Page 1
8
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter merupakan suatu cara berpikir dan berperilaku yang
khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Salahudin dan
Irwanto (2013: 42) pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-
nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang
terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Pusat Bahasa
Depdiknas (Suyadi, 2013: 4) menjelaskan bahwa dalam bahasa
Indonesia “karakter” diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang
lain. Arti karakter secara kebahasaan yang lain adalah huruf, angka,
ruang, atau symbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan
papan ketik. Artinya, bahwa orang yang berkarakter adalah orang
yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak
tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya dengan orang
lain.
8
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 2
9
9
Menurut American Heritage Dictionary of the English
Language (Salahudin dan Irwanto, 2013: 42), character is defined as
the “combination of qualities or features that distinguishes one
person, group, or things from another”. “Karakter sebagai gabungan
antara kualitas dan ciri-ciri yang membedakan seseorang, kelompok
atau sesuatu dengan yang lain.”
Pengertian karakter menurut Daryanto dan Darmiatun (2013:
64) adalah perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang,
setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara
yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan
perilaku yang ada di sekitar dirinya. Maknanya dari pengertian
pendidikan karakter yaitu merupakan berbagai usaha yang dilakukan
oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama
dengan orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anak-
anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian,
dan bertanggung jawab.
Menurut Ratna Megawangi (Kesuma dan Triatna, 2012: 5)
mengungkapkan bahwa “pendidikan karakter merupakan suatu usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya”. Fakry Gaffar (Kesuma dan Triatna, 2012:5)
menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 3
10
10
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku
kehidupan orang itu.
Departemen Pendidikan Amerika Serikat dalam brosur
Pendidikan Karakter (Samani dan Hariyanto, 2012: 44) menyatakan
bahwa pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang
memberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas sekolah
untuk memahami, peduli tentang, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai
etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan
kewarganegaraan (citizenship), dan bertanggung jawab terhadap diri
sendiri maupun kepada orang lain. Mendukung pendapat tersebut,
Lickona (Samani dan Hariyanto, 2012: 44) bahwa pendidikan karakter
adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang
memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis.
Secara sederhana, Lickona mendefinisikan pendidikan karakter
sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki
karakter pada siswa.
Dari beberapa pernyataan menurut para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha
menanamkan nilai moral pada setiap individu yang bertujuan untuk
menciptakan manusia yang berkarakter serta memiliki sifat yang
bertanggung jawab, peduli terhadap lingkungan, berpendirian dan
berbuat sesuai dengan landasan nilai-nilai etik.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 4
11
11
b. Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak kehidupan suatu bangsa. Ahmad
Fikri (Salahudin dan Irwanto, 2013: 104) menjelaskan bahwa, fungsi
pendidikan karakter, adalah :
1) Sebagai pengembangan: pengembangan potensi dasar peserta didik
agar berhati, berpikiran dan berperilaku baik;
2) Perbaikan: memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultural untuk menjadi bangsa yang bermartabat;
3) Penyaring: untuk menyaring budaya yang negatif dan menyerap
budaya yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa untuk
meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia.
Sejalan dengan pendapat tersebut, fungsi pendidikan karakter
menurut Kementerian Pendidikan Nasional, adalah :
1) Pengembangan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan
berperilaku baik.
2) Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang
sudah baik.
3) Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur
pancasila.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 5
12
12
c. Tujuan Pendidikan Karakter
Adanya pendidikan karakter dalam suatu bangsa memiliki
tujuan agar suatu bangsa tersebut nantinya dapat berkembang sesuai
dengan yang diharapkan. Menurut M. Qultubh (Salahudin dan
Irwanto, 2013:109) tujuan pendidikan karakter adalah :
1) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa.
2) Mengembangkan kemampuan pesera didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.
3) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penih kreatifitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan.
Selain itu, Kesuma dan Triatna (2012: 9) mengungkapkan
bahwa tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah memiliki
tujuan sebagai berikut :
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi
kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana
nilai-nilai yang dikembangkan.
2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 6
13
13
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama.
d. Macam-macam pendidikan karakter di Sekolah Dasar
Pada jenjang sekolah dasar, pendidikan karakter merupakan hal
yang sangat penting yang harus diberikan kepada siswa. Menurut
Suyadi (2013: 8) terdapat 18 nilai karakter yang perlu diterapkan pada
siswa sekolah dasar, yaitu Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja
keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat
kebangsaan dan Nasionalisme, Cinta tanah air, Menghargai prestasi,
Komunikatif, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan,
Peduli sosial, dan Tanggung jawab. Adapun salah satu karakter yang
menjadi variable utama peneliti dalam penelitian ini adalah karakter
Rasa ingin tahu.
2. Karakter Rasa Ingin Tahu
a. Pengertian Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan suatu sikap yang menunjukkan
ketertarikan dan rasa penasaran terhadap suatu hal. Menurut Daryanto
Darmiatun (2013: 138) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Sedangkan menurut
Suyadi (2013: 9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan
perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 7
14
14
segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih
mendalam.
Dari pernyataan menurut beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah suatu rasa yang ada dalam
diri seorang individu yang mendorong individu tersebut untuk terus
menggali suatu informasi yang ingin ia ketahui sampai mendapatkan
jawaban yang diinginkan dan yang sebelumnya belum paham menjadi
dapat dipahami.
b. Indikator Rasa Ingin Tahu
Adanya indikator rasa ingin tahu bertujuan untuk mengetahui
berhasil tidaknya peneliti dalam melakukan suatu penelitian tentang
rasa ingin tahu. Daryanto dan Darmiatun (2013: 147) menjelaskan
bahwa indikator keberhasilan rasa ingin tahu terdiri dari indikator
kelas 1 – 3 dan kelas 4 – 6, penjelasan indikator rasa ingin tahu untuk
kelas 5 adalah sebagai berikut :
1) Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi
yang terkait dengan pelajaran.
2) Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi
3) Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi
politik, teknologi yang baru didengar.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 8
15
15
Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 138) indikator rasa
ingin tahu dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Indikator Sekolah
a) Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak
atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.
b) Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam
pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
2) Indikator Kelas
a) Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu
b) Eksplorasi lingkungan secara terprogram
c) Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau
media elektronik).
Berdasarkan indikator-indikator Rasa ingin tahu di atas, diambil
beberapa indikator yang akan digunakan sebagai acuan dalam
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun indikator yang akan
digunakan, yaitu :
a. Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi
yang terkait dengan pelajaran.
b. Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi
c. Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi
politik, teknologi yang baru didengar.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 9
16
16
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi
Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai oleh siswa dalam
hal belajar. Menurut Arifin (2013: 12) kata “prestasi” berasal dari
bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Kata prestasi banyak
digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam
kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.
Hamdani (2011: 138) mengungkapkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor
kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau
instrument yang relevan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah suatu hasil penilaian
usaha belajar yang dilakukan oleh siswa yang meliputi faktor kognitif,
afektif dan psikomotor.
b. Pengertian Belajar
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini
diperkuat dengan pendapat salah satu ahli, yaitu R. Gagne, menurut R.
Gagne (Ahmad Susanto, 2014: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunnya sebagai
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 10
17
17
akibat pengalaman. Adapun menurut Aunurrahman (2011: 36) Belajar
merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan
dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang
memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau
pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu
yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi
menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi.
Selain itu, Slameto (2010: 2) Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan
pernyataan dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang dengan sengaja
dalam keadaan sadar sebagai interaksi dirinya dengan lingkungan
yang ditandai dengan perubahan tingkah laku berdasarkan
pengalaman yang dialaminya sendiri.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu tingkat pencapaian siswa
dalam hal belajar secara kognitif. Menurut Arifin (2013: 12) Prestasi
Belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam
sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya
manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 11
18
18
masing-masing. Menurut Hamdani (2011: 138) Prestasi belajar adalah
hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam
belajar. Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895)
menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang prestasi belajar di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil dan
pencapaian yang diperoleh oleh siswa sebagai dampak dari
penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada mata pelajaran yang
ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) Prestasi belajar
yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor
yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun
dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Hal-hal yang tergolong dalam faktor internal adalah :
1) Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh. Beberapa hal yang termasuk faktor ini misalnya
penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri dari :
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 12
19
19
a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan faktor
kecakapan.
b) Faktor non-intelektif.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Hal-hal yang tergolong dalam faktor eksternal, ialah :
1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan
iklim.
4. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan
pada semua jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Menurut Depdiknas
(Ahmad Susanto, 2014: 184) kata matematika berasal dari bahasa
Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang
dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut
wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 13
20
20
Suwaningsih dan Tiurlina (2006: 3) menyebutkan bahwa
matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya,
kemudian pengalaman diproses di dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga
terbentuk konsep-konsep matematika. Agar konsep-konsep
matematika mudah dipahami oleh orang lain maka dimanipulasi
menggunakan bahasa matematika atau notasi matematika secara
universal. Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena
itu, logika adalah dasar terbentuknya matematika. Lerner
(Abdurrahman 2009: 252) mengemukakan bahwa matematika di
samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal
yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan sebagai bahasa
simbolis dan bahasa universal yang diperoleh melalui pemikiran
(penalaran) dan kemudian diproses secara rasio sehingga terbentuk
suatu konsep matematika.
b. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar
mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran
siswa terhadap pelajaran matematika. Menurut Ahmad Susanto (2014:
185) Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 14
21
21
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan menurut Santrock (2010:
266) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif
permanen atas perilaku, pengetahuan dan keterampilan berpikir yang
diperoleh melalui pengalaman.
Selain itu, Corey (Ahmad Susanto, 2014: 186) menjelaskan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam
pandangan Corey sebagai upaya menciptakan kondisi dan lingkungan
belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah tingkah
lakunya.
Menurut Ahmad Susanto (2014: 186) “pembelajaran
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.
Dari pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru dan siswa dengan mengelola kondisi lingkungan agar
memungkinkan terjadinya suatu respon terhadap pembelajaran dan
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 15
22
22
bertujuan untuk meningkatkan kreativitas berpikir siswa untuk dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami ilmu matematika.
c. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD)
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah
Dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan ilmu
matematika. Menurut PERMENDIKNAS No. 22 (2006: 148),
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memiliki tujuan sebagai
berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, dan menghasilkan konsep atau algoritma.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 16
23
23
5. Materi Pembelajaran Matematika
Materi pelajaran matematika yang akan digunakan oleh peneliti
pada penelitian ini, yaitu tentang Mengalikan dan membagi berbagai
bentuk pecahan. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang
digunakan, yaitu ditunjukkan oleh tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 S.K dan K.D Materi Pecahan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Menggunakan pecahan dalam
pemecahan masalah
5.3 Mengalikan dan membagi
berbagai bentuk pecahan
Penjelasan mengenai S.K dan K.D di atas tentang materi yang akan
diberikan, yaitu :
a. Pecahan
Pecahan merupakan suatu bilangan yang memiliki pembilang
dan juga penyebut. Menurut Heruman (2007: 43) pecahan dapat
diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi
gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang
biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan
pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap
sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 17
24
24
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan (Heruman, 2007: 43) menyatakan
bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan.
kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran.
Adapun materi pecahan yang dipelajari di kelas V SD menurut
Sumanto Y.D (2008: 103) adalah sebagai berikut :
A. Mengubah pecahan ke bentuk pecahan lain :
1. Persentase
a. Menentukan persentase dari banyak benda atau kuantitas
Misal dari 50 buah mangga terdapat 4 buah di antaranya
busuk. Dari keterangan di atas persentase buah mangga
yang busuk sebagai berikut :
Jadi, dapat dikatakan bahwa 8% dari buah mangga itu
sudah busuk.
b. Menentukan banyak (kuantitas) jika persentase dan
banyak benda keseluruhan diketahui
Misal : Harga sepatu yang tertera pada label Rp
50.000,00. Apabila besar diskon 20%, kita dapat
menentukan nilai diskon (potongan harga) dalam rupiah.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 18
25
25
Diskon = 20% x 50.000 =
=
Jadi, diskon 20% itu senilai dengan Rp 10.000
2. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta
sebaliknya
a. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan sebaliknya
b. Mengubah desimal ke persen dan sebaliknya
Contoh :
c. Mengubah pecahan biasa ke desimal dan sebaliknya
Contoh :
B. Membandingkan Pecahan
berada di sebelah kiri
, berarti
atau
Jadi,
dapat ditulis ke dalam bentuk lain, yaitu :
atau
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 19
26
26
C. Menjumlah dan Mengurang Pecahan
1. Menjumlah Pecahan
a. Menjumlahkan pecahan yang penyebutnya berbeda
Contoh :
b. Menjumlahkan Pecahan Desimal
0,25 + 0,42 = 0,67
c. Menjumlahkan berbagai bentuk pecahan
2. Mengurang Pecahan
a. Mengurang pecahan yang penyebutnya berbeda
Contoh :
-
-
-
KPK dari 3 dan 5
b. Mengurang pecahan desimal dengan pecahan desimal
1,75 – 0,23 = 1,52
c. Mengurang berbagai bentuk pecahan
diubah penyebutnya yaitu KPK dari 2 dan 10
d. Pengerjaan Hitung Campuran berbagai Bentuk Pecahan
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 20
27
27
D. Mengali dan Membagi Pecahan
1. Mengalikan Pecahan
a. Mengalikan Pecahan Biasa
Contoh :
b. Perkalian Pecahan Desimal
Contoh :
c. Perkalian berbagai Bentuk Pecahan
Contoh :
2. Membagi Pecahan
a. Membagi Pecahan Biasa
Contoh :
Membagi suatu bilangan pecahan sama dengan
mengalikan dengan kebalikan pembagi.
b. Pembagian Pecahan Desimal
Contoh :
diubah ke bentuk pecahan biasa
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 21
28
28
c. Pembagian berbagai Bentuk Pecahan
Contoh :
E. Perbandingan dan Skala
1. Perbandingan
Contoh : Dalam kotak terdapat 45 kelereng, yaitu : 20
kelereng merah, 15 kelereng biru, dan 10 kelereng hijau.
a. Perbandingan banyak kelereng merah dengan banyak
kelereng biru adalah 20 : 15 = 4 : 3
b. Perbandingan banyak kelereng merah dengan banyak
kelereng hijau adalah 20 : 10 = 2 : 1
c. Perbandingan banyak kelereng biru dengan banyak
seluruh kelereng adalah 15 : 45 = 1 : 3
Perbandingan dapat dinyatakan sebagai bentuk pecahan
dan sebaliknya. Perbandingan pada umumnya dituliskan
dalam bentuk paling sederhana. Perbandingan 4 : 3 dibaca
empat berbanding tiga.
2. Skala
Skala dapat dijumpai pada peta atau denah. Salah satu cara
menentukan skala, yaitu dengan menyederhanakan pecahan.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 22
29
29
Contoh : Kota A dan kota B berjarak 50 km, sedangkan
jarak pada peta 20 cm. Skala peta dapat ditentukan sebagai
berikut :
Jadi, skala peta 1 : 250.000, artinya setiap 1 cm pada peta
mewakili 250.000 cm = 2,5 km pada jarak sebenarnya.
6. Strategi Pembelajaran Aktif Learning Tournament
a. Pengertian Strategi Belajar Aktif
Strategi belajar aktif merupakan salah satu cara yang digunakan
guru untuk membuat siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar
dengan membuat pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut
Hamdani (2011: 48) Strategi pembelajaran aktif merupakan pola
umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Mel. Silberman (2006: 23) memodifikasi dan memperluas
pernyataan Confisius apa yang disebut belajar aktif, yaitu :
“Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan
lihat, saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat dan
pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai
pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan
kepada orang lain, saya kuasai.”
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 23
30
30
Ujian Sukanda (2011: 48) menjelaskan bahwa strategi active
learning adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai
kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan
informasi yang dilakukan oleh siswa, bukan oleh guru, serta
menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang
mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga
berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak
bergantung kepada guru atau orang lain apabila mereka mempelajari
hal-hal yang baru. Berdasarkan pengertian tentang strategi belajar
aktif menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
belajar aktif merupakan suatu cara mengajar dengan melibatkan siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar melalui diskusi ataupun tanya
jawab sehingga siswa dapat memiliki tanggung jawab terhadap apa
yang mereka pelajari serta membuat siswa terus berkeinginan untuk
belajar dan memahami materi yang dijelaskan oleh guru secara
maksimal untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
disusun.
b. Strategi Learning Tournament
Strategi learning tournament merupakan salah satu strategi
pembelajaran aktif yang akan membuat proses pembelajaran berpusat
pada siswa. Menurut Mel. Silberman (2006: 171) strategi learning
tournament merupakan versi sederhana dari “Turnamen permainan
tim” yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 24
31
31
Teknik ini menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim, dan
bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam fakta,
konsep dan keterampilan.
Langkah-langkah strategi learning tournament menurut Mel.
Silberman (2006:171) adalah :
a. Guru membagi siswa menjadi sejumlah kelompok beranggotakan 2
hingga 8 siswa. Pastikan bahwa setiap kelompok memiliki jumlah
yang sama. (jika ini tidak bisa dilakukan, guru harus merata-ratakan
skor dari tiap tim).
b. Berikan materi kepada setiap kelompok untuk dipelajari bersama
anggota kelompok.
c. Buatlah beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan atau
pengingatan akan materi pelajaran. Gunakan format yang
memudahkan penilaian sendiri, misalnya pilihan ganda, mengisi
titik-titik, benar/salah, atau definisi istilah.
d. Berikan sebagaian pertanyaan kepada siswa. Sebutlah ini sebagai
“ronde satu” dari turnamen belajar. Tiap siswa harus menjawab
pertanyaan secara perseorangan.
e. Setelah pertanyaan diajukan, sediakan jawaban dan perintahkan
siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab
benar. Selanjutnya perintahkan siswa untuk menyatukan skor
mereka dengan tiap anggota kelompok mereka untuk mendapat skor
kelompok. Umumkan skor dari tiap kelompok.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 25
32
32
f. Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde kedua dalam
turnamen. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari
“ronde kedua”. Perintahkan kelompok untuk sekali lagi
menggabungkan skor mereka dan menambahkannya ke skor mereka
di ronde pertama.
g. Guru bisa membuat ronde sebanyak yang guru mau, namun pastikan
untuk memberi kesempatan kelompok untuk menjalani sesi belajar
antar masing-masing ronde. Lama waktu dalam turnamen belajar
juga bisa bervariasi. Bisa singkat selama dua puluh menit atau
bahkan beberapa jam).
h. Untuk variasi dalam turnamen belajar, guru dapat memberikan
penalti kepada siswa yang memberi jawaban salah dengan memberi
siswa skor minus 2 atau minus 3. Jika siswa tidak yakin dengan
jawabannya, lembar jawaban kosong maka bisa dianggap nol (0).
7. Implementasi Pembelajaran Mengalikan dan Membagi Berbagai
Bentuk Pecahan Dengan Menggunakan Strategi Learning
Tournament
Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti akan mengambil
pembelajaran dengan materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk
pecahan yang akan dilaksanakan dengan menggunakan strategi learning
tournament. Gambaran langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan dengan menggunakan strategi learning tournament pada
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 26
33
33
materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan, yaitu sebagai
berikut :
a. Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan terlebih dahulu kepada
siswa mengenai materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk
pecahan, yaitu tentang menentukan hasil perkalian berbagai bentuk
pecahan dan menentukan hasil pembagian berbagai bentuk pecahan
agar siswa dapat memiliki gambaran terhadap materi tersebut.
b. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, atau guru dapat
membagi secara langsung siswa menjadi sejumlah kelompok yang
beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Setiap kelompok diusahakan untuk
memiliki jumlah anggota yang sama agar lebih mudah dalam
penghitungan skor.
c. Guru memberikan materi kepada masing-masing kelompok untuk
dipelajari bersama anggota kelompok masing-masing. Contohnya,
guru memberikan materi berupa lembar kerja kelompok (LKK)
berupa rangkuman materi yang akan dipelajari pada kegiatan
pembelajaran yang disertai dengan latihan soal sebagai bahan latihan
siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi.
d. Pada saat anak berdiskusi tentang materi yang telah diberikan pada
masing-masing kelompok, guru mengawasi dan membuat beberapa
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sedang siswa
diskusikan untuk diberikan pada siswa saat pelaksanaan
pertandingan akademis nantinya.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 27
34
34
Contoh soal, yaitu :
Tentukan hasil perkalian dari pecahan di bawah ini :
Guru memberikan ketentuan bahwa siswa harus menjawab
pertanyaan secara perseorangan dengan cara yang runtut.
e. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat kepada
siswa, kegiatan ini disebut perlombaan sesi ronde 1, kemudian siswa
mengangkat tangannya apabila mereka bisa menjawab pertanyaan
tersebut, siswa yang paling cepat mengangkat tangan akan
mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Pada sesi ini, guru dapat memberikan penalti kepada siswa apabila
jawaban mereka salah, siswa akan diberikan skor minus 2 atau minus
3. Sedangkan apabila siswa tidak yakin bisa menjawab dan lembar
jawab kosong maka skor yang didapat nol (0).
f. Setelah pertanyaan yang guru buat telah diajukan pada perlombaan
akademis, guru menyediakan kunci jawaban untuk dicocokan
dengan jawaban siswa. Guru meminta siswa untuk menghitung
jumlah pertanyaan yang dijawab dengan benar, kemudian siswa
diminta untuk menyatukan skor mereka menjadi skor tim. Pada saat
mencocokan jawaban siswa dengan kunci jawaban pada guru, guru
menjelaskan materi dilengkapi dengan media kertas lipat untuk
lebih memudahkan siswa dalam memahami materi yang guru
jelaskan.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 28
35
35
g. Setelah pertandingan akademis pada ronde pertama selesai. Guru
dapat membuat ronde-ronde pertandingan akademis berikutnya
dengan peraturan yang sama dan pertanyaan yang diberikan
merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah
dipelajari oleh siswa. Pada setiap jeda ronde, guru kembali
memberikan waktu kepada siswa untuk belajar dan berdiskusi
dengan anggota kelompoknya. Untuk ronde kedua dan seterusnya,
siswa tetap menjawab pertanyaan secara perseorangan dan kemudian
skor yang mereka dapat dihitung dan digabungkan dengan skor
teman satu anggota kelompok untuk mendapat skor tim.
h. Setelah pelaksanaan pertandingan akademik dilakukan, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-
hal yang belum mereka pahami. Kemudian apabila masih tersedia
waktu, guru menjelaskan kembali bagian yang belum dimengerti
oleh siswa.
i. Pada akhir pembelajaran guru memberikan reward kepada kelompok
yang mendapatkan skor teerbanyak pada sesi pertandingan akademik
yang telah dilaksanakan.
Dari penjelasan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan menggunakan strategi learning tournament di atas, proses
pembelajaran yang dilaksanakan akan berpusat pada siswa, karena guru
dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator yang bertugas untuk
membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 29
36
36
Guru hanya akan memberikan sedikit penjelasan tentang materi
mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan, kemudian membagi
materi kepada siswa dan meminta siswa untuk berdiskusi dengan anggota
kelompok masing-masing untuk membahas materi yang guru berikan.
Strategi learning tournament akan membuat siswa aktif selama
kegiatan pembelajaran berlangung. Siswa akan berusaha lebih baik dalam
belajar karena pada kegiatan pembelajaran akan ada sesi pertandingan
akademis yang akan membuat siswa memperoleh skor apabila mereka
dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka penggunaan strategi learning tournament dalam kegiatan
pembelajaran di kelas akan dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan
prestasi belajar siswa terhadap materi mengalikan dan membagi berbagai
bentuk pecahan.
8. Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian tentang efektifitasi strategi learning
tournament telah dilakukan diantaranya penelitian oleh Yulian Dini
(2013: 4) tentang Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Learning
Tournament Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 15
Padang. Penelitian ini menyatakan bahwa strategi learning tournament
berpengaruh terhadap meningkatnya hasil nilai belajar matematika siswa
dengan hasil ketuntasan belajar pada kelas yang menerapkan strategi
learning tournament lebih tinggi yaitu dengan rata-rata nilai 74,66,
sedangkan pada kelas yang tidak menerapkan strategi learning
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 30
37
37
tournament memiliki rata-rata nilai yang lebih rendah yaitu 67,52.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian ekspreimental yang
dilakukan di SMPN 15 Padang dengan hasil bahwa penerapan strategi
learning tournament efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penelitian lain oleh Wardhani Eva Yuli (2015: 7) tentang
Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Tournament Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan di Kelas XI MAN 1 Pekanbaru juga menunjukkan
hasil bahwa strategi learning tournament berpengaruh terhadap
meningkatnya prestasi belajar siswa dengan koefesien pengaruh sebesar
6,77%. Pada kedua penelitian di atas memiliki kesamaan atau sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri, yaitu penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan
menggunakan strategi learning tournament yang diterapkan pada proses
pembelajaran.
Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa strategi
Learning Tournament efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penelitian di atas juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti karena menerapkan strategi learning tournament, namun
penelitian di atas menggunakan pendekatan eksperimental dan penelitian
ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 31
38
38
9. Kerangka Pikir
Pada penelitian ini, kondisi awal yang peneliti temukan
berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa menunjukkan
bahwa masih rendahnya sikap rasa ingin tahu siswa terhadap mata
pelajaran matematika materi mengalikan dan membagi berbagai bentuk
pecahan sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar matematika
siswa. Kurangnya sikap rasa ingin tahu siswa ditunjukkan melalui sikap
siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada saat proses
pembelajaran berlangsung beberapa siswa terlihat kurang bersungguh-
sungguh dalam mengikuti kegiatan belajar, selain itu saat kegiatan
diskusi kelompok hanya terlihat beberapa siswa yang serius dalam
menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru, sementara siswa lain lebih
memilih bermain dan tidak memperhatikan.
Kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran
matematika tersebut berdampak pada rendahnya prestasi belajar
matematika siswa. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar siswa yang
memperoleh hasil nilai ulangan harian matematika materi mengalikan
dan membagi berbagai bentuk pecahan yang masih dibawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM).
Untuk meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar
siswa terhadap pelajaran matematika materi mengalikan dan membagi
berbagai bentuk pecahan, peneliti melakukan tindakan dua kali pada
siklus I dan siklus 2 yang diawali dengan perencanaan, tindakan,
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 32
39
39
observasi dan refleksi dengan menerapkan strategi learning tournament
dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran learning tournament merupakan salah satu tipe dari
strategi pembelajaran aktif yang berpusat kepada siswa, dengan teknik
yang ada dalam strategi learning tournament dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap materi melalui kompetisi akademik yang
dilakukan. Penerapan strategi learning tournament pada proses
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan
prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika materi
mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.
Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui gambar
2.1 di bawah ini :
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Kondisi Awal Pembelajaran belum
menerapakan strategi
learning tournament
Sikap rasa ingin
tahu dan prestasi
belajar siswa
rendah
Diharapkan melalui
strategi learning
tournament dapat
meningkatkan sikap rasa
ingin tahu dan prestasi
belajar siswa
Menggunakan
strategi learning
tournament
Siklus I
Siklus II
Kondisi akhir
Sikap rasa ingin tahu dan
prestasi belajar siswa
meningkat
Refleksi
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016
Page 33
40
40
10. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat
dirumuskan hipotesis tindakan yaitu pembelajaran menggunakan strategi
learning tournament dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan
prestasi belajar siswa pada materi mengalikan dan membagi berbagai
bentuk pecahan di kelas V SD Negeri Gununggiana.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Meila Novita Sari, FKIP UMP, 2016