Top Banner
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Penjelasan mengenai konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para anggota perusahaan, terutama hubungan antara pemilik (principal ) dengan manajemen (agent ). Hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal ) yang menyewa orang lain (agent ) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Keagenan sebagai suatu hubungan berdasarkan persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen ( agent ) setuju untuk bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik (principal ). Pemilik akan mendelegasikan tanggung jawab kepada manajemen, dan manajemen setuju untuk bertindak atas perintah atau wewenang yang diberikan pemilik (Michelson et al ., 1995). Pemilik dan manajemen diasumsikan sebagai pihak-pihak yang mempunyai rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi sehingga, walau terdapat kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal ini disebabkan agent juga memiliki kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraannya. Informasi dalam teori agensi digunakan untuk pengambilan keputusan oleh prinsipal dan agen, serta untuk mengevaluasi dan membagi hasil sesuai kontrak kerja yang telah disetujui. Hal ini dapat memotivasi agen untuk
25

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

Mar 24, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Penjelasan mengenai konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori

keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para anggota

perusahaan, terutama hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen

(agent). Hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih

pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa

atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan

kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Keagenan sebagai suatu hubungan

berdasarkan persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen (agent) setuju untuk

bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik (principal). Pemilik akan

mendelegasikan tanggung jawab kepada manajemen, dan manajemen setuju untuk

bertindak atas perintah atau wewenang yang diberikan pemilik (Michelson et al.,

1995).

Pemilik dan manajemen diasumsikan sebagai pihak-pihak yang mempunyai

rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi sehingga, walau terdapat

kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal

ini disebabkan agent juga memiliki kepentingan untuk memaksimalkan

kesejahteraannya. Informasi dalam teori agensi digunakan untuk pengambilan

keputusan oleh prinsipal dan agen, serta untuk mengevaluasi dan membagi hasil

sesuai kontrak kerja yang telah disetujui. Hal ini dapat memotivasi agen untuk

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

berusaha seoptimal mungkin dan menyajikan laporan akuntansi sesuai dengan

harapan prinsipal sehingga dapat meningkatkan kepercayaan prinsipal kepada agen

(Faozi, 2002).

Mereka para tenaga-tenaga profesional, bertugas untuk kepentingan perusahaan

dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan dan mengelola perusahaan. Para

profesional tersebut berperan sebagai agen (manajemen) didalam suatu perusahaan

dan memiliki peran penting dalam memperoleh laba perusahaan yang dikelolanya.

Semakin besar perusahaan yang dikelola memperoleh laba semakin besar pula

keuntungan yang didapatkan agen tersebut, sementara pemilik perusahaan (pemegang

saham) hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola

oleh manajemen serta mengembangkan sistem insentif bagi pengelola manajemen

untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan. Namun pada

sisi lain pemisahan seperti ini juga memiliki segi negatif.

Keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba

perusahaan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan pengelolanya

sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan.

Pemisahan ini dapat pula menimbulkan kurangnya transparansi dalam penggunaan

dan di perusahaan serta keseimbangan yang tepat antara kepentingan-kepentingan

yang ada, misalnya antara pemegang saham dan manajemen perusahaan dan antara

pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas.

Teori keagenan sebagai suatu kontrak dibawah satu atau lebih prinsipal yang

melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan

melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

prinsipal maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata

termotivasi oleh kepentingan pribadi. Agen bertanggung jawab kepada prinsipal

dengan membuat laporan pertanggungjawaban setiap periode tertentu (Jensen dan

Meckling, 1976).

Hubungan antara prinsipal dan agen pada hakekatnya sukar tercipta karena

adanya kepentingan yang saling bertentangan. Kepentingan yang saling bertentangan

tersebut menyebabkan keraguan kepada agen terhadap kewajaran laporan

pertanggung jawaban yang dibuat akibat manipulasi. Untuk meminimalisasi dampak

dari konflik kepentingan dapat dilakukan dengan adanya monitoring dari pihak ketiga

yaitu auditor independen. Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer

melalui sarana laporan pertanggungjawaban. Tugas auditor adalah memberikan

pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan (Badera dan Surya Antari,

2007).

2.1.2 Manajemen Laba

Manajemen laba diungkapkan sebagai, “some ability to increase or decrease

reported net income at will”. Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha

manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan

laba sesuai dengan keinginan manajer (Copeland, 1968:10), selanjutnya manajemen

laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses

penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan,

menaikkan, dan menurunkan laba. Manajemen laba muncul sebagai dampak masalah

keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang

saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent) (Schipper, 1989).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

Manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan atau menurunkan

laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak

mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan

dalam jangka panjang (Fischer dan Rozenzwig, 1995) .

Manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi yang

dilakukan manajemen terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan

penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi

sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan

keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggung

jawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai

asset. Manajer juga memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode

penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan

stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika

manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak

luar (Healy dan Wahlen, 1999).

Manajemen laba merupakan upaya manajer untuk mempengaruhi informasi

dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin

mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Manajemen laba (earnings management)

dilakukan dengan menyesuaikan komponen-komponen akrual dalam laporan

keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan

sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun

laporan keuangan, alasannya komponen akrual merupakan komponen yang tidak

memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan

perusahaan (Sulistyanto, 2008).

Berdasarkan definisi di atas, dapat terlihat adanya kesamaan makna yang

digunakan untuk setiap definisi, yaitu langkah tertentu yang disengaja untuk

mengatur laba, campur tangan dalam penyusun laporan keuangan, kesalahan atau

kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan, tindakan untuk mengatur laba,

fleksibilitas aturan yang digunakan dalam memenuhi target laba, serta menggunakan

kreatifitas manajemen untuk mengubah laporan keuangan walau menggunakan

terminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan

yang lainnya yaitu menyepakati bahwa manajemen laba merupakan suatu upaya yang

dilakukan oleh manajemen dalam mempengaruhi dan mengintervensi laporan

keuangan.

Pemahaman atas manajemen laba dibagi menjadi dua. Pertama, melihatnya

sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam

menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (oportunistic

earnings management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif

efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba

memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan

dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-

pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi

nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat

perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu (Scott,

2000).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

2.1.2.1 Pola dalam Manajemen Laba

Menurut Scott (1997) terdapat empat pola atau aktivitas dalam melakukan

manajemen laba yaitu:

1) Taking a bath

Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara melaporkan rugi yang besar

sekaligus jika perusahaan mengalami kerugian sehingga dapat menciptakan

peluang laba yang besar di masa yang akan datang. Pola ini dapat dijelaskan

dalam penelitian mengenai bonus plan hypothesis, dimana manajemen akan

meminimalkan laba karena kondisi perusahaan saat ini rugi.

2) Income minimization

Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada

laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya.

Pola ini serupa dengan taking a bath. Income minimization dilakukan pada

saat tingkat profitabilitas perusahaan cukup tinggi. Contoh penerapan pola ini

adalah pada saat perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari

political cost.

3) Income maximization

Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada

laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada laba sesungguhnya.

Income maximization dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang

lebih besar, meningkatkan keuntungan, serta untuk menghindari dari

pelanggaran atas kontrak utang jangka panjang. Income maximization

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya

dan memindahkan biaya untuk periode lain.

4) Income smoothing.

Pola ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat laba yang stabil dan

mengurangi fluktuasi naik turunnya laba sehingga perusahaan terlihat stabil.

Dalam hal ini laba akan diturunkan jika terjadi peningkatan yang tajam dan

menaikkan laba jika tingkat laba yang diperoleh berada dibawah tingkat laba

yang ditentukan. Tingkat laba yang stabil membuat pemilik dan kreditor lebih

memiliki kepercayaan terhadap manajer.

2.1.2.2 Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba dalam Penelitian ini.

Teori akuntansi positif mengemukakan terdapat tiga hipotesis yang

melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:

1) Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya

yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar

berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang

meningkatkan laba yang dilaporkan.

2) Debt Convenant Hypothesis

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung

memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba

(Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan

pihak eksternal.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

3) Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan

tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut

dikarenakan dengan laba perusahaan yang tinggi mengakibatkan pemerintah

akan mengenakan jumlah pajak pendapatan perusahaan sesuai dengan laba

yang diperolehnya.

Sementara itu, Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi

terjadinya manajemen laba:

1) Bonus Purposes

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak

secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan

laba saat ini (Healy, 1985).

2) Political Motivations

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada

perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan

karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan

peraturan yang lebih ketat.

3) Taxation Motivations

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling

nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan

jumlah pajak pendapatan yang harus dibayarkan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

4) Pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan

untuk meningkatkan bonus mereka, dan jika kinerja perusahaan buruk,

mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

5) Initital Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan

menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan

manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan

harga saham perusahaan.

6) Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor

Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor

sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa

perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

2.1.2.3 Kondisi untuk Praktek Manajemen Laba dalam Penelitian ini.

Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa laba telah dijadikan sebagai suatu

target dalam proses penilaian prestasi usaha suatu departemen secara khusus

(manajer) atau perusahaan (organisasi) secara umum. Laba dan tingkat keuntungan

juga merupakan alat untuk mengurangi biaya keagenan (agency costs), dari sisi teori

keagenan. Saat keuntungan dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini

akan menciptakan dorongan kepada manajer untuk memanipulasi data keuangan agar

dapat menerima bonus seperti yang diinginkannya, selain itu, mengingat akan

pentingnya keuntungan atau perolehan secara akuntansi (accounting income) untuk

pembuatan keputusan oleh banyak pihak, misalnya investor (Gumanti, 2000).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

Richardson (1998) menemukan bukti bahwa adanya hubungan antara

ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang diajukan

adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat

manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Manajemen laba terjadi

karena adanya motif dari teori akuntansi positif yang dijelaskan oleh Watt

Zimmerman (1986), dimana dalam penelitian ini kondisi biaya politis yang besar

dalam perusahaan manufaktur yang besar akan mendorong manajemen untuk

menurunkan laba guna menghindari perhatian publik.

2.1.2.4 Model Empiris Manajemen Laba

Model yang digunakan untuk mengukur manajemen laba dalam penelitian ini

adalah modifikasi model Jones karena model ini dianggap lebih baik diantara model

yang lain untuk mengukur manajemen laba karena model ini memisahkan antara non

discretionary accrual dengan discretionary accruals. Penggunaan discretionary

accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified

Jones Model yang disempurnakan oleh Dechow (1995)

2.1.2.5 Manajemen Laba Akrual

Deteksi atas kemungkinan dilakukannya manajemen laba dalam laporan

keuangan secara umum diteliti melalui penggunaan akrual. Secara teknis, akrual

merupakan perbedaan antara laba dan kas. Akrual merupakan komponen utama

pembentuk laba dan akrual disusun berdasarkan estimasi-estimasi tertentu.

Manajemen laba akrual dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen

akrual dalam laporan keuangan, sebab pada komponen akrual dapat dilakukan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

permainan angka melalui metode akuntansi yang digunakan sesuai dengan keinginan

orang yang melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan (Sulistyanto

(2008) dalam Nuraini (2012).

Komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas

secara fisik sehingga mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus

disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan perusahaan, misalnya saja biaya

depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui biaya, umur

manfaat (estimation), dan metode depresiasi yang digunakan. Nilai biaya memang

sudah tetap dan tidak bisa diubah-ubah, namun umur manfaat dan metode depresiasi

bisa diubah sesuai dengan kebijakan manajemen (discretion management).

Secara umum, akrual merupakan produk akuntansi dimana dapat dianggap

memiliki jumlah yang relatif tetap dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan aturan

akuntansi terkait juga tidak mengalami perubahan, oleh karenanya, perubahan akrual

yang terjadi dapat dianggap sebagai hal yang tidak normal (abnormal). Perubahan ini

merupakan hasil penggunaan kebijakan (discretion) manajemen yang berlebihan. Bila

pada saat yang sama manajemen juga memiliki insentif/motif untuk memanipulasi

laba, maka perubahaan akrual yang terjadi dianggap sebagai bentuk manipulasi laba

yang dilakukan manajemen.

Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara kebijakan akrual murni (pure

accrual) yaitu dengan discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap

arus kas secara langsung (Roychowdhury, 2006), namun akrual diskresioner ini tidak

bisa diobservasi langsung dari laporan keuangan. Biasanya manajemen akrual

dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan agar target laba

tercapai. Oktorina (2008) mengatakan, kebijakan akrual dibatasi oleh GAAP dan

manipulasi akrual di tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan ini dapat terdeteksi oleh

auditor, investor ataupun badan pemerintah sehingga dapat berdampak pada harga

saham bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Salah satu contoh dari

akrual adalah pendapatan yang masih harus diterima, pendapatan diterima di muka,

beban yang masih harus dibayar, beban dibayar di muka, beban depresiasi,

persediaan, serta cadangan kerugian.

Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas

operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua konsep, yaitu:

1. Nondiscretionary accruals

Nondiscretionary accruals merupakan pengakuan akrual laba yang wajar dan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, serta memiliki hubungan

yang terpola dengan aspek-aspek lain perusahaan seperti total akrual, pendapatan,

piutang, dan aktiva tetap. Banyak dari model estimasi akrual nondiskresioner

perusahaan dari level akrual masa lalu perusahaan sebelum periode ketika tidak

terdapat manajemen laba yang sistematik (Jones, 1991).

2. Discretionary accruals

Discretionary accruals merupakan pengakuan akrual laba yang bervariasi

sesuai dengan kebijakan yang diambil manajemen. Akrual diskresioner tidak bisa

diobservasi langsung dari laporan keuangan, maka harus diestimasi melalui beberapa

model. Model tersebut membentuk ekspektasi pada level akrual non diskresioner dan

jumlah deviasi yang diobservasi secara aktual, hal ini diasumsikan sebagai akrual

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

nondiskresioner. Sehingga akrual diskresioner didefinisikan sebagai akrual melalui

model yang digunakan.

2.1.2.6 Discretionary Accrual

Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari

manajemen laba yang dilakukan manajer. Sistem akuntansi akrual sebagaimana yang

ada pada prinsip akuntansi, dapat memberikan keleluasaan kepada manajemen

mempengaruhi tingkat pendapatan perusahaan. Manajemen dapat mempengaruhi laba

dengan komponen discretionary accruals (Halim, 2005).

Menurut akuntansi basis kas, pendapatan dicatat hanya pada saat kas diterima

dan beban dicatat pada saat kas keluar, sedangkan pada akuntansi berbasis akrual,

transaksi-transaksi yang mempengaruhi laporan keuangan perusahaan dicatat pada

periode di mana transaksi tersebut terjadi bukan pada saat kas diterima atau

dikeluarkan.

Informasi yang disajikan pada basis akrual mengungkapkan hubungan yang

mungkin penting dalam memprediksi masa depan sehingga dapat lebih bermanfaat

untuk tujuan pengambilan keputusan, oleh karena itu basis akrual yang banyak

dipakai dan sesuai dengan prinsip akuntansi.

Cara menghitung akrual diskresioner (DA) dengan menggunakan Modified

Jones model, yaitu menaksir akrual total dideflasi dengan aset total awal tahun untuk

mengurangi heteroskedastisitas. Model tersebut adalah sebagai berikut:

TAit/Ait-1 = α(1/Ait-1)+β1((ΔREVit-ΔRECit)/Ait-1)+β2(PPEit/Ait-1)+εit

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

Keterangan:

ΔREVit = pendapatan perusahaan i pada periode t dikurangi pendapatan pada periode

t-1.

ΔRECit = piutang perusahaan i pada periode t dikurangi piutang pada periode t-1.

PPEit = property, plan and equipment (aset tetap berwujud kotor) perusahaan i pada

periode t.

Ait-1 = aset total perusahaan i pada periode t-1 (awal tahun).

α & β1 = nilai koefisien perusahaan

2.1.3 International Financial Reporting Standards (IFRS)

IFRS merupakan standar yang pada konsepnya berbasis principles based dan

pengukurannya menggunakan fair value, hal ini tentu sangat berbeda dengan GAAP

yang pada konsepnya berbasis rules based dan pengukurannya menggunakan

historical cost. Pengukuran menggunakan historical cost sekarang ini mulai

ditinggalkan karena dalam beberapa situasi dipertimbangkan tidak mencerminkan

kondisi yang sesungguhnya.

Keunggulan dari historical cost adalah bahwa historical cost lebih objektif

dan lebih bisa diverifikasi karena didasarkan pada transaksi. Sedangkan kelemahan

historical cost tidak menggambarkan keadaan sesungguhnya, dengan demikian pihak

manajemen bisa memanfaatkan kelemahan historical cost untuk melakukan

manajemen laba, misalnya pada saat kinerja perusahaan sedang buruk apabila nilai

wajar aset pada tanggal pelaporan lebih besar dari nilai tercatatnya maka pihak

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

manajemen akan menjual aset tersebut sehingga ada keuntungan yang terjadi diakui

di dalam laporan laba rugi (Cahyati, 2011).

IFRS yang pada pengukurannya lebih menggunakan fair value diharapkan

mampu mencerminkan kondisi yang sesungguhnya dimana pos-pos aset dan liabilitas

yang dimiliki lebih mencerminkan nilai yang sebenarnya pada tanggal laporan

keuangan. Namun demikian terdapat beberapa pendapat yang menolak fair value

karena dapat menyebabkan volatilitas dalam laporan keuangan dan mengurangi

prediksi dari laba (Siregar, 2010 dalam Qomariah, 2013).

Qomariah (2013) menjelaskan bahwa US GAAP merupakan standar rules

based yang akan meningkatkan konsistensi dan keterbandingan antar perusahaan dan

antar waktu, namun di sisi lain mungkin kurang relevan karena ketidakmampuan

standar merefleksi kejadian ekonomi yang sebenarnya dari entitas yang berbeda antar

perusahaan dan antar waktu, serta semakin kompleksnya aturan akan semakin

memberikan celah manajer untuk melakukan kecurangan.

IFRS yang lebih menggunakan principal based memungkinkan manajer

memilih perlakuan akuntasi yang merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi

yang sebenarnya, namun IFRS akan lebih membutuhkan penalaran, judgement, dan

pemahaman yang cukup mendalam dari aturan dalam menerapkannya.

Kerangka konseptual pada IFRS yang paling menarik adalah persyaratan

pengungkapan yang lebih banyak (full disclosure) dibanding dengan standar

akuntansi GAAP, dengan adanya pengungkapan yang lebih banyak tersebut akan

berdampak pada penurunan asimetri informasi, sehingga manajer akan cenderung

lebih sulit untuk melakukan kecurangan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan

bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini

bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga

laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah

digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau pengguna lain.

Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan telah

diterbitkan. ED PSAK 1 merupakan adopsi IAS 1 Presentation Financial Statement,

proses adopsi ini merupakan salah satu program konvergensi IFRS yang sedang

dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi keuangan (DSAK IAI).

ED PSAK 1 ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan

bertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut

laporan keuangan agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode

sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur

persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan

persyaratan minimum isi laporan keuangan.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI pada tanggal 21 April 2009

kemarin telah menyetujui Exposure Draft (ED) PSAK 1 (revisi 2009) tentang

Penyajian Laporan Keuangan untuk disebarluaskan dan ditanggapi oleh kalangan

anggota IAI, Dewan Konsultatif SAK, Dewan Pengurus Nasional IAI, perguruan

tinggi dan individu/organisasi/lembaga lain yang berminat.

ED PSAK 1 (Revisi 2009) merupakan penyajian laporan keuangan yang

merupakan adopsi dari IAS 1, yaitu Presentation of Financial Statements merevisi

PSAK 1 (1998) tentang penyajian laporan keuangan. ED PSAK 1 (Revisi 2009)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

mengatur mengenai kepatuhan terhadap SAK, ED PSAK 1 (revisi 2009) mengatur

bahwa entitas membuat pernyataan kepatuhan atas SAK dalam laporan keuangan

mengenai penggunaan standar IFRS.

Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi,

yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh

IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh

negara-negara maju, sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara

bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.

Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:

1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi

ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap

PSAK yang berlaku.

2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian

terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan, selanjutnya dilakukan

penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.

3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK

& IFRS secara bertahap, kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak

penerapan PSAK secara komprehensif.

Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of

Accountant) yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), salah

satunya adalah dengan menggunakan IFRS sebagai accounting standard.

Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai

anggota G20 forum.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

2.1.3.1 Dampak Implementasi IFRS

Implementasi IFRS dapat memberikan dampak positif dan negatif dalam

dunia bisnis dan jasa audit di Indonesia. Berikut ini adalah berbagai dampak dalam

penerapan IFRS :

1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan

akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.

2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak

menggunakan nilai wajar.

3. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga

fluktuatif.

4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunaan balance sheet

approach dan fair value.

5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan

keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment

ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).

6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.

2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya

Sejumlah penelitian seperti penelitian oleh Barth et al., (2008) yang meneliti

kualitas akuntansi sebelum dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan menggunakan

sampel sebanyak 327 perusahaan di 21 negara yang telah mengadopsi IAS secara

sukarela antara tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan bukti bahwa

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah,

relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat

waktu, dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih

berdasarkan local GAAP.

Ismail (2013) menyatakan bahwa adopsi IFRS akan menghasilkan kualitas

laba yang lebih tinggi. Kualitas laba yang lebih tinggi ini ditunjukkan dengan

penurunan tingkat manajemen laba dan peningkatan relevansi nilai laba, selanjutnya

penelitian oleh Anggraita (2012) yang menemukan adanya penurunan manajemen

laba pada masa setelah adopsi IFRS.

Penelitian ini didukung oleh Chen et al., (2010) dan Armstrong et al., (2010).

Chen et al. (2010) juga menemukan bukti empiris bahwa dengan adopsi IFRS secara

wajib dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan menurunkan manajemen

laba dibandingkan sebelum mengadopsi IFRS.

2.3 Rumusan Hipotesis

2.3.1 Perbedaan Manajemen Laba Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi

domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat

kredibilitas tinggi. Standar akuntansi IFRS meminta persyaratan akan item-item

pengungkapan yang semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi

dan manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan

perusahaan. Standar akuntansi IFRS menjanjikan laporan lebih akurat, laporan

keuangan yang lebih komprehensif dan tepat waktu, sehingga beberapa negara di

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

Benua Eropa mengganti standar akuntansi domestik yang digunakan dengan IFRS

(Ball dalam Ismail et al 2013). IFRS dengan pendekatan principled based-nya

dianggap dapat meminimalisir tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh

manajemen dengan pengetatan aturan dan pendekatan fair value dalam penyajian

laporan keuangannya.

Standar akuntansi merupakan pedoman dalam penyusunan dan penyajian

laporan keuangan, setelah kejatuhan perekonomian Amerika Serikat mulai dari kasus

manipulasi Enron hingga kegagalan investasi properti di sana yang menyebabkan

krisis ekonomi global beberapa tahun lalu, nampaknya kepercayaan dunia akan

standar akuntansi Amerika (US. GAAP) ikut memudar. Hal ini dapat dilihat dari

pengadopsian standar Internasional (IFRS) yang membudaya baik Negara maju

maupun berkembang di kawasan Eropa, Asia, Afrika dan lainnya. Pendekatan

principled based yang diusung oleh Standar IFRS dipercaya dapat lebih

meningkatkan kualitas informasi dalam laporan keuangan dengan cara mempersempit

celah manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba. Faktor-faktor lain

seperti ukuran perusahaan, financial leverage, market to book ratio dan institutional

investor juga perlu diperhatikan dalam meneliti manajemen laba tersebut (Rudra,

2012).

Sejumlah penelitian seperti Ismail (2013) menyatakan bahwa adopsi IFRS

akan menghasilkan kualitas laba yang lebih tinggi. Kualitas laba yang lebih tinggi ini

ditunjukkan dengan penurunan tingkat manajemen laba dan peningkatan relevansi

nilai laba. Bao dan Bao (2004) dalam Ismail (2013) menyatakan bahwa jika kualitas

laba meningkat, maka hubungan antara nilai perusahaan dan laba yang dilaporkan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

akan meningkat, sebaliknya jika kualitas laba menurun, maka hubungan antara nilai

perusahaan dan laba yang dilaporkan pasti akan menurun.

Penelitian oleh Barth et al., (2008) yang meneliti kualitas akuntansi sebelum

dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan menggunakan sampel sebanyak 327

perusahaan di 21 negara yang telah mengadopsi IAS secara sukarela antara tahun

1994 dan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan bukti bahwa setelah

diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai

menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu,

dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih berdasarkan

local GAAP.

Penelitian ini didukung oleh Chen et al., (2010) dan Armstrong et al., (2010).

Chen et al., (2010) juga menemukan bukti empiris bahwa dengan adopsi IFRS secara

wajib dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan menurunkan manajemen

laba dibandingkan sebelum mengadopsi IFRS. Callao dan Jarne (2010)

membandingkan diskresioneri akrual perusahaan yang listing di 11 pasar saham eropa

sesaat setelah pengadopsian IFRS. Mereka menemukan bahwa IFRS mendukung

diskresioneri akuntansi dan perilaku oportunistik.

Sejumlah penelitian seperti Ismail (2013) menyatakan bahwa adopsi IFRS

akan menghasilkan kualitas laba yang lebih tinggi. Kualitas laba yang lebih tinggi ini

ditunjukkan dengan penurunan tingkat manajemen laba dan peningkatan relevansi

nilai laba. Bao dan Bao (2004) dalam Ismail (2013) menyatakan bahwa jika kualitas

laba meningkat, maka hubungan antara nilai perusahaan dan laba yang dilaporkan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

akan meningkat sebaliknya, jika kualitas laba menurun, maka hubungan antara nilai

perusahaan dan laba yang dilaporkan pasti akan menurun.

Alasan pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar

akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat

kredibilitas tinggi. Standar akuntansi IFRS meminta persyaratan akan item-item

pengungkapan yang semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi

dan manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan

perusahaan. Standar akuntansi IFRS menjanjikan laporan lebih akurat, laporan

keuangan yang lebih komprehensif dan tepat waktu, sehingga beberapa negara di

Benua Eropa mengganti standar akuntansi domestik yang digunakan dengan IFRS

(Ball dalam Ismail et al 2013). IFRS dengan pendekatan principled based-nya

dianggap dapat meminimalisir tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh

manajemen dengan pengetatan aturan dan pendekatan fair value dalam penyajian

laporan keuangannya.

Penelitian oleh Anggraita (2012) yang menemukan adanya penurunan

manajemen laba pada masa setelah adopsi IFRS khususnya pada komponen

Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebagai salah satu komponen proksi

manajemen laba. Mengacu pada pernyataan IAI tahun 2009 yang menyebutkan

bahwa IFRS dapat mempersulit tindakan manajemen laba melalui penerapan fair

value dan balance sheet approach, maka asumsi dalam penelitian ini adalah

perusahaan yang mengadopsi IFRS secara penuh cenderung memiliki tingkat

manajemen laba yang lebih kecil. Wang dan Campbell (2012) yang menyatakan

adopsi IFRS menurunkan manajemen laba tetapi bukti ini belum cukup kuat dan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian Rudra dan Bhattacharjee

(2012) mengenai apakah adopsi IFRS mempengaruhi manajemen laba pada

perusahaan di India mendapatkan hasil bahwa adopsi IFRS berpengaruh secara positif

terhadap manajemen laba, namun penelitian lebih lanjut akan dilakukan demi

mendapatkan bukti yang lebih kuat.

Penelitian yang dilakukan oleh Krismiaji et al. (2013) menemukan bahwa

adopsi IFRS berpengaruh secara positif terhadap relevansi informasi dan reliabilitas

informasi. Rohaeni dan Titik (2011) dalam pembahasannya menjelaskan bahwa

selama periode ketika perusahaan mengadopsi IFRS, perusahaan lebih sedikit

melakukan income smoothing, karena penerapan IFRS akan berdampak kepada

semakin sedikitnya pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis 1 yang diajukan dalam

penelitian ini adalah :

H1 : Terdapat perbedaan manajemen laba sebelum dan setelah penerapan IFRS pada

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2.3.2 Perbedaan Manajemen Laba antara Perusahaan Manufaktur yang

Tergolong Perusahaan Besar dan Kecil Pasca IFRS.

Berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori

akuntansi positif (positive accounting theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi

manajemen laba yang dihubungkan oleh tindakan oportunistik yang dilakukan oleh

perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1986). Tiga hipotesis menurut Watts dan

Zimmerman (1986) antara lain hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis),

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

hipotesis perjanjian utang (the debt covenant hypotesis), serta hipotesis biaya politik

(the political cost hypotesis).

Dalam hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) dinyatakan bahwa

semakin besar biaya politis yang dihadapi oleh perusahaan maka semakin besar pula

kecenderungan perusahaan menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi

laba, karena perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat

perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan

menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya

politis, diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi,

dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis.

Perusahaan manufaktur yang tergolong besar terindikasi tindakan manajemen

laba yang tinggi pula. Berdasarkan hipotesis dari Watts dan Zimmerman (1986) yang

menjelaskan salah satunya hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) dimana

semakin besar biaya politis yang dihadapi oleh perusahaan maka semakin besar pula

kecenderungan perusahaan menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi

laba, karena perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat

perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan

menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya

politis, diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi,

dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis, oleh karena

itu penerapan IFRS juga cenderung lebih berpengaruh terhadap perusahaan yang

tergolong besar daripada perusahaan yang tergolong kecil.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA II.pdfterminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan ... depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui

Motivasi dilakukannya manajemen laba untuk menghindari pajak. Taxation

Motivations yaitu motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba

yang paling nyata (Scott, 2000). Berbagai metoda akuntansi digunakan dengan tujuan

penghematan jumlah pajak pendapatan yang harus dibayarkan. Manajemen

perusahaan besar dengan laba tinggi cenderung melakukan manajemen laba untuk

menghindari pajak, sehingga mendorong hipotesis jika perusahaan besar akan lebih

merasakan dampak diterapkannya IFRS karena perusahaan yang tergolong

perusahaan besar masih memiliki tingkat manajemen laba yang lebih tinggi.

H2 : Terdapat perbedaan manajemen laba antara perusahaan manufaktur yang

tergolong perusahaan besar dan perusahaan manufaktur yang tergolong perusahaan

kecil pasca penerapan IFRS.