7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II ini berisi kajian teori tentang variabel-variabel, antara lain: pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PjBL (project based learning), hakikat mata pelajaran matematika, dan hasil belajar matematika. 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika Matematika berasal dari Bahasa Yunani yaitu, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata Matematika diduga berhubungan erat dengan kata medha atau widya dari Bahasa Sansekerta yang artinya kepandaian, ketahuan, intelegensia (Nasution dalam Subarinah, 2006). Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya (Subarinah, 2006). Dalam Kurikulum 2006 dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang melandasi perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Matematika adalah ilmu yang berhadapan dengan jumlah, bentuk- bentuk, ruang dan lain sebagainya dan hubungannya dengan penggunaan bilangan dan simbol-simbol; operasi atau proses matematik digunakan dalam masalah, disiplin ilmu tertentu.(Pilant, 2008) Pilant megungkapkan, Matematika adalah cara mendiskripsikan hubungan antara bilangan dan jumlah yang bisa diukur lainya. Matematika dapat menunjukkan persamaan sederhana dan interaksi diantara partikel kecil dan objek terjauh di alam semesta. Matematika mengijinkan para
23
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15918/2/T1_292011005_BAB II... · ilmuan untuk mengkomunikasikan ide dengan istilah ... mengelola,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab II ini berisi kajian teori tentang variabel-variabel, antara lain:
pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PjBL (project based learning),
hakikat mata pelajaran matematika, dan hasil belajar matematika.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Matematika
2.1.1.1 Hakikat Matematika
Matematika berasal dari Bahasa Yunani yaitu, mathein atau
manthenein yang berarti mempelajari. Kata Matematika diduga
berhubungan erat dengan kata medha atau widya dari Bahasa Sansekerta
yang artinya kepandaian, ketahuan, intelegensia (Nasution dalam
Subarinah, 2006).
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya (Subarinah,
2006). Dalam Kurikulum 2006 dikatakan bahwa matematika merupakan
ilmu universal yang melandasi perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
pikir manusia.
Matematika adalah ilmu yang berhadapan dengan jumlah, bentuk-
bentuk, ruang dan lain sebagainya dan hubungannya dengan penggunaan
bilangan dan simbol-simbol; operasi atau proses matematik digunakan
dalam masalah, disiplin ilmu tertentu.(Pilant, 2008)
Pilant megungkapkan, Matematika adalah cara mendiskripsikan
hubungan antara bilangan dan jumlah yang bisa diukur lainya. Matematika
dapat menunjukkan persamaan sederhana dan interaksi diantara partikel
kecil dan objek terjauh di alam semesta. Matematika mengijinkan para
8
ilmuan untuk mengkomunikasikan ide dengan istilah yang diterima secara
universal. Matematika benar benar merupakan bahasa ilmu pengetahuan.
Dari berbagai pendapat mengenai Matematika, dapat disimpulkan
bahwa Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan,
bentuk-bentuk (geometri) yang dapat diekspresikan dan dioperasikan
melalui simbol-simbolnya dimana memerlukan kacakapan berpikir
khususnya dalam berlogika atau mengamati pola dan berpikir rasional.
2.1.2.2 Pembelajaran Matematika di SD
Tidak dipungkiri bahwa pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini merupakan suru hasil dari
perkembangan Matematika. Matematika yang mencakup teori bilangan,
aljabar, analisis, dan peluang diperlukan untuk menginovasikan bahkan
menciptakan teknologi baru di masa depan. Penguasaan Matematika yang
kuat sejak dini diperlukan untuk mewujudkan harapan tersebut
(Kemendikbud, 2006).
Mata pelajaran Matematika telah diberikan pada usia Sekolah
Dasar. Dengan demikian kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama dapat dipupuk sejak usia
sekitar 7 hingga12 tahun. Kompetensi tersebut telah dipikirkan baik baik
oleh Dinas Pendidikan Indonesia agar siswa mampu memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang dinamis, tidak pasti dan kompetitif. (Kemendikbud, 2006)
Masih bertolak dari kurikulum 2006, tujuan pembelajaran
Matematika dirumuskan agar siswa dapat:
a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
9
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Ruang lingkup pembelajaran Matematika SD adalah bilangan, geometri dan
pengukuran serta pengolahan data.
2.1.2.3 Peran Matematika di SD
Pemahaman terhadap peranan pengajaran matematika di Sekolah
Dasar sangat membantu para guru untuk memberikan pembelajaran matematika
secara proporsional sesuai dengan tujuannya. Sebagaimana tercantum dalam
dokumen BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:2) mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini
disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan
tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
10
menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan
ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah
terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara
penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu
dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,
menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Peran matematika dalam (Permendikbud, 2013: 231) Kecakapan atau
kemahiran matematika merupakan bagian dari kecakapan hidup yang harus
dimiliki siswa terutama dalam pengembangan penalaran, komunikasi, dan
pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang
studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang, mengembangkan kreaktifitas dan
sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
2.1.2 Pendekatan Saintifik
2.1.2.1Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami
11
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa
berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah
dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta
diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran maelibatkan keterampilan
proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses
tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut
harus semakin berkurang dengan semakin tingginya kelas siswa. Metode
saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori
Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar
penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner
(dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua,
dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa
akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu
penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat
mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memilik
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan
penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal diatas adalah
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran
menggunakan metode saintifik.
2.1.2.2 Langkah-langkah Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses
pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
12
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik
dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki
keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara
nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa
ingin tahu siswa. Sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81A/2013, hendaklah guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan
melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau
objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan
secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu
membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit
13
sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep,
prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang
bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Dari situasi di mana siswa dilatih menggunakan
pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa
mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan
kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan
bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Semakin terlatih
dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang
ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber
yang tunggal sampai sumber yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan
dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreatifitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat.
c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan
tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan
14
fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul
sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan
melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku