Top Banner
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Pada umumnya siswa kelas V SD berusia sekitar 9-11 tahun. Mengenai perkembangan anak Buhler mengungkapkan bahwa anak pada usia 9-11 tahun berada pada masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidiki dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi (Sobur, 2011: 132). Piaget (Slameto, 2013:116) membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensorimotor (lahir-2 tahun); (2) Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun); (4) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun). Secara umum siswa kelas V SD termasuk pada masa operasional konkret yaitu pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah, dan skema pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem pengerjaan yang logis. Anak mulai dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba. Menjelang akhir periode ini anak telah menguasai prinsip menyimpan. Anak masih terikat pada objek-objek konkret. Menurut Syamsu Yusuf (Susanto, 2013: 73), pada anak usia 6-12 tahun ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan angka, seperti menambah, mengurangi, mengalikan, 7
39

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

Mar 09, 2019

Download

Documents

danganh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD

a. Karakteristik Siswa Kelas V SD

Pada umumnya siswa kelas V SD berusia sekitar 9-11 tahun.

Mengenai perkembangan anak Buhler mengungkapkan bahwa anak pada

usia 9-11 tahun berada pada masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak

mencapai objektivitas tertinggi. Bisa pula disebut sebagai masa menyelidik,

mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan

menyelidiki dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan

penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi (Sobur,

2011: 132).

Piaget (Slameto, 2013:116) membagi tahap perkembangan kognitif

anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensorimotor (lahir-2 tahun); (2)

Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasional konkret (usia

7-11 tahun); (4) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun). Secara umum

siswa kelas V SD termasuk pada masa operasional konkret yaitu pikiran

anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah, dan skema pengamatan

mulai diorganisasikan menjadi sistem pengerjaan yang logis. Anak mulai

dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan

yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba. Menjelang akhir

periode ini anak telah menguasai prinsip menyimpan. Anak masih terikat

pada objek-objek konkret.

Menurut Syamsu Yusuf (Susanto, 2013: 73), pada anak usia 6-12

tahun ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasikan

(mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghubungkan atau

menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan

dengan perhitungan angka, seperti menambah, mengurangi, mengalikan,

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

8

dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki

kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa

kelas V SD yaitu: (1) berada pada masa operasional konkret, (2) mencapai

objektivitas yang tinggi dengan rasa ingin tahu yang besar, (3) pikiran yang

mulai stabil dan logis, (4) serta mempunyai kemampuan mengelompokkan,

perhitungan angka dan kemampuan memecahkan masalah. Karakteristik

siswa kelas V SD yang diuraikan di atas sesuai dengan penggunaan model

pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray dengan Multimedia

dalam pembelajaran IPS tentang Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

pada siswa kelas V SD dikarenakan teknik Two Stay Two Stray dapat

diterapkan pada semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa

menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, menambah

kekompakan, rasa percaya diri siswa, dan membantu meningkatkan minat

dan prestasi belajar siswa.

b. Hakikat IPS

1) Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata

pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat

menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung

jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Permendiknas No. 22, 2006:

575).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

pelajaran yang mengajarkan pada siswa SD agar mereka kelak mengenal

fenomena alam dan fenomena sosial mulai dari lingkungan yang dekat

sampai kepada lingkungan yang lebih jauh (dunia). IPS merupakan mata

pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

9

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan

(KTSP: 2006).

Susanto (2013: 137) berpendapat bahwa IPS adalah ilmu

pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora

serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka

memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta

didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah

suatu program pendidikan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial

atau hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi,

sejarah, sosiologi serta mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan

yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan

pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat

dasar dan menengah. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk

dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan

bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

2) Tujuan IPS di SD

Tujuan IPS di sekolah dasar yang tercantum dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu agar siswa memiliki beberapa

kemampuan (Permendiknas No. 22, 2006: 575), yaitu sebagai berikut:

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya;

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial;

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan;

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan

berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

10

Sumaatmaja (Gunawan, 2013: 18) mengemukakan tujuan

pendidikan IPS untuk membina anak didik menjadi warga negara yang

baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi

dirinya serta bagi masyarakat dan Negara.

Hadi (Susanto, 2013: 146) menyebutkan bahwa ada empat tujuan

pendidikan IPS, yaitu: knowledge, skill, attitude, dan value. Pertama,

knowledge, sebagai tujuan utama dari pendidikan IPS yaitu membantu para

siswa sendiri untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya yang

mencakup geografi, sejarah, politik, ekonomi, dan sosiologi psikologi.

Kedua, skill, yang mencakup keterampilan berpikir. Ketiga, attitude, yang

terdiri atas tingkah laku berpikir dan tingkah laku sosial. Keempat, value,

yaitu nilai yang terkandung dalam masyarakat yang diperoleh dari

lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintah, termasuk di

dalamnya nilai kepercayaan, nilai ekonomi, pergaulan antarbangsa, dan

ketaatan kepada pemerintah dan hukum.

Berdasarkan uraian di atas tentang tujuan mata pelajaran IPS,

dapat disimpulkan bahwa tujuan dari mata pelajaran IPS di sekolah dasar

adalah untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan: (1) membentuk

warga Negara yang baik, (2) mengenali dirinya sendiri dan lingkungan

sekitar, (3) mengenali nilai-nilai sosial yang terkandung dalam masyarakat,

dan (4) berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dalam lingkungan

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

3) Ruang Lingkup IPS SD

Ruang lingkup mata pelajaran IPS (Permendiknas No. 22, 2006:

575) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Manusia, tempat, dan lingkungan.

b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

c) Sistem sosial dan budaya.

d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan aspek-aspek ruang lingkup pelajaran IPS di sekolah

dasar, pada penelitian ini peneliti mengambil aspek pada kelas V semester

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

11

2, yaitu waktu, keberlanjutan, dan perubahan. Sedangkan materi yang

diambil yaitu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan

standar kompetensi menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat

dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia dan

kompetensi dasar menghargai perjuangan para tokoh dalam

mempertahankan kemerdekaan. Indikator dalam materi perjuangan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia yaitu : (1) menceritakan secara

singkat langkah-langkah untuk mempertahankan kemerdekaan, (2)

menjelaskan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, (3) menjelaskan

peristiwa pertempuran Ambarawa, (4) menjelaskan peristiwa pertempuran

Medan Area, (5) menjelaskan peristiwa pertempuran Bandung Lautan Api,

(6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara

mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

(silabus terlampir pada lampiran 2 halaman 177 )

4) Materi Pelajaran IPS Kelas V SD

a) Pertempuran 10 November di Surabaya

Susilaningsih dan Limbong (2008: 197-198) menjelaskan bahwa

tentara Sekutu mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 di

bawah pimpinan Brigjen A.W.S Mallaby. Tentara Sekutu bertugas

melucuti tentara Jepang dan membebaskan interniran (tawanan perang).

Pada tanggal 27 Oktober 1945, Sekutu menyerbu penjara Kalisosok.

