7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Hakikat PKn Menurut Azyumi Azra dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011:10) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kwajiban warga negara, serta proses demokrasi. Selain itu ada pengertian PKn Menurut Zamroni dalam (Mawardi dan Bambang S. Sulasmono, 2011:11) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Dalam (PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan / SNP) mata pelajaran kewarganegaraan dimaksud untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. 2.1.1.2 Tujuan PKn Menurut Faturohman dan Wuri Wuryandari (2011:7-8) Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi- kompetensi sebagai berikut : a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
15
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran PKn
2.1.1.1 Hakikat PKn
Menurut Azyumi Azra dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono
(2011:10) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan
membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule
of law, HAM, hak dan kwajiban warga negara, serta proses demokrasi. Selain itu
ada pengertian PKn Menurut Zamroni dalam (Mawardi dan Bambang S.
Sulasmono, 2011:11) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis.
Dalam (PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan / SNP)
mata pelajaran kewarganegaraan dimaksud untuk meningkatkan kesadaran dan
wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya
sebagai manusia.
2.1.1.2 Tujuan PKn
Menurut Faturohman dan Wuri Wuryandari (2011:7-8) Tujuan mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-
kompetensi sebagai berikut :
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan,
b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
2.1.1.3 Ruang Lingkup PKn
Menurut Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011: 23-25) menetapkan
ruang lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,
Keutuhan Negara Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan Negara,
sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Norma, hokum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-
peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Sistim hokum dan peradilan nasional, hokum dan peradilan internasional.
c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warganegara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
anggota masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, persamaan
kedudukan warga Negara.
e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar Negara dengan konstitusi.
9
f. Kekuasaan dan politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistim
politik, budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistim
pemerintahan, Pers dan masyarakat demokrasi.
g. Pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasr negara dan ideology
negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasr negara, Pengamalan nilai-
nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
h. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negri
Indonesia di era globalisasi, Dampak Globalisasi, Hubungan internasional
dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Togeteher (NHT)
Anita Lie (2004:59) menyatakan “Numbered Head Together (NHT) atau
kepala bernomor adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.”
Trianto (2007:82) menyebutkan “Numbered Head Together merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.”
Miftahul Huda (2011:130) menyatakan “Numbered Head Together (NHT)
pada dasarnya, merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaannya
hampir sama dengan diskusi kelompok. Guru meminta siswa untuk duduk
berkelompok, masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Setelah itu, guru
memanggil nomor (baca; anggota) secara acak untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
10
2.1.2.2 Tujuan Model Pembelajaran Numbered Head Togeteher (NHT)
Miftahul Huda (2011:138) menjabarkan: 1) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat; 2) meningkatkan semangat kerja sama siswa; 3) dapat digunakan untuk
semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head
Togeteher (NHT)
Kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menurut
Arends dalam Awaliyah (2008:3) menjabarkan: 1) terjadinya interaksi antara
siswa melalui diskusi atau siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi; 2) siswa pandai maupun lemah sama-sama memperoleh manfaat
melalui aktivitas belajar kooperatif; 3) dengan bekerja secara kooperatif ini,
kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar atau
kemungkinan bagi siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan; 4)
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakanketerampilan
bertanya, berdiskusi dan bakat kepemimpinan.
Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan: 1) dapat meningkatkan prestasi
beljar siswa; 2) mampu memperdalam pemahaman siswa; 3) menyenangkan
siswa dalam belajar; 4) mengembangkan sifat positif siswa; 5) mengembangkan
sifat kepemimpinan siswa; 6) mengembangkan rasa ingin tahu siswa; 7)
mengembangkan rasa saling memiliki; 8) mengembangkan keterampilan masa
depan.
Kelemahan model pembelajaran Numbered Head Togeteher (NHT) menurut
Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan: 1) kemungkinan nomor yang dipanggil
akan dipanggil lagi oleh guru; 2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh
guru; 3) waktu yang dibutuhkan banyak; 4) guru tidak mengetahui kemampuan
dari masing-masing siswa.
11
2.1.2.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Togeteher (NHT)
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada Kagen dalam
Ibrahim (2000:9) dengan tiga langkah yaitu pembentukan kelompok, diskusi
masalah, dan tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut
kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000:9) menjadi enam langkah sebagai
berikut:
Langkah 1. Persiapan. Dalam hal ini guru mempersiapkan rancangan
pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran (SP), (LKS) yang sesuai dengan
pembelajaran NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok. Dalam pembetukan kelompok
disesuaikan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siwa guru memberi
nomor pada siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok
yang dibentuk merupakan pencampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
suku, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal, sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar mempermudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok guru membagikan LKS
kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok
setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa
tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau
pertanyaan yang diberikan oleh guru pertanyaan dapat bervariasi dan yang
bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
12
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam
tahap ini guru memanggil satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di
kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan
jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berkembang dari materi yang
disajikan.
Dari urian di atas singkatnya NHT merupakan kegiatan pembelajaran
kooperatif deangan 4 tahap kegiatan: pertama, siswa dikelompokan menjadi
beberapa kelompok tiap kelompok terdiri dari 5 orang setiap anggota kelompok
diberi satu nomor 1, 2, 3 ,4 dan 5; kedua, guru menyampikan pertanyaan; ketiga,
berpikir bersama siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu;
keempat guru menyebut nomor (1, 2, 3, 4 atau 5) dan siswa dengan nomor yang
tersebut itu yang harus menjawab.
Kagen dalam Trianto (2011:82) menjabarkan: Fase 1. Penomoran. Dalam
fase ini, guru membagi siswa dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap
anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5; Fase 2. Mengajukan
pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertayaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya; Fase
3. Berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tim; Fase 4. Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
Anita Lie (2004:60) menjabarkan: 1) siswa dibagi dalam kelompok. Setiap
kelompok mendapat nomor; 2) guru memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya; 3) kelompok memutuskan jawaban yang dianggap
paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahuai jawaban
13
tersebut; 4) guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Agus Suprijono (2009:5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan.
Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6) hasil belajar mencangkup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah