10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) 2.1.1 Deskripsi Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam yang banyak dipelihara oleh peternak di Indonesia dengan pemeliharaannya yang masih menggunakan cara tradisional. Ayam ini dapat ditemui diberbagai daerah pedesaan yang dekat dengan sawah atau hutan. Asal mula ayam kampung dari ayam hutan (Gallus varius) yang berasal dari Pulau Jawa dan sudah tersebar sampai ke Pulau Nusa Tenggara. Ayam hutan merupakan nenek moyang ayam kampung yang umum dipelihara, karena ayam kampung yang ada kini masih menurunkan sifat-sifat asal nenek moyangnya. Oleh karena itu, varietas-varietas asal unggas hutan yang setengah liar ini dikenal dengan ayam kampung (Rasyaf, 2011). Ayam kampung maupun ayam ras memiliki ciri khas masing-masing. Ciri khas dari ayam kampung adalah dapat diketahui dari bentuk tubuh yang ramping, kaki yang jenjang, dan warna bulu yang beragam. Sifat fenotipe dan genotipe ayam kampung masih sangat bervariasi seperti warna bulu yang masih beragam, yaitu berwarna hitam, tipe liar, pola kolumbian, dan bulu lurik (Rasyaf, 2011). Ayam kampung dapat menghasilkan daging dan telur dengan bentuk yang lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras. Ayam kampung memiliki ketahanan terhadap penyakit yang sangat tinggi, dan tidak memerlukan perlakuan khusus untuk lingkungannya. Kebanyakan ayam lokal di Indonesia memiliki ukuran
21
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Ayam Kampung ( …eprints.umm.ac.id/46339/3/BAB II.pdf · Ayam kampung maupun ayam ras memiliki ciri khas masing-masing. Ciri khas dari ayam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus)
2.1.1 Deskripsi Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan ayam yang banyak dipelihara oleh peternak di
Indonesia dengan pemeliharaannya yang masih menggunakan cara tradisional.
Ayam ini dapat ditemui diberbagai daerah pedesaan yang dekat dengan sawah
atau hutan. Asal mula ayam kampung dari ayam hutan (Gallus varius) yang
berasal dari Pulau Jawa dan sudah tersebar sampai ke Pulau Nusa Tenggara.
Ayam hutan merupakan nenek moyang ayam kampung yang umum dipelihara,
karena ayam kampung yang ada kini masih menurunkan sifat-sifat asal nenek
moyangnya. Oleh karena itu, varietas-varietas asal unggas hutan yang setengah
liar ini dikenal dengan ayam kampung (Rasyaf, 2011).
Ayam kampung maupun ayam ras memiliki ciri khas masing-masing. Ciri
khas dari ayam kampung adalah dapat diketahui dari bentuk tubuh yang ramping,
kaki yang jenjang, dan warna bulu yang beragam. Sifat fenotipe dan genotipe
ayam kampung masih sangat bervariasi seperti warna bulu yang masih beragam,
yaitu berwarna hitam, tipe liar, pola kolumbian, dan bulu lurik (Rasyaf, 2011).
Ayam kampung dapat menghasilkan daging dan telur dengan bentuk yang
lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras. Ayam kampung memiliki ketahanan
terhadap penyakit yang sangat tinggi, dan tidak memerlukan perlakuan khusus
untuk lingkungannya. Kebanyakan ayam lokal di Indonesia memiliki ukuran
11
tubuh dan bobot badan dewasa relatif sama berkisar antara 1,0-1,7 kg (betina) dan
1,5-2,5 kg (jantan). Ayam kampung mempunyai 3 periode produksi yaitu Stater
(umur 1-8 minggu), periode grower (umur 9-20 minggu), dan periode layer (umur
lebih dari 20 minggu) (Mulyono, 2004).
Ayam kampung pedaging merupakan ayam hasil persilangan antara ayam
kampung pejantan yang disilangkan dengan ayam petelur betina. Ayam hasil
persilangan tersebut memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan ayam kampung lainnya. Dalam usia dua bulan bobotnya
bisa mencapai 1,5 kg, umur 45-75 hari sudah siap di konsumsi, hal tersebut
membedakan dengan ayam kampung lainnya yang umumnya baru dapat dipanen
setalah 3-6 bulan. Ayam kampung pedaging memiliki 3 periode produksi yaitu
fase starter (umur 1-4 minggu), fase finisher 1 (umur 5-8 minggu) dan fase
finisher 2 (umur 9 minggu). Karakteristik dari ayam kampung pedaging memiliki
tampilan mirip ayam ras yaitu postur tubuh besar, pendek, gemuk, jenger tunggal
tidak bergerigi, dan memilki warna yang beragam. Ukuran telur yang lebih besar
dibandingkan dengan ayam kampung lainnya dan berwarna putih kecoklatan
(Yaman, 2010).