Mereka berhasil membebaskan Kolonel Huiyer. Pada tanggal 28 Oktober

1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat

Indonesia. Pada tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat menguasai

tempat-tempat yang telah dikuasai Sekutu. Komandan Sekutu

menghubungi Presiden Sukarno untuk menyelamatkan pasukan Inggris

dari bahaya kehancuran. Presiden Sukarno bersama Moh. Hatta, Amir

Syarifudin, dan Jenderal D.C. Hawthorn tiba di Surabaya untuk

menenangkan keadaan. Akhirnya, pada tanggal 30 Oktober 1945 dicapai

kesepakatan untuk menghentikan tembak-menembak. Namun, pada sore

harinya terjadi pertempuran di gedung Bank International, tepatnya di

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

12

Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen Mallaby tewas.

Menanggapi peristiwa ini, pada tanggal 9 November 1945, pimpinan

Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu adalah:

“Semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus

melapor dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah

ditentukan, kemudian menyerahkan diri dengan mengangkat tangan. Batas

waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November1945.

Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya

akan diserang dari darat, laut, dan udara.”

Batas waktu itu tidak diindahkan rakyat Surabaya. Oleh karena itu,

pecahlah pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November1945. Tentara

Sekutu berjumlah kira-kira 10 sampai 15 ribu orang. Mereka terdiri dari

pasukan darat, laut, dan udara. Pasukan Sekutu ini merupakan gabungan

dari tentara Gurkha, Inggris, dan Belanda. Dalam pertempuran yang

berjalan sampai awal bulan Desember1945 itu telah gugur beribu-ribu

pejuang. Dalam keadaan tersebut muncul Bung Tomo yang mengobarkan

semangat juang masyarakat Surabaya untuk tetap gigih melawan sekutu.

Perjuangan rakyat Surabaya ini mencerminkan tekad perjuangan seluruh

rakyat Indonesia. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu,

pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.

b) Pertempuran Ambarawa

Susilaningsih dan Limbong (2008: 199-200) menjelaskan

“Pertempuran Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara Sekutu di

bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang. Tentara Sekutu

mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Tujuan kedatangan

mereka adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa

Tengah. Kedatangan Sekutu semula disambut baik oleh rakyat Semarang.

Bahkan, Gubernur Jawa Tengah menawarkan bantuan bahan makanan dan

keperluan-keperluan lainnya. Pihak Sekutu pun berjanji untuk tidak

mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. Bentrokan bersenjata mulai

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

13

timbul di Magelang. Bentrokan itu mulai meluas menjadi pertempuran

antara pasukan Sekutu dengan pejuang Indonesia.

Penyebabnya adalah tentara Sekutu diboncengi NICA. NICA adalah

singkatan dari Netherlands Indies Civil Administration, yaitu

pemerintahan peralihan Belanda. NICA hendak membebaskan tawanan

perang Belanda di Magelang dan Ambarawa. Setelah diadakan

perundingan antara Presiden Sukarno dengan Brigadir Jenderal Bethel,

tentara Sekutu kemudian meninggalkan Magelang menuju Ambarawa

pada tanggal 21 November 1945. Para pejuang Indonesia yang dipimpin

Letnan Kolonel M. Sarbini mengejar pasukan Sekutu yang mundur ke

Ambarawa. Di desa Jambu, pasukan Sekutu dihadang pejuang Angkatan

Muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik, pasukan Sekutu

diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Suryosumpeno. Pada saat

mundur, pasukan Sekutu mencoba menduduki dua desa disekitar

Ambarawa. Dalam pertempuran untuk membebaskan kedua desa tersebut,

Letnan Kolonel Isdiman gugur.

Letnan Kolonel Isdiman adalah Komandan Resimen Banyumas.

Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Kolonel Sudirman turun

langsung ke medan pertempuran Ambarawa. Kolonel Sudirman adalah

Panglima Divisi Banyumas. Kehadiran Kolonel Sudirman memberi

semangat baru bagi pejuang Indonesia. Pasukan Indonesia mengepung

kota Ambarawa dari berbagai jurusan. Siasat yang dipakai adalah

mengadakan serangan serentak dari berbagai jurusan pada saat yang sama.

Pasukan Indonesia mendapat bantuan dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga,

Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain. Pada tanggal 12

Desember 1945 pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak ke

Ambarawa. Pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu berhasil

dipukul mundur ke Semarang. Dalam pertempuran di Ambarawa ini

banyak pejuang yang gugur. Untuk memperingati hari bersejarah itu, maka

setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri. Selain itu,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

14

di Ambarawa juga didirikan sebuah monumen yang diberi nama Palagan

Ambarawa.

c) Pertempuran Medan Area

Yuliati dan Munajat (2008: 142-143) menjelaskan Sumatra Utara

adalah daerah yang terlambat menerima informasi tentang Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia. Mr. Teuku Mohammad Hasan yang diangkat

menjadi gubernur menyampaikan kabar gembira itu pada tanggal 27

Agustus 1945. Atas perintah pemerintah pusat di Jakarta, beliau

menegakkan kedaulatan republik di Sumatra. Pada tanggal 13 September

1945, seorang bekas perwira Tentara Sukarela yang bernama Achmad

Tahir memelopori pembentukan Barisan Pemuda Indonesia. Beliau

menggalang para pemuda untuk mengambil alih kekuasaan dan senjata

dari tangan Jepang pada tanggal 4 Oktober 1945. Sebelum Sekutu tiba di

sana, sekelompok komando Belanda yang dipimpin oleh Westerling telah

tiba. Baru kemudian, tanggal 9 Oktober 1945 Sekutu (tentara Inggris atau

Gurkha) tiba di Medan dengan membonceng tentara Belanda dan NICA.

Melihat gelagat yang kurang baik, para pemuda di sana segera membentuk

Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Perkiraan para pemuda itu ternyata benar. Pertempuran pun pecah

pada tanggal 13 Oktober 1945. Pertempuran ini merupakan awal dari

perjuangan bersenjata bagi rakyat di Medan. Pertempuran ini di kenal

dengan nama Pertempuran Medan Area. Sekutu seperti biasanya

mengeluarkan ultimatum yang tidak berarti. Isi ultimatum tersebut adalah

melarang rakyat membawa senjata dan semua senjata yang ada harus

diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu

melancarkan serangan besar-besaran dengan melibatkan pesawat-pesawat

tempurnya.

d) Pertempuran Bandung Lautan Api

Syamsiah, dkk ( 2008: 117) menjelaskan Kota Bandung dimasuki

pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu meminta hasil lucutan

tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada Sekut Pada tanggal 21

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

15

November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan.

Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut

diulang tanggal 23 Maret 1946. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan

supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta

mengintruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya dengan

berat hati TRI mengosongkan kota Bandung. Sebelum keluar Bandung

pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu

dan membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk mengenang

peristiwa tersebut Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah lagu

yaitu Hallo-Hallo Bandung.

e) Perjanjian Linggarjati

Susilaningsih dan Limbong (2008: 204-205) menjelaskan pimpinan

tentara Inggris menyadari, sengketa Indonesia dengan Belanda tidak

mungkin diselesaikan melalui peperangan. Inggris berusaha

mempertemukan kedua belah pihak di meja perundingan. Melalui meja

perundingan diharapkan konflik bisa diatasi. Pada tanggal 10 November

1946 diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda. Perundingan ini

dilaksanakan di Linggajati. Linggarjati terletak di sebelah selatan Cirebon.

Dalam perundingan itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana

Menteri Sutan Syahrir. Sementara delegasi Belanda dipimpin oleh Van

Mook. Pada tanggal 15 November 1946, hasil perundingan diumumkan

dan disetujui oleh kedua belah pihak. Secara resmi, naskah hasil

perundingan ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Belanda pada

tanggal 25 Maret 1947. Hasil Perjanjan Linggarjati sangat merugikan

Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi sempit. Berikut ini isi

perjanjian Linggarjati.

(1) Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa,

Madura, dan Sumatera.

(2) Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk

Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas:

(a) Negara Republik Indonesia,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

16

(b) Negara Indonesia Timur, dan

(c) Negara Kalimantan.

(3) Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan merupakan suatu

uni(kesatuan) yang dinamakan Uni Indonesia-Belanda dan diketuai

oleh Ratu Belanda.

f) Tokoh Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Susilaningsih dan Limbong (2008: 221) mengemukakan bahwa ada banyak

tokoh yang berperan dalam usaha mempertahankan kemerdekaan

Indonesia, anatara lain:

(1) Ir Sukarno

Sukarno adalah proklamator kemerdekaan Indonesia.

Didampingi Drs.Moh. Hatta beliau membacakan teks proklamasi

kemerdekaan pada tanggal17 Agustus 1945. Beliau adalah presiden

pertama Republik Indonesia.Sebagai presiden, beliau turut berjasa

dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau

ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka ketika Belanda melakukan

agresi militer pada tanggal 19 Desember 1948. Sebelumnya, beliau

telah mengirimkan mandat kepada Menteri Kemakmuran Syafrudin

Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk dan

memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

(2) Drs. Mohammad Hatta

Drs. Mohammad Hatta juga dikenal sebagai Proklamator

Kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau memimpin kabinet di awal

pembentukan negara Indonesia. Beliau dikenal sebagai delegasi

Indonesia yang handal. Pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949,

beliau memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar

(KMB) di Den Haag, Belanda.

(3) Jenderal Sudirman

Peranan Jenderal Sudirman dalam perjuangan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia sangat besar. Sebagai Panglima TKR, Divisi V

Banyumas, Sudirman memimpin Pertempuran Ambarawa dan berhasil

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

17

mengusir tentara Inggris. Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman

diangkat oleh menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal.

Sudirman tetap memimpin perang gerilya meskipun beliau dalam

keadaan sakit.

(4) Bung Tomo

Sutomo atau Bung Tomo dilahirkan di Surabaya. Pada zaman

pergeraka nbeliau bekerja di Surat Kabar Suara Umum dan menjadi

redaktur mingguan Pembela Rakyat. Beliau mendirikan dan memimpin

Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia. Beliau mengobarkan

semangat rakyat Surabaya dalam perang melawan pasukan Sekutu

padatanggal 10 November 1945.

(5) Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Sri Sultan Hamengku Buwono IX berperan besar dalam perjuangan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau menjadi anggota

delegasi Indonesia dalam Perundingan Rum-Royen yang dilakukan di

Jakarta pada tanggal 2 Mei 1949.

Syamsiah, dkk ( 2008: 116) mnenjelaskan beberapa cara mengenang jasa

para tokoh perjuangan mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut:

(1) Berziarah ke Taman makam pahlawan

(2) Mendoakan para pahlawan

(3) Memajukan bangsa sesuai bidang masing-masing

(4) Sebagai pelajar harus belajar dengan tekun

(5) Ikut memperingati hari besar nasional

Beberapa sikap positif yang dapat diambil dari para tokoh perjuangan

mempertahankan kemerdekaan sebagai berikut:

(1) Cinta Tanah Air

(2) Berjiwa Besar

(3) Bekerja keras

(4) Berkerja sama

(5) Rela berkorban

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

18

c. Pembelajaran

1) Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata

lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat

seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,

walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi

kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa

ada orang yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala,

2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram

dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,

yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2011: 61) adalah

suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola

untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi

tertentu. Sedangkan Sagala (2011: 16) menyatakan, “Pembelajaran

mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu

seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru”.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,

yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,

dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang

berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

19

2) Prinsip-prinsip Pembelajaran

Susanto (2013: 87) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip

pembelajaran sebagai berikut :

a) Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan

belajar, baik dari dalam atau luar diri anak, sehingga anak belajar

seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

b) Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar

mengajar memperhatikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang

membosankan.

c) Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan

perhatian anak dengan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan

untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

d) Prinsip keterpaduan, yakni guru dalam menyampaikan materi

hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan bahasan lain.

e) Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang dihadapkan

pada masalah-masalah.

f) Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki

anak untuk mencari, mengembangkan hasil yang diperoleh dalam

bentuk fakta, dan informasi.

g) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan

berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh

pengalaman baru.

h) Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat

menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan

belajar.

i) Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar

mengajar yang memerhatikan perbedaan individu seperti sifat dan

kebiasaan.

j) Prinsip hubungan sosial adalah sosialisasi pada masa anak yang

sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

20

Rusyan (Sagala, 2011: 55) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip

pembelajaran yaitu:

a) Motivasi, kematangan dan kesiapan

Tanpa motivasi dalam proses belajar mengajar, terutama motivasi

instrinsik proses belajar mengajar tidak akan efektif dan tanpa

kematangan dan kesiapan upaya belajar akan sulit berlangsung.

b) Kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh

antara lain bakat kusus, taraf kecerdasan dan intensitas dari bahan yang

dipelajari.

c) Proses belajar mengajar dapat dangkal, luas dan mendalam, tergantug

pada materi yang menjadi pembahasan dalam pembelajaran tersebut.

d) Feedback atau pengetahuan akan hasil-hasil proses belajar mengajar

yang lampau dapat merangsang atau sebaliknya menghambat kemajuan

proses belajar mengajar..

e) Proses belajar mengajar dalam suatu instansi dapat ditransferkan untuk

kegiatan belajar atau bidang lainnya.

f) Response yang kacau, kaku dan acaka-acakan menandai proses belajar

mengajar yang amburadul dan cenderung gagal.

g) Trial and eror, menandai tahap-tahap awal beberapa mata pelajaran

untuk mencari bentuk pembelajaran yang cocok.

h) Proses belajar mengajar berlangsung dari sederhana meningkat yang

kompleks.

i) Proses belajar mengajar yang disertai oleh pemahaman yang jelas

tentang tujuan yang hendak dicapai.

j) Proses belajar mengajar bersifat individual.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 13

prinsip-prinsip pembelajaran yang terdiri dari, (1) Prinsip motivasi, (2)

Kematangan dan kesiapan, (3)Prinsip latar belakang, (4) Prinsip pemusatan

perhatian, (5) Prinsip keterpaduan, (6) Prinsip pemecahan masalah, (7)

Prinsip menemukan, (8) Prinsip belajar sambil bekerja, (9) Prinsip belajar

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

21

sambil bermain, (10) Prinsip perbedaan individu, (11) Prinsip hubungan

sosial, (12) Prinsip Trial and eror, dan (13) Prinsip individual

3) Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik

terhadap materi pelajaran (Sagala, 2011: 62).

Isjoni (2013: 14) berpendapat bahwa, “Tujuan pembelajaran adalah

terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan

peserta didik.”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tujuan pembelajaran

untuk mengembangkan kreatifitas berpikir dan meningkatkan kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan baru sesuai kompetensi demi terwujudnya

efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.

4) Faktor yang Memengaruhi Pembelajaran

Menurut Kuswiandi (2013) terdapat faktor internal dan eksternal

yang dapat memengaruhi pembelajaran yaitu:

a) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada pada diri siswa itu sendiri,

seperti: gangguan fisik, ketidak seimbangan mental, kelemahan emosional,

serta kurang minat, dan malas terhadap pelajaran.

b) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu, seperti:

keluarga, lingkungan, terlalu berat beban belajarnya, kurangnya media

pembelajaran, serta metode, dan cara mengajar guru kurang memadai.

Hal di atas diperjelas oleh Slameto (2013: 54) bahwa faktor-faktor

yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu

faktor intern dan faktor ekstern; (1) Faktor Intern. Dalam faktor intern

terdapat tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor

kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Proses

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

22

belajar anak akan terganggu jika kesehatan anak juga terganggu. Cacat tubuh

juga dapat memengaruhi belajar, hendaknya anak yang mengalami cacat

belajar pada lembaga pendidikan khusus. Faktor psikologis mencakup

inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

Sedangkan faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi kelelahan rohani dan

kelelahan jasmani. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu

hilang. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah dan lunglainya tubuh; (2)

Faktor Ekstern. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat

dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan

faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua dalam mendidik

anaknya, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode

mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas

ukuran, keadaan gedung, metode belajar siswa, dan tugas rumah. Faktor

masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, bentuk kehidupan

masyarakat dan mass media (radio, TV, surat kabar, buku-buku, majalah,

komik dan lain-lain)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

memengaruhi pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor antara lain faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain: (1) faktor jasmaniah,

(2) faktor psikologis, dan (3) faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal

antara lain: (4) keluarga, (5) sekolah, dan (6) masyarakat.

d. Hasil Belajar

1) Hakikat Hasil Belajar

Susanto (2013: 5) berpendapat, “Hasil belajar, yaitu perubahan-

perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar”.

Pengertian tentang hasil belajar tersebut dipertegas lagi oleh Nawawi

(Susanto, 2013: 5) yang menyatakan, “Hasil belajar dapat diartikan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

23

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran

di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenai sejumlah materi tertentu.”

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah

sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui

evaluasi (Susanto, 2013: 5). Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal

bahwa:

Evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat

pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi

kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau

penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau

bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat

penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan

(Susanto, 2013: 5).

Suprijono (2012: 7) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek

potensi kemanusiaan saja.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa terhadap

penguasaan materi pembelajaran yang ditandai dengan perubahan secara

keseluruhan pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk

mengetahui dan mengukur penguasaan siswa terhadap materi

pembelajaran dapat diketahui melalui penilaian.

2) Macam-Macam Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Susanto (2013: 6) meliputi pemahaman

konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan

sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a) Pemahaman konsep

Pemahaman konsep adalah seberapa besar siswa mampu

menerima, menyerap, dan memahami isi dari pelajaran yang berupa

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

24

objek konkret ataupun gagasan yang abstrak sebagai hasil dari

proses belajar yang disajikan guru.

b) Keterampilan proses

Keterampilan proses merupakan keterampilan ilmiah yang terarah

(baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk

menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori.

c) Sikap

Sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan

mencakup pula aspek respon fisik. Jadi, sikap ini harus ada

kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Sikap terdiri

atas tiga komponen, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercaya

oleh individu pemilik sikap; komponen afektif, yaitu perasaan yang

menyangkut emosional; dan komponen konatif merupakan aspek

kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang

dimiliki seseorang.

Kingsley (Susanto, 2013: 3) membagi hasil belajar menjadi

tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan

dan pengertian; dan (3) sikap dan cita-cita. Sedangkan, Djamarah dan Zain

menetapkan bahwa hasil belajar telah tercapai apabila telah terpenuhi dua

indikator berikut, yaitu: (1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang

diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun

kelompok; (2) perilaku yang digariskan dalam tujuan

pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik secara

individu maupun kelompok (Susanto, 2013: 3).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa macam-

macam hasil belajar yaitu pemahaman konsep, keterampilan proses, dan

sikap. Keterampilan proses yang diteliti dalam penelitian ini yakni

keaktifan, kerjasama, dan keberanian. Ketiga macam hasil belajar yang

ada merupakan representasi dari tiga aspek yang harus dikuasai siswa

yaitu aspek kognitif berupa pemahaman konsep, aspek psikomotor

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

25

berupa keterampilan proses, dan aspek afektif berupa sikap siswa.

Macam-macam hasil belajar tersebut dapat dikatakan berhasil dikuasai

apabila pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa mengalami

peningkatan.

3) Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Gestalt (Susanto, 2013: 12) menyatakan bahwa :

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan

lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau

tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik

jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan

prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber

belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan

lingkungan.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007),

“Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil

interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal

maupun eksternal” (Susanto, 2013: 12). Secara rinci, uraian mengenai

faktor internal dan eksternal sebagai berikut: a) Faktor internal; faktor

internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang

memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi:

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. b) Faktor eksternal;

faktor yang berasal dari luar diri siswa yang memengaruhi hasil belajar

yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sagala (2011: 57) juga mengemukakan bahwa: Agar peserta didik

dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti

berikut: (1) kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini

ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scholastic

Aptitude Test); (2) menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata

pelajaran (Interest Inventory); (3) bakat dan minat yang khusus para

siswa dapat dikembangkan sesuai potensinya (Differential Aptitude Test);

(4) menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

26

pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achievement Test); (5)

stabilitas Psikis (tidak mengalami masalah penyesuaian diri dan

seksual; (6) kesehatan jasmani; (7) lingkungan yang tenang; (8)

kehidupan ekonomi yang memadai; (9) menguasai teknik belajar di

sekolah dan luar sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa dibagi menjadi

dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri seperti

kecerdasan, minat, bakat, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta

kondisi fisik dan kesehatan. Selanjutnya, faktor eksternal yaitu faktor

yang berasal dari luar diri siswa seperti kompetensi guru, suasana

lingkungan belajar, kondisi ekonomi keluarga, serta sarana dan prasarana

sekolah.

e. Peningkatan

Adi (2014) mengemukakan bahwa peningkatan berasal dari kata

tingkat yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian

membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas.

Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan

merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun

kuantitas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan

ialah proses atau cara yang dilakukan untuk menambah dan

memperbaiki kualitas, keterampilan, serta kemampuan agar menjadi

lebih baik daripada yang sebelumnya.

Peningkatan pembelajaran IPS kelas V SD adalah proses

meningkatnya serangkaian kegiatan yang dirancang sedemikian rupa oleh guru

terhadap siswa untuk mempelajari bahan pelajaran IPS tentang menghargai

perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, sehingga

terbentuk nilai, sikap, pemikiran logis, kritis, dan disiplin yang ditunjukkan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

27

dengan hasil akhir sesuai tujuan yang diharapkan dan menjadi tolok ukur

pembelajaran selanjutnya, yang bertolak pada proses belajar.

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray

a. Pengertian Model pembelajaran

Joyce dan Weill (Huda, 2013: 73) menyatakan, “Model

pembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan

memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda.”

Soekamto (Shoimin, 2014: 23) mengemukakan maksud dari model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah

bagi guru untuk mengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan suatu rancangan sistematis yang dapat dipilih

oleh seorang guru sebagai pola atau arah dalam menyampaikan materi

pembelajaran serta memberikan pengalaman belajar pada siswa sehingga

dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Model

pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Oleh karena

itu, setiap model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran

menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (Isjoni, 2013: 15) “Pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur

kelompok heterogen.” Sedangkan menurut Sunal dan Hans (Isjoni, 2013: 15)

mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

28

atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan

kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran.

Menurut Rusman (2012: 202) Pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa

saling berinteraksi dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil

dengan anggota kelompok yang beranggotakan empat sampai enam anak

yang bersifat heterogen untuk mengerjakan tugas, memecahkan masalah,

memperoleh pengalaman belajar serta melatih tanggungjawab demi

mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota

kelompok sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan

oleh semua anggota kelompok.

c. Teknik dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif setidaknya ada beberapa teknik yang

sering diterapkan. Lie (Isjoni, 2013: 112) menyebutkan bahwa ada tiga belas

metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses belajar

mengajar di kelas, metode tersebut yaitu: 1) mencari pasangan; 2) bertukar

pasangan; 3) berpikir-berpasangan-berempat; 4) berpikiran salam dan soal; 5)

kepala bernomor; 6) kepala bernomor terstruktur; 7) dua tinggal dua tamu; 8)

keliling kelompok; 9) kancing gemrincing; 10) keliling kelas; 11) lingkaran

kecil lingkaran besar; 12) tari bambu; 13) bercerita berpasangan.

Selanjutnya, (Huda, 2015: 134) melengkapi teknik tersebut menjadi

empat belas teknik yang seluruhnya menyertakan prosedur-prosedur yang

jelas. Keempat belas metode tersebut antara lain: a) mencari pasangan (Make

A Match); b) bertukar pasangan; c) berpikir-berpasangan-membagi (Think-

Pair-Share); d) berkirim salam dan soal; e) kepala bernomor (Numbered

Heads Together); f) kepala bernomor terstruktur (Struktured Numbered

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

29

Heads); g) dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray); h) keliling kelompok;

i) kancing gemrincing; j) lingkaran dalam -lingkaran luar (Inside-Outside

Cricle); k) tari bambu; l) jigsaw; m) bercerita berpasangan (Paired Story

Telling); dan n) keliling kelas.

Berdasarkan uraian yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa

terdapat empat belas teknik dalam pembelajaran kooperatif. Sesuai dengan

teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan, peneliti

memilih teknik two stay two stray pada penelitian ini. Melalui teknik ini, siswa

dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan temannya ketika

sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan menyimak apa yang

diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut sehingga

siswa juga dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa

akan menemukan sendiri konsep yang akan ia pelajari.

d. Teknik Two Stay Two Stray

1) Pengertian Teknik Two Stay Two Stray

Menurut Huda (2013: 207) Two Stay Two Stray merupakan sistem

pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja

sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan

saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Shoimin (2014: 222) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif

dua tinggal dua tamu adalah dua orang siswa tinggal di kelompok dan dua

orang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal bertugas

memberikan informasi kepada tamu tentang hasil kelompoknya, sedangkan

yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang

dikunjunginya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik two

stay two stray adalah pembelajaran kooperatif beranggotakan empat orang

dengan tujuan saling bekerja sama dalam memecahkan masalah. Dua orang

yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil

kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi

kelompok yang dikunjunginya.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

30

2) Tujuan Teknik Two Stay Two Stray

Menurut Huda (2013: 207) two stay two stray merupakan sistem

pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja

sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan

saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Lie (Shoimin, 2014: 222) menjelaskan bahwa struktur dua tinggal

dua tamu memberi kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan

informasi dengan kelompok lain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

teknik two stay two stray adalah agar siswa dapat saling bekerja sama untuk

memecahkan masalah dan memberi kesempatan kelompok untuk

membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain serta menumbuhkan

sikap bertanggung jawab, saling membantu, dan saling mendorong satu

sama lain untuk berprestasi.

3) Langkah-langkah Teknik Two Stay Two Stray

Menurut Huda (2013 : 207) prosedur dalam pelaksanaan Two Stay

Two Stray sebagai berikut:

a) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap

kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun

merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1

siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1

siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran

kooperatif tipe TS-TS bertujuan untuk memberikan kesempatan pada

siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling

mendukung.

b) Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk

dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

c) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk

dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

31

d) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan

kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.

e) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil

kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.

f) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

g) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

h) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Shoimin (2014: 223) mengemukakan langkah-langkah teknik two stay

two stray adalah :

a) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

b) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok

yang lain.

c) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil

kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e) Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti mengembangkan

langkah-langkah teknik two stay two stray sebagai berikut: (1) guru

membagi kelompok beranggotakan empat siswa yang bersifat heterogen, (2)

guru memberikan materi sebagai subpokok bahasan pada tiap-tiap

kelompok, (3) setiap kelompok bersama anggotanya membahas materi yang

diterimanya, (4) setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok

bertamu ke kelompok lain, (5) dua siswa yang tinggal dalam kelompok

bertugas membagikan hasil kerja kelompok mereka kepada tamu dari

kelompok lain, (6) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka

sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, (7) kelompok

mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka, dan (8) kelompok

mempresentasikan hasil akhir secara bergantian dengan kelompok lain.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

32

4) Kelebihan Teknik Two Stay Two Stray

Menurut Shoimin (2014: 225) teknik two stay two stray memiliki

beberapa kelebihan dalam pembelajaran, diantaranya yaitu:

a) Lebih mudah dipecah menjadi berpasangan.

b) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan.

c) Guru mudah memonitor.

d) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

e) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna.

f) Lebih berorientasi pada keaktifan.

g) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya.

h) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

i) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.

j) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.

