BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemampuan Membaca a. Pengertian Membaca Dalam kurikulum tertulis kompetensi membaca di Sekolah Dasar meliputi : 1) Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak. 2) Memhami ragam tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati. 3) Memahami teks dengan membaca nyaring , membaca intensif dan membaca dongeng. 4) Memahami teks melalui membaca dengan membaca sekilas, membaca memindai dan membaca cerita anak. 5) Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca teks drama. Pembelajaran membaca di SD merupakan suatu kegiatan peningkatan kemampuan siswa dalam keterampilan membaca, melalui kegiatan pembelajaran siswa diharapkan memiliki ketrampilan membaca. Untuk siswa kelasa 1 dan 2, pembelajaran itu disebut MMP, yakni Membaca Menulis Permulaan. Salah satunya, pembelajaran membaca menulis dipandang sebagai awal bagi siswa kelas 1 dan 2 belajar membaca dan menulis secara formal dan berjadwal secara ketat. Selain itu, membaca adalah salah satu kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh siswa SD, selain kompetensi dasar menyimak, mewicara, menulis, sastra dan kebahasan. Jenis ketrampilan yang diajarkan meliputi pelajaran membaca dalam hati, membaca cepat dan membaca bahasa. Jelasnya, ketrampilan “membaca” yang sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis
36
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori - digilib.ump.ac.iddigilib.ump.ac.id/files/disk1/6/jhptump-a-renipurwar-290-2-babii.pdfKomponen yang kedua adalah vokal. Setidaknya ada empat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Membaca
a. Pengertian Membaca
Dalam kurikulum tertulis kompetensi membaca di Sekolah Dasar meliputi :
1) Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak.
2) Memhami ragam tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati.
3) Memahami teks dengan membaca nyaring , membaca intensif dan membaca
dongeng.
4) Memahami teks melalui membaca dengan membaca sekilas, membaca memindai
dan membaca cerita anak.
5) Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca teks drama.
Pembelajaran membaca di SD merupakan suatu kegiatan peningkatan kemampuan
siswa dalam keterampilan membaca, melalui kegiatan pembelajaran siswa diharapkan
memiliki ketrampilan membaca. Untuk siswa kelasa 1 dan 2, pembelajaran itu disebut
MMP, yakni Membaca Menulis Permulaan. Salah satunya, pembelajaran membaca
menulis dipandang sebagai awal bagi siswa kelas 1 dan 2 belajar membaca dan
menulis secara formal dan berjadwal secara ketat. Selain itu, membaca adalah salah
satu kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh siswa SD, selain kompetensi dasar
menyimak, mewicara, menulis, sastra dan kebahasan.
Jenis ketrampilan yang diajarkan meliputi pelajaran membaca dalam hati,
membaca cepat dan membaca bahasa. Jelasnya, ketrampilan “membaca” yang
sesungguhnya bukan hanya sekedar kemampuan menyuarakan lambang tertulis
dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh adalah kemampuan memahami apa yang
tertulis dengan cepat dan tepat. Kompetensi membaca berisi tentang membaca
pemahaman, membaca nyaring dan membaca indah.
Dari kompetensi membaca yaitu membaca pemahaman materi bacaan yang
digunakan dalam membaca pemahaman dibagi menjadi 2 yaitu materi kebahasan dan
materi kesastraan. Materi kebahasan dapat berupa bacaan yang bersifat deskriptif,
argumentatif dan ekspositori. Materi kesastraan meliputi puisi, dongeng dan drama.
Untuk kompetensi membaca selanjutnya yaitu membaca nyaring membaca denga
memperhatikan intonasi dan aksentuasi. Tergolong dalam membaca nyaring adalah
membaca berita dan pengumuman. Bisa juga dimasukkan membaca sambutan dan
pidato. Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam membaca media adalah kejelasan
suara karena hasil pembacaan didengarkan oleh orang lain, maka disini persoalan
jeda dan pelafalan menjadi penting untuk diperhatikan. Kompetensi membaca yang
terakhir yaitu membaca indah. Membaca indah adalah membaca ekspresif. Membaca
jenis ini selain harus komunikatif karena didengarkan oleh orang lain, juga bersifat
ekspesif dalam pengertian mewakili rasa pembacanya. Tergolong dalam jenis
membaca ini adalah membaca sastra. Dalam membaca ini dijelaskan khusus membaca
puisi.
Dalam membaca puisi memiliki 3 komponen yaitu penghayatan, vokal, dan
penampilan. Dari pengahayatan berarti secara penuh isi puisi. Dengan pemahaman
itulah kita sebagai pembaca puisi dapat menyatukan jiwa puisi dengan jiwa kita
sendiri. Pemahaman akan isi puisi harus dilakukan oleh pembaca puisi. Membaca puisi
adalah upaya membantu pendengar atau penonton untuk dapat memahami isi puisi
tersebut. Membaca puisi haruslah dipahami sebagai upaya menyampaikan sesuatu
milik penyair kepada pendengar atau penonton. tanpa mengetahui sesuatu itu mungkin
kita dapat menyampaikan kepada pendengar atau penonton. Pemahaman terhadap
puisi pada dasarnya merupakan pemahaman terhadap sesuatu tersebut yaitu segala hal
yang ada dalam puisi yang akan disampaikan kepada pembacanya.
Komponen yang kedua adalah vokal. Setidaknya ada empat hal yang menjadi
perhatian utama dalam masalah vokal ini. yaitu kejelasan ucapan, jeda, ketahanan dan
kelancaran. Setiap kata yang ada dalam puisi harus dapat didengar oleh pendengar
atau penonton secara jelas. Jelas tidaknya ucapan ini menjadi kriteria utama vokal
seorang membaca puisi. Masalah warna suara seseorang tidak berhubungan langsung
dengan kejelasan ucapan. Warna suara berat, tinggi, besar dan kecil semuanya dapat
menghasilkan suara yang lebih jelas bila pemiliknya rajin mengadakan pelatihan.
Selain kejelasan ucapan, kriteria, vokal yang lain adalah masalah jeda, pembaca puisi
harus dapat mengatur jeda secara tepat. Jeda tersebut berbeda-beda waktunya. Ada
kalanya waktu untuk mengambil nafas, hanya sedikit. Selain itu masalah ketahanan
dan kelancaran juga menjadi kriteria vokal yang baik, yang dimaksud dengan
ketahanan kekuatan vokal dari awal pembacaan sampai akhir pembacaan puisi.
Terutama untuk puisi panjang. Ketahanan sangat dibutuhkan jangna sampai pada akhir
pembacaan puisi kekuatan vokal sudah berkurang, yang dimaksud dengan kelancaran
adalah kebenaran mengucapkan baris-baris puisi dari awal sampai akhir. Untuk
pembaca puisi yang melakukan pembacaan secara spontan, biasanya pengucapan kata-
kata atau baris-baris puisi tidak lancar.
Komponen yang ketiga adalah penampilan, masalah penampilan dalam membaca
puisi menyangkut persoalan-persoalan media muncul, blocking dan pemanfaatan
setting, gerakan tubuh, cara berpakaian. Media muncul adalah cara yang ditempuh
oleh pembaca puisi dalam memperlihatkan diri untuk pertama kalinya. Kesan baik dan
mantap harus ditampilkan dalam kemunculan pertama. Hal kedua adalah blocking.
Blocking mencakupi masalah bagaimana kita memosisikan tubuh kita pada saat
membaca puisi. Secara umum ada dua jenis blocking yaitu blocking yang bersifat
statis dan blocking yang bersifat dinamis. Blocking yang bersifat statis berarti
blocking yang tidak menghendaki posisi pembaca bergerak ke berbagai arah,
sebaliknya, blocking dinamis berarti blocking yang menghendaki posisi pembaca
bergerak ke berbagai arah.
Membaca bisa dilaksanakan pada saat mengisi waktu luang, membaca juga
digunakan untuk memupuk perkembangan keharuan dan keindahan. Membaca juga
mendapatkan pengetahuan (informasi). Membaca merupakan suatu proses komunikasi
antara pembaca dan penulis dengan hal tulis.
Membaca menurut Tampubolon (1993) yaitu bahwa membaca adalah kegiatan
fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu
terjadi proses penenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian-bagian
tubuh khususnya mata, yang melakukan. Dikatakan kegiatan mental karena bagian-
bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan, terlidefinisi ini kiranya dapat dilihat
bahwa menemukan makna dari bacaan (tulisan) adalah tujuan utama membaca dan
bukan mengenali huruf-huruf.
Oleh karena itu membaca sangat penting kita gunakan dalam kehidupan sehari-
hari terutama bagi siswa Sekolah Dasar dan sampai perguruan tinggi karena membaca
dapat menambah pengetahuan dan ilmu yang kita peroleh dan kita inginkan. Guru bisa
mengajarkan membaca kepada siswa dengan menekankan pada jenis membaca
tertentu. Hendaknya siswa diberitahu untuk keperluan apa saja jenis membaca yang
cocok dipakai. Kegiatan membaca yang diperuntukkan bagi orang lain tidak akan
sebanyak kegiatan membaca untuk kepentingan diri sendiri. Menurut Tarigan (1985)
pengertian membaca adalah:
Suatu proses yang dilakukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri
sendiri dan kadang-kadang orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang
terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.
Pada membaca lanjutan dikelas-kelas yang lebih tinggi tujuan pelajaran ini lebih
ditekankan pada upaya memperlancar kemampuan murid dalam mengubah lambang-
lambang tertulis menjadi bunyi-bunyian yang bermakna dan makna itu dipahami oleh
siswa. Untuk itu guru memperhatikan bagaimana siswa membaca dengan baik. Dalam
pembelajaran membaca pemahaman ada berbagai strategi yang digunkan untuk
membelajarkan membaca pemahaman. Salah satunya adalah trategi atas bawah-
bawah atas. Strategi ini memulai memahami bacaan ini mulai dari tataran kebahasan
paling rendah kepaling tinggi atau sebaliknya. Jika dimulai dari tataran paling rendah,
pembelajaran dimulai dari memahami huruf, kata, frase dan seterusnya sampai dengan
wacana, jika dimulai dari tataran yang paling tinggi dimulai dari wacana. Untuk itu
kegiatan membaca sangat penting bagi kita selain menambah ilmu atau pengetahuan,
tetapi membaca juga menambah komunikasi kepada orang lain, dan untuk mengisi
waktu luang yang dipergunakan tidaklah terikat pada jenis tertentu, demikian pula
bahan bacaannya. Perlu ditanamkan kepada siswa cara mengisi waktu dengan hal-hal
yang bermanfaat dan tidak membosankan. Bacaan tentang kepahlawanan, keberanian,
kecekatan dan lain-lain sangat baik untuk siswa Sekolah Dasar.
Dalam pembelajaran di SD membaca memiliki jenis-jenis. Jenis-jenis membaca
menurut penggolongan jenis dan kelas adalah :
1) Membaca permulaan (untuk kelas 1 dan 2 ) yaitu membaca teknis (nyaring).
2) Membaca lanjutan (untuk kelas 3 sampai 6) yaitu membaca teknis, membaca
dalam hati, membaca cepat, membaca cepat.
b. Jenis-jenis Membaca
1) Membaca teknis adalah pelaksanaan jenis membaca ini di lakukan dengan
vokalisasi. Oleh karena itu, sering pula disebut membaca nyaring. Kegiatan ini
menyuarakan bahan bacaan ini, disamping berfungsi untuk pemahaman diri
sendiri juga untuk orang lain. Dengan demikian, pelaksanaan pengajarannya
menekankan pada segi :
a) Penguasaan lafal bahasa Indonesia dengan baik dan benar
b) Penguasaan jeda, lagu dan intonasi yang tepat
c) Penguasaan tanda-tanda baca
d) Penguasaan mengelompokkan kata/ frase ke dalam satuan-satuan ide
(pemahaman)
e) Penguasaan menggerakkan mata dan memelihara kontak mata
f) Penguasaan berekspresi (membaca dengan perasaan
2) Membaca dalam hati
Membaca dalam hati adalah sejenis membaca yang dilakukan tanpa menyuarakan
apa yang dibaca. Jenis membaca ini cocok untuk keperluan studi dan menambah
ilmu pengetahuan dan informasi. Hambatan-hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran membaca dalam hati antara lain :
a) Membaca dalam vokalisasi, baik dengan suara terdengar, berbisik atau hanya
komat-kamit mulut saja.
b) Membaca dengan gerakan kepala yang mengikuti baris demi baris bacaan.
c) Membaca kata demi kata.
d) Bahan bacaan yang banyak kata-kata sulit.
3) Membaca cepat
Pelajaran membaca cepat hendaknya bahan bacaan yang pernah dibaca anak atau
bacaan yang diperkirakan akrab dengan kehidupan anak. Bahan bacaan yang
relatif baru dikuatirkan akan menghambat perkembangan kecepatan dan
kemampuan anak karena bahan tersebut belum dipahaminya. Guru harus selalu
menyadari tujuan yang hendak dicapai dari pelajaran cepat, yaitu melatih
kemampuan mata anak didik untuk secepat-cepatnya dapat bergerak pada saat
membaca sambil menjangkau sebanyak-banyaknya kata yang hendak dibacanya.
Di kelas rendah, latihan membaca cepat dapat dilakukan dua kali dalam sebulan
dan dikelas V –VI bisa sampai tiga kali dalam sebulan. Murid hendaknya
mengetahui perkembangan kecepatan membaca yang telah dicapainya. untuk
mengukur kecepatan membaca cepat siswa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
:
a) Membatasi atau menentukan waktu (tempo) membaca.
b) Menentukan atau membatasi jumlah bahan bacaan.
4) Membaca bahasa
Sasaran utama dalam pelajaran membaca bahasa bukanlah pada pemahaman ini
bacaan melainkan pada ketepatan penggunaan bahasa dalam bahan bacaan. Oleh
karena itu, pertanyaan-pertanyaan bacaan itu dapat mengarah pada hal-hal berikut
:
a) Makna suatu kata dalam konteks kalimat tertentu
b) Ketepatan pemakaian suatu kata dalam konteks tertentu
c) Penggunaan suatu kata dalam konteks yang berbeda-beda
d) Ketepatan penggunaan awalan, akhiran dan sisipan
e) Ketepatan penggunaan tanda baca
f) Ketepatan susunan kata/ kalimat dan lain –lain.
Pengajaran membaca yang diberikan dikelas I dan II SD sepenuhnya ditekankan
pada segi mekaniknya, yaitu jenis ketrampilan membaca yang dilatihkan adalah
jenis membaca teknis dengan tujuan utama untuk mendidik siswa dari tidak bisa
membaca menjadi pandai membaca. Kemampuan membaca pada murid kelas I
diartikan sebagai kemapuan mengubah lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-
bunyi atau suara-suara yang bermakna. Kembali kepada pembicaraaan kita
mengenai tujuan membaca, kegiatan membaca ini yang diperuntukkan orang lain
tidak akan sebanyak kegiatan membaca untuk kepentingan diri sendiri.
Bermacam-macam tujuan membaca dengan tujuan dan motivasi orang melakukan
kegiatan membaca. Tujuan kita membaca koran atau majalah berbeda dengan
tujuan membaca roman, novel, dan sejenisnya serta berbeda dengan tujuan
membaca buku-buku pelajaran.
c. Tujuan Membaca
1) Mengisi waktu luang atau mencari hiburan
2) Kepentingan studi (secara akademik).
3) Mencari informasi, menambah ilmu pengetahuan.
4) Memperkaya perbendaharaan kosakata dan lain-lain.
Jadi membaca merupakan proses mengenal huruf perhuruf, kata perkata dan mengenal
kata dari setiap kata yang ada dalam kalimat. Bisa mendapatkan informasi dan ilmu
pengetahuan dari membaca dalam membentuk makna yang baik yang berguna
terutama bagi siswa di Sekolah Dasar.
2. Puisi
a. Pengertian Puisi
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki sajak ab-ab, aaaa, aa-bb, dan memiliki
judul yang cocok yang digunakan kepada pembaca dalam membacakan puisi. Puisi
dari aspek waktu puisi dapat dibedakanmenjadi 4 puisi, yaitu puisi lama, puisi baru,
puisi modern dan puisi kontemporer. Puisi lama adalah puisi yang dihasilkan oleh
sastra lama, misalnya syair, pantun dan mantra. Puisi baru adalah puisi yang muncul
dalam masa peralihan antara puisi lama dditanan puisi modern, misalnya distichon
terzina dan soneta. Puisi modern adalah puisi yang muncul pada massa tahun 1940an,
yang ditandai dengan munculnya puisi-puisi karya Chiril Anwar. Puisi kontemporer
adalah puisi yang muncul pada masa-masa terkini. Menurut Sitomorang (1980).
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti
pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya
membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan
selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-
katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan
kadang-kadang kata kiasan.
Jadi puisi merupakan karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair
secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa
dengan pengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi memiliki unsur-
unsur yang membangun yang terdiri atas struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik
puisi meliputi diksi, kata konkret, bahasa figurative (majas), tipografi (tata bahasa),
dan verifikasi yang mencakupi rima, ritma dan metrum. Struktur batin puisi disebut
juga makna puisi atau hakikat puisi. Struktur batin puisi mencakup tema, perasaan,
nada dan suasana. Serta amanat (pesan). Kedua unsur tersebut saling berkait dan
menyatu. Pengertian puisi menurut Vicil C, Coulter adalah
Puisi merupakan kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat,
mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui
imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka
pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang
suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak
kebenaran yang tersembunyi.
Puisi memiliki unsur intrinsik yaitu tema, rasa, nada, amanat, diksi, imajinasi, kata-
kata konkret, gaya bahasa, ritme, dan rima. Unsur intrinsik merupakan unsur
pembentuk sastra dari dalam.
b. Pengertian Unsur-unsur Intrinsik Puisi
1) Tema
Tema adalah ide atau gagasan yang menduduki tempat utama dalam di dalam cerita.
Penyair mengemukakan pokok persoalan di dalam puisinya. Pokok persoalan itu,
mungkin disampaikan secara langsung, mungkin juga secara tidak langsung. Tema
atau pokok persoalan, hanya terdapat satu pada satu puisi. Jadi, tidak bisa ada satu
puisi mengandung dua tema betapa panjangnya puisi tersebut.
2) Rasa
Rasa disebut juga arti emosional. Dalam menghadapi suatu persoalan, penyair
selain tersentuh secara rasional, mereka tersentuh dan terlibat secara emosional.
Ketika mereka melihat sesuatu objek, mereka bisa saja merasa sedih atau merasa
heran. Makna emosional seperti itulah yang disebut dengan rasa.
3) Nada
Dalam kehidupan sehari-hari kerika kita berbicara mengggunakan nada. Dengan
suara keras atau lembut. Dengan hal ini akan menggambarkan sikap kita terhadap
persoalan yang dibicarakan. Demikian pula halnya dengan puisi, kita dapat
menangkap sikap penyair lewat intonasi puisi tersebut. Penyair dapat terlihat
mencari, merayu, merengek, menyindir dan sebagainya terhadap pembaca atau
pendengar. Hal itu yang disebut nada puisi.
4) Amanat
Amanat merupakan pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca / pendengar atau penonton. Di dalam suatu puisi dapat terdapat beberapa
amanat. Amanat ada yang diungkapkan secara langsung ada juga yang terselubung.
Melalui amanat inilah penyair menyampaikan sesuatu kepada pembaca.
5) Diksi
Diksi atau pilihan kata di dalam puisi, merupakan hal-hal yang penting, karena
keberhasilan puisi dicapai dengan mengintensifikasikan pilihan kata. Gorys Keraf
didalam bukunya, mengatakan sebagai berikut :
i. Diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, dan membentuk pengelompokkan kata-kata
yang tetap atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya yang
paling baik digunakan dalam suatu situasi.
ii. Kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa dari gagasan yang
ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasayang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
iii. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa tersebut. Itulah
yang disebut diksi.
6) Imajinasi
Imajinasi atau daya bayang, ialah suatu kata atau kelompok yang digunakan untuk
menggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa kita. Berdasarkan
indera yang dikenai rangsang, maka imajinasi dapat dikelompokkan menjadi
imajinasi pandang, imajinasi dengar, imajinasi kecap dan imajinasi rasa.
7) Kata-kata konkret
Kata-kata konkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama, tetapi
secara konotatif tidak sama, tergantung kondisi dan situasi pemakaiannnya.
8) Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Gaya bahasa digunakan oleh penyair
untuk mencapai efek tertentu misalnya mengintensifkan makna.
9) Ritme
Ritme atau irama adalah totalitas tinggi rendahnya suara, panjang pendeknya dan
cepat lambatnya suara waktu membaca puisi. Ritme didalam puisi dibentuk oleh
pengaturan larik, jumlah suku kata dan pengaturan bunyi. Di dalam puisi yang baik,
ritme ini dapat memberi gambaran yang intensif tentang nada rasa dan tema.
10) Rima
Rima atau sajak adalah persamaan bunyi. Persamaan bunyi bisa terjadi di awal,
tengah atau di akhir. Pada puisi-puisi lama rima akhir sangat teratur, misalnya di
dalam pantun, rimanya : a b a b, didalam syair a a. Didalam puisi modern, rima
tidak seteratur puisi lama. Walaupun demikian bukan berarti tidak berirama. Puisi
modernpun tetap menggunakan rima, hanya tidak berpola seperti dahulu. Rima
digunakan secara bebas sesuai dengan ekspresi yang diinginkan penyair.
Puisi dalam satu puisi mengandung beberapa amanat. Dalam puisi juga
digunakan untuk bahan pengajaran terlebih dahulu diseleksi, agar proses pengajaran
berlangsung menarik dan tujuan pengajaran tercapai dengan efektif. Untuk
menentukan bahan pengajaran puisi yang baikdan yang kurang baik dapat digunakan
dua kriteria yaitu : kriteria keterbacaan dan kriteria kesesuaian. Maksudnya disini yaitu
kriteria keterbacaan adalah patokan tentang mudah tidaknya suatu bahan pengajaran
bagi murid, dalam hal khususnya siswa tingkat SD. Hal-hal yang termasuk dalam
kriteria ini, yaitu :
a) Mudah tidaknya bahasa yang digunakan
b) Mudah tidaknya pesan yang ditemukan
Sedangkan kriteria kesesuaian adalah patokan untuk menilai cocok tidaknya
suatu bahan bagi kelompok usia tertentu atau lingkungan tertentu. Hal-hal yang
termasuk ke dalam kriteria ini, yaitu :
a) Kesesuaian dengan perkembangan jiwa usia anak
b) Kesesuaian dengan lingkungan tempat anak itu belajar.
Dalam mengajarkan apresiasi puisi banyak dipengaruhi oleh hal-hal seperti
berikut ini : keadaan murid, lingkungan bahan pengajaran, dsb. Dalam hal ini akan
membedakan pola pengajaran yang akan berlangsung. Berdasarkan patokan umum
tersebut rancangan pengajaran apresiasi puisi akan dibuat.
Adapun langkah-langkah yang harus dipelajari dalam pengajaran puisi :
a) Memilih puisi yang akan diajarkan
b) Mempelajari puisi yang akan diajarkan
c) Menentukkan kegiatan yang akan dilakukan
d) Memberi pengantar pengajaran
e) Menyajikan bahan pengajaran
f) Memperdalam pengajaran
Jadi puisi merupakan karya sastra yang ada didalamnya memiliki unsur intrinsik
dan didalam satu puisi mengandung amanat dan tema yang mengungkapkan pikiran
dan gagasan atau perasaan dari ide penyair untuk dikosentrasikan didalam tubuh dan
batin.
Menurut Junaedy dalam membacakan puisi ada 6 kategori yang harus dipelajari
yaitu : baca biasa,baca vokalis, baca gramatikal, baca puitis, deklamasi puisi, dan
dramatisasi puisi. Dari 6 kategori tersebut, masing-masing memiliki pengertian yaitu :
a) Baca biasa merupakan membaca puisi tanpa pertimbangan bagaimana seharusnya
atau selayaknya baca puisi, apa isinya, apa amamah penyair dan sebagainya.
b) Baca vokalis merupakan pelafalan suatu puisi dengan fonem-fonem secara
sempurna dan tepat. Sempurna dimaksudkan bahwa fonem-fonem dilafalkan sesuai
dengan hakekatnya melalui analisa yang dalam sehingga terdengar sebagaimana
mestinya.
c) Baca gramatikal merupakan membaca puisi yang memperdulikan faktor-faktor
gramatikalnya seperti tanda baca, kelompok kata atau frase.
d) Baca puitis merupakan membaca dengan memperhatikan unsur-unsur seperti irama,
intonasi, dan keseimbangan. Tanpa memperdulikan hal-hal tersebut diatas maka
bacaan terdengar hambar dan tidak membuat seorang tergugah perasaannya.
e) Deklamasi puisi merupakan penampilan membaca puisi secara ekspresif. Untuk
penampilan yang ekspresif ini mutlak penglafalan fonem yang tyepat dan
sempurna. Bacaan gramatikal yang gtepat, bacaan puitis yang baik, penghayatan
serta pemahaman yang baik terhadap isi puisi yang dibawakan.
f) Dramatisasi puisi merupakan membaca puisi yang melakukan sesuatu makna
ataupun maksud puisi menjadi jelas. Puisi-puisi yang dilakonkan atau didramakan
ditampilkan didepan khalayak ramai sebagai penonton
c. Model Puisi
Hasil belajar dari proses pembelajaran membacakan puisi adalah siswa siswa
mampu membacakan puisi dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat. Indikator
tercapainya tujuan tersebut, antara lain siswa mampu:
1) Membacakan puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.
2) Menentukan jeda dan penenggalan kata yang tepat untuk memperjelas arti/
makna.
3) Menggunakan ekspresi yang tepat (sedih,haru dan gembira dll).
d. Jenis-jenis Puisi
Adapun jenis-jenis dalam puisi adalah sebagai berikut :
1) Puisi berdasarkan isi
Untuk melengkapi pengertian tentang puisi sebaiknya kita juga perlu mengenal
bermacam-macam puisi berdasarkan isi. Oleh Waluyo (1995) diungkapkan ada
beberapa macam puisi seperti dibawah ini :
a. Puisi naratif
Puisi ini mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Adapun yang
termasuk jenis puisi ini adalah balada, puisi yang bercerita tentang orang-orang
perkasa, tokoh pujaan, romansa juga termasuk jenis puisi ini hanya saja
bahasanya menggunakan bahasa yang romantik yang berisi kisah percintaan
yang berhubungan dengan kesatria.
b. Puisi lirik
Puisi ini mengungkapkan gagasan pribadi penyair atau aku lirik, ia tidak
bercerita. Yang termasuk puisi ini antara lain :
− Elegi : mengungkapkan perasaan duka
− Serenada : sajak percintaan yang dapat dinyanyikan.
− Ode : berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal atau keadaan.
c. Puisi deskriptif
Dalam puisi ini, penyair memberi kesan terhadap suatu keadaan atau
peristiwa, benda atau suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Jenis
puisi ini misalnya : puisi satire, kritik sosial.
d. Puisi subjektif dan puisi objektif
Puisi subjektif juga disebut puisi personal yakni puisi yang
mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan suasana dalam diri penyair.
Puisi lirik dapat diklasifikasikan dalam jenis puisi ini.
Puisi objektif mengungkapkan hal-hal diluar dirinya puisi ini juga disebut
puisi impersonal. Puisi naratif dan deskreptif kebanyakan adalah puisi objektif,
meskipun ada beberapa yang subjektif.
2) Puisi berdasarkan sifat
a. Puisi kamar dan puisi auditorium
Puisi kamar ini cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua
pendengar saja didalam kamar. Sedangkan puisi auditorium mementingkan
suara atau serangkaian suara dan cocok dibaca di mimbar yang jumlah
pendengarnya ratusan orang. Puisi auditorium juga disebut puisi oral karena
cocok untuk dioralkan. Adapun puisi kamar biasanya cocok untuk puisi yang
berisi renungan.
b. Puisi Fisikal, platonik dan metafisikal
Puisi fisikal bersifat realistis artinya menggambarkan kenyataan apa
adanya. Yang dilukiskan kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang dilihat,
didengar adalah objek ciptaannya. Puisi-puisi yang termasuk jenis ini adalah
puisi naratif, balada dan puisi yang bersifat impresionistic.
Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat
spiritual atau kejiwaan. Puisi yang termasuk jenis ini adalah puisi ide, puisi
realigius, puisi yang mengungkapkan cinta yang luhur seorang kekasih atau
orang tua kepada anaknya.
Puisi metafisikal adalah puisi yangt bersifat filosofis dan mengajak
pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan tuhan. Puisi realigius di
satu pihak dapat di nyatakan sebagai puisi platonik karena mengggambarkan
ide atau gagasan penyair, kejiwaan penyair, dilain pihak dapat disebut sebagai
puisi metafisik karena mengajak pembaca merenungkan hidup, kehidupan dan
tuhan.
c. Puisi konkret
Puisi ini bersifat visual, yang dapat di hayati keindahannya dari bentuk
dan penglihatan. Untuk menikmati puisi jenis ini dapat melalui bentuk grafis,
kaligrafi. Kita dapat memperhatikan tanda baca huruf-huruf (baik kecil maupun
besar). Puisi ini sangat mementingkan ujud fisik yang “kasat mata” dari pada
makna yang disampaikan. Kerapian susunan baik kata huruf sangat
diperhatikan, dengan demikian hal yang tidak bermakna dijadikan bermakna.
d. Puisi diafan, gelap dan prismatis
Puisi diafan atau puisi polos merupakan puisi yang kurang sekali
menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuratif. Puisi ini hanya
menggunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dihayati. Puisi ini hanya
banyak dibuat oleh anak-anak atau puisi karya mereka yang baru mencoba
belajar menulis puisi. Dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan
kemampuan menyelaraskan majas, versifikasi, diksi dan pengimajian
sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan puisinya
namun juga tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi
itu dan makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada bermacam-
macam yang muncul sesuai dengan sifat puisi itu sendiri yang multi
interpretable.
e. Puisi parnasian, dan puisi inspiratif
Puisi ini menunjukkan sifat puisi yang mengandung nilai keilmuan,
diciptakan dengan pertimbangan ilmu dan bukan didasari oleh inspirasi karena
adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi ini ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan
mampu menulis puisi. Puisi inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau
passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan.
f. Puisi demonstrasi dan pamflet
Puisi demonstrasi ini melukiskan dan merupakan hasil refleksi
demonstrasi. Puisi ini merupakan perasaan kelompok dan bukan merupakan
perasaan individu. Gaya paradok dan ironi banyak kita jumpai dalam puisi ini.
sementara itu, kata-kata yang membakar semangat banyak dipergunakan.
Puisi pamflet juga mengungkapkan protes sosial. Hanya saja yang
digunakan cenderung kasar, ungkapan-ungkapa langsung kesasaran, gaya
hiperbola yang bertujuan memojokkan pihak yang dikritikkan sering di
gunakan
g. Alegori
Puisi ini mengungkapkan cerita yang berisi nasihat tentan budi pekerti
dan agama.
3. Media Audio Linguistic dan Audio Visual
a. Pengertian Media
Media sebagai salah satu sumber belajar, sangatlah diperlukan. Media dapat juga
menyajikan efek suara, gambar dan gerak sehingga pesan yang di sampaikan menjadi
lebih hidup, menarik kongkrit serta dapat memberi kesan seolah-olah peserta didk
mengalami ikut sendiri. Media pembelajaran (selanjutnya disingkat media saja) telah
dikenal sejak lama. Bahkan sejak pendidikan formal atau pengajaran itu ada.
Walaupun demikian sampai sekarang pengertian atau definisi media masih beraneka
ragam, namun masing-masing pengertian itu mengandung makna yang hampir sama,
seperti beberapa pengertian atau media berikut ini :
Menurut Robert Gagne Media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Menurut Yusuf Hadi Miarso Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada diris sendiri.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan
pembelajaran dalam sebuah komunikasi, sehingga dapat merangsang minat siswa
untuk belajar.
Oleh karena itu media janganlah dianggap sebagai alat bantu guru mengajar
belaka (audio visual instruction) tetapi manfaatkan sebagai sesuai kemampuannya.
Apabila anak sudah terbiasa belajar melalui media maka selanjutnya akan tercipta
kebiasaan untuk belajar mandiri
b. Macam-macam Media
1) Media By Design
Media dan juga alat peraga disebut media by design, apabila media tersebut
didisain untuk sebuah pembelajaran. Atau dengan kata lain media by design
adalah media yang dibuat sesuai dengan kompotensi yang diinginkan. Untuk
dapat membuat alat peraga yang dirangsang sesuai pembelajaran dengan
kompetensi yang diinginkan . untuk dapat membuat media (alat peraga) yang
dirangsang sesuai dengan kompetensi tertentu guru harus mengetahui tentang :
a) Jenis dan karakteristik media
b) Pemilihan media
c) Pembuatan media yang diinginkan
jenis media lihat dalam kotak, dan karakteristiknya dapat dipelajari dari
berbagai buku.
2) Media by Utilization
Memanfatkan segala sesuatu yang diperlukan untuk membantu
pembelajaran itulah yang disebut dengan alat peraga. Sebenarnnya memilih alat
peraga atau media by utilization merupakan hal yang menarik. Tidak jarang kita
menemukan alat peraga, atau media yang diperlukan sesuai kompetensinya
dengan harga yang sangat murah. Untuk melengkapi koleksi alat peraga dan
media lebih bijaksana jika mempergunakan peralatan dari non plastik, tetapi dari
kayu bambu dan lainnya yang ramah lingkungan.
c. Klasifikasi Media
Klasifikasi media dapat di pandang dari tiga segi yaitu :
1) Berdasarkan Karakteristiknya
Media pengajaran bahasa memiliki ilmu macam karakteristik utama yaitu : suara,
gerak, gambar, garis, dan tulisan. Berdasarkan itu maka media pengajaran bahasa
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori sebagai berikut :
a) Media yang hanya terdiri dari suara saja, yaitu : radio, rekaman, dan piringan
hitam.
b) Media yang terdiri dari paduan suara dan gerak, yaitu simulasi, main peran,
sosio drama, psikodrama dan permainan bahasa.
c) Media yang terdiri dari paduan suara, gerak, dan gambar, yaitu film suara.
d) Media yang terdiri dari paduan suara dan gambar, yaitu “Sound slide”.
e) Media yang terdiri dari paduan suara, gerak, gambar, garis dan tulisan, yaitu
TV dan VTR/VCR.
f) Media yang terdiri dari gambar saja, yaitu “film strip” dan “film slide”.
g) Media yang terdiri dari paduan gambar dan garis, yaitu “flow chart”.
h) Media yang terdiri dari paduan gambar, garis dan tulisan, yaitu OHP dan “wall
chart”.
i) Media yang terdiri garis dan tulisan, yaitu papan tulis, skema dan berbagai
bagan.
j) Media yang terdiri dari paduan gambar dan gerak, yaitu film bisu.
k) Media yang terdiri dari paduan tulisan dan gerak, yaitu kubus struktur,
bumbung substitusi dan “slot board”.
2) Berdasarkan demensi presentasi
Demensi presentasi suatu media pengajaran bahasa dalam hal mencakup lama
waktu presentasi, sifat presentasi dan sifat respon.
a) Lama waktu presentasi
− Presentasi sekilas : informasi yang dikomunikasikan hanya sekilas
berlalu saja. yang tergolong dalam kategori ini antara lain : radio, film,
dan tv.
− Presentasi tak sekilas : informasi yang dikomunikasikan dapat diamati
agak lama, bahkan dapat disesuaikan menurut keperluan. Yang termasuk
dalam kategori ini antara lain “slide”, film strip dan OHP.
b) Sifat presentasi
Berdasarkan sifat presentasi media dapat dibedakan atau presentasi kontinyu
dan presentasi berseling. Pada presentasi kontinyu tidak dapat diputus di
tengah atau diselingi oleh program lain maupun komentar guru. Pada
presentasi berseling media tersebut dapat diputus di tengah dan diselingi
dengan komentar guru. Selanjutnya apabila apabila komentar itu telah
dipandang cukup, maka media tadi dapat diterusnya penggunaannya. Program
radio, TV, dan film merupakan program yang kontinyu, sedangkan “slide”,
film strip dan OHP merupakan program yang tidak kontinyu atau program
berseling.
c) Sifat Respon
Berdasarkan sifat respon media dapat dibedakan atas respon simultan dan
respon tunggal. Tergolong media dengan respon simultan ialah film, TV,
radio dan VTR. Sedangkan yang termasuk dengan media respon tunggal ialah
: “flash card”, kubus struktur dan sebagainya.
3) Berdasarkan pemakaiannya
Berdasarkan jumlah pemakaianya media dapat dibedakan atas : media untuk kelas
besar, media untuk kelas kecil dan media untuk kelas individual. Sedangkan
berdasarkan umur atau tingkatan pemakaiannya dapat dibedakan atas : media
untuk murid SD, dan media untuk perguruan tinggi. Pada dasarnya hampir semua
media dapat diterapkan disesuaikan tingkatan, asalkan dengan penyesuaian
materi.
d. Pengertian Audio Linguistic
1) Pengertian Audio
Audio dalam sistem komunikasi bercirikan video, sinyal elektrik digunakan
untuk membawa unsur bunyi. Istilah ini juga biasa digunakan untuk menerangkan
sistem-sistem yang berkaitan dengan proses perekaman dan transmisi yaitu sistem