proses belajar mengajar dalam suatu instansi dapat ditransferkan untuk
kegiatan belajar atau bidang lainnya.
f) Response yang kacau, kaku dan acaka-acakan menandai proses belajar
mengajar yang amburadul dan cenderung gagal.
g) Trial and eror, menandai tahap-tahap awal beberapa mata pelajaran
untuk mencari bentuk pembelajaran yang cocok.
h) Proses belajar mengajar berlangsung dari sederhana meningkat yang
kompleks.
i) Proses belajar mengajar yang disertai oleh pemahaman yang jelas
tentang tujuan yang hendak dicapai.
j) Proses belajar mengajar bersifat individual.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 13
prinsip-prinsip pembelajaran yang terdiri dari, (1) Prinsip motivasi, (2)
Kematangan dan kesiapan, (3)Prinsip latar belakang, (4) Prinsip pemusatan