4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan (konsep sejenis) Bermain adalah salah satu kegiatan yang sangat menyenangkan dan sering dilakukan oleh anak-anak. Kegiatan bermain sangat penting bagi anak-anak, karena bermain membantu anak mengembangkan imajinasi, mengasah kreatifitas dan membantu anak untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Menurut Moeslichatoen (1999:32) bermain sangat menyenangkan bagi semua orang. Banyak para ahli menyatakan bahwa bermain sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Bermain akan memuaskan tuntutan kebutuhan perkembangan motorik, kognitif / kreativitas, bahasa, sosial, nilai-nilai dan sikap hidup. “Bigot dalam Sukintaka (1992:5) berpendapat bahwa bermain yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan material bukan bermain yang sesungguhnya. Dalam bermain terdapat kebebasan, pengharapan dan juga kesenangan. Selain itu akan melatih diri untuk mengatasi kesukaran-kesukaran sehingga dengan demikian berarti anak dapat mengembangkan kegiatan, baik jasmaniah maupun rokhaniah. Bermain yang dilakukan dengan sungguh- sungguh akan mempengaruhi anak dalam mengembangkan kepribadiannya. Suasana bermain akan lebih terasa bila anak melakukan permainan bersama- sama yaitu setiap permainan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok yang mempunyai tujuan yang sama.” Takdiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo, 2006. Buku ini menyebutkan bahwa sebagian orang menyatakan bermain sama fungsinya dengan bekerja, tetapi anak memiliki persepsi sendiri mengenai bermain anak. Menurut Hurlock (1997), bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan
23
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka · permainan masak-masakan kini jauh lebih modern. Peralatan mainan masak- Peralatan mainan masak- masakan anak modern sudah banyak tersedia,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sumber Pustaka
1. Rujukan (konsep sejenis)
Bermain adalah salah satu kegiatan yang sangat menyenangkan dan sering
dilakukan oleh anak-anak. Kegiatan bermain sangat penting bagi anak-anak,
karena bermain membantu anak mengembangkan imajinasi, mengasah kreatifitas
dan membantu anak untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Menurut Moeslichatoen (1999:32) bermain sangat menyenangkan bagi
semua orang. Banyak para ahli menyatakan bahwa bermain sangat berpengaruh
terhadap kehidupan manusia. Bermain akan memuaskan tuntutan kebutuhan
perkembangan motorik, kognitif / kreativitas, bahasa, sosial, nilai-nilai dan sikap
hidup.
“Bigot dalam Sukintaka (1992:5) berpendapat bahwa bermain yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan material bukan bermain yang sesungguhnya.
Dalam bermain terdapat kebebasan, pengharapan dan juga kesenangan.
Selain itu akan melatih diri untuk mengatasi kesukaran-kesukaran sehingga
dengan demikian berarti anak dapat mengembangkan kegiatan, baik
jasmaniah maupun rokhaniah. Bermain yang dilakukan dengan sungguh-
sungguh akan mempengaruhi anak dalam mengembangkan kepribadiannya.
Suasana bermain akan lebih terasa bila anak melakukan permainan bersama-
sama yaitu setiap permainan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok
yang mempunyai tujuan yang sama.”
Takdiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo, 2006.
Buku ini menyebutkan bahwa sebagian orang menyatakan bermain sama
fungsinya dengan bekerja, tetapi anak memiliki persepsi sendiri mengenai
bermain anak. Menurut Hurlock (1997), bermain adalah kegiatan yang dilakukan
atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan
5
tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar
(Hurlock, 1997).
“Piaget (1976: 220) mengatakan bahwa kegiatan bermain merupakan
latihan untuk mengkonsolidasi berbagai pengetahuan dan
keterampilan kognitif yang baru dikuasai, sehingga dapat berfungsi
secara efektif. Melalui kegiatan bermain, semua proses mental yang
baru dikuasai dapat diinternalisasi oleh anak. Selanjutnya, Vigotsky
(1976: 222) mengemukakan bahwa kegiatan bermain secara langsung
berperan dalam berbagai usaha pengembangan kemampuan kognitif
anak. Semua pendapat para ahli tersebut didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Liberman (1997), bermain aktif yang terjadi di
taman kanak-kanak secara signifikan berhubungan dengan tingginya
skor dalam divergent thinking (kemampuan berfikir berbeda) anak
tersebut. Brunner (1972) mengemukakan bahwa, bermain mendukung
anak melakukan berbagai kegiatan dalam memecahkan berbagai
masalah melalui penemuan. Dengan demikian, bermain memperkuat
kemampuan dan keterampilan anak dalam pemecahan masalah
(Sylvia, Brunner dan Genova, 1972).”
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain
dapat membantu mengembangkan kreatifitas dan keterampilan serta kemampuan
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan sesama manusia.
a. Bermain Khayal/Bermain Peran
Bermain khayal merupakan suatu kegiatan bermain yang dilakukan anak-
anak dengan cara menirukan peran sebuah karakter yang ia ketahui dan yang biasa
ia lihat di kehidupan sehari-hari. Bermain khayal bisa juga disebut dengan
berakting atau berpura-pura menjadi seseorang.
Mayke S. Tedjasaputra (2001: 57) dalam bukunya mengemukakan bahwa
bermain khayal merupakan salah satu jenis bermain aktif, yang diartikan sebagai
pemberian atribut tertentu terhadap benda, situasi dan anak memerankan tokoh
6
yang ia pilih. Apa yang dilakukan anak tampil dalam tingkah laku yang nyata dan
dapat diamati dan melibatkan penggunaan bahasa.
Mayke S. Tedjasaputra dalam bukunya yang berjudul “Bermain, Mainan
dan Permainan untuk Pendidikan Anak Usia Dini” juga mengatakan bahwa
kegiatan bermain khayal banyak disukai dan sering dilakukan oleh anak usia
sekitar 2 sampai 7 atau 8 tahun, hal tersebut dapat bersifat produktif atau kreatif
dan bisa juga reproduktif (menirukan kegiatan sehari-hari yang dilihat oleh anak).
Dalam kegiatan bermain khayal anak mempunyai peran penting. Ia dapat
menirukan karakter yang dikaguminya atau ditakutinya baik yang ia temui dalam
kehidupan sehari-hari maupun dari tokoh yang ia tonton di film atau ia baca di
buku bacaan. Aktor atau pemegang peran yang lain adalah mainannya, berbagai
jenis boneka ataupun teman mainnya. Kegiatan bermain khayal lebih bersifat
reproduktif atau merupakan pengulangan dari apa yang dilihat atau dialami anak
dan dilakukan sendirian. Seiring bertambahnya usia, kegiatan bermain khayal
lebih bersifat produktif karena dari segi perkembangan kognisi, anak sudah lebih
mampu mengkreasikan ide-ide yang original dan dengan adanya teman bermain,
anak akan bermain khayal bersama temannya. Bermain khayal akan berkurang
setelah anak memasuki usia sekolah karena kemampuan berpikir lebih realistis
tapi kadang-kadang masih dilakukan terutama kalau teman-temannya juga
berminat terhadap bermain khayal. Manfaat yang bisa diperoleh dari bermain
khayal adalah membantu penyesuaian diri anak. Dengan memerankan tokoh-
tokoh tertentu ia belajar tentang aturan-aturan atau perilaku apa yang bisa diterima
oleh orang lain, baik dalam berperan sebagai ibu, ayah, guru, murid, dan
seterusnya. Anak juga belajar untuk memandang suatu masalah dari kacamata
tokoh-tokoh yang ia perankan sehingga diharapkan dapat membantu pemahaman
sosial pada diri anak. Manfaat lain adalah anak dapat memperoleh kesenangan
dari kegiatan yang dilakukan atas usaha sendiri, belajar menjadi pengikut, dalam
artian mau memerankan tokoh-tokoh tertentu yang ditetapkan oleh teman
mainnya dan tidak hanya memerankan tokoh yang diinginkan oleh anak.
Perkembangan bahasa juga dapat ditingkatkan karena adanya penggunaan bahasa
7
didalam kegiatan bermain ini. mau tidak mau ia akan mendengar informasi baru
dari teman mainnya sehingga perbendaharaan kata makin luas. (Mayke S.
Tedjasaputra, 2001: 57).
b. Boneka
Menurut Wikipedia Indonesia, kata boneka berasal dari bahasa Portugis
yaitu “boneca” yang artinya permainan yang tercipta dalam beberapa bentuk.
Boneka sudah ada sejak jaman Yunani, Romawi, dan Mesir kuno, jadi boneka
termasuk mainan yang paling tua. Pada awalnya boneka dibuat sebagai alat untuk
ritual dan hal-hal yang bersifat gaib, akan tetapi sekarang sudah beralih fungsi
menjadi mainan anak-anak.
Perkembangan boneka dari jaman ke jaman dimulai dari bentuk boneka
yang sangat sederhana yang terbuat dari kayu dan fungsi utama boneka pada saat
itu adalah alat untuk upacara ritual. Semakin berkembangnya jaman, wujud
boneka diperbaiki terus menerus hingga menjadi sempurna seperti boneka-boneka
yang dapat dijumpai sekarang. Pada jaman sekarang boneka banyak terbuat dari
plastik maupun kain yang diisi kapas.
c. Permainan Panggung Boneka
Permainan panggung boneka adalah sebuah jenis permainan yang dilakukan
dengan cara menggerakkan boneka, dan kita sebagai pengisi suaranya agar seolah-
olah yang berbicara adalah boneka. Orang yang menggerakan boneka-boneka
tersebut bersembunyi dibalik kardus, kursi, atau apapun bendanya yang terpenting
orang yang menggerakkan boneka tidak terlihat oleh penonton, jadi yang terlihat
hanya tangan yang menggerakan boneka saja.
Aisyah Fad (2014: 45) dalam bukunya mengatakan bahwa permainan
panggung boneka lebih sering dimainkan anak perempuan. Pemain bisa berganti-
ganti peran, sesuai karakter boneka yang dimainkannya. Semakin banyak boneka
yang dimiliki maka semakin banyak peran yang dimainkan. Akan tetapi, tidak
menutup kemungkinan satu boneka memerankan banyak tokoh. Permainan ini
akan menjadi semakin seru jika pemainnya bertambah banyak. Pengayaan cerita
dan memperbanyak bahan bacaan oleh si anak, membantu anak untuk
8
mengembangkan cerita dan akan lebih memfokuskan karakternya. Sebaiknya anak
juga memainkan boneka berdasarkan picture book, sehingga ada perpaduan antara
imajinasi dan kemampuan aplikasi bacaan. (Aisyah Fad, 2014: 45).