11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Struktur Modal 2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal Wiksuana, dkk. (2001:179) memberikan definisi struktur modal sebagai perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Sjahrial (2014:250) mendefinisikan struktur modal sebagai perimbangan antara penggunaan modal pinjaman (hutang jangka pendek yang bersifat permanen, dan hutang jangka panjang) dengan modal sendiri (saham preferen dan saham biasa). Struktur modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang dan euitas, dalam rangka mendanai investasi perusahaan (operating assets). Dalam suatu aktivitas bisnis menentukan struktur modal yang tepat merupakan tantangan bagi para eksekutif perusahaan. Perusahaan akan berupaya untuk memperoleh dana dengan biaya modal yang minimal dengan hasil yang maksimal (Raharjaputra, 2009:212). Dari pengertian-pengertian yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur modal merupakan kombinasi antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (ekuitas) suatu perusahaan.
27
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 … 2.pdf · yang berkarakteristik opsi, dan akhirnya menerbitkan saham baru. Pecking order theory menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Struktur Modal
2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal
Wiksuana, dkk. (2001:179) memberikan definisi struktur modal sebagai
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Sjahrial (2014:250) mendefinisikan struktur modal sebagai perimbangan
antara penggunaan modal pinjaman (hutang jangka pendek yang bersifat
permanen, dan hutang jangka panjang) dengan modal sendiri (saham preferen dan
saham biasa).
Struktur modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang dan
euitas, dalam rangka mendanai investasi perusahaan (operating assets). Dalam
suatu aktivitas bisnis menentukan struktur modal yang tepat merupakan tantangan
bagi para eksekutif perusahaan. Perusahaan akan berupaya untuk memperoleh
dana dengan biaya modal yang minimal dengan hasil yang maksimal
(Raharjaputra, 2009:212).
Dari pengertian-pengertian yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan
bahwa struktur modal merupakan kombinasi antara hutang jangka panjang dengan
modal sendiri (ekuitas) suatu perusahaan.
12
2.1.1.2 Komponen Struktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas dua komponen
(Riyanto, 2001:227) yaitu:���
1) Modal asing atau hutang jangka panjang
Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang jangka dengann
jangka waktu umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada
umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau
modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut
meliputi jumlah yang besar.
Komponen - komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari:
(1) Hutang hipotik (mortgage)
���Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin
dengan ���aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan). ���
(2) Obligasi (bond) ���
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa
perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya
kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran
kembali obligasi dapat diambil ���dari penyusutan aktiva tetap yang
dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.
2) Modal Sendiri (Shareholder Equity)
���Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Modal
sendiri berasal dari sumber intern maupun extern, sumber intern didapat dari
13
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber extern berasal
dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Komponen Modal sendiri terdiri dari:
(1) Modal Saham
Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perusahaan Terbatas (PT),
dimana modal saham terdiri dari:���
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang
ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti
investor membeli prospek dan siap menanggung segala risiko
sebesar dana yang ditanamkan.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)���
Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang
merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka
panjang.
(2) Laba Ditahan���
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan
sebagai deviden. ���Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahan yang
dipetaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko–risiko kerugian
lainnya. Modal sendiri ini tidak memperlukan jaminan atau keharusan untuk
pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian
tentang jangka waktu pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, tiap–
tiap perusahaan harus mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk
14
menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
2.1.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan pengaruh perubahan struktur modal
terhadap nilai perusahaan dengan asumsi cateris paribus. Struktur modal yang
mampu memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur
modal yang terbaik (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:263). Teori struktur modal
terdiri dari Modigliani and Miller Theory, trade-off theory, pecking order theory,
dan signalling theory.
2.1.2.1 Modigliani and Miller Theory
Teori yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller (MM) pada tahun
1958 dalam artikerlnya yang berjudul “The Cost of Capital, Corporation Finance,
and The Theory of Investment” membuktikan bahwa nilai suatu perusahan tidak
dipengaruhi oleh struktur modalnya (Brigham dan Houston, 2011:179-182). Hasil
yang diperoleh MM menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan akan mendanai
operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal adalah sesuatu
yang tidak relevan. Studi MM ini didasarkan pada beberapa asumsi yag tidak
realistis, antara lain :
1) Tidak ada biaya pialang.
2) Tidak ada pajak.
3) Tidak ada biaya kebangkrutan.
4) Investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan.
15
5) Semua investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen tentang
peluang-peluang investasi di masa depan.
6) EBIT tidak terpengaruh oleh penggunaan hutang.
Pada tahun 1963 dikembangkan model MM yaitu dengan menggunakan
pajak. MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan. Hal ini dikarenakan biaya hutang adalah biaya yang mengurangi
pembayaran pajak. Menurut MM, perusahaan akan mencapai nilai maksimal jika
perusahaan sepenuhnya menggunakan hutang 100 persen. Namun, pada
kenyataannya perusahaan jarang menggunakan hutang 100 persen karena
perusahaan akan membatasi penggunaan hutangnya untuk menjaga biaya-biaya
yang berhubungan dengan kebangkrutan agar tetap rendah.
2.1.2.2 Trade-off Theory
Trade-off theory menjelaskan hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan,
dan penggunaan hutang yang disebabkan karena keputusan struktur modal
perusahaan (Almandana, 2014). Dalam konsep trade-off theory nilai suatu
perusahaan yang menggunakan hutang sama dengan nilai dari suatu perusahaan
yang tidak menggunakan hutang ditambah nilai dari beberapa efek sampingannya
termasuk tax shield dan biaya-biaya yang diperkirakan berkaitan dengan financial
distress (Sjahrial, 2014:277).
The Trade-off Theory memang tidak dapat digunakan untuk menentukan
struktur modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan. Model trade-off
ini memungkinkan untuk dibuat tiga kesimpulan tentang penentuan struktur
16
modal, yaitu (Mutamimah dan Rita, 2009 dalam Solekha, 2014):
1) Perusahaan dengan risiko bisnis tinggi harus menggunakan lebih kecil
hutang dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah,
karena semakin tinggi risiko bisnis, penggunaan hutang yang semakin
besar akan meningkatkan beban bunga, sehingga akan mempersulit
keuangan perusahaan.
2) Perusahaan yang dikenai pajak tinggi pada batas tertentu sebaiknya
menggunakan banyak hutang karena adanya tax shield.
3) Target rasio hutang akan berbeda antara perusahaan satu dengan
perusahaan yang lain. Perusahaan yang profitable, dan tangible assets
mempunyai target rasio hutang lebih tinggi. Perusahaan yang unprofitable
dengan risiko tinggi dan intangible assets mempunyai rasio hutang lebih
rendah dan mengandalkan pada ekuitas.
2.1.2.3 Pecking Order Theory
Pendekatan yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf tahun 1984 (dalam
Wiksuana, dkk., 2001:196) berpandangan bahwa pemilihan struktur modal
mengikuti pecking order theory. Secara ringkas teori tersebut menjelaskan bahwa:
1) Perusahaan menyukai internal financing
2) Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang
ditargerkan dengan berusaha menghindari perubahan-perubahan
pembayaran deviden secara derastis
17
3) Kebijakan deviden yang cenderung kaku, disertai fluktuasi profitabilitas
dan kesempatan investasi yang dihadapi, mengakibatkan perusahaan
kadang kelebihan dana atau kekurangan dana untuk investasi. Apabila
kekuarangan dana, maka perusahaan akan mencoba mengurangi saldo kas
atau menjual sekuritas yang dimiliki
4) Apabila pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan menerbitkan
sekuritas yang paling aman terlebih dahulu baru diikuti dengan sekuritas
yang berkarakteristik opsi, dan akhirnya menerbitkan saham baru.
Pecking order theory menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan yang profitabel memerlukan external financing yang
sedikit. Hal yang berbeda berlaku pada perusahaan yang kurang profitable yang
cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu (1) dana
internal tidak cukup, dan (2) hutang merupakan sumber eksternal yang lebih
disukai.
2.1.2.4 Signalling Theory
Isyarat atau signal menurut Bringham dan Houston (2011:185-186) adalah
suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori
ini mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang
memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan
mengobservasi struktur permodalannya. Perusahaan dengan prospek yang
18
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham, sedangkan
perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk
menjual sahamnya.
Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu isyarat
(signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram.
Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari
biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru
berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham
sekalipun prospek perusahaan cerah. Pengumuman penggunaan hutang yang lebih
banyak dalam capital structure perusahaan menunjukkan adanya optimisme pihak
insiders mengenai prospek di masa depan perusahaan, dimana perusahaan akan
lebih profitable dan dapat memenuhi kewajiban finansial yang harus dipenuhinya.
Menurut Bringham dan Houston (2011:185-186) asymmetric information
adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda mengenai
prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Kondisi ini dapat dilihat dari
reaksi harga saham ketika manajemen mengumumkan sesuatu (seperti
peningkatan pembayaran deviden). Dengan demikian, pihak manajemen berpikir
bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Apabila hal tersebut
yang dipikirkan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir lebih baik
menawarkan saham baru, sehingga dapat dijual dengan harga yang yang lebih
mahal dari yang seharusnya. Di sisi lain, apabila perusahaan menawarkan saham
baru, pemodal akan menafsirkan bahwa salah satu kemungkinannya adalah harga
saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen).
19
Sebagai akibatnya para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan
harga yang lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga
saham.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Riyanto (2001:296) struktur modal suatu perusahaan
dipengaruhi ���oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah:
1) Tingkat bunga���
Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang ���akan
ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi.
2) Stabilitas earning ���
Suatu perusahaan yang mempunyai earning yang stabil akan selalu dapat
memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal
asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earning yang tidak stabil
dan unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban
bunga pada tahun atau keadaan yang memburuk. ���
3) Struktur aktiva���
Perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva ���tetap,
akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal sendiri,
sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap. Sementara itu,
perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa aktiva lancar akan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka
pendek. ���
20
4) Kadar risiko dari aktiva
���Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva dalam ���perusahaan,
makin besar risikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi,
serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat
mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian
teknis masih dapat digunakan. ���
5) Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan���
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka
dirasakan ���perlu bagi perusahaan untuk mengeluarkan beberapa golongan
sekuritas secara bersama-sama. Sedangkan bagi perusahaan yang
membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan
satu golongan sekuritas saja. ���
6) Keadaan pasar modal���
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan
adanya ���gelombang konjungtor, sehingga perusahaan harus menyesuaikan
dengan keadaan pasar modal tersebut. Pada umumnya apabila gelombang
meninggi ���(up-saving) para investor lebih tertarik untuk menanamkan
modalnya dalam saham.���
7) Sifat manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan
keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.
8) Besarnya suatu perusahaan
Perusahaan yang lebih besar yang sahamnya tersebar luas akan lebih
21
berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhanannya untuk
membiayai pertumbuhan penjualannya dibanding perusahaan yang lebih
kecil.
Menurut Wiksuana, dkk. (2001:201) pemilihan struktur modal dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Fakor-faktor tersebut diantaranya adalah :
1) Tingkat penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil dapat menggunakan
leverage/hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang
tidak stabil.
2) Struktur aset
Perusahaan dengan struktur aset yang fleksibel cenderung menggunakan
leverage lebih besar daripada perusahaan yang struktur asetnya tidak
fleksibel.
3) Tingkat pertumbuhan perusahaan
Apabila faktor lain sama, maka perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan tinggi cenderung akan menggunakan sumber dana dari luar.
Alasan lain adalah karena biaya emisi saham biasanya lebih mahal jika
dibandingkan dengan biaya pengeluaran obligasi.
4) Profitabilitas dan pajak
Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menggunakan hutang yang
lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup
melalui laba ditahan. Selain itu, karena pembayaran bunga merupakan
22
pengurangan pajak, maka semakin tinggi tingkat pajak perusahaan
semakin besar leverage perusahaan.
5) Kebijakan deviden
Apabila perusahaan cenderung membagikan deviden yang besarnya tetap,
maka pembayaran deviden tersebut akan merupakan beban tetap bagi
perusahaan. Dengan demikian maka perusahaan yang menggunakan
leverage yang tinggi akan sulit untuk mempertahankan pembayaran
deviden yang tetap tersebut. Hal ini disebabkan karena leverage yang
tinggi juga akan menimbulkan beban yang tinggi pula.
6) Kondisi interen perusahaan
Perusahaan suatu saat perlu menanti saat yang tepat untuk mengeluarkan
saham atau obligasi tergantung kondisi intern. Perusahaan lebih baik
menggunakan hutang untuk membiayai produk baru dan menunggu hingga
keuntugan atas produk baru cukup material tercermin pada harga saham
yang lebih tinggi. Setelah itu perusahaan dapat mengeluarkan saham dan
sebagian dari penjualan saham tersebut dapat digunakan untuk membayar
kembali hutang perusahaan.
7) Pengendalian
Pemilik perusahaan mungkin memilih menggunakan hutang hanya karena
tidak ingin kehilangan kendali atas perusahaan tersebut. Apabila
perusahaan mengeluarkan saham baru maa proporsi kepemilikan
pemegang saham lama akan berkurang, kecuali perusahaan juga dapat
membeli saham baru tersebut dengan proporsi yang sama. Masalahnya
23
adalah bahwa mungkin saha pemilik saham yang lama tidak mempunyai
uang yang cukup, padahal perusahaan memerlukan tambahan dana. Dalam
situasi ini mungkin saja pemilik memutuskan untuk menerbitkan obligasi
dengan maksud agar tidak kehilangan kendali atas perusahaan.
8) Attitude management
Karena tidak seorangpun dapat membuktikan bahwa satu struktur modal
akan mengakibatkan harga saham lebih tinggi dari struktur modal yang
lain, maka manajemen dapat menentukan sesuai dengan penilaian mereka
sendiri tentang struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung
menggunakan hutang yang lebih besar sementara manajemen lain
sebaliknya.
2.1.4 Profitability
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau
ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Kemampuan memperoleh
laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang diivestasikan
ke dalam perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Rasio profitabilitas merupakan
sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas,
manajemen aset, dan utang pada hasil operasi (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:146).
Rasio profitabilitas terdiri dari (Wiagustini, 2010:81) :
1) Profit Margin
Mengukur laba yang dicapai dibandingkan dengan penjualan. Profit
margin dihitung dengan formulasi sebagai berikut :