8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Manusia dan masyarakat merupakan objek kajian yang selalu menarik dan berkembang. Interaksi antar manusia kadang menimbulkan permasalahan yang harus diselesaikan. Pada tataran yang lebih luas, masyarakat beranggotakan manusia dari berbagai suku, agama, warna kulit, dan sebagainya. Semua ini dipelajari dalam IPS. Depdiknas (2004) IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Widiarto & Suwarso (2007:1) IPS adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora Ilmu pengetahuan sosial lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa IPS adalah program pendidikan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dengan mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik.
17
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3778/3/T1_292009017_BAB II.pdfmengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Manusia dan masyarakat merupakan objek kajian yang selalu menarik dan
berkembang. Interaksi antar manusia kadang menimbulkan permasalahan yang
harus diselesaikan. Pada tataran yang lebih luas, masyarakat beranggotakan
manusia dari berbagai suku, agama, warna kulit, dan sebagainya. Semua ini
dipelajari dalam IPS.
Depdiknas (2004) IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta
berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan
siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Widiarto & Suwarso (2007:1) IPS adalah program pendidikan yang
mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora
Ilmu pengetahuan sosial lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk
membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan
menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang
secara tidak terduga.
Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS
merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah
mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata
pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan
menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa IPS adalah program
pendidikan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial dengan mengintegrasikan secara interdisiplin konsep
ilmu-ilmu sosial dan humaniora dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi,
ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik.
9
Menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 (2006:170) tentang standar isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa mata pelajaran IPS memiliki
ruang lingkup aspek-aspek berikut, yaitu :
(1) manusia, tempat dan lingkungan
(2) waktu, berkelanjutan, dan perubahan
(3) sistem soisal dan budaya
(4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Ruang lingkup pembelajaran IPS dituangkan menjadi beberapa ilmu sosial
yaitu geografi, antropologi,dan sosiologi, serta ekonomi. Cabang-cabang ilmu
tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat dalam kehidupan
sosialnya, baik kehidupan sosial masyarakat masa kini maupun kehidupan dan
peradaban masyarakat masa lampau yang terjadi secara berkesinambungan dan
mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan hidup
manusia.
Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 (2006:170) tentang standar isi
untuk satuan pendididkan dasar dan menengah, dijelaskan bahwa mata pelajaran
IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya
2. memiliki kemampuan dasar untuk berikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional dan global.
(BNSP, 2006:170).
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPS di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan
menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang
ditujukan untuk siswa kelas VI SD disajikan melalui tabel 1 berikut ini.
10
Tabel 3
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran IPS Kelas 4 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi,
dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota
dan provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya alam dan
potensi di daerahnya
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi
serta pengelaman menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya
Sumber : Permendiknas No. 22 Tahun 2006
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan
dalam penelitian dengan menggunakan model group investigation adalah sebagai
berikut :
Standar Kompetensi :
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
Kompetensi Dasar :
Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan
potensi di daerahnya
Harapan yang peneliti lakukan dengan menggunakan model group
investigation pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut di atas
agar siswa lebih memahami materi sehingga meningkatkan kreativitas dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya serta dapat meneliti dan mencari
sendiri materi pembelajaran sehingga dapat menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dari lingkungan sekitarnya.
11
2.1.2 Kreativitas Siswa
Pada dasarnya setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi
kreatif. Kreativitas dapat ditemukenali dan dipupuk melalui pendidikan yang
tepat. Maslow dalam Munandar 2012 menyatakan kreativitas merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi
diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia.
Haefele dalam Munandar 2012 “kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.”
Guilford dalam Munandar 2009 menyatakan kreativitas merupakan
kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam
alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya.
Selanjutnya menurut Rogers dalam Zulkarnain, 2002, kreativitas
merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan
dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dari ketiga pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan kreativitas
adalah kemampuan berpikir divergen dan membuat kombinasi-kombinasi baru
yang mempunyai makna sosial terhadap suatu persoalan sesuai dengan
kemmapuan yang dimilikinya.
Kreativitas tidak hanya tergantung pada potensi bawaan yang khusus,
tetapi juga pada perbedaan mekanisme mental atau sikap mental yang menjadi
sarana untuk mengungkapkan sikap bawaan trersebut. Menurut Harlock (2005:11)
beberapa kegiatan untuk meningkatkan kreativitas adalah :
1. Waktu
Untuk menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur
sedemikian rupa sehingga anak mempunyai sedikit waktu bebas untuk
bermain-main dengan gagasan dan konsep yang dipahaminya.
2. Kesempatan
Apabila mendapat tekanan dari kelompok, kemudian anak menyendiri
maka ia menjadi lebih kreatif
3. Dorongan
Orang tua sangat berperan dalam hal ini, anak seharusnya dibebaskan
dari ejekan dan kritik yang seringkali memojokkan anak
4. Sarana
Harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan
eksplorasi yang merupakan unsure penting dari kreativitas
12
5. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang merangsang kreativitas anak
6. Hubungan dengan orang tua
Orang tua yang terlalu melindungi atau posesif terhadap anak dapat
menghambat proses kreativitas
7. Cara mendidik anak
Mendidik secara demokratis dan persimis di rumah dan di sekolah
akan meningkatkan kreativitas, sedangkan mendidik dengan otoriter
akan menghambat proses kreativitas
8. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak maka semakin
banyak dasar untuk mencapai proses kreativitas.
Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai faktor yang
mempengaharui kreativitas , perlu dikemukakan adanya beberapa indikator
kreativitas. Menurut Uno (2009:21) indikator kreativitas sebagai berikut :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
3. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
5. Mempunyai atau menghargai keindahan
6. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
mudah terpengaruh orang lain
7. Memiliki rasa humor tinggi
8. Mempunyai daya imajinasi yang kuat
9. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain (orisinil)
10. Dapat bekerja sendiri
11. Senang mencoba hal-hal baru
12. Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi)
Kreativitas lahir bukan semata-mata karena faktor keturunan, tetapi lebih
karena adanya faktor stimulasi dan lingkungan. Stimulus dan bimbingan
merupakan faktor utama dalam menumbuh kembangkan kreativitas anak. Dengan
mengenali dan memahami ciri anak kreatif, maka perlu adanya pengarahan
13
dengan memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Dari
indikator-indikator kreativitas di atas tersebut nantinya akan menjadi dasar
penilaian kreativitas.
2.1.3 Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga
unsur yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar.
Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui berbagai kegiatan
belajar. Selanjutnya, dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina
kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun
individu.
Menurut Purwanti dalam Subiyanto (2008) menyatakan bahwa “hasil
belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah
diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu.”
Soedjiharto (2007:49) mendefinisikan hasil belajar adalah “tingkat
penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya menurut Nana Sudjana
(2011:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya.”
Berdasarkan tiga pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai tingkat penguasaan yang
dicapai oleh pelajar setelah menerima pengalaman belajarnya dengan mengikuti
program belajar dalam waktu tertentu.
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas
pengukuran. Kerlinger dalam buku Purwanto (2010:2) pengukuran (measurement)
adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian
menerapkan angka menurut sistem aturan tertentu Untuk menetapkan angka
dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrument. Dalam
14
dunia pendidikan instrument yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa yaitu seperti teknik tes dan non tes.
Teknik penilaian hasil belajar bentuk tes adalah cara merekam hasil belajar
peserta didik dengan cara ujian menggunakan instrumen penilaian berbentuk soal,
baik soal bentuk uraian maupun soal bentuk objektif. Secara umum teknik tes
berfungsi sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh
peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
waktu tertentu dan sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran
yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
Purwanto (2004:25) tes formatif yaitu tes yang berfungsi untuk mencari
umpan balik atau feedback yang berguna dalam usaha memperbaiki cara mengajar
yang dilakukan oleh guru dan cara belajar siswa. Hasil tes formatif tidak
dimaksudkan untuk memberi nilai kepada siswa tetapi hasil tes formatif
dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang baru saja
dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dalam rencana pembelajaran atau belum.
Jika hasil tes formatif ternyata terdapat sejumlah kompetensi yang belum
dikuasai siswa, maka guru harus mencari penyebabnya. Penyebab tidak
dikuasainya kompetensi dapat berasal dari diri siswa maupun dari pelaksanaan
proses pembelajaran, seperti penggunaan metode dan media pembelajaran yang
tidak tepat. Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat ditentukan tindakan
perbaikan pembelajaran yang sesuai, misalnya dengan mengulang proses
pembelajaran secara individu maupun klasikal, mengulang pembelajaran yang
berkaitan dengan sebagian kompetensi saja atau mengulang pembelajaran dengan
perbaikan metode yang digunakan. Selanjutnya dilakukan kembali tes formatif
untuk mengetahui apakah siswa telah benar-benar menguasai kompetensi yang
telah ditetapkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes formatif adalah tes hasil
belajar untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan
15
oleh guru, guna memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran yang dilakukan
oleh guru kepada siswa setelah siswa menyelesaikan satu unit pembelajaran.
Tujuan tes ini yaitu sebagai dasar untuk memperbaiki produktifitas belajar
mengajar. Dalam penelitian ini hasil belajar siswadiukur dengan tes formatif.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaharui belajar seseorang. Faktor
tersebut bisa berasal dari dalam diri individu sendiri maupun berasal dari luar
individu.Slameto (2010: 54) menggolongkan faktor-faktor yang dapat
mempengaharui belajar ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Faktor intern yaitu factor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor intern terbagi ke dalam tiga faktor:
1) Faktor Jasmaniah, terdiri atas: factor kesehatan dan factor cacat tubuh