7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu Dari beberapa penelitian terdahulu yang memberikan pengetahuan luas mengenai variabel-variabel yang terkait dengan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja merupakan kondisi dimana sumberdaya manusia dimanfaatkan dengan baik agar bisa menghasilkan output yang maksimal kemudian akan berpengaruh terhadap kesejahteraan perusahaan tersebut maupun tenaga kerja itu sendiri. Penelitian dari Ketut Alit Wiantara (2015) meneliti tentang hubungan tingkat upah dengan produktivitas kerja pada perusahaan kecap sumber rasa di desa temukus tahun 2014. Hasil pengujian menunjukkan bahwa upah berhubungan signifikan (+) terhadap produktivitas sebesar 0,000>0,05. Dalam penelitian ini variabel upah berhubungan terhadap produktivitas kerja sebesar 0,862 (8,62%) dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Hal ini berarti semakin tinggi upah, maka produktivitas kerja juga akan semakin tinggi. Penelitian dari Toma Mandani (2010) meneliti tentang analisis produktivitas tenaga kerja pada pekerjaan pasangan bata. Dari hasil penelitian dengan mengambil beberapa variabel yang telah ditentukan yaitu umur, pengalaman kerja, pekerja, manajerial, dan komposisi kelompok kerja secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan (+) terhadap besarnya produktivitas.
28
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A ...eprints.umm.ac.id/35452/3/jiptummpp-gdl-indriasihr-49687-3-babii.pdf · Sumber: Payaman J. Simanjuntak (1998) Sebagaimana ditunjukkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Penelitian Terdahulu
Dari beberapa penelitian terdahulu yang memberikan pengetahuan luas
mengenai variabel-variabel yang terkait dengan produktivitas tenaga kerja.
Produktivitas tenaga kerja merupakan kondisi dimana sumberdaya manusia
dimanfaatkan dengan baik agar bisa menghasilkan output yang maksimal
kemudian akan berpengaruh terhadap kesejahteraan perusahaan tersebut maupun
tenaga kerja itu sendiri.
Penelitian dari Ketut Alit Wiantara (2015) meneliti tentang hubungan
tingkat upah dengan produktivitas kerja pada perusahaan kecap sumber rasa di
desa temukus tahun 2014. Hasil pengujian menunjukkan bahwa upah
berhubungan signifikan (+) terhadap produktivitas sebesar 0,000>0,05. Dalam
penelitian ini variabel upah berhubungan terhadap produktivitas kerja sebesar
0,862 (8,62%) dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan
dalam penelitian ini. Hal ini berarti semakin tinggi upah, maka produktivitas kerja
juga akan semakin tinggi.
Penelitian dari Toma Mandani (2010) meneliti tentang analisis produktivitas
tenaga kerja pada pekerjaan pasangan bata. Dari hasil penelitian dengan
mengambil beberapa variabel yang telah ditentukan yaitu umur, pengalaman
kerja, pekerja, manajerial, dan komposisi kelompok kerja secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan (+) terhadap besarnya produktivitas.
8
Penelitian dari Syaiful Rizal Ramadhan (2013) meneliti tentang analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pada tenaga kerja (Studi Kasus CV.
Mukkadimah Agro Medica Desa Sawahan Kecamatan Turen Kabupaten Malang).
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa peningkatan produksi maka akan
berdampak juga pada usaha peningkatan produksi pertanian disekitar kabupaten
Malang dan juga di provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian, secara bersama-sama
ketiga faktor tersebut (upah, jam kerja, usia) berpengaruh (+) terhadap tingkat
produksi di CV. Mukkadimah Agro Medica jam kerja merupakan pengaruh
terbesar dalam meningkatkan produksi, pengaruh jam kerja terhadap tingkat
produksi pada tenaga kerja sangat penting dalam berlangsungnya kegiatan
produksi di CV. Mukkadimah Agro Medica.
Penelitian dari Tuti Sumarningsih (2014) meneliti tentang pengaruh kerja
lembur pada produktivitas tenaga kerja kontruksi. Dari hasil penelitian
menyatakan bahwa penerapan jam kerja lembur bermanfaat untuk mempercepat
jadwal penyelesaian proyek atau mengejar ketertinggalan jadwal, namun demikian
akan menurunkan produktivitas, yang mengakibatkan peningkatan biaya upah
tenaga kerja. Penerapan jam kerja lembur selaa 2 jam per hari menurunkan
produktivitas sekitar 10% dan kenaikan upah tukang sebesar 60-80%. Angka-
angka ini bervariasi untuk durasi pelaksanaan lembur yang berbeda. Semakin
panjang durasi lembur, penurunan produktivitas akan semakin tajam.
9
B. TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
1. Teori Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang
sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
Menurut Marzuki (2010), dalam laporan Bank Dunia (World Bank, 1980),
dikemukakan bahwa pendidikan merupakan unsur yang mencakup semua aspek
pembangunan dan memiliki implikasi sebagai berikut:
1. Pendidikan harus meliputi spectrum yang luas, mulai dari pengetahuan
dasar sampai dengan riset.
2. Sekolah umum adalah sangat penting atau esensial guna mencapai tujuan
pembangunan seperti juga latihan dan keterampilan khusus atau specific
skills.
3. Investasi di bidang lain sehingga pembelajaran dapat terlibat dalam
tugas-tugas produktif dalam pertumbuhan ekonomi.
4. Kesamaan hak dan keadilan dalam pendidikan dan pembangunan
ekonomi nasional saling konsisten.
Pendapat lain tentang pengertian pendidikan dikemukakan oleh Agus (2001),
pendidikan merupakan usaha sistematis dan berkelanjutan secara terus menerus
dalam jangka waktu tertentu untuk menyampaikan, menumbuhkan, dan
mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan (skill) kepada manusia
10
sebagai tenaga kerja (man power). Melalui kegiatan ini aspek kualitas hidup
manusia dapat diperbaiki. Di tambahkan oleh Tajjudin (1995), tinggi rendahnya
pendidikan tenaga kerja akan mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja itu
sendiri akan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan dan mengelola sumber
daya yang ada dalam suatu daerah yang berguna bagi proses produksi dan
akhirnya berdampak pada peningkatan penghasilan ekonomi tenaga kerja.
Pengertian pendidikan bila dikaitkan dengan penyiapan tenaga kerja menurut
Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994), “Pendidikan sebagai penyiapan tenaga
kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki
bekal dasar untuk bekerja:. Sebagaimana dikemukakan oleh Soedarmiyanti (2001)
bahwa melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal untuk
mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat
memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.
1.1 Ruang Lingkup Pendidikan
Maria Asti Adhanari (2005) pada hakekatnya pendidikan merupakan proses
yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung njawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan menurut
pelaksanaanya dibagi menjadi pendidikan formal/sekolah dan pendidikan non
formal/luar sekolah.
Menurut Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 pasal 10)
mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas:
11
1) Pendidikan persekolahan yang mencakup berbagai jenjang
pendidikandari tingkat sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.
2) Pendidikan Luar Sekolah terbagi atas:
a. Pendidikan non formal, mencakup lembaga pendidikan diluar
sekolah, misalnya kursus, seminar, kejar paket A.
b. Pendidikan informal, mencakup pendidikan keluarga, masyarakat
dan program-program sekolah, misalnya ceramah di radio atau
telivisi dan informasi yang mendidik dalam surat kabar atau majalah.
Dari jenis pendidikan diatas, pendidikan informal adalah yang paling dahulu
dikenal dan paling penting peranannya. Hal ini disebabkan dalam masyarakat
sederhana satu-satunya bentuk pendidikan yang dikenal adalah pendidikan
informal.
Syaiful (2013) pendidikan dan pelatihan dianggap suatu investasi di bidang
sumberdaya manusia yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari
tenaga kerja. Jadi pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor penting
dalam organisasi perusahaan. Pentingnya pendidikan dan pelatihan disamping
berkaitan dengan berbagai dinamika atau perubahan yang terjadi dalam
lingkungan perusahaan seperti perubahan teknologi, produksi, dan tenaga kerja,
juga berkaitan dengan manfaat yang dapat dirasakan. Manfaat tersebut antara lain
meningkatkan produktivitas perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan
pengawasan dan menstabilkan tenaga kerja.
