11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Dalam bab II ini akan dikemukakan tentang tinjauan studi terdahulu, pengertian sosiolinguistik, variasi bahasa, ragam bahasa, bentuk pemendekan, campur kode, alih kode, interferensi morfologis, kata sapaan, fungsi bahasa, register, pengertian pasar, dan kerangka pikir. Kajian pustaka memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan karakteristik bahasa dan sosiolinguistik. Kerangka pikir yaitu bagan yang memberikan penggambaran secara jelas untuk mengkaji dan memahami penelitian. A. Kajian Pustaka Terdapat beberapa kajian pustaka yang sejenis dan relevan dengan penelitian ini. Beberapa kajian pustaka tersebut dapat diuraikan di bawah ini. Skripsi Sinta Manilasari (2014), Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang berjudul “Pemakaian Bahasa Kelompok Penggemar Burung Kicauan di Surakarta Suatu Pendekatan Sosiolinguistik”. Dalam penelitian ini ditemukan adanya karakteristik pemakaian bahasa, yang didalamnya meliputi penggunaan istilah asing, pemanfaatan bentuk singkatan, terdapat hibrida (hibrid word) antara afiks bahasa Indonesia dengan kata dasar asing, gaya bahasa, terdapat peristiwa pemendekan atau kontraksi, pemakaian kata sapaan, terjadi peristiwa campur kode, yang meliputi campur kode berwujud kata, perulangan kata, gabungan kata, dan klausa. Terdapat pula peristiwa alih kode intern atau ke dalam.
38
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR · jual beli handphone, jenis handphone, nama handphone, garansi handphone, aksesoris handphone , dan servis handphone . Penelitian “Pemakaian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Dalam bab II ini akan dikemukakan tentang tinjauan studi terdahulu,
pengertian sosiolinguistik, variasi bahasa, ragam bahasa, bentuk pemendekan,
campur kode, alih kode, interferensi morfologis, kata sapaan, fungsi bahasa,
register, pengertian pasar, dan kerangka pikir. Kajian pustaka memaparkan
mengenai penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang
berhubungan dengan karakteristik bahasa dan sosiolinguistik. Kerangka pikir
yaitu bagan yang memberikan penggambaran secara jelas untuk mengkaji dan
memahami penelitian.
A. Kajian Pustaka
Terdapat beberapa kajian pustaka yang sejenis dan relevan dengan
penelitian ini. Beberapa kajian pustaka tersebut dapat diuraikan di bawah ini.
Skripsi Sinta Manilasari (2014), Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret yang berjudul “Pemakaian Bahasa Kelompok
Penggemar Burung Kicauan di Surakarta Suatu Pendekatan Sosiolinguistik”.
Dalam penelitian ini ditemukan adanya karakteristik pemakaian bahasa, yang
didalamnya meliputi penggunaan istilah asing, pemanfaatan bentuk singkatan,
terdapat hibrida (hibrid word) antara afiks bahasa Indonesia dengan kata dasar
asing, gaya bahasa, terdapat peristiwa pemendekan atau kontraksi, pemakaian kata
sapaan, terjadi peristiwa campur kode, yang meliputi campur kode berwujud kata,
perulangan kata, gabungan kata, dan klausa. Terdapat pula peristiwa alih kode
intern atau ke dalam.
12
Fungsi bahasa digunakan untuk menyampaikan tuturan yang ada di dalam
kelompok penggemar burung kicauan ketika proses jual beli, perlombaan,
perawatan, serta pada saat penangkaran burung kicauan. Fungsi bahasa yang
terdapat dalam penelitian ini berupa.
(a) Peristiwa penangkaran burung kicauan yang di dalamnya, meliputi fungsi
konatif menasihati antarpenangkar burung kicauan, konatif menyarankan
antarpenangkar burung kicauan, konatif meyakinkan, konatif
menawarkan, dan konatif meminta antarpedagang dan penangkar burung
kicauan. Terdapat pula fungsi metalingual mendeskripsikan istilah, fungsi
referensial, yang meliputi referensial memberikan gambaran bentuk,
referensial menilai suara burung kicauan, dan yang terakhir terdapat
fungsi menyimpulkan.
(b) Peristiwa perawatan burung kicauan, yang meliputi fungsi konatif
meminta antarpemilik burung kicauan, fungsi konatif menyuruh
antarpemilik dengan perawat burung kicauan, fungsi konatif
menyarankan antarpemilik burung kicauan. Terdapat fungsi referensial
antar pemilik burung kicauan.
(c) Peristiwa jual beli burung kicauan, yang meliputi fungsi konatif
menyarankan antara penjual dan pembeli, fungsi konatif menawarkan
antara penjual dan pembeli, dan fungsi konatif meminta antara penjual
dan pembeli.
(d) Peristiwa perlombaan burung kicauan, yang meliputi fungsi konatif
menyarankan antara peserta dan juri, fungsi konatif menyarankan
antarpenonton, fungsi konatif memerintah antara pemilik dan burung
13
kicauan, fungsi konatif menyuruh memperhatikan antara peserta dengan
juri, fungsi konatif menyuruh membandingkan, dan fungsi meminta
perhatian antara peserta dengan juri. Fungsi referensial, yang meliputi
fungsi referensial menilai kicauan, dan fungsi referensial menilai gaya
burung kicauan. Fungsi emotif, yang meliputi fungsi emotif memuji
burung murai batu, dan fungsi emotif memuji penampilan anis merah.
Register dalam kosakata khusus kelompok penggemar burung kicauan untuk
keperluan berikut.
1. Jenis burung kicauan.
2. Jenis suara burung kicauan, meliputi tembakan, kempyang, ngekek, ngetik,
kristal, dan lain-lain.
3. Fase perkembangan burung kicauan, meliputi trotol, mabung, nyulam,
lolohan, dan lain-lain.
4. Perawatan burung kicauan, meliputi memberi makan, membersihkan,
melatih, dan lain-lain.
5. Perilaku burung kicauan, meliputi nancep, mbagong, nagen, ngriwik,
uther, dan lain-lain.
6. Perlombaan burung kicauan, meliputi kelas utama, kelas madya, double
winner, gantangan, koncer, dan lain-lain.
Skripsi Canggih Atmahardianto (2012), Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret yang berjudul “Register dalam Situs Komunitas
Dunia Maya Kaskus”. Dalam penelitian ini ditemukan adanya karakteristik
penggunaan bahasa Indonesia pada register dalam situs komunitas dunia maya
14
kaskus, yang didalamnya meliputi (1) pelesapan afiks dalam bahasa Indonesia;
(2) hibrida (antara afiks bahasa Indonesia dengan kosakata asing; dan (3)
kontraksi atau pemendekan. Dalam penelitian ini juga terdapat bentuk
singkatan yang terdapat beberapa pola singkatan, yaitu (1) singkatan yang
menggunakan huruf awal kapital; (2) bentuk penggalan yang terdiri dari (a)
penggalan suku kata pertama, (b) pengekalan suku terakhir, (c) pengekalan
empat huruf pertama; (3) angka sebagai pengganti kata atau suku kata; (4)
gabungan huruf dan angka. Ditemukan juga pola penelitian akronim berikut: (1)
akronim yang berasal dari huruf awal setiap kata, (2) akronim yang ditulis
dengan huruf kecil.
Dilihat dari bentuknya register dalam kaskus digolongkan menjadi (1)
berdasar satuan lingualnya dibedakan menjadi (a) kata, (b) frasa, dan (c)
kalimat; (2) berdasarkan asal bahasanya dibedakan menjadi (a) register yang
menggunakan bahasa Indonesia, (b) register yang menggunakan bahasa Jawa,
dan (c) register yang menggunakan bahasa Inggris. 2. Kosakata khusus
penanda register dapat digolongkan menjadi (1) menanggapi suatu thread; (2)
panggilan atau sapaan; (3) reputasi; (4) pangkat atau tingkatan; (5) koneksi dan
istilah dalam internet.
Dalam penggunaan gaya bahasa ditemukan gaya bahasa (1) perbandingan
yang dibagi menjadi (a) metafora, (b) personifikasi, dan (c) asosiasi; (2)
pertentangan yang dibagi menjadi (a) paradox dan (b) antithesis; (3) sindiran
15
yang dibagi menjadi (a) ironi, (b) sinisme, dan (c) sarkasme.
Skripsi Wilda Meridiyana (2012), Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret yang berjudul “Pemakaian Bahasa dalam Olahraga Futsal”. Dalam
peelitian ini ditemukan karakteristik pemakaian bahasa olahraga futsal,
diantaranya terdapat pemakaian istilah dari bahasa Inggris, pemakaian istilah dari
dialek Jakarta, adanya peristiwa penambahan prefiks, terdapat peristiwa
pemendekan atau kontraksi, metafora, pemanfaatan bentuk-bentuk singkatan,
pemakaian kata sapaan, terjadi peristiwa campur kode yang meliputi campur kode
yang berwujud kata, kelompok kata, kata ulang, dan klausa. Terdapat pula
peristiwa alih kode, yang meliputi alih kode ke dalam dan keluar.
Penggunaan fungsi bahasa yaitu fungsi bahasa yang memaparkan tentang
fungsi bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan bentuk-bentuk tuturan
dengan maksud tertentu sebagai strategi tuturnya. Fungsi bahasa pada penelitian
ini membicarakan teknik permainan futsal, yang meliputi fungsi direktif meminta
antara pemain futsal dan fungsi direktif meminta antara pemain dan pelatih, fungsi
bahasa yang digunakan saat merencanakan permainan futsal, fungsi bahasa yang
digunakan saat memulai permainan futsal, fungsi bahasa yang digunakan saat
memberi instruksi yang meliputi fungsi direktif menyuruh antara pelatih dengan
pemain, fungsi direktif menyarankan antara pelatih dan pemain, fungsi direktif
menjelaskan antara pelatih dan pemain, fungsi direktif menasihati antara pelatih
dan pemain, fungsi memotivasi dan mengkonfirmasi antara pelatih dan pemain,
dan fungsi menyimpulkan. Terdapat pula fungsi bahasa yang digunakan saat
mengevaluasi permainan futsal, yang meliputi fungsi direktif menyarankan
antarpemain futsal, fungsi referensial antarpemain futsal, dan fungsi ekspresif,
16
yang meliputi ekspresif kekecewaan antarpemain, ekspresif mengeluh
antarpemain, fungsi fatis antara pelatih dan pemain, dan fungsi direktif menasihati
antara pelatih dan pemain.
Penggunaan istilah kosakata penentu register olahraga futsal, yang meliputi
posisi pemain, nama-nama tendangan oleh pemain, aturan permainan, tindakan
pemain, keadaan atau suasana pertandingan, teknik permainan, nama alat-alat dari
lingkungan futsal, dan perangkat futsal (official).
Skripsi Ponco Sulistiyono (2016), Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret yang berjudul “Pemakaian Bahasa dalam Jual Beli Handphone dan
Aksesoris Handphone”. Dalam penelitian ini ditemukan karakteristik penggunaan
bahasa dalam pemakaian bahasa jual beli handphone, penjualan aksesoris
handphone, dan servis handphone di Surakarta ditemukan beberapa ciri khusus
yang digunakan dalam berbagai macam kegiatan. Di antaranya terdapat
pemakaian istilah asing yakni bahasa Inggris, pemanfaatan bentuk singkatan,
akronim, terdapat hibrida antara afiks bahasa Indonesia dengan kata dasar bahasa
asing, terdapat peristiwa pemendekan atau kontraksi, pemakaian kata sapaan,
terdapat peristiwa campur kode yang berwujud kata, frasa, dan klausa. Dalam
analisis karakteristik pemakaian bahasa jual beli handphone, penjualan aksesoris
handphone, dan servis handphone di Surakarta terdapat pula peristiwa alih kode
yang bersifat intern.
Penggunaan fungsi bahasa terdapat beberapa hal, yaitu fungsi bahasa yang
digunakan dalam peristiwa jual beli handphone, yang meliputi fungsi emotif puas
antara pembeli dengan penjual handphone, fungsi emotif kecewa antara pembeli
dengan penjual handphone, serta fungsi emotif marah antara pelanggan dengan
17
tukang servis handphone. Ada pula fungsi konatif menasihati antara penjual
handphone dengan pembeli, fungsi konatif menasihati antarpenjual handphone,
fungsi konatif menyarankan antara penjual handphone dengan pembeli, fungsi
konatif meyakinkan antara penjual handphone dengan pembeli, dan fungsi konatif
menawarkan antara penjual handphone dengan pembeli. Selain itu terdapat pula
fungsi referensial yang meliputi fungsi referensial memberi gambaran bentuk
serta fungsi menyimpulkan. Dalam peristiwa penjualan aksesoris handphone
terdapat fungsi konatif meminta antara penjual dengan pembeli, fungsi konatif
menyuruh antara pembeli dengan penjual, serta fungsi konatif menyarankan
antara penjual dengan pembeli. Pada peristiwa servis handphone terdapat fungsi
konatif yang meliputi fungsi konatif menyarankan antara tukang servis dengan
pelanggan, fungsi konatif menyarankan antartukang servis handphone, fungsi
konatif menawarkan antara tukang servis dengan pelanggan, dan fungsi konatif
meyakinkan antara tukang servis dengan pelanggan.
Penggunaan istilah khusus ditunjukkan klasifikasi kosakata penentu register
yang memaparkan bentuk pemakaian istilah jual beli handphone, penjualan
aksesoris handphone dan servis handphone di Surakarta yang meliputi, peristiwa
jual beli handphone, jenis handphone, nama handphone, garansi handphone,
aksesoris handphone, dan servis handphone.
Penelitian “Pemakaian Bahasa Transaksi Jual Beli di Pasar Legi Jatinom
Klaten” diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam
penelitian ini akan dibahas mengenai pemakaian bahasa transaksi jual beli di
Pasar Legi Jatinom Klaten, fungsi bahasa yang terjadi dalam tuturan, serta istilah-
istilah khusus dalam transaksi jual beli di Pasar Legi Jatinom Klaten.
18
B. Landasan Teori
1. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sistem
komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat kebudayaan tertentu.
Dengan demikian, dalam sosiolinguistik bahasa tidak dapat dilihat secara
internal, tetapi dilihat sebagai sarana interaksi dan komunikasi di dalam
masyarakat. Beberapa rumusan yang dikemukakan mengenai sosiolinguistik
sebagai berikut.
a. Suwito (1996:5), mengungkapkan bahwa “sosiolinguistik merupakan
interdisipliner yang menggarap masalah-masalah kebahasaan dalam
hubungannya dengan masalah-masalah sosial.” Sosiolingistik
menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan
pemakaiannya dalam masyarakat, sehingga bahasa dipandang sebagai
sistem sosial dan sistem komunikasi, serta merupakan bagian dari
masyarakat dan kebudayaan tertentu. Pemakaian bahasa (language use)
merupakan bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi konkret.
b. Menurut I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi (2006:5), tugas
seorang sosiolinguistik adalah menerang-jelaskan hubungan antara variasi-
variasi bahasa itu dengan faktor-faktor sosial, baik secara situasional
maupun implikasional. Adapun struktur masyarakat di sini dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti siapa yang berbicara (who speaks), dengan
siapa (with whom), di mana (where), kapan (when), dan untuk apa (to what
end).
