6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tentang petani Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Kegiatan pertanian terjadi ketika manusia mulai mengambil peranan dalam proses kegiatan tanaman dan hewan untuk memenuhi kebutuhan (Soetriono dkk, 2006:1). Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pertanian, Soetriono dkk; berpendapat bahwa manusia berusaha mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan dan hewan serta memanfaatkan hasilnya. Mereka mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkungannya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia seperti itu disebut petani atau pengusaha pertanian (Soetriono dkk, 2006:12). Sebagian besar dari rakyat Indonesia itu adalah rakyat petani sejak berabad-abad lamanya, maka tak mengherankan bahwa cara berfikir yang paling asli itu adalah seperti cara berfikir rakyat petani. Serupa dengan beberapa ahli antropologi, terutama P. Redfield, kami menganggap petani atau peasant itu, rakyat pedesaan, yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama. Sistem ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam, peternakan, atau perikanan) yang menghasilkan pangan (Darsono Wisadirana,1992:17). Dilihat dari letak geografis Indonesia ada beberapa jenis petani yang ada didaerah pedesaan.Mulai dari petani padi, petani jagung, petani kedelai, petani sayuran, petani buah-buahan dan lain-lain menyesuaikan dengan kondisi tanah
21
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tentang petani · yang disajikan (Herbert Read, 1959:1) 1. Komponen seni Karya seni lahir dari seniman yang kreatif, artinya seniman selalu berusaha meningkatkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tentang petani
Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Kegiatan pertanian terjadi ketika
manusia mulai mengambil peranan dalam proses kegiatan tanaman dan hewan
untuk memenuhi kebutuhan (Soetriono dkk, 2006:1). Dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Ilmu Pertanian, Soetriono dkk; berpendapat bahwa manusia
berusaha mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan dan hewan serta
memanfaatkan hasilnya. Mereka mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta
lingkungannya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia seperti itu
disebut petani atau pengusaha pertanian (Soetriono dkk, 2006:12).
Sebagian besar dari rakyat Indonesia itu adalah rakyat petani sejak
berabad-abad lamanya, maka tak mengherankan bahwa cara berfikir yang paling
asli itu adalah seperti cara berfikir rakyat petani. Serupa dengan beberapa ahli
antropologi, terutama P. Redfield, kami menganggap petani atau peasant itu,
rakyat pedesaan, yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama. Sistem
ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam,
peternakan, atau perikanan) yang menghasilkan pangan (Darsono
Wisadirana,1992:17).
Dilihat dari letak geografis Indonesia ada beberapa jenis petani yang ada
didaerah pedesaan.Mulai dari petani padi, petani jagung, petani kedelai, petani
sayuran, petani buah-buahan dan lain-lain menyesuaikan dengan kondisi tanah
7
dimana petani dilahirkan. Penulis lebih tertarik pada aktivitas petani dalam hal
menanam padi, mulai dari proses mengolah tanah sampai memanen dengan alat
sederhana hingga menggunakan alat yang lebih modern. Semua itu dilakukan
dengan rasa senang dan penuh rasa gotong royong antar sesama petani, mereka
sadar mereka tidak bisa melalukan segalanya sendiri dan membutuhkan bantuan
orang lain untuk mempermudahkan pekerjaannya.
Secara umum petani bekerja keras, mereka belajar dari tahun ke tahun dan
jarang mengembangkan metode baru dalam bercocok tanam. Pada umumnya,
mereka menggunakan cara-cara yang biasa dipakai oleh orang tua mereka dan
sekali-sekali meniru sesuatu yang baru dari tetangganya. Mereka mengharapkan
sedikit perubahan dalam kehidupannya atau sekedar terhindar dari kelaparan,
sakit, dan kematian anak-anaknya serta dapat mempertahankan tanah yang
dimiliki atau memperluas. Sementara itu ada juga petani yang mencari metode-
metode baru mengenai penanaman supaya hasil yang diperoleh meningkat. Di
samping itu, terdapat juga petani-petani yang tampaknya tidak dapat bertahan.
Mereka membiarkan rumput-rumputan tumbuh merajalela dan ternak berkeliaran
disawah mereka karena terjerumus ke jurang hutang. Bahkan mereka kehilangan
harapan tanahnya pun akan hilang (Soetriono dkk, 2006:22).
Sementara itu, dalam bukunya yang berjudul Masyarakat Petani Dan
Kebudayaan Robert Redfield menyimpulkan bahwa alam adalah milik manusia
dan milik Allah sekaligus; alam ditempa, akan tetapi rasa hormat yang sopan
menyertai kerja; pekerjaan petani adalah tindakan praktis yang diliputi dengan
perasan religious (Robert Redfiel,1985:90). Pada masyarakat pedesan memang
8
masih banyak dijumpai seperti (manganan) syukuran ketika panen raya dan hasil
tanamannya melimpah, bertujuan untuk mensyukuri hasil panen yang telah
diberikan oleh sang pencipta dan bertujuan untuk mengakrabkan (guyup rukun)
antar sesama petani yang dipimpin oleh sesepuh desa.
Pada masyarakat desa, pria yang melakukan pekerjaan disawah, sedangkan
istrinya yang mengatur anggaran belanja. Wanita memegang peranan cukup
penting dalam menentukan berapa besarnya biaya yang akan dikeluarkan untuk
pupuk, obat-obatan, dan alat-alat kerja. Kasih saying para suami/ayah terhadap
keluarganya menyebabkan mereka mulai sadar dan berhasrat agar keluarga
mereka dapat mengeyam kehidupan yang lebih baik dan bersedia bekerja keras
untuk mewujudkan hal tersebut. Hasrat petani untuk memberikan kehidupan yang
lebih baik bagi keluarganya merupakan dorongan yang efektif dalam banyak hal
untuk meningkatkan produktivitas usahatani (Soetriono dkk, 2006:26).
B. Proses-Proses Sosial
Pada prinsipnya, manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus berinteraksi
dengan manusia yang lain, hal ini dikarenakan manusia membutuhkan bantuan di
dalam hidupnya, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus bergaul
dengan manusia yang lain. Masyarakat pedesaan yang sebagian besar petani terus
bergerak, karena kebutuhan yang berubah, baik kebutuhan untuk memenuhi
keluarga, kebutuhan untuk pertanian, dan sebagainya (Yuwono, Triwibowo Dkk.
2011:386).
9
Petani bukan hanya sebagai penggarap dan manajer ia juga manusia
sebagai anggota kelompok manusia lainnya, yaitu keluarga dan masyarakat atau
tetangga (Soetriono dkk, 2006:13). Keluarga memiliki pengaruh penting, bagi
petani dengan keluarga petani rela banting tulang dan bekerja keras demi
menghidupi kebutuhan keluarga yang semakin hari semakin meningkat, mulai
dari sandang, pangan, kesehatan dan kebutuhan lainnya.
Beberapa petani mencintai tanahnya tetapi mereka mengharapkan lebih
dari sekedar kesenangan untuk melakukan hobinya. Yang mereka inginkan adalah
makanan dan uang untuk memenuhi kebutuhan dan keluarganya. Mereka akan
merasa bangga dan puas jika telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik, bahkan
jika lebih baik dari tetangga-tetangganya. Mereka akan lebih puas apabila hasil
pekerjaannya diketahui oleh anggota masyarakat disekitar tempat tinggalnya.
Uang bukanlah segala-galanya tapi persahabatan dan persetujuan masyarakat
penting bagi kita Kita tidak ingin dicemooh orang dan tidak ingin diasingkan dari
pergaulan, para petani juga memiliki perasaan tersebut (Soetriono dkk, 2006:24).
Keputusan-keputusan yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi
oleh sikap dan perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat di
mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat disekitarnya mempunyai arti yang
penting. Masyarakat tersebut adalah sumber keamanan, mengharapkan bantuan
dalam keadaan mendesak dari teman-teman dan tetangganya atau membantu
keluarganya jika terjadi sesuatu terhadap dirinya. Anggota masyarakat pedesaan
selalu hidup bergotong royong dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sulit
atau yang tak mungkin dilakukan oleh satu orang, seperti memperbaiki saluran
10
air, mengolah tanah, dan sebagainya. Karena saling berkepentingan, petani enggan
berbuat sesuatu yang dapat mengganggu atau merusak struktur masyarakat atau
melanggar tradisi (Soetriono dkk, 2006:27).
C. Definisi Seni Lukis
Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan
unsur warna, bidang, garis, bentuk, dan tekstur. Sebagai bagian dari karya seni
murni, seni lukis merupakan bahasa ungkapan pengalaman artistik dan ideologi.
Wujud tiga dimensional dalam seni lukis, awalnya adalah gambaran semu yang
diperoleh melaluhi teknik perspektif atau perbedaan kecerahan antara satu warna
dengan warna lainya. Secara umum, seni lukis dikenal melalui sapuan kuas
dengan cat berbasis air yang disapukan pada permukaan kain kanvas. Sedangkan
medium lainnya adalah cat berbasis air yang dibuat pada permukaan kertas.
