6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman
40
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/838/3/T1_292008080_BAB II.pdf · Suka meniru perilaku orang lain. Terutama meniru ... benda-benda
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh
karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman
7
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta
didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru.
2.1.1.1. Karakteristik Anak Usia SD
Pembelajaran IPA di SD akan berhasil dengan baik apabila guru
memahami perkembangan intelektual anak usia SD. Usia anak SD berkisar antara
7 tahun sampai dengan 11 tahun. Oleh karena itu, pada tahap ini pembelajaran
sangat perlu dibantu oleh benda-benda konkret yang dapat membantu siswa untuk
memahami konsep materi yang diajarkan.
Menurut Jean Piaget dalam Winataputra, dkk (2008:3.40-3.41)
perkembangan kognitif anak (kecerdasan) dibagi menjadi empat tahap yaitu: 1)
Tahap Sensori Motorik (0-2 tahun). Kemampuan berfikir peserta didik baru
melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indera sangat berpengaruh
pada diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau
memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari
perbuatannya. Pada usia ini anak belum mengerti akan motivasi dan senjata
terbesarnya adalah menangis; 2) Tahap Pra Operasional (2-7 tahun). Kemampuan
kognitifnya masih terbatas. Suka meniru perilaku orang lain. Terutama meniru
perilaku orang tua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon
terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang terjadi di masa lampau.
Mulai mampu menngunakan kata-kata yang benar dan mamapu pula
mengekspresikan kalimat pendek secara efektif; 3) Tahap Operasional Konkrit (7-
11 tahun). Peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi,
misalnya volume dan jumlah. Mempunyai kemampuan memahami cara
mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatnya bervariasi. Sudah
mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa
8
konkret; 4) Tahap Operasional Formal (12-14). Telah memiliki kemampuan
mengkoordinasi dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun
berurutan. Sudah memiliki kemampuan merumuskan hipotesis sehingga mampu
berfikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan
dengan lingkungan. Menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
Menurut Nursidik Kurniawan dalam Sari (2011:15) menjelaskan 4
karakteristik anak usia SD yaitu: 1) Anak SD senang bermain. Karakteristik ini
menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model
meancang pembelajaran yang memungkinkan danaya unsur permainan
didalamnya; 2) Anak senang bergerak. Orang dewasa dapat duduk berjam-jam
sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit.
Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi
untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai suatu siksaan; 3) Anak
usia SD adalah anak yang senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya
dengan kelompok sebaya, anak-anak belajar aspek-aspek yang penting dalam
proses sosialisasi, seperti belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia
kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerima
tanggung jawab, mempelajari olahraga dan membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau
belajar dalam kelompok; 4) Anak SD senang merasakan, melakukan,
memperagakan, serta melihat/mengamati sesuatu secara langsung.
Dengan adanya potensi fisik dan psikologis yang berbeda-beda pada diri
anak, maka seorang guru dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran harus
memperlakukan anak didiknya sebagai insan yang memiliki keunikan atau
kekhasan. Guru juga harus melaksanakan pendidikan dan pembelajaran yang
menekankan pada keaktifan siswa, menggunakan media pembelajaran yang sesuai
dengan potensi dan kebutuhan anak.
9
2.1.1.2. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SD/MI
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-
Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.1.3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA di SD/MI
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) Benda/materi,
sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan
perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat
sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
2.1.1.4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA di
SD/MI.
Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi
siswa kelas V SD Negeri 1 Cabak disajikan melalui Tabel 2.1. berikut ini.
10
Tabel 2.1.SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas V Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
2.1.1.5. Cahaya dan Sifat-sifatnya
Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya.
Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya
mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya banyak manfaatnya bagi
kehidupan. Sifat-sifat cahaya terdiri dari cahaya merambat lurus, cahaya
menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan dan
cahaya dapat diuraikan. Cahaya ada 2 macam, yaitu (1) cahaya yang berasal dari
benda itu sendiri, seperti matahari, senter, lilin, dan lampu (2) cahaya yang
memancar dari benda akibat memantulnya cahaya pada permukaan benda tersebut
dari sumber cahaya misalnya, jika kamu melihat benda berwarna biru, artinya
benda tersebut memantulkan cahaya berwarna biru.
Cahaya merambat lurus. Saat berjalan di kegelapan, maka kita
memerlukan senter. Ketika senter dinyalakan, cahaya dari lampu senter arah
rambatannya menurut garis lurus. Selain itu cahaya matahari yang melalui celah-
celah sempit atau jendela juga akan tampak seperti garis-garis lurus. Hal ini
membuktikan bahwa arah rambat cahaya menurut garis lurus sehingga disebut
dengan cahaya merambat lurus. Sifat cahaya yang merambat lurus ini
dimanfaatkan manusia pada lampu senter dan lampu kendaraan bermotor.
Cahaya menembus benda bening. Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan
cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus
cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang
mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan membentuk bayangan.
Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas, karton, tripleks, kayu, dan
tembok. Sementara itu, benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang
11
mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca, air jernih, dan plastik
bening. Ketika kita berjalan di bawah cahaya matahari, kemanapun kita berjalan
selalu diikuti oleh bayangan kita sendiri. Bayang-bayang tubuh itu akan hilang
ketika kita masuk ke dalam rumah atau berlindung di balik pohon yang besar.
Bayangan terbentuk karena cahaya tidak dapat menembus suatu benda. Ketika
cahaya mengenai tubuh, cahaya tidak dapat menembus tubuh sehingga
terbentuklah bayangan. Begitu pula ketika cahaya mengenai rumah dan pohon
yang besar. Cahaya juga berpengaruh terhadap kehidupan di dalam air. Kolam
yang airnya jernih dapat ditembus cahaya. Dengan bantuan cahaya ini, tumbuhan
yag ada di dalam air dapat melakukan fotosintesis. Fotosisntesis menyebabkan air
menjadi kaya oksigen karena fotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen
diperlukan bagi kelangsungan mahkluk hidup lain di dalam air. Kolam yang
airnya keruh sulit dilalui cahaya. Oleh karena itu, tumbuhan yang ada di dalamnya
tidak dapat melakukan fotosintesis. Akibatnya air sedikit sekali mengandung
oksigen. Hal ini tentu akan mengganggu kelangsungan hidup mahkluk yang ada
di dalamnya.
Cahaya dapat dipantulkan. Walaupun arah rambat cahaya adalah
merambat lurus, akan tetapi cahaya dapat diubah arahnya yaitu dengan
menggunakan benda yang permukaannya mengkilap. Perubahan arah rambat
cahaya disebut pemantulan cahaya. Benda yang dapat memantulkan cahaya
disebut cermin. Cahaya yang mengenai permukaan mengkilap akan dipantulkan.
Besarnya sudut pantulan cahaya sama dengan sudut datangnya cahaya.
Pemantulan cahaya ada yang teratur dan ada yang tidak teratur (baur). Pemantulan
teratur terjadi bila cahaya mengenai benda yang permukaannya sangat rata dan
mengkilap. Sebaliknya, pemantulan tidak teratur (pemantulan baur) terjadi bila
cahaya mengenai benda yang permukaannya tidak rata (bergelombang). Contoh
pemantulan baur yang sering kita lihat adalah cahaya yang dipantulkan dari
permukaan jalan. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung.
Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung.
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak
12
melengkung. Cermin datar biasa digunakan untuk bercermin. Pada saat bercermin,
bayangan akan terlihat di dalam cermin. Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin datar yaitu (1) ukuran bayangan sama dengan ukuran benda, (2) jarak
bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, (3) kenampakan
bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya tangan kirimu akan menjadi tangan
kanan bayanganmu, (4) bayangan tegak seperti bendanya, (5) bayangan bersifat
semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat
ditangkap oleh layar. Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang
pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk
spion pada kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya,
tegak, dan lebih kecil (diperkecil) daripada benda yang sesungguhnya. Cermin
cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. Cermin
cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil dan lampu senter.
Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat bergantung pada
letak benda terhadap cermin. Sifat-sifat bayangan pada cermin cekung yaitu (1)
jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih
besar, dan semu (maya), (2) jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda
bersifat nyata (sejati) dan terbalik.
Cahaya dapat dibiaskan. Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang
kerapatannya berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan
arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut
pembiasan. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari sebenarnya.
Peristiwa ini merupakan salah satu bentuk pembiasan cahaya yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Peristiwa pembiasan lainnya teradi pada saat kita berenang.
Ketika kita berenang di kolam yang jernih, maka kaki terlihat lebih pendek.
Contoh lain, amatilah ketika pensil dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air.
Pensil tersebut terlihat seperti patah dan lebih pendek. Kaki yang terlihat lebih
pendek dan sedotan yang terlihat patah menunjukkan salah satu sifat cahaya
dapat dibiaskan. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang
lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya
merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang
13
lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara. Contoh lain peristiwa
pembiasan yaitu ikan di kolam yang jernih kelihatan lebih besar dari aslinya,
dasar kolam kelihatan lebih dangkal dan jalan beraspal pada siang hari yang panas
kelihatan seperti berair (fatamorgana).
Cahaya dapat diuraikan. Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian
cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai
cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih. Namun,
sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya
matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk warna-warna
pelangi. Peristiwa dispersi cahaya juga dapat diamati pada balon air. Kita dapat
menggunakan air sabun untuk membuat balon air. Jika air sabun ditiup di bawah
sinar matahari, maka kita akan melihat berbagai macam warna berkilauan pada
permukaan balon air tersebut. Pelangi merupakan salah satu peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan penguraian cahaya. Pelangi
biasanya dapat kita lihat pada saat hujan turun rintik-rintik. Warna pelangi sama
halnya seperti warna spektrum cahaya. Spektrum warna merupakan warna-warna
cahaya yang membentuk cahaya putih. Warna merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila dan ungu pada pelangi berasal dari pembiasan dan penguraian cahaya putih
matahari oleh bintik-bintik air hujan.
2.1.2. Hasil Belajar IPA
Slameto (2010:2-3) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.” Selanjutnya diungkapkan bahwa ciri-ciri perubahan tingkah laku
tersebut diantaranya: 1) perubahan terjadi secara sadar; 2) perubahan dalam
belajar bersifat kontinu dan fungsional; 3) perubahan dalam belajar bersifat positif
dan aktif; 4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; 5) perubahan
dalam belajar bertujuan dan terarah; 6) perubahan mencakup seluruh aspek
tingkah laku. Menurut Sadiman,dkk (2008:2), “belajar adalah suatu proses yang
14
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia
masih bayi hingga ke liang lahat nanti.”
Menurut Slameto dalam Hamdani (2011:20) secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti
“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Usaha untuk mencapai kepandaian
atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan
ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnnya. Sehingga dengan belajar
itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan
memiliki tentang sesuatu.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku manusia yang relatif tetap untuk memperoleh
kepandaian dari hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Slameto (2010:54), faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor