Top Banner
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005) yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Lupia & McCubbins (2000) menyatakan bahwa pendelegasian terjadi ketika seseorang atau satu kelompok orang (principal) memilih orang atau kelompok lain (agent) untuk bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Menurut Ikhsan dan Ishak (2005), teori agensi didasarkan pada teori ekonomi. Dari sudut pandang teori agensi, principal (pemilik) membawahi agent (karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang efisien. Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan. Sedangkan Muliati (2011) berpendapat bahwa Agency Theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang
21

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

Apr 22, 2018

Download

Documents

doantram
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory

(Mursalim, 2005) yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih

orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut

principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making

kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu

amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak

kerja yang telah disepakati. Lupia & McCubbins (2000) menyatakan bahwa

pendelegasian terjadi ketika seseorang atau satu kelompok orang (principal)

memilih orang atau kelompok lain (agent) untuk bertindak sesuai dengan

kepentingan prinsipal.

Menurut Ikhsan dan Ishak (2005), teori agensi didasarkan pada teori

ekonomi. Dari sudut pandang teori agensi, principal (pemilik) membawahi agent

(karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang

efisien. Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja

organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan. Sedangkan

Muliati (2011) berpendapat bahwa Agency Theory memiliki asumsi bahwa

masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri

sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

12

saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan

kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer

sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi

dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun

kontrak kompensasi.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi menimbulkan

masalah mendasar dalam organisasi yaitu "perilaku mementingkan diri sendiri”.

Manajer (selaku agent) sebuah perusahaan mungkin memiliki tujuan-tujuan

pribadi yang bersaing dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik

pemegang saham (principal). Karena manajer pemegang saham memiliki hak

untuk mengelola aset perusahaan, sebuah potensi konflik kepentingan muncul

antara dua kelompok.

Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan

dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi

yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak

diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi

antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang

tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan

dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu agent untuk memikirkan

bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk

memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut

adalah yang disebut sebagai earnings management (Richardson, 1998 dalam

Tarigan, 2011).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

13

Salno dan Baridwan (2000) menyatakan bahwa penjelasan tentang konsep

manajemen laba tidak terlepas dari teori keagenan (agency theory). Teori

keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik

kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika

setiap pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kemakmuran

yang dikehendakinya. Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan

pemilik tersebut dapat dipengaruhi kebijakan yang diputuskan manajemen.

Masdupi (2005) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam

mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan meningkatkan insider

ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen untuk

mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak

sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase

kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan

bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Kedua, dengan

pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan hutang.

Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham

sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas.

2.1.2 Asimetri Informasi

Menurut Komalasari (2001) menyatakan bahwa asimetri informasi adalah

istilah untuk menggambarkan adanya dua kondisi investor dalam perdagangan

saham yaitu investor yang lebih banyak mengetahui informasi dan investor yang

sedikit mengetahui informasi.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

14

Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk

melakukan tindakan – tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk

memaksimumkan utility nya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini

investor, akan lebih sulit mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh

manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu,

terkadang kebijakan – kebijakan tertentu dilakukan oleh manajemen perusahaan

tanpa sepengetahuan pemilik modal atau investor.

Asimetri informasi sering terjadi ketika manajer lebih mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan dimasa depan dibandingkan pemegang

saham/ stakeholders nya. Dengan demikian konsekuensi tertentu hanya akan

diketahui pihak lain yang juga memerlukan informasi tersebut (Sylvia dan Yanivi,

2003). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan

sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat

dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.

Ujiyantho dan Bambang (2007), menyatakan bahwa agent berada pada

posisi yang memiliki lebih banyak informasi mengenai seluruh keadaaan

perusahaan dibandingkan principal. Dengan asumsi bahwa individu – individu

bertindak untuk memaksumkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi

asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan

beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Sehingga dalam kondisi

semacam ini principal seringkali pada posisi yang tidak dinguntungkan.

Menurut Joni dan Jogiyanto (2009) asimetri informasi antara pihak

manajemen dan investor potensial sangat tinggi ketika perusahaan belum

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

15

melakukan IPO. Hal ini disebabkan karena informasi perusahaan yang belum go

public relatif sulit untuk diperoleh investor. Ketika perusahaan melakukan IPO,

investor potensial hanya mengandalkan informasi dari prospektus.