2.1.2 Klasifikasi Ayam Kampung
Klasifikasi adalah suatu sistem untuk mengkelompokan jenis-jenis makhluk
hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik. Menurut Mulyono
(2004), klasifikasi ayam kampung adalah sebagai berikut.
12
Gambar 1. a) Ayam Kampung (Jantan dan Betina), b) jengger ayam jantan,
c) jengger ayam betina, d) kaki ayam Kampung
(Sumber: Masruhah, 2008)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Subclass : Neornithes
Ordo : Galliformes
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus domesticus
2.1.4 Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan hewan yang memiliki ketahanan terhadap
penyakit yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam lainnya, salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan dalam memelihara ayam kampung adalah pakan yang
diberikan. Pakan adalah campuran bahan-bahan yang memiliki nilai gizi sesuai
dengan kebutuhan ayam. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan gizi ayam
dibutuhkan campuran bahan nabati dan hewani (Rasyaf, 2006).
Hal yang sangat penting dalam pakan ternak ayam kampung adalah
kandungan yang ada dalam pakan tersebut, kandungan nutrisi yang dibutuhkan
a b
c
d
13
oleh ayam terdiri dari sumber energi, diantaranya karbohidrat sebagai sumber
utama, lemak sebagai cadangan utama, protein (asam-asam amino), vitamin dan
mineral. Kebutuhan zat nutrisi ayam kampung umur 0-4 minggu membutuhkan
pakan dengan kandungan energi 2800 kkal/kg, protein 20%, methionine 0,30%,
lisin 0,85%, Ca 0,80%, P 0,40%. Sedangkan ayam kampung umur 4-8 minggu
membutuhkan ransum dengan kandungan energi 2900 kkal/kg dan protein kasar
18% (Widodo, 2014).
Sebagian besar kebutuhan energi digunakan untuk kebutuhan hidup pokok
meliputi kebutuhan untuk metabolisme basal dan aktifitas normal. Sebagai
contoh, anak ayam dengan bobot badan 40 gram membutuhkan energi untuk
hidup pokok sebesar 8 kkal/hari. Kebutuhan energi untuk hidup pokok harus
terpenuhi dahulu sebelum unggas menggunakan energi untuk pertumbuhan. Ayam
yang mengkonsumsi pakan dengan energi tinggi akan memperlihatkan lemak
karkas dalam jumlah yang lebih tinggi, dibandingkan dengan pakan yang
mengandung energi rendah. Pakan yang mengandung energi tingkat tinggi akan
menghasilkan daging yang penuh dengan lemak, lemak karkas pada ayam dapat
meningkat jika dalam pakan kadar protein sedikit dibawah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan maksimum dan meningkatkan energi dalam pakan, kelebihan energi
dapat diubah menjadi lemak tubuh (Widodo, 2014).
2.1.4.1 Karbohidrat
Karbohidrat dibutuhkan dalam ransum ayam untuk menghasilkan energi dan
panas. Proses metabolisme dalam tubuh akan terhambat jika kekurangan unsur
karbohidrat sehingga ayam bisa menjadi tidak bertenaga. Bahan-bahan yang
14
mengandung karbohidrat umumnya berasal dari sumber nabati, seperti bungkil
kelapa yang masih mengandung minyak, jagung, beras, kedelai dan bekatul
(Rasyaf, 2006).
2.1.4.2 Lemak
Lemak adalah senyawa heterogen yang masih berkaitan baik secara aktual
maupun potensial dengan asam lemak. Lipid memiliki sifat yang tidak terlarut
dalam air dan larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform dan benzena.
Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien secara langsung
maupun secara potensial bila disimpan di jaringan adiposa. Lemak berfungsi
sebagai penyekat panas dalam jaringan subkutan dan sekeliling organ-organ
tertentu, dan lipid non polar bekerja sebagai penyekat listrik yang memungkinkan
perambatan cepat gelombang depolarisasi sepanjang syaraf bermielin (Widodo,
2014).
Menurut Murtidjo (2006), pakan ternak harus mengandung lemak dalam
jumlah cukup karena dalam proses metabolisme lemak mempunyai energi 2 kali
lebih banyak daripada karbohidrat. Lemak bisa didapat dari bahan pakan berupa