Dalam perkembangan selanjutnya, medium karya seni lukis tidak lagi terbatas
dengan cat minyak dan cat air saja, tetapi dengan berbagai bahan pewarna dan
elemen-elemen lainnya sesuai dengan ide atau gagasan penciptanya, sehingga
batasan seni lukis yang bersifat dua dimensional menjadi kabur karena
pemanfaatan teknik kolase dan campuran (mix media) yang menghadirkan
bentuk tiga dimensional secara nyata, tanpa ilusi ruang ( Nooryan bahari, 2008 :
82 ). Kolase sebuah teknik seni dengan cara menempel material-material selain
cat seperti kertas, kaca, logam, tanah dan lain-lain kemudian dikombinasikan
dengan enggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya (Mikke Susanto,2012 : 225)
11
Seni menurut Leo Tolstoy (Sumardjo, 2000:62) adalah ungkapan perasaan
pencipta yanng disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa
yang dirasakan pelukis. Seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan
bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti
bentuk yang dapat membingkai perasaaan keindahan dan perasaan keindahan itu
dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk
yang disajikan (Herbert Read, 1959:1)
1. Komponen seni
Karya seni lahir dari seniman yang kreatif, artinya seniman selalu berusaha
meningkatkan sensibilitas dan persepsi terhadap dinamika kehidupan masyarakat.
kreatifitas seniman dalam proses cipta seni, secara teoritis membutuhkan
pemikiran yang matang. Ada tiga komponen seni dalam proses cipta seni sebagai
landasan yaitu : tema , bentuk, isi (Darsono Sony Kartika, 2007:31).
a. Subject matter atau tema
Subject matter atau tema pokok ialah rangsang cipta seniman
dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
Subject matter, yaitu inti atau pokok persoalan yang dihasilkan sebagai
akibat adanya pengolahan objek (baik objek alam atau objek image) yang
terjadi dalam ide seorang seniman dengan pengalaman pribadinya. Subject
matter merupakan bentuk dalam ide sang seniman, artinya bentuk yang
belum dituangkan dalam media atau belum lahir sebagai bentuk fisik
(Darsono Sony Kartika, 2007:31-32).
12
b. Bentuk (form)
Bentuk (form) adalah totalitas dari pada karya seni, bentuk
merupakan organisasi satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur
pendukung karya. Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai
kongkritisasi dari subject matter tersebut dan bentuk psikis sebuah karya
merupakan susunan dari kesan hasil tanggapan. Hasil tangggapan yang
terorganisir dari kekuatan proses imajinasi seorang penghayat itulah maka
akan terjadilah sebuah bobot karya atau arti (isi) sebuah karya seni
(Darsono Sony Kartika, 2007:33).
c. Isi
Isi adalah bentuk psikis dari seseorang penghayat yang baik.
Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak pada diri penghayat. Bentuk hanya
cukup dihayati dengan indrawi tetapi isi atau arti dihayati dengan mata
batin seseorang penghayat secara kontemplasi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa isi disamakan dengan subject matter seorang
penghayat (Darsono Sony Kartika, 2007:33).
2. Unsur-Unsur Rupa
Seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk
visual, yang merupakan susunan atau komposisi dari unsur-unsur rupa. Struktur
seni rupa atau penyusunan unsur rupa dalam mewujudkan bentuk pada seni rupa
diperlukan hukum atau asas penyusunan, merupakan dasar dari pengamatan /
pemahaman seni. Memahami karya sajian, maka sebenarnya ia harus terlebih
13
dahulu mengenal struktur organisasi atau dasar-dasar dari susunan dasar seni rupa,
mengenal garis, shape, warna, tekstur, volume, ruang, dan waktu (Darsono Sony
Kartika, 2007:35).
Penyusun karya harus mampu dan berusaha untuk menampilkan
keanekaan (variety) dan kesatuan (unity) yang semuanya tetap
mempertimbangkan keseimbangan (The Liang Gie,1976: 54).
a. Garis
Garis merupakan dua titik yang disatukan sehingga menjadi suatu
garis yang utuh. Dalam dunia seni rupa garis merupakan elemen penting
yang sering muncul. Garis adalah suatu goresan atau ekspresi seseorang
yang mudah dilakukan siapa saja.
Garis bukan hanya menjadi garis kadang menjadi simbol emosi
yang diungkapkan lewat garis atau goresan. Garis merupakan medium
yang paling sederhana, garis sebagai medium seni rupa mempunyai
peranan yang sangat penting. Garis punya peranan sebagai lambing, yang
kehadirannya merupakan lambing informasi dan simbol ekspresi ungkapan
seniman. Namun yang paling penting sebenarnya bukan simbol atau
lambang apa, tetapi bagaimana merasakan intensitas garis yang tergores
pada setiap karya seni. Setiap garis mempunyai kekuatan tersendiri yang
membutuhkan pemahaman (Darsono Sony Kartika, 2007: 36-37).
14
b. Shape ( bidang )
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh
sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda
atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. Shape
(bangun) tersebut mengalami beberapa perubahan didalam penampilannya
(transformasi) yang sesuai dengan gaya dan cara mengungkapkan secara
pribadi seorang seniman (Darsono Sony Kartika, 2007:37).
“Bidang atau shape ada dua macam yaitu shape geometrik dan
shape biormophic. Shape geometrik merupakan suatu bentuk yang
ada standarnya (ukuran, aturan, batasan) dalam sifat dan berasal
dari ilmu ukur, seperti lingkaran, empat persegi, segitiga, dan
trapesium. Shape biormophic adalah bentuk yang tidak berarturan