12
Syaiful (2013) agar penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berhasil secara
efektif dan efesien, maka ada lima hal yang harus dipahami:
1) Adanya perbedaan individual
2) Berhubungan dengan analisa pekerjaan
3) Motivitasi
4) Pemilihan peserta didik
5) Pemilihan metode yang tepat
2. Teori Upah
Pengertian upah menurut PP 0.8/1981, suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan atas dasar
suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar
suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan itu sendiri maupun
untuk keluarganya.
Upah akhir berupa berupa pembayaran gaji bulanan untuk suatu unit waktu
(tiap jam). Dengan demikian , pendapatan berpengaruh pada seluruh upah dan
lama waktu pekerjaan yang dilakukan. Penghasilan seluruh kelebihan sumber
daya seseorang atau keuangan selama periode waktu (biasanya setahun) termasuk
seluruh penghasilan baik penghasilan yang diterima tanpa kerja, harta dari
penarikan penerima atas investasi dan penerimaan transfer bayaran sebulan, dan
kerugian pekerja yang menganggur Sonny Sumarson (2009:158).
13
Penetapan upah pada berbagai industri di Indonesia menunjukkan pola yang
berbeda-beda. Upah pekerja pada industri padat karya sering kali lebih rendah
daripada upah minimum provinsi (UMP). Hal ini memicu protes serta unjuk rasa
oleh para pekerja industri padat karya kepada manajemen perusahaan untuk dapat
menaikkan upah mereka. Tingkat upah yang mereka dapatkan dinilai tidak
mampu mencukupi kebutuhan hidup layak para buruh serta keluarganya ((Joko
Susanto, 2010) Dikutip dari Muhammad Hafid, 2014).
Sumarsono (2003) mengemukakan bahwa upah merupakan sumber utama
penghasilan seorang pekerja, sehingga upah harus cukup memenuhi kebutuhan
pekerja dan keluarganya dengan wajar. Batas kewajaran tersebut dalam kebijakan
Upah Minimum di Indonesia dapat dinilai dan diukur dengan Kebutuhan Hidup
Minimum (KHM) atau seringkali saat ini disebut dengan Kebutuhan Hidup Layak
(KHL).
Sadono Sukirno (2010) di dalam jangka panjang kecenderungan yang sering
berlaku adalah keadaan dimana harga barang maupun upah terus mengalami
kenaikan. Tetapi kenaikan tersebut tidaklah serentak dan juga tingkat kenaikannya
berbeda. Hal ini mengakibatkan terdapatnya gap antara kenaikan harga barang
dengan upah pekerja yang berdampak langsung pada tingkat kesejahteraan
pekerja. Maka dari itu ahli ekonomi membuat dua pengertian terkait masalah upah
yang diterima oleh pekerja, yaitu: upah nominal dan upah riil.
Teori upah menjelaskan bahwa upah ditentukan oleh pertemuan antara
permintaan dan penawaran tenaga kerja. Dari sisi permintaan (pengusaha), faktor-
14
faktor yang mempengaruhi tingkat upah antara lain karateristik sektor usaha
usaha, tingkat teknologi, organisasi produksi, dan kondisi perusahaan. Sementara
dari sisi penawaran (pekerja), faktor yang menentukan tingkat upah berkaitan
dengan jumlah dan karateristik tenaga kerja Lasmi, dan Sugiarti (2002).
2.1 Upah Sebagai Imbalan
Payaman j. Simanjuntak (1998:297) teori Neoklasik mengemukakan bahwa
dalam rangka memaksimumkan keuntungan, tiap-tiap pengusaha menggunakan
faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang
dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil
marjinal dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha
memperkerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai
pertambahanhasil marjinal seseorang sama dengan upah yang diterima orang
tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang dibayarkan oleh pengusaha adalah:
………………………….. (1)
W = tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan pengusaha kepada
pekerja;
P = harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang;
= marginal physical product of labor atau pertambahan hasil marjinal
pekerja atau karyawan.
= value of marginal physical product of laboratau nilai pertambahan
hasil marjinal pekerja atau karyawan.
15
Nilai pertambahan hasil marjinal pekerja , merupakan nilai jasa yang
diberikan oleh pekerja kepada pengusaha. Sebaliknya upah, W, dibayarkan oleh
pengusaha kepada pekerja sebagai imbalan terhadap jasa pekerja yang diberikan
kepada pengusaha.
Gambar 2.1
Fungsi Permintaan terhadap Tenaga Kerja
Upah
---------------------
W
----------------------------------------------
O A N B Penempatan
Pekerja
Sumber: Payaman J. Simanjuntak (1998)
Sebagaimana ditunjukkan dengan gambar 2.1, selama ini pertambahan hasil
marjinal pekerja lebih besar daripada upah yang dibayarkan oleh pengusaha
( >W), pengusaha dapat menambah keuntungan dengan menambah
pekerja. Di pihak lain, pengusaha tentu tidak bersedia membayar upah yang lebih
besar dari nilai usaha kerja yang diberikan pekerja kepada pengusaha. Dilihat dari
segi pekerja, mereka tidak bersedia menerima upah yang lebih rendah daripada
16
nilai usaha kerjanya. Bila pengusaha tertentu membayar upah yang lebih rendah
dari nilai usaha kerja pekerja, maka pekerja tersebut akan mencari pekerjaan di
tempat lain yang mampu membayar sama dengan usaha kerjanya. Dengan kata
lain, dengan asumsi adanya mobilitas sempurna, pekerja akan memperoleh upah
senilai pertambahan hasil marjinalnya sebagaimana dinyatakan dalam persamaan
…………………………………… (2)
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori Neoklasik, pekerja
memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marjinalnya. Dengan kata
lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan
seorang tersebut kepada pengusaha. Dalam rangka memaksimumkan keuntungan,
pengusaha memberikan imbalan kepada setiap faktor produksi sebesar nilai
tambahan hasil marjinal masing-masing faktor produksi tersebut. Imbalan
terhadap modal dinamakan rendemen. Tingkat rendemen mencerminkan harga
satu unit modal. Seperti halnya tingkat upah dalam persamaan (1), maka tingkat
rendemen sama dengan nilai tambahan hasil marjinal dari satu unit modal. Jadi:
……………………………………… (3)
adalah tingkat rendemen modal, VMPPL adalah nilai pertambahan hasil
marjinal modal atau value of marginal physical product of capital, dan P adalah
harga jual barang produksi.
Dengan asumsi bahwa terdapat mobilitas sempurna atas tenaga pekerja dan
modal, maka tingkat upah di berbagai perusahaan seharusnya sama, dan tingkat
rendemen di berbagai alternatif investasi juga sama.
17
2.2 Fungsi Upah
Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan
ditetapkan. Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga
fungsi upah, yaitu: Sarwoto (1983)
1) Menjamin kehidupan yang layak bagi karyawan dan keluarganya.
2) Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang.
3) Menyediakan insentif untuk mendorong produktivitas kerja.
3. Teori Waktu Kerja
Hari kerja menurut sensus ekonomi BPS (2006) ditentukan dengan paling
sedikit satu orang yang melakukan kegiatan usaha secara terus menerus paling
sedikit satu jam dalam sehari. Jam kerja adalah jangka waktu yang dinyatakan
dalam jam yang digunakan untuk bekerja/ melakukan kegiatan perusahaan/ usaha
(tidak termasuk istirahat resmi), yang dimulai dari menyiapkan pekerjaan sampai
dengan usaha di tutup.
Sonny Sumarson (2009:75) ukuran lain yang mencerminkan keputusan
masyarakat untuk kerja adalah jam-jam kerja, dan sebagian kecil orang-orang
yang bekerja paruh waktu juga merupakan ukuran-ukuran yang menunjukkan
bentuk menarik. Adalah merupakan hal yang tidak wajar bagi orang-orang untuk
memikirkan pekerjaan sebagai hal yang disediakan baginya berubah-ubah yang
berlaku sebagai pilihan pekerjaan.
18
Kemapanan yang Nampak pada jam kerja oleh pekerja industry manufaktur
sejak perang dunia II meliputi dua perkembangan yang menarik dalam masalah
jam kerja diantara populasi tenaga kerja yang lebih umum selama periode ini.
Perkembangan yang pertama yaitu permintaan secara menyeluruh , sebab hal ini
tercermin pada perubahan pengamatan tentang rata-rata partisipasi kekuatan
buruh: jam kerja yang seimbang antara laki-laki dan perempuan.
Menurut Zaeni Asyhadie (2008: 97-98), waktu kerja adalah waktu efektif di
mana pekerjaatau buruh hanya melaksanakan pekerjaanya. Waktu kerja tersebut
harus dislingi waktu istirahat paling sedikit 30 menit (tiga puluh) menit setelah
pekerja atau buruh bekerja selama 4 (empat) jam berturut-turut. Waktu kerja
merupakan jaminan perlindungan pekerja atau buruh di tempat kerja, guna
menghindari adanya perlakuan tidak manusiawi atas pekerjaan atau buruh pada
jam kerja berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan.
Pemahaman pada kesehatan dan keselamatan, mencakup fisik dan mental atau
psikologi, karena keduanya akan berpengaruh terhadap produktivitas dan daya
kerja pekerja ata buruh (Agusmidah, 2010: 71).
3.1 Pengaturan Jam Kerja
Dalam menentukan jadwal kerja, perusahan terikat oleh peraturan
ketenagakerjaan yang dikeluarkan ILO (International Labor Organizational) yang
menetapkan perusahaan memperkerjakan pegawainya selama 40 jam/minggu.
Bank atau perkantoran lainnya, waktu kerjanya siang hari selama 8 jam dengan
istirahat 1 jam (pukul 08.00 – pukul 16.00) kalau lebih dari 40 jam, maka
19
kelebihan itu harus dimasukkan sebagai lembur (overtime) dan hari Sabtu hanya
setengah hari. Bagi perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerjanya lebih dari 8
jam per hari akan menimbulkan biaya tambahan, karena:
i. Kelebihan kerja dari 8 jam dimasukkan sebagai overtime yang diitung
per jam. Jam pertama 1,5 kali jam kerja biasa, jam kedua dan seterusnya
dihitung 2 kali jam kerja biasa.
ii. Memungkinkan timbulnya kecelakaan akibat kelelahan. Kecelakaan
iii. kerja ini harus di tanggung sepenuhnya oleh perusahaan.
iv. Memungkinkan pekerja jatuh sakit karena kecapaian sehingga harus
digantikan oleh pekerja lain selama sakit.
v. Sering terjadinya kecelakaan atau sakit akan berakibat buruknya
produktivitas, karena jadwal yang berubah, penurunan kualitas, dan
produk yang cacat.
Pengukuran produktivitastenaga kerja pada dasarnya digunakan untuk
mngetahui sejauhmana tingkat efektivitas dan efesiensi kerja karyawan dalam
menghasilkan suatu produk. Dalam usaha untuk dapat mengukur tingkat
kemampuan karyawan dalam mencapai sesuatu hasil yang lebih baik dan
ketentuan yang berlaku (kesuksesan kerja). Tingkat produktivitas kerja karyawan
yang dapat diukur adalah penggunaan waktu.
Pengukuran waktu kerja sebagai alat ukur produktivitas kerja karyawan meliputi:
1) Kecepatan waktu kerja
2) Penghematan waktu kerja
20
3) Kedisiplinan waktu kerja
4) Tingkat absensi
4. Teori Pengalaman Kerja
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengalaman dapat diartikan sebagai yang
pernah dialami (dijalani, diarasa, ditanggung, dan sebagainya) (KBBI, 2005).
(John Dewey, 2002:147) menurut John Dewey, pengalaman tidak menunjuk saja
pada sesuatu yang sedang berlangsung di dalam kehidupan batin, atau sesuatu
yang berada di balik dunia inderawi yang hanya dapat dicapai dengan akal budi
atau intuisi. Pandangan Dewey mengenai pengalaman bersifat menyeluruh dan
mencakup segala hal. Pengalaman menyangkuta alam semesta batu, tumbuh-