7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Percaya Diri a. Pengertian Percaya Diri Rasa percaya diri bukanlah karunia Tuhan semata seperti halnya fisik. Rasa percaya diri juga tidak ada begitu saja saat seseorang membutuhkan. Perasaan percaya diri dimiliki seseorang jika ditumbuhkan, dibangun, dan diupayakan secara terus-menerus semenjak masih kanak-kanak hingga lanjut usia. Aunurrahman (2011: 184) menyatakan bahwa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan mental terhadap proses pembelajaran. Rasa percaya diri muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat dalam suatu aktivitas tertentu untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Rasa percaya diri membuat seseorang merasa optimis dalam memandang hidup, seseorang akan percaya dengan kemampuan yang dimiliki dalam membuat target keberhasilan. Mustari, 2014:5 menyatakan bahwa percaya diri merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Percaya diri juga merupakan keyakinan individu atas kemampuan dalam menghasilkan level-level pelaksanaan yang mempengaruhi kejadian dalam kehidupan Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017
21
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/3557/3/BAB II.pdf · melemahkan semangat hidupnya, seperti minder, pesimis, pasif, apatis (tidak peduli) dan cenderung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Rasa Percaya Diri
a. Pengertian Percaya Diri
Rasa percaya diri bukanlah karunia Tuhan semata seperti
halnya fisik. Rasa percaya diri juga tidak ada begitu saja saat
seseorang membutuhkan. Perasaan percaya diri dimiliki seseorang
jika ditumbuhkan, dibangun, dan diupayakan secara terus-menerus
semenjak masih kanak-kanak hingga lanjut usia. Aunurrahman (2011:
184) menyatakan bahwa percaya diri merupakan salah satu kondisi
psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan
mental terhadap proses pembelajaran. Rasa percaya diri muncul
ketika seseorang akan melakukan atau terlibat dalam suatu aktivitas
tertentu untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan.
Rasa percaya diri membuat seseorang merasa optimis dalam
memandang hidup, seseorang akan percaya dengan kemampuan yang
dimiliki dalam membuat target keberhasilan. Mustari, 2014:5
menyatakan bahwa percaya diri merupakan sikap yakin akan
kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya. Percaya diri juga merupakan keyakinan
individu atas kemampuan dalam menghasilkan level-level
pelaksanaan yang mempengaruhi kejadian dalam kehidupan
Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017
8
seseorang, dengan percaya diri seseorang akan sadar dengan
eksistensi diri dan inti kepribadian diri yang tidak dapat berubah
berlangsung selama hidup.
Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang membuat tidak sulit
dalam menyesuaikan lingkungan sekitar. Percaya diri (self-confidence)
adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan meyakini
seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi
penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya (Dariyo 2007: 206).
Individu yang mempunyai percaya diri biasanya mempunyai insiatif,
kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari
kekurangan dan kelebihan pada diri sendiri, berfikir positif,
menganggap semua permasalahan ada jalan keluarnya. Orang yang
tidak percaya diri ditandai dengan sikap-sikap yang cenderung
melemahkan semangat hidupnya, seperti minder, pesimis, pasif,
apatis (tidak peduli) dan cenderung apriori (tidak mengetahui).
Percaya diri juga terdapat dalam Al Quran pada surat Al Imran
ayat 139 yang menjelaskan bahwa: “Janganlah kamu bersikap lemah,
dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-
orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang
beriman”. Ayat ini menjelaskan bahwa sebagai manusia janganlah
sampai mempunyai mental yang lemah, bersikaplah dengan percaya
diri karena manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan
derajat yang paling tinggi.
Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017
9
Percaya diri dapat disimpulkan yaitu sikap meyakini dan
memahami seluruh potensi yang dimiliki agar dapat dikembangkan
dan dipergunakan dalam kehidupannya. Rasa percaya diri sangat
penting dibutuhkan semua orang terutama siswa, karena dengan
memiliki rasa percaya diri, siswa akan mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya
b. Ciri-Ciri Percaya Diri
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan memahami
kemampuan yang dimilikinya dengan mengetahui ciri-ciri rasa
percaya diri. Lina dan Klara (2010: 16) mengemukakan bahwa ciri-
ciri rasa percaya diri yaitu:
1) Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, sehingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa
hormat orang lain;
2) Tidak terdorong untuk menunjukan sikap menyesuaikan diri
demi diterima oleh orang lain atau kelompok;
3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, serta
berani menjadi diri sendiri;
4) Punya pengendalian diri yang baik;
5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, ketergantungan dari usaha diri sendiri dan tidak
mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung
mengharapkan bantuan orang lain);
6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri,
orang lain dan situasi di luar dirinya;
7) Memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri, sehingga
ketika harapan itu tidak terwujud, seseorang tetap mampu
melihat sisi positif diri dan situasi yang terjadi.
c. Langkah-Langkah Percaya Diri
Orang yang percaya diri mempunyai cara dalam menumbuhkan
rasa percaya diri pada dirinya, adapun langkah-langkah untuk
Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017
10
memperbaiki kepercayaan diri sendiri untuk yakin terhadap
kemampuannya yang di jelaskan Lautser (2002: 11) yaitu sebagai
berikut:
1) Cari sebab-sebab merasa rendah diri. Jika sudah mengetahui
sebab itu, maka dapat dilakukan suatu perbaikan;
2) Atasi kelemahan yang dimiliki, hal yang terpenting harus
memiliki kemauan yang kuat, sehingga akan memandang
perbaikan kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya;
3) Mencoba mengembangkan bakat dan kemampuan lebih jauh,
sehingga dapat mengadakan kompensasi bagi kelemahan yang
dimilliki;
4) Bahagia dengan keberhasilan dalam suatu bidang tertentu dan
jangan ragu untuk bangga;
5) Bebaskan diri dari pendapat orang lain. Jangan berbuat
berlawanan dengan keyakinan diri sendiri;
6) Jika tidak puas dengan pekerjaan sendiri maka kembangkan
bakat melalui hobby, sehingga akan mengobati kekecewaan dan
dapat menjaga diri dari tidak yakin atas diri sendiri;
7) Jika dituntut untuk melakukan pekerjaan atau tugas yang sulit,
coba melakukan pekerjaan atau tugas tersebut dengan rasa
optimis;
8) Jangan terlalu bercita-cita, karena cita-cita yang kelewat batas
tidak baik. Makin besar cita-cita maka akan semakin sulit untuk
memenuhi tuntutan tersebut;
9) Jangan terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang
lain;
10) Jangan mengambil motto yang dilakukan orang lain pasti dapat
dilakukan diri sendiri, karena tidak seorang pun mempunyai hasil
yang sama persis.
d. Indikator Rasa Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan sikap seseorang atau siswa yang
yakin terhadap kemampuan dirinya. Orang yang mempunyai rasa
percaya diri akan memiliki pandangan yang bersifat positif terhadap
dirinya sendiri dengan tidak perlu membandingkan-bandingkan
dirinya kepada terhadap orang lain. Indikator rasa percaya diri yang
dikemukakan oleh Mustari (2014: 57) adalah sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017
11
1) Yakin terhadap Kemampuan Diri Sendiri
Seorang individu yakin terhadap kemampuan yang dimiliki
dengan optimis. Individu yang memiliki rasa optimis tidak akan
merasa ragu, malu, dan minder. Rasa optimis dibutuhkan semua
individu agar termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik.
2) Berani Melakukan Sesuatu yang Positif
Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan berani
mengungkapkan pendapat yang dimilikinya, seseorang akan
berusaha melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan suatu
masalah dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
3) Bersungguh-sungguh dalam Melakukan Sesuatu
Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan
melakukan berbagai hal dengan yakin dan optimis. Orang yang
bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu akan dapat
berhasil meraih cita-cita dan keinginannya.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Prestasi
dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.
Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar
(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan
dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar pada aspek
pembentukan watak siswa. Prestasi belajar merupakan suatu masalah
Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017
12
yang bersifat perenial (dapat hidup secara terus-menerus) dalam
sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya
manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan
masing-masing (Arifin, 2011:12). Prestasi belajar dapat disimpulkan
yaitu hasil yang dicapai siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa dalam penguasaan materi yang telah disampaikan oleh guru.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan
manusia, karena manusia selalu mengejar prestasi selama masih
dalam lingkungan belajar. Prestasi belajar menjadi sangat penting,
karena mempunyai beberapa fungsi utama yang dikemukakan Arifin
(2011; 12) yaitu sebagai berikut:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa;
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu
yang biasa disebut sebagai tendensi keingintahuan (couriosity)
dan merupakan kebutuhan umum manusia;
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam
meningkatkan mutu pendidikan;
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa.
Indikator ekstern dalam arti bahwa dalam tinggi rendahnya
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan
siswa di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat;
Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017
13
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasaan) siswa dalam proses pembelajaran, siswa menjadi
fokus utama yang harus diperhatikan, karena siswa diharapkan
dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam individu
maupun luar diri individu. Pengenalan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka
membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-
baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang ada di luar individu. Ahmadi dan Supriyono (2013:
138) menyatakan beberapa faktor internal dapat dijelaskan dibawah
ini:
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh terdiri atas:
a) Faktor pengetahuan yang meliputi faktor potensial yaitu
kecerdasan dan bakat. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi
yang telah dimiliki;
Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017
14
b) Faktor non pengetahuan, yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, yang tergolong faktor
eksternal yaitu:
a) Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok;
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian;
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas
belajar dan iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual
Faktor jasmaniah, psikologis, kematangan fisik atau psikis
dan lingkungan spiritual saling berinteraksi secara langsung
maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Banyak
faktor belajar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu faktor
stimulus belajar, faktor-faktor metode belajar, faktor-faktor
individual.
3. Model Learning Cycle 7E
a. Pengertian Learning Cycle 7E
Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat
pada siswa (student centered) (Febriana & Arief, 2013: 243).
Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase)
yang dilakukan oleh siswa dalam melakukan sesuatu yang konkret
Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017
15
(nyata) sehingga siswa memiliki pengalaman sendiri untuk
membangun pengetahuannya (Ngalimun, 2015: 171). Hartono (2013)
berpendapat bahwa penggunaan model Learning Cycle 7E dapat
memberikan perubahan pada gaya belajar siswa yaitu:
Model pembelajaran Learning Cycle 7E memberikan
situasi belajar yang melibatkan siswa aktif langsung dalam
proses pembelajaran untuk melakukan sebuah eksperimen atau
penyelidikan. Peran guru dalam penggunaan model Learning
Cycle 7E sebagai fasilitator dalam pengelolaan aktivitas siswa
untuk mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus (1997) dalam Science Curriculum
Improvment Study (SCIS). Siklus belajar ini merupakan pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivitis (memperoleh suatu makna dari
yang dipelajari). Model Learning Cycle pada mulanya terdiri dari
fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept
introduction), aplikasi konsep (concept application) (Wena, 2014:
170). Berlandaskan model awal ini, Rofi‟ah dan Azizah (2014: 101)
mengemukakan bahwa Arthur Elsenkraft kemudian mengembangkan
model 3E ke 5E menjadi 7E yang terdiri dari elicit (mendatangkan
pengetahuan awal siswa), engage (motivasi dan membangkitkan