BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Miskonsepsi a. Pengertian Miskonsepsi Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang matematika (Suparno, 2013: 4). Novak & Gowin (Eka, 2014: ix) menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan suatu interpretasi mengenai konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Miskonsepsi merupakan penjelasan yang salah dan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima para ahli. Miskonsepsi dapat merupakan pengertian yang tidak akurat tentang konsep, penguasaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan konsep, pemaknaan konsep yang berbeda, kekacauan konsep yang berbeda dan hubungan hirarki konsep-konsep yang tidak benar. Pengertian miskonsepsi juga dikemukakan oleh beberapa ahli dalam buku Suparno (2013: 4-5) sebagai berikut: 8 Miskonsepsi Pembelajaran Matematika..., Linda Putri Rosmalia, FKIP, UMP, 2016
29
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. a. Pengertian ...repository.ump.ac.id/5057/3/BAB II.pdf · berasal dari kata Yunani, mathein atau mathenein yang berarti ... Matematika
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Miskonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep
yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang
diterima para pakar dalam bidang matematika (Suparno, 2013: 4).
Novak & Gowin (Eka, 2014: ix) menyatakan bahwa miskonsepsi
merupakan suatu interpretasi mengenai konsep-konsep dalam suatu
pernyataan yang tidak dapat diterima. Miskonsepsi merupakan
penjelasan yang salah dan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang diterima para ahli. Miskonsepsi dapat
merupakan pengertian yang tidak akurat tentang konsep, penguasaan
konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang
penerapan konsep, pemaknaan konsep yang berbeda, kekacauan
konsep yang berbeda dan hubungan hirarki konsep-konsep yang tidak
benar.
Pengertian miskonsepsi juga dikemukakan oleh beberapa ahli
dalam buku Suparno (2013: 4-5) sebagai berikut:
8
Miskonsepsi Pembelajaran Matematika..., Linda Putri Rosmalia, FKIP, UMP, 2016
9
1) Novak (1984)
Novak mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi
konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima.
2) Brown (1989: 1992)
Brown menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang
nait dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima.
3) Feldsine (1987)
Feldsine menemukan miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan
hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep.
4) Fowler (1987)
Fowler memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak
akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, kekacauan
konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis konsep-konsep
yang tidak benar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
miskonsepsi adalah kesalahan konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah. Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu
interpertasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat
diterima atau gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah.
Miskonsepsi adalah pengertian yang tidak akurat akan konsep,
penggunaan konsep yang salah, kekacauan konsep-konsep yang
berbeda dan hubungan hirarki konsep-konsep yang tidak benar.
Miskonsepsi Pembelajaran Matematika..., Linda Putri Rosmalia, FKIP, UMP, 2016
10
b. Penyebab Miskonsepsi
Suparno (2013: 29) mengemukakan bahwa penyebab
miskonsepsi secara garis besar ada lima kelompok yaitu: siswa, guru,
buku teks, konteks, dan metode mengajar.
1) Siswa
Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam
beberapa hal, antara lain:
a) Prakonsepsi atau Konsep Awal Siswa
Siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang
suatu bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di
bawah bimbingan guru (Suparno, 2013: 34). Konsep awal ini
sering mengandung miskonsepsi.
b) Pemikiran Asosiatif Siswa
Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah sehari-hari kadang-kadang
juga membuat miskonsepsi. Marshall dan Glimour (1990) dalam
Suparno (2013: 36) menyatakan bahwa pengertian yang berbeda
dari kata-kata antara siswa dan guru juga dapat menyebabkan
miskonsepsi. Kata dan istilah yang digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran diasosiasikan lain oleh siswa, karena dalam
kehidupan mereka, kata dan istilah itu mempunyai arti yang
lain.
Miskonsepsi Pembelajaran Matematika..., Linda Putri Rosmalia, FKIP, UMP, 2016
11
c) Pemikiran Humanistik
Gilbert, Watts, dan Osborne (1982) dalam Suparno (2013: 36)
menyatakan bahwa siswa sering memandang semua benda dari
pandangan manusiawi. Benda-benda dan situasi dipikirkan
dalam term pengalaman orang dan secara manusiawi.
d) Reasoning yang Tidak Lengkap atau Salah
Comins (1993) dalam Suparno (2013: 36) menjelaskan bahwa
reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah
dapat menyebabkan miskonsepsi. Alasan yang tidak lengkap
dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh atau data
yang didapatkan tidak lengkap sehingga siswa menarik
kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan timbulnya
miskonsepsi siswa.
e) Intuisi yang Salah
Instuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara
spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu
sebelum secara obyektif dan rasional diteliti (Suparno, 2013:
38). Intuisi yang salah dan perasaan siswa dapat menyebabkan
miskonsepsi.
f) Tahap Perkembangan Kognitif Siswa
Siswa yang masih dalam tahap operasional konkret apabila
mempelajari bahan yang abstrak akan sulit menangkap dan
sering salah mengerti tentang konsep bahan tersebut.
Miskonsepsi Pembelajaran Matematika..., Linda Putri Rosmalia, FKIP, UMP, 2016
12
Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan
yang digeluti dapat menjadi penyebab miskonsepsi siswa
(Suparno, 2013: 39).
g) Kemampuan Siswa
Kemampuan siswa juga mempengaruhi miskonsepsi siswa.
Siswa yang intelegensi matematis-logisnya kurang tinggi akan
mengalami kesulitan dalam mengangkap konsep terutama
konsep yang abstrak (Suparno, 2013: 40).
h) Minat Belajar Siswa
Siswa yang berminat cenderung mempunyai miskonsepsi lebih
rendah daripada siswa yang tidak berminat. Siswa yang tidak
berminat apabila salah dalam menangkap suatu bahan maka
tidak berminat juga untuk mencari mana yang benar dan
mengubah konsep yang salah sehingga kesalahan untuk bahan-
bahan yang dibangun berdasarkan miskonsepsi akan semakin
menumpuk.
2) Guru
Guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti bahan secara tidak
benar akan menyebabkan siswa mendapatkan miskonsepsi karena
guru yang tidak memahami konsep akan meneruskan salah
pengertian tersebut kepada siswa (Suparno, 2013: 42). Guru yang
dengan cepat lari pada rumusan matematika dan bukan pada konsep
serta guru yang memberikan penjelasan dengan sangat sederhana
Miskonsepsi Pembelajaran Matematika..., Linda Putri Rosmalia, FKIP, UMP, 2016
13
untuk membantu siswa lebih mudah menangkap bahan yang
disajikan terkadang menjelaskan tidak lengkap atau menghilangkan
sebagian unsur yang penting sehingga siswa salah menangkap
konsep (Suparno, 2013: 44). Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Maghsoudi (2015) yang menyatakan bahwa:
“Mathematics which is taught without using proper
backgrounds and connection to the real time stops delivering
common sense to real mathematics from learning. This can
cause various misconceptions in understanding concepts in
mathematics.”
Artikel di atas menjelaskan bahwa penyajian materi matematika
oleh guru yang tidak dikaitkan dengan latar belakang siswa yang
tepat dan kehidupan nyata siswa merupakan penyebab terjadinya
kesalahpahaman siswa mengenai konsep-konsep (miskonsepsi)
dalam matematika. Selain itu, guru yang tidak memberikan materi
matematika secara konkret dengan tidak menggunakan benda-
benda nyata kepada siswa juga menjadi penyebab miskonsepsi.
Zuya dan Kwalat (2015) menambahkan:
“As it is an indication that the teachers themselves do not
possess the knowledge required to solve the problems in
question. Their failure to identify the knowledge the student
lacked in solving the problems in this study was not
unconnected with their inability to suggest ways of helping
the student. This is a case of “you cannot give what you do
not have”.
Artikel di atas menjelaskan tentang kegagalan sebagian besar guru
dalam mengidentifikasi atau mencari tahu miskonsepsi yang terjadi
pada siswa. Guru-guru tersebut gagal dikarenakan mereka tidak
Miskonsepsi Pembelajaran Matematika..., Linda Putri Rosmalia, FKIP, UMP, 2016
14
memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan
miskonsepsi sehingga mereka tidak dapat membantu siswa
memecahkan masalahnya. Dengan demikian, seorang guru tidak
dapat membantu menyelesaikan miskonsepsi siswa jika guru
tersebut juga tidak memiliki pengetahuan tentang miskonsepsi.
3) Buku Teks
Buku teks dapat menyebarkan miskonsepsi yang disebabkan bahasa
yang sulit atau penjelasan yang tidak benar sehingga miskonsepsi
tetap diteruskan (Suparno, 2013: 44).
4) Konteks
Konteks juga dapat menjadi penyebab miskonsepsi. Menurut
Suparno (2013: 47-49), konteks tersebut antara lain pengalaman
siswa, bahasa sehari-hari, teman lain, keyakinan dan ajaran agama.
5) Metode mengajar
Metode yang digunakan guru dapat memunculkan miskonsepsi
sehingga guru perlu kritis dengan metode yang akan digunakan dan
tidak membatasi diri dengan satu metode saja. Beberapa contoh
metode mengajar antara lain: metode ceramah, metode praktikum,
metode demonstrasi dan metode diskusi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penyebab miskonsepsi dapat berasal dari siswa yang disebabkan