19
c. Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2010:4), mengungkapkan bahwa
“sosiolingulistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner
dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa
dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur.”
d. P.W.J Nababan (1993:1-2), mengungkapkan bahwa sosiolinguistik
merupakan pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan. Dimensi
kemasyarakatan ini menimbulkan ragam-ragam bahasa yang bukan hanya
berfungsi sebagai petunjuk perbedaan golongan kemasyarakatan
penuturnya, tetapi juga sebagai indikasi situasi berbahasa serta
mencerminkan tujuan, topik, aturan-aturan, dan modus penggunaan
bahasa.
e. R.A. Hudson mendeskripsikan tentang sosiolinguistik sebagai berikut.
“Sosiolinguistik as the study of in relation to society [....] (Hudson,
1980:1). „Sosiolinguistik merupakan ilmu bahasa yang berhubungan
dengan sosial‟.
Sehubung dengan peristiwa tutur dan tindak tutur dalam masyarakat,
maka penutur akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar bahasa
sebagaimana Dell Hymess (dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina,
2010:48-49) menandai terjadinya peristiwa tutur yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang berkenaan dengan SPEAKING. Kedelapan komponen tersebut
antara lain.
a. Setting and scene
Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung,
sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi
20
psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda
dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.
b. Participants
Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan,
bisa pembicaraan dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan
penerima (pesan). Status sosial partisipan sangat menentukan ragam
bahasa yang digunakan. Partisipan dipakai untuk menunjuk kepada
minimal dua pihak dalam bertutur. Pihak pertama adalah penutur dan
pihak kedua adalah mitra tutur. Dalam waktu dan situasi tertentu dapat
juga terjadi bahwa jumlah peserta tutur lebih dari dua, yakni dengan
hadirnya pihak ketiga.
c. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Sebuah tuturan
mungkin sekali dimaksudkan untuk menyampaikan informasi atau buah
pikiran, tuturan itu dipakai untuk membujuk, merayu, mendapatkan kesan,
dan sebagainya. Sebuah tuturan mungkin juga ditujukan untuk mengubah
perilaku dari seseorang dalam masyarakat. Tuturan yang dimaksudkan
untuk mengubah perilaku dari seseorang yang sering pula disebut sebagai
tujuan konatif dari penutur. Tuturan dapat juga dipakai untuk memelihara
kontak antara penutur dan mitra tutur dalam suatu masyarakat. Tujuan
yang demikian sering pula dikatakan sebagai tujuan fatis dari sebuah
tuturan.
21
d. Act Sequences
Mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini
berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya,
dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.
e. Key
Mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan
disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan
sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga
ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
f. Instrument
Merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan tuturan.
Misalnya secara lisan, tertulis, lewat telepon, dan sebagainya.
g. Norm of Interaction and Interpretation
Mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Norma tutur
dibedakan menjadi dua, yakni norma interaksi (interaction norm) dan
norma interpretasi (interpretation norms) dalam bertutur. Norma interaksi
menunjuk kepada dapat atau tidaknya sesuatu dilakukan oleh seseorang
dalam bertutur dengan mitra tutur. Di samping itu, norma interpretasi
masih memungkinkan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi untuk
memberikan interpretasi terhadap mitra tutur khususnya manakala yang
terlibat dalam komunikasi adalah warga dari komunikasi tutur yang
berbeda.
22
h. Genres
Mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,
pepatah, doa, dan sebagainya.
2. Variasi Bahasa
Berbicara mengenai bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa
digunakan oleh anggota masyarakat penuturnya untuk menjalin hubungan
dengan anggota masyarakat lain yang mempunyai kesamaan bahasa.
Hubungan atau komunikasi itu dapat dilakukan secara perorangan atau
kelompok. Lebih lanjut, komunikasi itu juga memungkinkan seseorang
bekerja sama dengan orang lain, membentuk kelompok, atau bahkan
membentuk suatu masyarakat untuk mencapai kepentingan bersama.
a. Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2010:61-72) menyatakan bahwa
variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang
dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan
dikarenakan penuturnya tidak homogen. Variasi bahasa menurut Abdul
Chaer dan Leonie Agustina dibedakan menjadi.
1) Variasi dari Segi Penutur
a) Idiolek, merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan.
Setiap orang mempunyai idiolek masing-masing. Variasi
idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya
bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Yang paling dominan
adalah “warna” suara, kita dapat mengenali suara seseorang
yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut.
23
b) Dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada di suatu tempat atau area
tertentu.
c) Kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang
digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu, misalnya
variasi bahasa pada masa tahun tiga puluhan, lima puluhan,
ataupun saat ini.
d) Sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan
dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang menyangkut semua
masalah pribadi penuturnya, seperti usia, seks (jenis kelamin),
pekerjaan, dan keadaan sosial ekonomi. Sehubung dengan
variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat, golongan,
status, dan kelas sosial para penuturnya disebut akrolek,
basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada
juga yang menambahkan dengan sebutan bahasa prokem.
2) Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya,
pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsilek, ragam atau
register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang
penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan.
Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah
menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang
24
apa. Misal, bidang sastra jurnalis, militer, pertanian, pelayaran,
perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan.
3) Variasi dari Segi Keformalan
Dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2010:70-73)
menyatakan bahwa Martin Joos (1967) dalam bukunya The Five
Clock variasi bahasa dibagi menjadi lima macam gaya (ragam),
yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha
(konsultatif), ragam santai (casual), dan ragam akrab (intimate).
4) Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur
yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan
dan ragam tulis atau ragam dalam berbahasa dengan menggunakan
sarana atau alat tertentu, misalnya bertelepon atau bertelegraf.
Adanya ragam lisan dan ragam tulis didasarkan pada kenyataan
bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang
tidak sama.
b. Suwito (1996:28) menyatakan bahwa pemakaian bahasa tidak hanya
ditentukan oleh faktor linguistik tetapi juga oleh faktor nonlinguistik.
Faktor-faktor nonlinguistik yang berpengaruh terhadap pemakaian
bahasa adalah faktor sosial dan faktor situasional. Adanya kedua faktor
itu dalam pemakaian bahasa menimbulkan variasi bahasa.
c. Poedjosoedarmo (dalam Suwito 1996:28) berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau
variasi dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang
25
menyerupai pola umum bahasa induknya. Adapun wujud variasi itu
berupa idiolek, dialek, ragam bahasa, register, dan tingkat tutur atau
biasa disebut unda-usuk. Variasi bahasa merupakan istilah yang
bersifat netral, dalam pengertian mungkin terdapat dalam masyarakat
yang luas dan besar, mungkin pula terdapat dalam masyarakat kecil,
bahkan terdapat di dalam pemakaian bahasa perseorangan.
3. Ragam Bahasa
Bahasa di dunia tidaklah sama. Dalam satu negara, ada beragam
bahasa yang dipergunakan, bahkan pada suatu daerah tertentu kita dapat
mendengar berbagai ragam bahasa yang dipergunakan seseorang. Ragam
bahasa merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan salah satu dari
sekian banyak variasi yang ada dalam pemakaian bahasa. Ragam bahasa
ditentukan oleh pemakaian yang tercipta karena kebutuhan penutur untuk
berkomunikasi sesuai dengan situasi dalam konteks sosialnya. Harimurti
(2001:184) menyatakan bahwa, ragam bahasa adalah variasi bahasa yang
berbeda-beda menurut pemakaian, menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicaraan, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara.
Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia tidak terbatas jumlahnya.
Harimurti Kridalaksana membagi atas dasar pokok pembicaraan, medium
pembicaraan, dan hubungan antara pembicara (1989:2-5).
a. Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan dibedakan antara lain atas: