Top Banner
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Hakikat PKn Menurut Azyumi Azra dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011:10) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kwajiban warga negara, serta proses demokrasi. Selain itu ada pengertian PKn Menurut Zamroni dalam (Mawardi dan Bambang S. Sulasmono, 2011:11) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Dalam (PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan / SNP) mata pelajaran kewarganegaraan dimaksud untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. 2.1.1.2 Tujuan PKn Menurut Faturohman dan Wuri Wuryandari (2011:7-8) Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi- kompetensi sebagai berikut : a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
15

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

Apr 11, 2019

Download

Documents

HoàngMinh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran PKn

2.1.1.1 Hakikat PKn

Menurut Azyumi Azra dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono

(2011:10) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan

membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule

of law, HAM, hak dan kwajiban warga negara, serta proses demokrasi. Selain itu

ada pengertian PKn Menurut Zamroni dalam (Mawardi dan Bambang S.

Sulasmono, 2011:11) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan

demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis dan

bertindak demokratis.

Dalam (PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan / SNP)

mata pelajaran kewarganegaraan dimaksud untuk meningkatkan kesadaran dan

wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya

sebagai manusia.

2.1.1.2 Tujuan PKn

Menurut Faturohman dan Wuri Wuryandari (2011:7-8) Tujuan mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-

kompetensi sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan,

b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

8

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama

dengan bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi.

2.1.1.3 Ruang Lingkup PKn

Menurut Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011: 23-25) menetapkan

ruang lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,

Keutuhan Negara Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan Negara,

sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Norma, hokum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-

peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

Sistim hokum dan peradilan nasional, hokum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban

anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warganegara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai

anggota masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, persamaan

kedudukan warga Negara.

e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

Hubungan dasar Negara dengan konstitusi.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

9

f. Kekuasaan dan politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistim

politik, budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistim

pemerintahan, Pers dan masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasr negara dan ideology

negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasr negara, Pengamalan nilai-

nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka.

h. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negri

Indonesia di era globalisasi, Dampak Globalisasi, Hubungan internasional

dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Togeteher (NHT)

Anita Lie (2004:59) menyatakan “Numbered Head Together (NHT) atau

kepala bernomor adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif pendekatan

struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.”

Trianto (2007:82) menyebutkan “Numbered Head Together merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.”

Miftahul Huda (2011:130) menyatakan “Numbered Head Together (NHT)

pada dasarnya, merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaannya

hampir sama dengan diskusi kelompok. Guru meminta siswa untuk duduk

berkelompok, masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Setelah itu, guru

memanggil nomor (baca; anggota) secara acak untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

10

2.1.2.2 Tujuan Model Pembelajaran Numbered Head Togeteher (NHT)

Miftahul Huda (2011:138) menjabarkan: 1) memberikan kesempatan kepada

siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling

tepat; 2) meningkatkan semangat kerja sama siswa; 3) dapat digunakan untuk

semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head

Togeteher (NHT)

Kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menurut

Arends dalam Awaliyah (2008:3) menjabarkan: 1) terjadinya interaksi antara

siswa melalui diskusi atau siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah

yang dihadapi; 2) siswa pandai maupun lemah sama-sama memperoleh manfaat

melalui aktivitas belajar kooperatif; 3) dengan bekerja secara kooperatif ini,

kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar atau

kemungkinan bagi siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan; 4)

dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakanketerampilan

bertanya, berdiskusi dan bakat kepemimpinan.

Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan: 1) dapat meningkatkan prestasi

beljar siswa; 2) mampu memperdalam pemahaman siswa; 3) menyenangkan

siswa dalam belajar; 4) mengembangkan sifat positif siswa; 5) mengembangkan

sifat kepemimpinan siswa; 6) mengembangkan rasa ingin tahu siswa; 7)

mengembangkan rasa saling memiliki; 8) mengembangkan keterampilan masa

depan.

Kelemahan model pembelajaran Numbered Head Togeteher (NHT) menurut

Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan: 1) kemungkinan nomor yang dipanggil

akan dipanggil lagi oleh guru; 2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh

guru; 3) waktu yang dibutuhkan banyak; 4) guru tidak mengetahui kemampuan

dari masing-masing siswa.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

11

2.1.2.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Head Togeteher (NHT)

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada Kagen dalam

Ibrahim (2000:9) dengan tiga langkah yaitu pembentukan kelompok, diskusi

masalah, dan tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut

kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000:9) menjadi enam langkah sebagai

berikut:

Langkah 1. Persiapan. Dalam hal ini guru mempersiapkan rancangan

pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran (SP), (LKS) yang sesuai dengan

pembelajaran NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok. Dalam pembetukan kelompok

disesuaikan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siwa guru memberi

nomor pada siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok

yang dibentuk merupakan pencampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,

suku, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu dalam pembentukan

kelompok digunakan nilai tes awal, sebagai dasar dalam menentukan masing-

masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

agar mempermudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang

diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok guru membagikan LKS

kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok

setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa

tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau

pertanyaan yang diberikan oleh guru pertanyaan dapat bervariasi dan yang

bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

12

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam

tahap ini guru memanggil satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan

nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di

kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan

jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berkembang dari materi yang

disajikan.

Dari urian di atas singkatnya NHT merupakan kegiatan pembelajaran

kooperatif deangan 4 tahap kegiatan: pertama, siswa dikelompokan menjadi

beberapa kelompok tiap kelompok terdiri dari 5 orang setiap anggota kelompok

diberi satu nomor 1, 2, 3 ,4 dan 5; kedua, guru menyampikan pertanyaan; ketiga,

berpikir bersama siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu;

keempat guru menyebut nomor (1, 2, 3, 4 atau 5) dan siswa dengan nomor yang

tersebut itu yang harus menjawab.

Kagen dalam Trianto (2011:82) menjabarkan: Fase 1. Penomoran. Dalam

fase ini, guru membagi siswa dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap

anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5; Fase 2. Mengajukan

pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertayaan dapat

bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya; Fase

3. Berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban

pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban

tim; Fase 4. Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa

yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab

pertanyaan untuk seluruh kelas.

Anita Lie (2004:60) menjabarkan: 1) siswa dibagi dalam kelompok. Setiap

kelompok mendapat nomor; 2) guru memberikan tugas dan masing-masing

kelompok mengerjakannya; 3) kelompok memutuskan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahuai jawaban

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

13

tersebut; 4) guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang

dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

2.2 Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian Belajar

Agus Suprijono (2009:5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

keterampilan.

Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6) hasil belajar mencangkup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehention (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah

receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai),

organization (organisasi), characterization (karakteristik). Domain psikomotor

meliputi initiatory, pre routine, reutinized. Psikomotor juga mencangkup

ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,

pengertian, dan sikap. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan

perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian

saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan oleh para pakar

pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau

terpisah, melainkan komprehensif.

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006:30).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

14

Dimyati dan Mujiono (2006:250-251) menyebutkan bahwa hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih

baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar adalah saat terselesainya bahan pelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar

adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan

berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan

tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam

membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik

lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang

lebih baik.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor

dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri. Dari pendapat ini faktor yang

dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang

dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark pada tahun 1981 bahwa hasil

belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni

lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran menurut Sudjana

(2006:39).

Perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan

lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian

belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu.

Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak

dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan

kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

15

dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif

(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik) menurut

Ali (2011:1).

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa

berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni

lingkungan. Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa

berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam

bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam

berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan

penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam

berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan

tingkah laku secara kuantitatif menurut Djamarah (2011:1).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan

personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan

demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat

adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk

penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai

aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian

terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai

aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku

secara kuantitatif.

2.2.3 Hasil Belajar PKn

Secara garis besar pembelajaran PKn harus mengacu pada standar

kompetensi maupun pada kompetensi dasar PKn. Standar kompetensi PKn

merupakan kompetensi PKn yang dibakukan dan harus ditunjukkan siswa pada

hasil belajarnya dalam pembelajaran PKn.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

16

Dengan demikian hasil belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam

menguasai materi PKn berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah

mengikuti pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya proses

belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar

atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn yang diberikan oleh guru. Dari

hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya

dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

2.3 Hubungan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

dengan Pembelajaran PKn

Penerapan dan keunggulan Numbered Head Together (NHT) adalah suatu

proses pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam

mencari, mengolah dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang

ahirnya dipersentasikan di depan kelas. NHT pertama kali dikenalkan Spenser

Kagen (1993) dalam Trianto (2007: 82) bagian dari model pembelajaran

kooperatif struktural yang dirancang khusus untuk mempengaruhi interaksi

siswa. Kagen menghendaki agar siwa bekerja saling bergantung pada kelompo-

kelompok kecil secara kooperatif. Struktural tersebut dikembangkan sebagai

bahan alternatif dari struktur kelas tradisional seperti mengacungkan tangan

terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan

yang dilontarkan. Suasana seperti akan menimbulkan kegaduhan di dalam kelas,

karena para siswa saling berebut untuk menjawab pertanyaan.

Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung

melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat

serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam

pembelajaran. Lalu seperti apa langkah-langkah pembelajaran NHT? Sintaks

NHT dijelaskan sebagai berikut:

Langkah Pertama Penomoran. Penomoran adalah hal yang utam dalam NHT,

dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

17

beranggotakan 3-5 dan memberi siswa nomor yang berbeda-beda sesuai dangan

kelompok siswa.

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari pelajaran

tertentu yang memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan diusahakan

bervariasi dari yang spesifik sehingga bersifat umum dan dengan tingkat

kesulitan yang bervariasi pula.

Dilanjutkan berpikir bersama setelah mendapat pertanyaan-pertanyaan dari

guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan dan menjelaskan jawaban

kepada anggota, mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.

Langkah terakhir adalah pemberian jawaban. Guru menyebutkan satu nomor

dari setiap kelompok siswa dan tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat

tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara

random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut,

Selanjutnya nomor yang disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat

tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor

sama menanggapi jawaban tersebut.

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relavan

Istiyati, Siti, A. Dakir, dan Jenny ISP. 2010. Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari rata-rata skor observasi angket serta

didukung dengan nilai hasil belajar siswa kelas 4 SDN 02 Doplang

Karangpandan selama pelaksanaan tindakan kelas dari pra tindakan, siklus I

maupun siklus II terjadi peningkatan motivasi belajar siswa yang signifikan.

Peningkatan tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut : (1) Dari data observasi

pembelajaran siswa rata-rata sebelum tindakan sebesar 16,38 atau kurang lebih

16 menjadi 19,17 atau kurang lebih 19 rata-rata di siklus II meningkat menjadi

26,68 atau 27, dari 17 peserta didik, (2) untuk rata-rata motivasi belajar siswa

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

18

juga mengalami peningkatan, rata-rata motivasi belajar sebelum tindakan adalah

sebesar 60,88 pada siklus I rata-rata motivasi belajar siswa menjadi meningkat

72,80 atau sekitar 73, pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 84,20

dari 17 peserta didik. (3) Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar IPS siswa juga

mengalami peningkatan yang signifikan, adapun rata-rata peningkatan nilai

belajar IPS siswa sebagai berikut: rata-rata nilai IPS siswa sebelum tindakan

sebesar 60,03 menjadi 69,58 atau 70 pada siklus I meningkat sebesar 9,55,

kemudian meningkat lagi menjadi 77,17 pada siklus II atau mengalami

peningkatan sebesar 17,14%. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa terjadi

peningkatan yang signifikan skor observasi, motivasi serta nilai belajar IPS

siswa selama tahap pra tindakan menuju siklus I dan siklus II. Dan peningkatan

tersebut tergolong dalam kategori yang tinggi.

Dari hasil penelitian, siswa yang memiliki motivasi tinggi siswa tersebut

aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama pada saat kelompok, selain itu nilai

evaluasinya juga tinggi, akan tetepi beberapa siswa yang hasil angket

motivasinya tinggi tetapi hasil belajarnya masih sedang, hal ini karena daya

tangkap siswa tersebut memang rendah. Dari keseluruhan tindakan atau siklus

yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya keterkaitan

antara keaktifan siswa dengan motivasi dan hasil belajar siswa, dengan

penggunaan model pembelajaran koopertaif tipe NHT 9 siswa menjadi lebih

antusias, lebih aktif, percaya diri meningkat dan lebih tertarik dengan

pembelajaran yang dilakukan guru sehingga siswa yang semula tidak aktif dan

motivasinya rendah dapat meningkat keaktifan dan motivasi belajarnya, karena

disini siswa yang aktif baik dalam kelompok maupun individu siswa juga merasa

senang dengan pembelajaran yang dilakukan selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Dan hal ini berpengaruh pada nilai belajar siswa pula karena

dengan motivasi belajar yang tinggi dalam pembelajaran maka penguasaan

materi siswa juga lebih baik dan dapat meningkat.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

19

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurniasih Wahyusari,

tahun 2009 pada siswa kelas V SDN Luwuk Kecamatan Kejayaan Pasuruan

dengan judul ”Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads

Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V

SDN Luwuk Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan”, menunjukan adanya

peningkatan hasil belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil

tes tulis pada setiap siklus. Hasil tes pada siklus I mencapai 69,12% dan

meningkat menjadi 80,88% pada siklus II. Selain itu tidak hanya meningkatkan

aspek kognitif saja, namun semua aspek yang menyangkut perkembangan siswa

dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerjasama serta partisipasi siswa

dalam pembelajaran. Selain itu dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

merancang serta mengelola pembelajaran secara individual, klasikal maupun

kelompok.

Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan informasi bahwa model Numbered

Head Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadi penguat dalam penelitian yang akan

dilakukan di kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yang

meliputi peningkatan aktivitas siswa, peningkatan ketrampilan guru, dan

peningkatan hasil belajar siswa.

2.5 Kerangka Pikir

Kemampuan memecahkan masalah PKn merupakan usaha kegiatan yang

dicapai siswa dalam periode tertentu dari mata pelajaran PKn. Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran juga memfokuskan pada

pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia,

dan suku bangsa. Pembelajaran PKn ini diharapkan akan mampu membentuk

siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi masalah

yang dihadapi.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

20

Mata pelajaran PKn tidak dianggap sebagai mata pelajaran pembinaan

warga negara yang menekankan pada kesadaran akan hak dan kewajiban tetapi

lebih cenderung menjadi mata pelajaran yang jenuh dan membosankan. Selain

itu pembelajaran PKn juga cenderung kurang bermakna karena hanya

berpatokan pada penilaian hasil bukan pada penilaian proses.

Suatu upaya yang dilakukan adalah melalui pembelajaran NHT. Guru dalam

memberikan tugas didiskusikan untuk dipecahkan bersama dengan

memformulasikan pengalaman yang mereka punya sehingga dapat menemukan

apa yang mereka cari dengan maksimal, sehingga NHT dapat meningkatkan

kemampuan memacahkan masalah PKn.

Supaya penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka

peneliti mempunyai gambaran kerangka pikir. Adapun kerangka pikir tersebut,

adalah sebagai berikut:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4396/3/T1_292009155_BAB II.pdfanggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

21

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas

dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: melalui penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) diduga dapat

meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Menggunakan strategi mengajar yang

konvensional:

Kurang melibatkan siswa

Hanya ada komunikasi satu arah

Siswa pasif

Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Tindakan

Penggunaan model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT),

yaitu:

Siswa berpikir bersama-sama

menyatukan pendapatnya terhadap

jawaban pertanyaan itu.

Pembelajaran menyenangkan

Perilaku mengganggu kurang.

Pemahaman lebih mendalam.

Hasil belajar

meningkat.

Hasil belajar lebih meningkat.

Gambar 1.

Kerangka Berpikir

Pemantapan model

pembelajaran NHT:

Membenahi

kegiatan

pembelajaran yang

kurang efektif.

Memotivasi siswa

agar lebih aktif lagi

dalam proses

pembelajaran.

Hasil belajar

siswa rendah.