19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian ini peneliti akan mengambil beberapa rujukan atau acuan dari penelitian terdahulu dengan tujuan memperkuat penelitian ini. Adapun acuan atau rujukan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pertama, jurnal berjudul; Relasi Kuasa Antara Perhutani dan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan di Banyumas : Kepentingan Bisnis Vs Community Empowerment (Slamet Rosyadi, 2014). Relasi kuasa yang terjadi Perhutani memanfaatkan sumber daya hutan di Banyumas menjadi profit keuntungan untuk Perhutani saja tanpa melihat keuntungan yang didapatkan masyarakat dan masyarakat menganggap Perhutani sebagai atasan mereka sehigga masyarakat tidak memiliki wewenang kemudian program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang dibuat Perhutani tidak melibatkan LMDH sehingga LMDH tidak melaksanakan program PHBM dan menganggap peran LMDH tidak penting akhirnya terjadi bentuk perlawanan yang berupa keluar dari LMDH melukakan illegal loging dan pencurian tanaman. Kedua, jurnal berjudul Relasi Kuasa dan Modal: Studi Perlawanan Masyarakat Desa Nangka terhadap Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Gemilang Cahaya Menteri Jurnal (Irwan Sardi, 2017). Ketiga, Jurnal berjudul Relasi-relasi Kekuasaan di Balik Pengelolaan Industri Pariwisata Bali (I Nyoman Wijaya, 2012). Keempat, Jurnal intenasional berjudul Community, State and Power-Relation in Community-based tourism on Lekhubu Island, Bostwana (Leano Monkgogi, 2017). Kelima, Power Relation and Community-based Tourism Planning (Maureen G reed, 2012). Hasil Penelitina dan relevansi sebagai berikut:
14
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/38958/3/BAB II.pdf · Pengelolaan Industri Pariwisata Bali Kekuasaan terjadi setelah pidato presiden soeharto 1968 yaitu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian ini peneliti akan mengambil beberapa rujukan atau acuan dari
penelitian terdahulu dengan tujuan memperkuat penelitian ini. Adapun acuan atau rujukan
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pertama, jurnal berjudul; Relasi Kuasa
Antara Perhutani dan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan di Banyumas :
Kepentingan Bisnis Vs Community Empowerment (Slamet Rosyadi, 2014). Relasi kuasa
yang terjadi Perhutani memanfaatkan sumber daya hutan di Banyumas menjadi profit
keuntungan untuk Perhutani saja tanpa melihat keuntungan yang didapatkan masyarakat dan
masyarakat menganggap Perhutani sebagai atasan mereka sehigga masyarakat tidak memiliki
wewenang kemudian program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang dibuat
Perhutani tidak melibatkan LMDH sehingga LMDH tidak melaksanakan program PHBM
dan menganggap peran LMDH tidak penting akhirnya terjadi bentuk perlawanan yang
berupa keluar dari LMDH melukakan illegal loging dan pencurian tanaman.
Kedua, jurnal berjudul Relasi Kuasa dan Modal: Studi Perlawanan Masyarakat Desa
Nangka terhadap Pembukaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Gemilang Cahaya Menteri
Jurnal (Irwan Sardi, 2017). Ketiga, Jurnal berjudul Relasi-relasi Kekuasaan di Balik
Pengelolaan Industri Pariwisata Bali (I Nyoman Wijaya, 2012). Keempat, Jurnal intenasional
berjudul Community, State and Power-Relation in Community-based tourism on Lekhubu
Island, Bostwana (Leano Monkgogi, 2017). Kelima, Power Relation and Community-based
Tourism Planning (Maureen G reed, 2012). Hasil Penelitina dan relevansi sebagai berikut:
20
No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Relevansi Penelitian
1. Slamet Rosyadi berjudul
Relasi Kuasa Antara
Pehutani dan
Masyarakat dalam
Pengelolaan Sumber
Daya Hutan Di
banyumas: Kepentingan
Bisnis VS Community
Empowerment
Relasi kuasa yang terjadi
Perutani memprioritaskan
pengembangan usaha
(profit/bisnis) daripada
pemberdayaan masyarakat
desa hutan. Hasil penelitian
menunjukkan LMDH tidak
dilibatkan secara signifikan
dalam program PHBM.