5) Kekurangan Teknik Two Stay Two Stray

Mengenai kekurangan teknik two stay two stray, Shoimin (2014:

225) mengemukakan bahwa setiap teknik pasti memiliki kekurangan dan

kelebihan. Adapun kekurangan teknik two stay two stray antara lain:

a) Membutuhkan waktu yang lama.

b) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, dan tenaga).

d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

e) Membutuhkan waktu lebih lama.

f) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.

g) Jumlah genap bisa menyulitkan pembentukan kelompok.

h) Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan

guru.

i) Kurang kesempatan untuk memperhatikan guru

3. Penggunaan Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan wadah dari materi yang ingin

disampaikan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

33

ingin dicapai. Menurut Arsyad (2014: 4) “Media adalah komponen sumber

belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.

Criticos (Daryanto, 2010: 4) menyimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah perantara atau pembawa pesan dari komunikator

menuju komunikan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran adalah suatu alat pengajaran atau perantara pengajaran

yang dipakai untuk menyampaikan pesan, perhatian dan minat siswa dari

komunikator menuju komunikan untuk meningkatkan efektivitas proses

belajar mengajar demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi, media

pembelajaran berkembang pula dengan berbagai jenis dan format, seperti

media audio, visual, video, tape recorder, radio, internet, dan sebagainya.

Asyhar (2012: 44) membagi media kedalam empat jenis, yaitu media

visual, media audio, media audio-visual, dan multimedia. Berikut ini

penjelasan keempat jenis media tersebut:

1) Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan

indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. Dengan media ini,

pengalaman belajar yang dialami peserta didik sangat tergantung pada

kemampuan penglihatannya. Beberapa media visual antara lain: a) media

cetak seperti buku, modul, jurnal, peta, gambar, dan poster, b) model dan

prototipe seperti globe bumi, dan c) media realitas alam sekitar dan

sebagainya.

2) Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta

didik. Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan

mengandalkan indera pendengaran. Media audio hanya mampu

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

34

memanipulasi suara semata. Contoh media audio yang umum digunakan

yaitu tape recorder, radio, dan CD player.

3) Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus

dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat

disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal

yang mengandalkan penglihatan dan pendengaran. Beberapa contoh

media audio-visual adalah film, video, program TV dan lain-lain.

4) Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan

peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran multimedia melibatkan indera penglihatan

dan pendengaran melalui media teks, visual diam, visual gerak, dan

audio serta media interaktif berbasis komputer dan teknologi

komunikasi informasi.

Selanjutnya, Schramm (Daryanto, 2010: 17) mengelompokkan

media menurut kemampuan daya liput, yaitu (a) liputan luas dan serentak

seperti Tv, radio, dan facsimile; (b) liputan terbatas pada ruangan, seperti

film, video, slide, poster, audio tape; (c) media untuk belajar individual,

seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dan telpon.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis

media pembelajaran secara umum dapat di kelompokkan menjadi empat

jenis, yaitu media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia.

c. Faktor Pemilihan Media Pembelajaran

Arsyad (2014: 75) menjelaskan bahwa kriteria pemilihan media

adalah sebagai berikut:

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan

tujuan instruksional yang telah ditetapkan, yang secara umum mengacu

pada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor.

2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

prinsip, atau generalisasi media yang berbeda.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

35

3) Praktis, luwes, dan bertahan. Media yang dipilih sebaiknya dapat

digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di

sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.

4) Guru harus mampu menggunakan media dengan terampil dalam proses

pembelajaran.

5) Media yang digunakan harus sesuai dengan sasaran. Media yang efektif

untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada

kelompok kecil atau perorangan.

6) Mutu teknis, pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu.

Susilana dan Riyana (2007: 69) menjelaskan ada beberapa kriteria

umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media yaitu: 1) Kesesuaian

dengan Tujuan, 2) Kesesuaian dengan Materi Pembelajaran, 3) Kesesuaian

dengan Karakteristik Pembelajaran atau siswa, 4) Kesesuaian dengan Teori,

5) Kesesuaian dengan Gaya belajar Siswa, 6) Kesesuaian dengan Kondisi

Lingkungan, Fasilitas Pendukung, dan Waktu yang Tersedia.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor

dalam pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan hal-hal berikut

yaitu: 1) Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai, 2) Sesuai dengan

materi pembelajaran, 3) Tepat sasaran, dan 4) Praktis, luwes, dan bertahan.

d. Multimedia

Gayeski (Munir, 2013: 2) mendefinisikan multimedia sebagai

kumpulan media berbasis komputer dan sistem komunikasi yang memiliki

peran untuk membangun, menyimpan, menghantarkan, dan menerima

informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video dan sebagainya. Dengan

kata lain, multimedia berarti kombinasi dari berbagai jenis media digital

seperti teks, gambar, suara dan video menjadi sebuah aplikasi interaktif

atau presentasi untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens.

Oblinger (Munir, 2013: 2) mengemukakan bahwa multimedia

merupakan penyatuan dua atau lebih media komunikasi seperti teks, grafik,

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

36

animasi, audio dan video dengan ciri-ciri interaktivitas komputer untuk

menghasilkan satu presentasi menarik.

Sedangkan Arsyad (2014: 162) menjelaskan bahwa multimedia

adalah berbagai kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia

adalah kombinasi berbagai jenis media seperti teks, gambar, grafik,

animasi, suara, dan video menjadi sebuah presentasi berbasis komputer

untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa agar lebih mudah

dan menarik.

e. Proses Perancangan Multimedia

Tropin (Munir, 2013: 95) mengembangkan bentuk proses

perancangan multimedia sebagai berikut:

1) Analisis

Sebelum pembuatan media harus melakukan diagnosa pada

bagian isi kurikulum, tujuan pembelajaran apa yang akan dicapai dan

bagaimana perbandingannya dengan format konvensional.

2) Pemilihan Teknologi

Penentuan teknologi apa yang akan digunakan untuk

merealisasikan analisis kurikulum yang telah dilakukan. Pemilihan

teknologi hardware dan software akan menentukan strategi belajar apa

yang bisa dan tidak bisa digunakan. Oleh karena itu guru harus

menentukan semuanya itu berdasarkan isi dan target yang akan

digunakannya.

Asyhar (2012: 174) menjelaskan proses perancangan multimedia

sebagai berikut:

1) Analisis

Langkah awal dari proses pembuatan bahan ajar berbasis

multimedia adalah analisis karena, media yang dikembangkan untuk

tujuan pembelajaran maka sudah tentu yang perlu dianalisis adalah

kurikulum yang berlaku. Bagian mana dari kurikulum tersebut yang

berpeluang untuk dikembangkan dengan teknologi multimedia.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

37

2) Pemilihan Teknologi

Pada tahap ini, ditentukan teknologi apa yang akan digunakan

untuk merealisasikan hasil analisis kurikulum yang telah dilakukan.