2.1.3 Teori Sinyal

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu

tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi

investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.

Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari

penjualan saham dan mengusahakan setiap modal yang baru diperlukan dengan

cara-cara lain, sedangkan dengan prospek yang kurang menguntungkan

perusahaan akan cenderung untuk menjual sahamnya.

Di dalam teori sinyal, didalamnya menjelaskan secara tersirat mengenai

manajemen laba. Adapun hal tersebut dijelaskan bahwa jika kinerja perusahaan

memburuk, manajer akan memberikan sinyal dengan menurunkan laba akuntansi,

sebaliknya jika kinerja perusahaan membaik, maka manajer akan memberikan

sinyal dengan menaikkan laba akuntansi.

Teori sinyal juga menjelaskan bahwa manajemen memberi sinyal untuk

mengurangi asimetri informasi. Jika manajemen mempunyai lebih banyak

informasi mengenai kinerja dan prospek perusahaan dari pada pemegang saham,

mereka dapat memberi sinyal dengan mencatat akrual diskresioner (Widodo,

2005) dalam Diah Fika (2011). Selain itu, didalam signaling theory dijelaskan

bahwa seorang investor yang rasional melakukan analisa sebelum membuat

keputusan untuk berinvestasi, investor membutuhkan informasi yang akan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

16

dijadikan sinyal untuk menilai prospek masa depan perusahaan. Dengan

demikian, informasi yang tersedia mengenai perusahaan yang beredar di publik

dapat memengaruhi perubahan harga saham. Hal tersebut juga dapat diketahui di

dalam prospektus dan laporan keuangan tahunan perusahaan. Pada awal

perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan, penawaran

umum, kegiatan, prospek perusahaan dsb yang dipublikasikan dalam prospektus

dan laporan keuangan tahunan merupakan sumber informasi yang sangat penting,

karena dimanfaatkan sebagai sinyal untuk investor terkait dengan nilai

perusahaan. Guna memengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor, maka

manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. Dalam

teori sinyal, manajemen laba merupakan sinyal buruk, karena risiko yang dihadapi

oleh investor juga semakin tinggi.

2.1.4 Manajemen Laba

Manajemen Laba merupakan suatu fenomena yang tidak bisa dihindari,

karena fenomena terjadinya manajemen laba adalah dampak dari penggunaan

dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual yang digunakan

dalam laporan keuangan perusahaan berasal dari angka laba, bukan akrual yang

menjadikan laporan keuangan yang benar sahih, tetapi akrual yang digunakan

oleh manajer untuk memengaruhi pemegang saham.

Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen

dengan menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi

tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau

penurunan profitabilitas dalam jangka panjang. Schipper (1989) dalam Sutrisno

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

17

(2002:163) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan

tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh

beberapa keuntungan privat, sedangkan Healy dan Wahlen (1999:6), menyatakan

bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam

pelaporan keuangan, dan membentuk transaksi untuk mengubah laporan keuangan

dengan tujuan untuk memanipulasi besaran laba kepada beberapa stakeholders

tentang kinerja ekonomi yang mendasari perusahaan, atau untuk memengaruhi

hasil perjanjian yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Menurut Scott (2006:351) terdapat dua cara untuk memahami manajemen

laba, yaitu:

1) Memahami manjemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer untuk

memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, hutang,

dan political cost.

2) Memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting, dimana

manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri

mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak

terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan

demikian, manajer mungkin dapat memengaruhi nilai pasar saham

perusahaan melalui manajemen laba, misalnya membuat perataan laba dan

pertumbuhan laba sepanjang waktu.

Scott (2006:352) menyatakan bahwa terdapat beberapa motivasi manajer

untuk melakukan manajemen laba, yaitu:

1) Rencana Bonus (bonus scheme)

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

18

Manajer yang bekerja di perusahaan dengan rencana bonus akan berusaha

mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan

diterimanya.

2) Kontrak Jangka Panjang (debt covenant)

Motivasi ini sejalan dengan hipotesis debt covenant dalam teori akuntansi

positif yaitu, semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang

maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat

“memindahkan” laba periode berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan

perusahaan mengalami pelanggaran kontrak.

3) Motivasi Politik (political motivation)

Perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis cenderung menurunkan

laba untuk mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode kemakmuran

tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari

pemerintah misalnya subsidi.

4) Motivasi Perpajakan (taxation motivation)

Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan

mengurangi laba yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan

maka perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang harus dibayarkan kepada

pemerintah.

5) Pergantian CEO

Pergantian CEO merupakan salah satu motivasi dilakukannya manajemen

laba. Ketika CEO akan habis masa penugasannya atau pensiun, maka ia akan

melakukan strategi untuk memaksimalkan laba sehingga dapat meningkatkan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

19

bonus yang akan diterimanya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya

kurang baik, ia akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau

membatalkan pemecatannya.

6) Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offerings)

Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus

merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai

sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Maka Manajer berusaha

menaikkan laba yang dilaporkan untuk memengaruhi keputusan calon investor.

Scott (2006:365) juga mengungkapkan bentuk-bentuk manajemen laba yang

dilakukan oleh manajer, antara lain:

1) Kepalang Basah (taking a bath)

Kepalang basah dilakukan oleh perusahaan ketika keadaan buruk yang tidak

menguntungkan tidak bisa dihindari pada periode berjalan, kepalang basah

dilakukan dengan cara mengakui biaya-biaya pada periode-periode yang akan

datang dan kerugian periode berjalan.

1) Penurunan Laba (income minimization)

Penurunan laba cenderung mirip dengan kepalang basah namun kurang

ekstrim. Penurunan laba dilakukan saat perusahaan memperoleh profitabilitas

yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan

yang diambil perusahaan bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan

pengembangan yang cepat dan sebagainya.

2) Peningkatan Laba (income maximization)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

20

Peningkatan laba dilakukan perusahaan agar memperoleh bonus yang lebih

besar. Hal ini juga dilakukan oleh perusahaan yang mendekati pelanggaran

kontrak hutang jangka panjang.

3) Perataan Laba (income smoothing)

Bentuk manajemen laba ini merupakan bentuk yang paling sering

dilakukan dan paling populer. Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan

dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan sehingga

dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan harga pasar perusahaan.

Ali Irfan (2002:89) mengungkapkan bahwa terdapat tiga teknik-teknik yang

dapat digunakan manajer dalam melakukan manajemen laba, yaitu:

1) Perubahan Metode Akuntansi

Dilakukan dengan mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan

metode sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka

laba. Misalnya, dengan mengubah metode depresiasi, metode penilaian

persediaan, mengubah taksiran umur asset, dan sebagainya.

2) Memainkan Kebijakan Perkiraan Akuntansi

Dilakukan dengan cara memainkan kebijakan akuntansinya. Misalnya,

mengubah kebijakan taksiran piutang tak tertagih, kebijakan perkiraan biaya

garansi, maupun kebijakan perkiraan terhadap proses pengadilan yang

belum diputuskan.

3) Menggeser Periode Biaya atau Pendapatan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

21

Kebijakan ini juga dikatakan sebagai manipulasi keputusan operasional.

Misalnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode

akuntansi berikutnya, kerjasama dengan vendor untuk mempercepat atau

menunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi berikutnya, menjual

investasi sekuritas untuk memanipulasi laba, dan lain sejenisnya.

2.1.5 Discretionary Accrual

Discretionary accrual sering digunakan sebagai proksi manajemen laba

oportunistik dalam beberapa penelitian sebelumnya sesuai dengan konteksnya

masing-masing, tetapi manajer mungkin mempunyai motivasi lain untuk mencatat

discretionary accrual yaitu untuk maksud pemberian sinyal mengenai kinerja

manajemen kini serta yang akan datang (Widodo, 2005). Discretionary accrual

adalah suatu cara untuk mengurangi atau menambah pelaporan laba yang sulit

dideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual,

misalnya menaikkan biaya amortisasi atau depresiasi, mencatat kewajiban yang

besar terhadap potongan harga dan mencatat persediaan yang sudah usang dan

sebagainya. Sedangkan akrual sendiri adalah semua kejadian yang bersifat

operasional pada suatu tahun yang tidak berpengaruh terhadap arus kas. Dengan

kata lain total akrual adalah selisih antara laba dengan arus kas dari kegiatan

operasi perusahaan. Total akrual dibedakan dalam dua bagian, yaitu bagian akrual

yang memang sewajarnya ada dalam laporan keuangan disebut non discretionary

accrual dan bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi yang

disebut discretionary accrual.

