9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab yang kedua ini, akan dibahas tentang 4 (empat) hal, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang relevan, (3) kerangka berfikir, dan (4) hipotesis. 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar 2.1.1.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajarsesungguhnya tidak pernah ada pendidikan (Syaiful Sagala, 2012: 13). Belajar menurut Morgan dalam Sagala (2012: 13) adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Hilgard dan Marquis dalam Sagala (2012: 13) juga berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri. James L. Mursell dalam Sagala (2012: 13) mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajah, menelusuri, dan memperoleh sendiri. Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E.
38
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5597/3/T1_172010010_BAB II.pdfproses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab yang kedua ini, akan dibahas tentang 4 (empat) hal, yaitu (1) kajian
teori, (2) hasil penelitian yang relevan, (3) kerangka berfikir, dan (4) hipotesis.
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Belajar
2.1.1.1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap usaha
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses
belajarsesungguhnya tidak pernah ada pendidikan (Syaiful Sagala,
2012: 13).
Belajar menurut Morgan dalam Sagala (2012: 13) adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Hilgard dan Marquis
dalam Sagala (2012: 13) juga berpendapat bahwa belajar merupakan
proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,
pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri.
James L. Mursell dalam Sagala (2012: 13) mengemukakan belajar
adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajah,
menelusuri, dan memperoleh sendiri. Menurut Gage (1984) belajar
adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E.
10
Garret dalam Sagala (2012: 13) berpendapat bahwa belajar merupakan
proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan
maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan
perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
Anderson dalam Winarno (2013: 72) mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif menetap terjadi
dalam tingkah laku potensial sebagai hasil dari pengalaman.
Sedangkan Winarno sendiri menyatakan bahwa belajar adalah proses
perubahan yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman individu dan
bukan karena proses prtumbuhan fisik (Winarno, 2013: 72).
Burton dalam Aunurrahman (2010: 35) merumuskan pengertian
belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Abdillah, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah
laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan
tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar menurut para ahli
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses
perubahan perilaku melalui kegiatan atau prosedur latihan yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
11
terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang
disadari untuk memperolah tujuan tertentu dimana perubahan perilaku
tersebut bersifat relatif permanen atau tetap.
2.1.1.2. Pengertian Hasil Belajar
Nana Sudjana, (2004: 30) mengemukakan bahwa tujuan dalam
proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus
ditetapkan dalam proses pengajaran berfungsi sebagai indikator
keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan
rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan
dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar
dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya
adalah hasil belajar yang diharapkan.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Agus Suprijono,
2009: 5). Wina Sanjaya, (2010: 257) mendefinisikan hasil belajar
yang merupakan sesuatu yang diperoleh siswa sebagai konsekuensi
dari upaya yang telah dilakukan sehingga terjadinya perubahan
perilaku pada yang bersangkutan baik perilaku dalam bidang kognitif,
afektif, maupun psikomotorik.
Menurut Bloom dalam Agus Suprijono, (2009: 6) berpendapat
bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Sementara menurut Lindgren dalam Agus Suprijono,
12
(2009: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,
pengertian, dan sikap.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga mengungkapkan bahwa
hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Hasil belajar ini
dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku secara
keseluruhan. Biasanya hasil belajar dapat ditunjukkan melalui nilai
atau angka yang diperoleh siswa setelah dilakukan serangkaian proses
evaluasi hasil belajar. Dengan adanya proses evaluasi hasil belajar,
siswa akan mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran
yang dilakukan sehingga akan menunjukkan tingkat ketercapaian
siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
2.1.1.3. Jenis Hasil Belajar
Menurut Bloom yang dikutip Nana Sudjana, (2004: 48)
membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotoris.
13
1) Ranah kognitif
Anderson dan Krathwohl memperbaiki ranah kognitif
taksonomi Bloom dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.
Kategori-kategori pada dimensi proses kognitif merupakan
pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara
komprehensif yang terdapat dalam tujuan-tujuan dibidang
pendidikan. Kategori-kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom
pada ranah kognitif yang terdiri dari enam level adalah sebagai
berikut (Anderson dan Krathwohl, 2010: 43):
a. Mengingat (remembering) berarti mengambil pengetahuan
tertentu dari memori jangka panjang.
b. Memahami (understanding) adalah mengkonstruksi makna
makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang
diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
c. Mengaplikasikan (applying) berarti menerapkan atau
menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
d. Menganalisis (analyzing) berarti memecah-mecah materi jadi
bagian-bagian penyusunannya dan menentukan hubungan-
hubungan antar bagian itu dan hubungan antar bagian-bagian
tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
e. Mengevaluasi (evaluating) ialah mengambil keputusan
berdasarkan kriteria dan / atau standar.
14
f. Mencipta (creating) adalah memadukan bagian-bagian untuk
membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk
membuat suatu produk yang orisinal.
Ringkasan perubahan struktural dari kerangka pikir asli ke
revisinya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Revisi Taksonomi Bloom Pada Ranah Kognitif
(Sumber: Anderson dan Krathwohl, 2010: 403)
2) Ranah Afektif
Semua kategori dalam ranah afektif ini mengindikasikan
berbagai cara yang membuat para pelajar waspada terhadap dan
mengadopsi nilai-nilai serta sikap-sikap yang membimbing
Komponen
Kata Benda
Dimensi
tersendiri
Dimensi
Pengetahuan
Pengetahuan
Mengingat
Komprehensi
Kata Kerja
Memahami
Aplikasi
Mengaplikasikan
Analisis
Menganalisis
Dimensi
Proses
Kognitif
Sintesis
Mengevaluasi
Evaluasi
Mencipta
15
tingkah laku manusia. Menurut Krathwohl dalam Kelvin Seifert
(2008: 152-154) klasifikasi ranah afektif adalah sebagai berikut:
a. Menerima, adalah kesediaan untuk menjadi sensitif dan
mengikuti aneka stimulus.
b. Merespon, merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu
menyangkut stimulus atau gagasan disamping hanya sekedar
menyadarinya.
c. Menilai, merupakan perasaan dan keyakinan bahwa objek,
gagasan, tertentu memiliki sebuah nilai.
d. Mengorganisasikan, adalah menghubungkan nilai-nilai
tertentu dalam usaha membentuk sebuah system, dan
memutuskan prioritas dari masing-masing nilai tersebut.
e. Melakukan karakterisasi melalui sebuah nilai atau
kompleksitas nilai. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
mengorganisasikan nilai-nilai kedalam sebuah sistem, dan
integrasi dari masing-masing sistem itu sendiri.
3) Ranah Psikomotoris
Menurut Bloom dalam Agus Suprijono, (2009: 7) domain
psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik,
sosial, manajerial dan intelektual.
Dalam penelitian ini jenis hasil belajar yang akan di ukur
hanyalah jenis hasil belajar pada ranah kognitif pada pembelajaran
16
PKnyang mencakup empat tingkatan yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), dan penerapan (C3), serta analisis (C4). Instrumen
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah
kognitif adalah tes objektif yang berupa pilihan ganda.
2.1.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010: 54) ada beberapa faktor yang yang
dapat mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Kedua
faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu
sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1) Faktor intern, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang sedang belajar meliputi faktor jasmaniah, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan.
2) Faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu.
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah
dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu:
a. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
17
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan
waktu sekolah, standart pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat
Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaan siswa dalam masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut diperkuat
dengan pendapat Munadi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar. Menurut Munadi dalam Rusman, (2012: 124)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
meliputi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Internal
(1) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan
yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak
dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal-hal
tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi
pelajaran.
18
(2) Faktor Psikologis
Beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat,
bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.
b. Faktor Eksternal
(1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil belajar
meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
(2) Faktor Instrumental
Factor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan
dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar
yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat
berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan
belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental
ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.
Sesungguhnya faktor yang mempengaruhi belajar sejalan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Baik dalam
faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan faktor yang
mempengaruhi hasil beajar metode sangat berperan dalam menopang
keberhasilan proses belajar yang tercermin dalam hasil belajar siswa.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut,
faktor eksternal merupakan faktor yang paling mempengaruhi hasil
19
belajar. Terutama pada faktor instrumental yaitu faktor guru dalam
menentukan strategi pembelajaran berkenaan dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan strategi dan metode pembelajaran adalah, bahwa
strategi dan metode itu harus dapat mendorong siswa untuk
beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya. Menurut Kokom
Komalasari, (2013: 56) metode pembelajaran dapat dijabarkan
kedalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik
pembelajaran adalah sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Salah satu metode pembelajaran yang terbukti dapat mendorong
siswa untuk beraktivitas adalah dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif. Menurut Warsono dan Hariyanto, (2013:
164) pembelajaran kooperatif terbukti merupakan pembelajaran yang
efektif bagi bermacam karakteristik dan latar belakang sosial siswa
karena mampu meningkatkan prestasi akademis siswa, baik bagi
siswa yang berbakat, siswa yang kecakapannya rata-rata maupun
siswa yang tergolong terlambat belajar.
Teknik Two Stay Two Stray dan Snowball Throwing merupakan
bagian dari metode pembelajaran kooperatif yang dapat
dikategorikan dalam metode pembelajaran kerja kelompok (Group
work of learning). Menurut Nilson (2010: 107) yang mengacu pada
ranah kognitif taksonomi Bloom, mengatakan bahwa metode
20
pembelajaran kerja kelompok (Group work of learning) efektif untuk
membantu mencapai hasil belajar siswa pada ranah kognitif yaitu
pada tingkat pemahaman (comprehension) siswa terhadap materi
yang telah dipelajari.
Solihatin, (2011: 5) juga mengatakan bahwa bekerja secara
bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan
meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar.
Penggunaan metode pembelajaran kerja kelompok dengan
adanya keterlibatan emosional dan mental siswa serta kesediaan
siswa untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan dapat
memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dalam pemahaman
dan penguasaan materi, sehingga siswa tidak menemukan hambatan
dan kendala yang dapat menghambat pemahaman dan penguasaan