3) Merancang Desain

Setelah analisis selesai, dilanjutkan dengan perancangan desain

media yang akan dibuat. Ini dimulai dari pencarian ide pengembangan,

kira-kira seperti apa struktur navigasi untuk menampilkan bahan ajar

multimedia tersebut. Dalam hal ini, terlebih dahulu perlu disiapkan

beberapa altenatif bentuk desain-desain tampilan serta materi-materi

yang dibutuhkan seperti teks, gambar, suara, movie, file presentasi dan

lain-lain.

4) Menyusun Storyboard dan Prototype

Stroryboard adalah diagram alur cerita dari bahan ajar multimedia

yang akan dibuat. Sedangkan prototype merupakan desain kasar untuk

bahan ajar. Pada Storyboard sudah tergambar dengan jelas fragmen-

fragmen atau bagian dari media. Misalnya, pembukaan, menu-menu

navigasi, penyajian presentasi, kuis dan contoh-contoh kasus.

5) Identifikasi dan Pengumpulan Materi

Untuk memudahkan pembuatan media sebaiknya dibuatkan daftar

kebutuhan yang mencakup teks, suara, gambar, animasi dan sebagainya.

6) Pembuatan Bahan Ajar Multimedia

Pada tahap ini sebaiknya setiap segmen cerita dibuat dalam modul-

modul terpisah sehingga memudahkan dalam melakukan kontrol.

7) Uji Coba dan Fine Tuning

Bahan ajar multimedia yang sudah selesai dibuat diujicobakan ke

beberapa user atau penggunaan untuk memperoleh masukan. Hasil uji

coba ini digunakan sebagai bahan perbaikan yang disebut file tuning

sehingga modul ajar berbasis multimedia tersebut siap didistribusikan.

Fauzi (2012) menjelaskan bahwa agar media pembelajaran yang

telah dipilih dapat digunakan secara efektif dan efisien perlu menempuh tiga

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

38

langkah pokok yang dapat dilakukan yaitu persiapan, pelaksanaan atau

penyajian, dan tindak lanjut.

1) Persiapan

Persiapan maksudnya kegiatan dari guru yang akan mengajar

dengan menggunakan media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang

dapat dilakukan guru pada langkah persiapan diantaranya: a) membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran serta mencantumkan media yang akan

digunakan, b) mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah

disediakan, c) menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan

agar dalam pelaksanaannya tidak terburu-buru.

2) Pelaksanaan/Penyajian

Guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan

menggunakan media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti : a)

yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan siap untuk

digunakan, b) jelaskan tujuan yang akan dicapai, c) jelaskan lebih dahulu

apa yang harus dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran, d)

hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu konsentrasi

dan ketenangan siswa.

3) Tindak lanjut

Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman

siswa tentang materi yang dibahas dengan menggunakan multimedia.

Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas

pembelajaran yang telah dilakukan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses

perancagan multimedia yaitu: 1) analisis, 2) persiapan, 3)pemilihan teknologi,

4) merancang desain, 5) menyusun storyboard dan prototype, 6) idetifikasi dan

pengumpulan materi, 7) pembuatan bahan ajar multimedia, 8) pelaksanaan, 9)

uji coba, dan 10) tindak lanjut.

4. Penerapan Teknik Two Stay Two Stray dengan Multimedia

Teknik two stay two stray adalah pembelajaran kooperatif

beranggotakan empat orang dengan tujuan saling bekerja sama dalam

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

39

memecahkan masalah. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi

kepada tamu tentang hasil kelompoknya, sedangkan yang tamu bertugas

mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya.

Multimedia diartikan sebagai kombinasi berbagai jenis seperti teks,

gambar, grafik, animasi, suara dan video berbasis komputer untuk

menghasilkan suatu presentasi agar lebih mudah dan menarik. Penerapan

teknik two stay two stray dengan multimedia adalah suatu inovasi

pembelajaran kelompok yang beranggotakan empat orang, dua orang sebagai

tamu dan dua orang sebagai tuan rumah untuk memecahkan suatu masalah

yang dikombinasikan dengan presentasi berbasis komputer agar lebih mudah

dan menarik. Adapun langkah-langkah penggunaan teknik two stay two stray

dengan multimedia adalah:

a. guru membagi kelompok beranggotakan empat siswa yang bersifat

heterogen.

b. guru memberikan materi menggunakan multimedia secara singkat dan

jelas.

c. guru memberikan pokok permasalahan kepada siswa berdasarkan materi

yang diterimanya.

d. setiap kelompok bersama anggotanya membahas permasalahan yang

diterimanya.

e. dua siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain.

f. dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

kelompok mereka kepada tamu dari kelompok lain.

g. tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

h. kelompok mempresentasikan hasil akhir secara bergantian dengan

kelompok lain.

Penggunaan multimedia dalam penelitian ini disesuaikan dengan

materi pembelajaran setiap siklus. Tabel 2.1 berikut merupakan tabel

penggunaan multimedia dalam pembelajaran IPS materi mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

40

Tabel 2.1 Penggunaan Multimedia

Siklus Materi Multimedia yang digunakan

1

Peristiwa 10 November 1945 di

Surabaya Powerpoint (Teks dan Gambar)

Pertempuran Ambarawa Powerpoint (Teks dan Gambar)

2 Pertempuran Medan Area Powerpoint (Teks dan Gambar)

Bandung Lautan Api Powerpoint (Teks dan Gambar)

3

Perjanjian Linggarjati Powerpoint (Teks dan Gambar)

Tokoh perjuangan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia

Powerpoint (Teks dan Gambar)

Penerapan teknik two stay two stray dengan multimedia adalah suatu

inovasi pembelajaran kelompok yang beranggotakan empat orang, dua orang

sebagai tamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya

dan dua orang sebagai tuan rumah bertugas memberikan informasi kepada

tamu tentang hasil diskusi kelompoknya untuk memecahkan suatu masalah

yang dikombinasikan dengan presentasi berbasis komputer agar lebih mudah

dan menarik.

5. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah judul penelitian yang relevan dengan penelitian yang

akan dilakukan yaitu:

Pengembangan Multimedia Pembelajaran IPS untuk Siswa Sekolah

Dasar oleh Yumarlin tahun 2012. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan

bahwa hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus dengan

menggunakan multimedia dapat meningkatkan pembelajaran IPS siswa kelas

III di SD BOPKRI Wirobrajan Yogyakarta. Persamaan penelitian yang

dilakukan oleh Yumarlin dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan multimedia. Perbedaannya ada pada subjek penelitian Yumarlin

mengadakan penelitian pada siswa kelas III SD BOPKRI Wirobrajan

Yogyakarta, sedangkan peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas V SD

Negeri Winong.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

41

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

(Ts-Ts) Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 8

Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat Tahun Ajaran 2013/2014 oleh Ni

Komang Astri Mahyuni (2014). Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan

bahwa hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran IPA siswa kelas V di SD Negeri 8

Padangsambian, Denpasar. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil t hitung lebih

dari t table yaitu sebesar 6,336 > 2,000 dengan perolehan nilai rata-rata hasil

belajar kelas eksperimen lebih dari pada kelas kontrol yaitu sebesar 78,50 >

70,58. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Astri Mahyuni

dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji peningkatan pembelajaran

pada siswa kelas V yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

Two Stay Two Stray. Perbedaannya terletak pada materi pembelajaran, Ni

Komang meneliti pembelajaran IPA. Sedangkan peneliti meneliti materi

pembelajaran IPS.

Interactive Multimedia Cognitive Mind Mapping Approach in Learning

Geography oleh Manjit Singh Sidh and Noor Haitham Saleem pada tahun

2013. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa siswa lebih mudah

menemukan dan menggaambarkan konsep geografi yang diajarkan dengan

menggunakan multimedia. Penelitian tersebut sama-sama menggunakan

multimedia dalam pelaksanaan pembelajarannya, dan memiliki subjek sama

yaitu siswa sekolah dasar.

Using Cooperative Learning in Elementary Science Classrooms oleh

Mary Randsell (2003). Penelitian yang dilakukan oleh Mary Randsell

diterapkan pada kelas IV dan V sekolah dasar. Hasil penelitian tersebut

menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif selain

meningkatkan hasil belajar juga dapat meningkatkan kerja sama dan rasa saling

menghargai perbedaan. Kesamaan dengan penelitian ini terletak pada

penggunaan model kooperatif dan diterapkan di kelas V. Selanjutnya,

perbedaan terletak pada materi pembelajaran dan tempat penelitian.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

42

B. Kerangka Berpikir

Keadaan dan kondisi pembelajaran IPS di SD Negeri Winong ketika

pembelajaran berlangsung, metode ceramah terlalu mendominasi kegiatan

pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kurang memberi kesempatan

pada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasannya, selain itu guru jarang

menggunakan media dan sesekalinya menggunakan media, media yang

digunakan tidak melibatkan siswa secara aktif.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS kelas

V di SD Negeri Winong, diperoleh data bahwa siswa mudah merasa bosan

pada materi yang sedang dipelajari. Hal tersebut ditandai dengan beberapa

aktivitas siswa, diantaranya yaitu siswa berbicara dengan teman sebangku di

luar materi pelajaran, siswa bercanda tanpa mendengarkan penjelasan dari

guru, siswa bermain sendiri dan tidak serius dalam mengikuti pembelajaran,

siswa membuat gaduh serta mengganggu temannya yang sedang

memperhatikan penjelasan dari guru.

Penerapan teknik two stay two stray dengan multimedia untuk

meningkatkan pembelajaran IPS dirasa sangat cocok, mengingat usia anak

kelas V SD berada pada tahap perkembangan operasional konkret, anak telah

mampu berpikir secara logis serta mulai melihat sesuatu berdasarkan

persepsinya tetapi hanya melalui pengertian konkret, anak belum maksimal

untuk berpikir secara abstrak. Langkah-langkah penerapan teknik two stay two

stray dengan multimedia yaitu: (1) guru membagi kelompok beranggotakan

empat siswa yang bersifat heterogen, (2) guru memberikan materi

menggunakan multimedia secara singkat dan jelas, (3) guru memberikan pokok

permasalahan kepada siswa berdasarkan materi yang diterimanya, (4) setiap

kelompok bersama anggotanya membahas permasalahan yang diterimanya, (5)

setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok

lain, (6) dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil

kerja kelompok mereka kepada tamu dari kelompok lain, (7) tamu mohon diri

dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

43

dari kelompok lain, (8) kelompok mempresentasikan hasil akhir secara

bergantian dengan kelompok lain.

Dengan menggunakan teknik two stay two stray dengan multimedia

dalam pembelajaran IPS tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia diharapkan siswa lebih aktif dalam berdiskusi, tanya jawab,

menghargai, bekerjasama, dan bertanggungjawab. Hal ini dilakukan agar siswa

lebih mudah menguasai atau menyerap materi yang diajarkan karena siswa

merasa senang dengan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Pelaksanaan teknik

two stay two stray dengan multimedia yang terdiri dari delapan langkah apabila

dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan

pembelajaran IPS tentang perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

pada siswa kelas V dengan pencapaian target 85% siswa memperoleh nilai ≥

KKM mapel IPS yaitu 70.

Gambar 2.1 berikut merupakan bagan kerangka berpikir pada

penelitian tindakan kelas yakni penerapan teknik two stay two stray dengan

multimedia untuk meningkatkan pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri

Winong tahun ajaran 2015/2016.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

44

Tindakan

Kondisi

Akhir

Siswa

Merasa bosan, asik mengobrol sendiri,

dan tidak serius dalam mengikuti

pembelajaran

Pembelajaran IPS

tentang perjuangan

mempertahankan

kemerdekaan

Indonesia pada siswa

kelas V meningkat

dengan pencapaian

target 85% siswa

memperoleh nilai ≥

KKM mapel IPS

yaitu 70

Siklus I

Pertemuan I:

Peristiwa 10 November 1945

di Surabya

Pertemuan II:

Peristiwa Ambarawa

Siklus II

Pertemuan I:

Peristiwa Medan Area

Pertemuan II:

Peristiwa Bandung Lautan

Api

Kondisi

Awal

Guru menerapkan teknik

Two Stay Two Stray

dengan multimedia.

Langkah-langkah teknik

two stay two stray dengan

multimedia yakni:

1) Guru membagi

kelompok

2) Guru memberi

materi dengan

multimedia

3) Guru memberikan

pokok permasalahan

4) Kelompok berdiskusi

5) Dua siswa bertamu

ke kelompok lain

6) Dua siswa tinggal

membagikan hasil

diskusi kelompoknya

7) Tamu kembali ke

kelompok

8) Kelompok

mempresentasikan

hasil diskusi

Siklus III

Pertemuan I:

Penjanian Linggarjati

Pertemuan II:

Materi tokoh perjuangan

mempertahankan

kemerdekaan

Guru menggunakan

metode ceramah dan

jarang menggunakan

media

Suasana

pembelajaran

menjadi aktif,

efektif,

menyenangkan,

siswa saling

bekerjasama,

dan dituntut

untuk

bertanggung

jawab terhadap

kelompok.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN … · (6) mengidentifikasi isi perjanjian Linggarjati, dan (7) menjelaskan cara mengenang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

45

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, kajian pustaka, dan

kerangka berpikir di atas, peneliti dapat mengajukan hipotesis tindakan penelitian

yaitu: “Jika penerapan teknik Two Stay Two Stray dengan multimedia dilakukan

dengan langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang

Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di kelas V SD Negeri Winong Tahun

Ajaran 2015/2016.”