Lebih dari 12 tahun,
perhutani menjadi aktor
dominan. Akibatya LMDH
merasa perhutani tidak
menganggap serius peran
LMDH.
Penelitian dan jurnal
memiliki relevansi yakni
membahas mengenai relasi
kuasa perhutani dan
masyarakat namun perbedaan
diantara keduanya adalah
penelitian ini akan berfokus
pada pengembangan potensi
wisata, sedangkan jurnal
lebih berfokus pada
pengelolaan hutan.
2. Irwan Sardi berjudul
Relasi Kuasa dan
Modal: Studi
Perlawanan Masyarakat
Desa Nangka terhadap
Pembukaan Perkebunan
Kelapa Sawit PT.
Hasil peneltian
menunjukkan hubungan
yang terjadi antara
penguasa dengan adanya
praktik relasi yang tidak
seimbang dalam penentuan
kebijakan atas dasar
Penelitian dan jurnal
memiliki relevansi yaitu
membahas mengenai relasi
kuasa namun penelitian ini
akan berfokus pada
pengembangan potensi
wisata, sedangkan jurnal
21
Gemilang Cahaya
Mentari.
kepentingan materialistis
perkebunan kelapa sawit.
adanya perlawanan yang
dilakukan masyarakat.
berfokus pada perlawanan
masyarakat desa nangka
terhadap pembukaan Kelapa
Sawit PT. Gemilang Cahaya
Mentari.
3. I Nyoman Wijaya
berjudul Relasi-relasi
Kekuasaan di Balik
Pengelolaan Industri
Pariwisata Bali
Kekuasaan terjadi setelah
pidato presiden soeharto
1968 yaitu dilakukannya
kepariwisataan Bali.
Pengetahuan tersebut
digunakan oleh pemerintah
daerah utnuk menjalankan
pariwisata. Akan tetapi,
terjadi kemandekan dan
mulai bermuculan
intelektual organik
konservatif dengan
membawa berbagai
kepentingan kelompok.
Menjadikan pidato
presiden sebagai Wacana
untuk bisa melaksanakan
industri pariwisata. Relasi
Penelitian dan jurnal
memiliki relevansi yaitu
membahas mengenai relasi
kuasa namun, perbedaan
diantara keduanya adalah
penelitian ini akan berfokus
Perhutani dan Masyarakat
dalam pengembangan potensi
wisata sedangkan jurnal lebih
berfokus pada kekuasaan
dalam pengelolaan industri
pariwisata Bali ada banyak
kelompok yang terlibat
dalam pelaksanaan
kekuasaan.
22
kekuasaan yang ditemukan
tidak hanya menindas
tetapi juga menciptakan
pengetahuan baru.
4. Leano Monkgogi
berjudul Community,
State and Power-
Relations in
Community-based
Tourism on Lekhubu
Island, Botswana.
Relasi kekuasaan antara
masyarakat lokal dan
negara dalam
pengembangan wisata
yaitu pariwisata berbasis
masyarakat secara
pengambilan keputusan
diambil ahli oleh negara
secara keseluruhan dan
memanfaatkan membuat
manajemen wisata dengan
memanfaatkan
ketidakberdayaan
masyarakat.
Relevansinya yaitu berfokus
pada Relasi kekuasaan dalam
pengembangan wisata.
Perbedaannya, diantara
keduanya dari subjek
penelitan perhutani dan
pengembangan potensi
wisata sedangkan jurnal
pengembangan wisata
berbasis masyarakat
23
5. Maureen G reed
berjudul Power
Relations and
Community-based
Tourism Planning
Hasil penelitian
menunjukkan Relasi kuasa
mempengaruhi upaya
perencanaan wisata
berbasis masyarakat
berdampak masyarakat
mengikuti keputusan
tersebut, sehingga
bermunculan peraturan
untuk wisata di dalam
masyarakat.
Relevansinya adalah
berfokus pada relasi kuasa di
wisata perbedaan diantara
keduanya peneliti berfokus
pada subjek peneliti
perhutani, pengembangan
potensi wsata sedangkan
jurnal perencanaan wisata
berbasis masyarakat.
Perbedaan antara penelitian yang sebelumnya dengan yang diteliti adalah terletak pada
fokus penelitiannya. Relevansi dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama
mengkaji tentang Relasi Kuasa dan menggunakan jenis dan pendekatan penelitian yang sama
yaitu pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif.
B. Kajian Pustaka
1. Konsep Relasi Kuasa
Kekuasaan adalah ada sesuatu yang dilegitimasi secara metafisis kepada negera
yang memungkinkan negara dapat mewajibkan semua orang untuk mematuhinya (Steven,
2003:40). Artinya ada bentuk kekuasaan yang miliki oleh kelompok atau intansi yang
dibuat untuk dipatuhi. Kekuasaan adalah sebuah rezim yang dapat melakukan kontrol
untuk menguasai pihak lain. Pengontrolan itu sampai pada wilayah yang paling pribadi
24
atau intim yaitu tubuh. Tubuh yang menjadi objek kekuasaan bertujuan melahirkan
manusia-manusia yang dapat tunduk dengan kekuasaan tersebut.
Menurut Foucault mendefinisikan kekuasaan atau keanekaragaman hubugan
kekuatan yang segera terjadi dalam ruang ditempat ia beroperasi. Kekuasaan bukannlah
sebuah institusi, sebuah struktur, superstruktur atau kekuatan yang ada pada masyarakat.
kekuasaan adalah masalah praktek-praktek yang konkret sehingga menciptakan berbagai
realitas dan pola-pola perilaku, memproduksi objek-objek pengetahuan dan ritual-ritual
kebenaran yang khas (Martono, 2011:84).
Soerjono Soekanto menggambarkan beberapa unsur kekuasaan yang dapat
dijumpai pada hubungan sosial antara manusia maupun antar kelompok yaitu meliputi:
a. Rasa Takut
Rasa takut yang dimiliki seseorang pada orang lain yang akan menimbulkan suatu
kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan pada orang yang ditakuti. Perasaan
takut ini bernuansa negatif karena orang tersebut tunduk pada orang lain dalam
keadaan yang terpaksa, sehingga untuk menghindari dari hal-hal yang merugikan
dirinya, seseorang atau sekelompok orang akan patuh atau berbuat apa saja sesuai
dengan keinginan pihak yang ditakutinya.
b. Rasa Cinta
Unsur kekuasaan dengan perasaan cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang
bernuansa positif, orang-orang dapat bertindak sesuai dengan keinginan yang
berkuasa, sehingga masing-masing pihak tidak merasakan dirugikan satu sama lain.
Relasi kedua belah pihak yaitu antara kekuasaan dan yang dikuasai, bersifat positif
dari keadaan ini maka suatu sistem kekuasaan dapat berjalan dengan baik dan teratur.
25
c. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan
langsung dari dua orang atu lebih, satu pihak secara penuh percay pada pihak lainnya,
dalam hal ini pemegang kekuasaan terhadap segenap tindakan sesui dengan peranan
yang dilakuknnya dengan kepercayaan ini maka orang-orang akan bertindak sesuai
dengan apa yng dikehendaki oleh penguasa. Unsur kepercayaan ini penting
ditumbuhkan untuk melanggengkan suatu bentuk kekuasaan.
d. Pemujaan
Pemujaan adalah suatu dari perasan cinta atau sistem kepercayaan mungkin pada
suatu saat dapat disangkal oleh orang lain, akan tetapi dalam sistem pemujaan maka
seseorang dan kelompok orang akan selalu menyatakan pembenaran atas segala
tindakan dari penguasanya ke dalam mupun ke luar masyarakat (Soerjono, 2006:27).
2. Konsep Pengambangan Potensi Wisata
Potensi wisata adalah sumber daya yang terdapat di setiap daerah yang bisa
dikembangkan menjadi pariwisata. Berdasarkan hal tersebut potensi wisata Berdasarkan
hal tersebut potensi wisata menjadi daya tarik untuk dapat dikembangkan sebagai
meningkatkan pendapatan dalam suatu daerah. Perlu adanya kerjasama dalam
melaksanakan pengembangan wisata mulai dari beberapa kelompok, pengusaha, lembaga
dan masyarakat.
Pengembangan pariwisata adalah suatu usaha untuk mengembangkan atau
memajukkan objek wisata agar objek wisata tersebut lebih baik dan lebih menarik
ditinjau dari segi tempat maupun benda-benda yang ada di dalamnya untuk dapat menarik
minat wisatawan untuk mengunjunginya. Pengembangan pariwista adalah cara agar lebih
26
banya wisatawan datang pada suatu kawasan wisata, lebih lama tinggal dan
meningkatkan pendapatan untuk tempat wisata atau penghasilan daerah. Berkembangnya
pariwisata tergantung pada produksi industri pariwisata yang meliputi daya tarik wisata,
kemudahan perjalanan, sarana dan fasilitas serta promosi (Oka, 2008:23).
Pengembangan potensi wisata merupakan bentuk kegiatan yang berupa upaya
pengembangan sarana dan prasarana, peningkatan promosi wisata, peningkatan sumber
daya alam, menciptakan kawasan wisata yang ramah lingkungan, kerjasama dengan
pihak-pihak tertentu yang sekiranya bisa mendukung pengembangan sektor wisata
sehingga pengembangan yang optimal menjadikan sektor pariwisata memiliki daya tarik
tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata di Desa Gajahrejo,
Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang.
a. Bentuk dan Jenis Wisata
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan pasal 1 ayat 1, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekresi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam rangka waktu sementara.
Berdasarkan keadaan dan karakteristik daerah wisata, secara umum wisata
digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Pariwisata Alam
Kegiatan pariwisata alam secara garis besar dapat dibedakan antara wisata
perairan atau wisata bahari meliputi : berenang, snorkling, berselancar, memancing,
27
berlayar kemudian wisata daratan serta dirgantara meliputi : lintas alam, pendakian
gunung, penelusuran goa, berkemah dan terbang layang.
2. Pariwisata Budaya
Pariwisata budaya merupakan suatu perjalanan wisata dengan tujuan untuk
mempelajari adat istiadat, tata cara kemasyarakatan dan kebiasaan di daerah yang di
kunjungi. Wisata ini berupa kunjungan atau mengunjungi objek wisata buatan
manusia seperti museum, masjid agung, gereja kuno dan lain sebagainya.
Berdasarkan jenis wisata menurut Pendit dalam (Oka, 2008:54) wisata terdapat lima
jenis antara lain:
1) Wisata Budaya
Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat dan kebiasaan adat istiadat,
budaya dan seni mereka.
2) Wisata konvensi
Wisata konvensi adalah wisata yang menyediakan fasilitas bangunan dan ruangan-
ruangan tempat bersidang bagi peserta konverensi atau pertemuan lainnya yang
bersifat nasional maupun internasional.
3) Wisata sosial
Wisata sosial adalah peroganisasian suatu perjalanan murah serta mudah
memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk
mengadakan perjalanan seperti misalnya kaum buruh, pemuda, pelajar atau
mahasiswa, petani dan sebagainya.
28
4) Wisata Cagar Alam
Wisata cagar alam adalah wisata yang diselenggarakan agen atau bio
perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ketempat
atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya
yang pelestaraiaanya dilindungi oleh undang-undang.
5) Wisata Bulan Madu
Wisata bulan madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-
pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas khusus,
tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.
b. Destinasi Wisata
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada
Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa destinasi Pariwisata yang diidentikan dengan daerah
tujuan wisata didefinisikan sebagai kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih
wilayah administrasi yang didalamnya terdapat daya tarik, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling melengkapi terwujudnya
kepariwisataan (Prasiasa, 2013:20).
Destinasi wisata terdapat komponen-komponen produk pariwisata antara lain
daya tarik, pelayanan dan sumber daya wisata lainnya. Menurut kusudianto dalam
(prasiasa, 2013:19) destinasi pariwisata dapat digolongkan berdasarkan ciri-ciri destinasi
tersebut, yaitu sebagai berikut:
a. Destinasi sumber daya alam, seperti iklim, pantai, dan hutan.
b. Destinasi sumber daya budaya, seperti tempat bersejarah, museum, teater, dan
masyarakat lokal.
29
c. Fasilitas rekreasi, seperti taman hiburan.
d. Event, seperti pesta kesenian Bali, Pesta Danau Toba, dan Pasar malam.
e. Aktivitas spesifik, seperti kasino di Genting Highland Malaysia dan Wisata Belanja
Hong Kong.
f. Daya tarik psikologis, seperti petualangan, perjalanan romantis, dan keterpencilan.
Destinasi wisata menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan
menikmati keindahan dan produk yang diberikan di tempat wisata. Hal tersebut bisa
menjadikan kekuatan dalam pariwisata untuk memdapatkan keuntungan dalam taraf
perekonomian di masyarakat.
C. Landasan Teori Kekuasaan Michel Foucault
1. Ilmu Pengetahuan
Dalam Arkeologi ilmu pengetahuan, Foucault yang bercermin pada pembahasan
peristiwa-peristiwa diskursif, pernyataan-pernyataan yang dibicarakan dan dituliskan.
Foucault tertarik pada praktik-praktik diskursif dasar yang membentuk dasar diskursus
sains, khususnya dalam ilmu-ilmu manusia. Bagi Foucault, arkeologi ditikberatkan
pada objek, sesuatu konteks, artikel-artikel yang tersisa pada masa lalu, monumen diam
(Ritzer, 2010:68). Dapat disimpulkan arkeologi Foucault bercermin pada pembahasan
yang menyimpang, adanya ilmu pengetahuan yang digunakan untuk sesuatu hal yang
menyimpang.
Foucault menggambarkan lima tahap proses untuk menganalisis ranah peristiwa
diskursif yaitu:
1. Memahami pernyataan menurut kejadian yang sangat khas
2. Menentukan kondisi keberadaanya
30
3. Menentukan sekurang-kurangnya limitnya
4. Membuat korelasinya dengan pernyataan yang lain yang mungkin terkait
dengannya
5. Menunjukkan apa bentuk lain pernyataan yang ia keluarkan
Menurut Foucault dalam (Ritzer, 2010:69) Pada tahapan proses ini, awalnya
Foucault tertarik menggunakan sekurang-kurangnya, pada regularitas tersebut yang
terdapat dalam diskursus. Dia mencatat regularitas tersebut pada berbagai jenis
hubungan-hubungan, hubungan antara kelompok-kelompok pernyataan dan hubungan
antara pernyataan dan pernyataan kelompok-kelompok dan peristiwa yang sungguh
berbeda jenisnya (teknik, ekonomi, sosial, dan politik) .
Alan Sheridan berpendapat arkeologi Foucault adalah menyelidiki seperangkat
aturan-aturan formasi yang menentukan semua kemungkinan kondisi-kondisi yang
diucapkan dalam diskursus tertentu pada kondisi apapun (Ritzer, 2010:70). Jadi
artinya ada aturan-aturan bagi formasi konsep-konsep. Konsep-konsep yang dia
periksa tidak dijumpai dalam teks-teks individu tertentu atau bahkan dalam sains pada
saat pembahasan-pembahasan tertentu.
2. Genealogi Kekuasaan
Genealogi adalah sebuah cara menganalisis berbagai perlintasan wacana, praktik
dan peristiwa yang jamak, dan akhir yang terbuka, heterogen dan menetapkan
hubungan mereka yang terpolakan tanpa perlu menggunakan rezim kebenaran yang
mengklaim hukum pesudo-alamiah atau kebutuhan global. Dalam Genealogi
kekuasaan, Foucault menaruh perhatian pada cara orang mengatur diri mereka sendiri
dan orang lain melalui pemproduksian pengetahuan. Ia melihat pengetahuan
31
menghasilkan kekuasaan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek dan
kemudian mengatur subjek-subjek itu dengan menggunakan pengetahuan (Ritzer,
2012:1046).
Michel Foucault adalah seorang yang skeptis terhadap segala macam kebenaran.
Baginya segala macam klaim kebenaran adalah intrepretasi atas sebuah dunia, yang
sebenarnya tidak ada sebagai sesuatu yang historis. Foucault menyelidiki cara berpikir
dan sejarah peradaban misalnya dalam kegilaan dan peradaban dia melukiskan
bagaimana kegilaan itu di definisikan dari berbagai kelompok yang dominan pada masa
tertentu. Disini Foucault menguraikan bahwa pandangan dan cara pengobatan seorang
dokter sungguh sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi pengetahuan, instusional,
pedagogis, keamanan dan seterusnya (K.Bertens, 2001:307).
Kekuasaan adalah sesuatu yang dilegitimasikan secara metafisis kepada negara
yang memungkinkan negara dapat mewajibkan semua orang untuk mematuhinya,
namun menurut Foucault, kekuasaan bukanlah sesuatu yang hanya dikuasai oleh
negara, sesuatu yang dapat diukur. Kekuasaan ada dimana-mana karena kekuasaan
adalah satu dimensi dari relasi dimana ada relasi, disana ada kekuasaan. Kekuasaan ini
tidak datang dari luar, melainkan kekuasaan menentukan susunan, aturan dan
hubungan-hubungan dari dalam dan memungkinkan semuanya terjadi (Foucault,
2000:144).
Kekuasaan dan pengetahuan memiliki hubungan yaitu adanya pengaruh perubahan
besar yaitu pelaksanaan kekuasaan melahirkan objek pengetahuan yang baru. Tanpa
pengetahuan kekuasaan tidak mungkin dijalankan, pengetahuan tidak mungkin tidak
melahirkan kekuasaan. Menurut Foucault (Sarup, 2011:113) pola hubungan kekuasan
32
diferensial yang kompleks meluas ke setiap aspek kehidupan sosial, budaya, dan politik
kita, melibatkan bentuk “posisi-subjek” (yang sering kontradiktif), dan menjaga
kesepakatan kita bukan dengan ancaman sanki hukuman melainkan dengan membujuk
kita untuk menginternalisasi norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam tatanan
sosial.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih teori kekuasaan Michel Foucault karena
pada dasarnya konsep yang dikemukakan dalam teori tersebut bisa memperjelas
fenomena dengan realitas yang dikaji oleh peneliti. Peneliti akan melakukan pengkajian
secara mendalam terhadap relasi kuasa antara Perhutani dengan LMDH dalam
pengembangan potensi wisata di Desa Gajahrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten
Malang. Menurut Michel Foucault kekuasaan dan pengetahuan memiliki hubungan atas
relasi kekuasaan yang terjadi tanpa adanya pengetahuan kekuasaan tidak mungkin
dijalankan dan pengetahuan dibentuk dalam produk yang digunakan untuk