2.1.6 Initial Public offering (IPO)

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

22

Go public adalah peristiwa penawaran saham yang dilakukan oleh

perusahaan (emiten) kepada masyarakat umum (investor) untuk pertama kalinya

(Sunariyah, 2003:200). Pengertian pertama kali menyatakan bahwa istilah go

public hanya digunakan pada waktu pertama kali perusahaan menjual saham. Arti

pertama kali ini disebut pasar perdana. Ekayanti (2007:37), mendefinisikan IPO

sebagai penawaran saham dipasar perdana yang dilakukan perusahaan yang

hendak go public. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang

pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang

dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara

yang telah diatur dalam undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya.

Menurut Klinik Go Public dan Investasi (Publikasi BEJ) dalam Suyatmin

dan Sujadi (2006:17), go public atau penawaran umum merupakan kegiatan yang

dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata

cara yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Sejalan dengan

perkembangan perekonomian, semakin meningkat pula upaya perusahaan untuk

mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan dalam rangka memperoleh

dana untuk ekspansi bisnis. Pada saat ini perusahaan harus menentukan untuk

menambah modal dengan cara utang atau menambah jumlah dari pemilikan

dengan menerbitkan saham baru. Jogiyanto (2009:16) menyatakan bahwa apabila

saham akan dijual untuk menambah modal, saham baru dapat dijual dengan

berbagai cara berikut :

1) Dijual kepada pemegang saham yang ada (right issue)

2) Dijual kepada karyawan lewat ESOP (Employee Stock Ownership Plan).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

23

3) Menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

plan).

4) Dijual langsung kepada pembeli tunggal (biasanya investor institusi) secara

privat (private repalacement).

5) Ditawarkan kepada publik (IPO).

Rotary dalam Diah (2011) menyatakan keputusan untuk go public atau tetap

menjadi perusahaan privat merupakan keputusan yang penting. Jika perusahaan

memutuskan untuk go public dan melemparkan sahamnya ke publik (initial public

offering), isu utama yang muncul adalah tipe saham apa yang akan dilempar,

berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya, dan kapan

waktunya yang paling tepat. Persaingan harga yang wajar di pasar modal ini

tergantung pada konsep efisiensi pasar modal. Pasar modal yang efisien

didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas sekuritasnya telah mencerminkan

semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada

harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut.

2.1.7 Return Saham

Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan atau pendapatan yang

dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi surat berharga saham yang

dilakukannya (Robert Ang, 1997, dalam Wahyuni, 2008). Sehingga pada

umumnya investor atau pemodal dalam menanamkan modalnya pada perusahaan,

pasti mengharapkan keuntungan berupa pengembalian yang hendak didapat dari

hasil investasinya. Menurut Jogiyanto (2010) return merupakan hasil yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

24

diperoleh dari harga saham sekarang dikurangi harga saham sebelumnya dibagi

dengan harga saham sebelumnya.

Return saham merupakan hasil dari investasi yang berupa return terealisasi

(realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return terealisasi

merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis yang

dipergunakan sebagai salah satu pengukur kinerja manajemen perusahaan. Return

terealisasi berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa

mendatang. Kemudian return ekspektasi merupakan return yang diharapkan oleh

investor atas suatu investasi yang akan diperoleh dimasa yang akan datang

(Robert Ang, 1997; dalam Wahyuni, 2008). Return saham dalam penelitian ini

merupakan variabel yang menunjukkan reaksi investor pada saat beberapa hari

setelah masuk dalam pasar sekunder.

2.1.8 Ukuran Perusahaan

Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepetingan

yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak

lebih besar terhadap kepentingan publik debandingkan dengan perusahaan kecil.

Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow

dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak

terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektivitas peran pemberian

perlindungan terhadap masyarakat secara umum.

UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam

kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

25

Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebutt didasarkan pada total aset yang

dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.

UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil,

usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau badan

usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur

dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini

digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah

usaha. Untuk kriteria usaha mikro asset yang harus dimiliki maksimal Rp.

50.000.000 dan omzet maksimal yang dicapai Rp. 300.000.000.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang ini. Kriteria usaha menurut undang-undang ini

digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah

usaha. Untuk kriteria usaha kecil asset yang harus dimiliki Rp.50.000.000

sampai Rp.500.000.000 dan omzet yang dicapai Rp. 300.000.000 sampai

Rp. 2.500.000.000.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

26

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil

atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha

menurut undang-undang ini digolongkan berdasarkan jumlah asset dan

omzet yang dimiliki oleh sebuah usaha. Untuk kriteria usa menengah asset

yang harus dimiliki Rp. 500.000.000 sampai Rp. 10.000.000.000 dan omzet

yang dicapai Rp. 2.500.000.000 sampai Rp. 50.000.000.000.

4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan

usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih

besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau

swasta, usaha patungan dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi

di Indonesia.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar

kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: log total aktiva (Marihot

dan Doddy, 2007), log total penjualan (Nuryaman, 2008) kapitalisasi pasar

(Halim, dkk. 2005). Machfoedz (1994) dalam Mardiyah (2001) menjelaskan

bahwa pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu

perusahaan besar (large firms), perusahaan sedang (medium firms), perusahaan

kecil (small firms).

Total aset dipilih sebagai proksi dari variabel ukuran perusahaan. Ini

dikarenakan total aset lebih stabil dan representatif dalam menunjukkan

ukuran perusahan dibanding kapitaliasi pasar dan penjualan yang sangat

dipengaruhi oleh demand and supply (Sudarmadji dan Sularto, 2007)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

27

2.1.9 Pembahasan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 berikut menyajikan ringkasan penelitian terdahulu yang dapat

dijadikan referensi dan berhubungan dengan penelitian ini.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Judul

Penelitian

Peneliti dan

Tahun Terdahulu

Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Analisis

Pengaruh

Manajemen

Laba terhadap

Kinerja

Operasi dan

Return Saham

disekitar IPO

Suprianto (2008) Manajemen

Laba,

Kinerja

Operasi dan

Return

Saham.

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

Manajemen laba

berpengaruh terhadap

Kinerja operasi dan

Return saham

perusahaan.

2 Pengaruh

Kepemilikan,

Ukuran

Perusahaan dan

Praktek

Corporate

Governance

terhadap

Manajemen

Laba

Sylvia Veronica

Siregar dan

Sidharta Utama

(2005)

Kepemlikian,

Ukuran

Perusahaan

dan

Pengelolaan

Laba.

Ukuran perusahaan

berpengaruh negatif

terhadap bersarnya

pengelolaan laba,

rata-rata pengelolaan

laba pada perusahaan

dengan kepemilikan

tinggi dan bukan

perusahaan

konglemerasi secara

signifikan lebih tinggi

dibandingkan dengan

rata-rata perusahaan

lain-lain

3 Fenomena

Manajemen

Laba

Menjelang IPO

dan Kaitannya

Dengan Nilai

Perusahaan

Perdana Serta

Niken Astria

Sakina

Kusumawardhani

(2005)

Manajemen

Laba, Nilai

Perusahaan

dan Kinerja

Perusahaan

Adanya hubungan

positif yang

signifikan antara

komponen total

akrual diskresioner

(TAEM) dengan nilai

perusahaan perdana

saat

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

28

Kinerja

Perusahaan

Pasca–Ipo:

Studi Empiris

Pada

Perusahaan

Yang IPO Di

Indonesia

Tahun 2000-

2003

IPO.

4 Pengaruh

Manajemen

Laba (Earnings

Management)

Terhadap

Kinerja

Operasi Dan

Return Saham

Disekitar Ipo:

Studi Terhadap

Perusahaan

Yang Listing

Di Bursa Efek

Jakarta)

Anelies Yustisia

(2009)

Manajemen

Laba,

Kinerja

Operasi dan

Return

Saham

-Adanya manajemen

laba dalam bentuk

income increasing

accrual pada periode

menjelang IPO, dan

melakukan income

decreasing accrual

pada periode pasca

IPO.

-Terdapat indikasi

penurunan kinerja

saham perusahaan

pasca IPO.

5

5.

Pengaruh

Ukuran

Perusahaan

terhadap

Manajemen

Laba

Agustono Dwi

Rachadi (2010)

Ukuran

Perusahaan

dan

Manajemen

laba

Perusahaan sedang

atau besar tidak

terbukti lebih agresif

dalam melakukan

manajemen laba

melalui mekanisme

pelaporan laba positif

.

2.2 Hipotesis Penelitian

1.2.1 Manajemen laba sebelum IPO terhadap return saham

Setelah melakukan IPO, return saham perusahaan dalam jangka panjang

akan turun. Hal tersebut disebabkan karena investor terlalu optimis, sehingga

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

29

harga saham akan tinggi pada awal penawarannya dan berangsur-angsur turun

dalam jangka panjang (Bray dan Gompers, 1997 dalam Saiful, 2004). Pada

penelitian Saiful (2004) berhasil menemukan manajemen laba disekitar IPO pada

periode dua tahun sebelum IPO, ketika IPO dan setelah IPO. Kemudian

ditemukan juga return saham satu tahun setelah IPO namun tidak ditemukan

hubungan antara rendahnya return saham setahun setelah IPO dengan manajemen

disekitar IPO.

Teori sinyal menjelaskan bahwa manajemen mempunyai informasi akurat

mengenai nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar. Ketika

perusahaan menyampaikan suatu informasi ke pasar maka informasi tersebut akan

direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal adanya peristiwa tertentu yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini berfokus pada manajemen laba

sebelum IPO dengan tujuan untuk menguji keandalan informasi prospektus dan

respon pasar terhadap informasi yang disajikan dalam prospektus tersebut

Berdasakan urain tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut :

H1a: Manajemen laba satu tahun sebelum IPO berpengaruh terhadap return

saham

H1b: Manajemen laba dua tahun sebelum IPO berpengaruh terhadap return

saham

1.2.2 Ukuran Perusahaan dalam memoderasi manajemen laba sebelum IPO

terhadap return saham

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

30

Ukuran perusahaan yang digunakan sebagai proksi dari political cost,

dianggap sangat sensitif dalam prilaku pelaporan laba (Watt and Zimmerman,

1978). Perusahaan berukuran sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat

dari para stakeholdersnya, agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan

investornya dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk

investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham

perusahaan tersebut semakin banyak (Siregar dalam Ramadhani, 2008). Hal ini

disebabkan karena perusahaan yang besar lebih memiliki tanggung jawab yang

besar terhadap para investor maupun pemerintah. Dengan tanggung jawab yang

besar tersebut, maka perusahaan akan cenderung melaporkan informasi laba yang

terkesan baik melalui pelaporan laba oportunis agar manajer mendapatkan bonus

atas hasil kinerjanya. Dengan adanya motivasi untuk menekan biaya politis yang

diproksi melalui ukuran perusahaan tersebut, maka angka dalam informasi laba

yang dilaporkan dapat menyesatkan para investor yang melakukan keputusan

investasi ketika pelaporan laba perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan

utilitas manajer. Hal tersebut dapat digambarkan dalam pergerakan return saham

dari waktu-kewaktu terutama dalam jangka waktu 7 hari setelah perusahaan

masuk ke pasar sekunder, karena pada periode tersebut harga saham dalam tahap

menemukan titik keseimbangan antara return ekspektasi maupun return realisasi

dan belum dipengaruhi oleh keadaan ekonomi luar (Robert Ang, 1998)

Berdasakan pada uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut :

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II.pdfInformasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk ... Menurut Scott (2006:351) terdapat ... Memandang

31

H2a: Ukuran Perusahaan satu tahun sebelum IPO memoderasi pengaruh

manajemen laba satu tahun sebelum IPO terhadap return saham

H2b: Ukuran Perusahaan dua tahun sebelum IPO memoderasi pengaruh

manajemen laba dua tahun sebelum IPO terhadap return saham