Top Banner
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat Bahasa Bahasa dalam bahasa Inggris disebut language, yang mengacu pada suatu bentuk ungkapan yang berbentuk dasarnya ujaran. Hakikat bahasa dilihat dari semua aspek bunyi atau kondisi, simbol (huruf atau gambar), dan makna. Bahasa merupakan sesuatu yang melekat pada manusia dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga memudahkan manusia untuk saling berkomunikasi. Chaer dan Agustina (2004: 11), mengemukakan bahwa bahasa adalah rangkaian kata-kata yang sangat sederhana dalam bentuk yang sistem, artinya bahasa dibentuk oleh banyak komponen yang telah dimodelkan secara tepat dan dapat didiskusikan. Jadi bahasa merupakan rangkaian kata yang dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola. Sehingga setiap penutur suatu bahasa akan memenuhi hubungan antar komponen dengan pola yang dikaidahkan. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Chaer (2014: 32), bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang arbiter digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk
25

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

Mar 01, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bahasa

a. Hakikat Bahasa

Bahasa dalam bahasa Inggris disebut language, yang mengacu

pada suatu bentuk ungkapan yang berbentuk dasarnya ujaran. Hakikat

bahasa dilihat dari semua aspek bunyi atau kondisi, simbol (huruf atau

gambar), dan makna. Bahasa merupakan sesuatu yang melekat pada

manusia dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai alat komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam

kehidupan manusia, sehingga memudahkan manusia untuk saling

berkomunikasi.

Chaer dan Agustina (2004: 11), mengemukakan bahwa bahasa

adalah rangkaian kata-kata yang sangat sederhana dalam bentuk yang

sistem, artinya bahasa dibentuk oleh banyak komponen yang telah

dimodelkan secara tepat dan dapat didiskusikan. Jadi bahasa

merupakan rangkaian kata yang dibentuk oleh sejumlah komponen

yang berpola. Sehingga setiap penutur suatu bahasa akan memenuhi

hubungan antar komponen dengan pola yang dikaidahkan.

Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Chaer (2014: 32),

bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa adalah sistem simbol

bunyi yang arbiter digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

13

bekerja, berkomunikasi, dan mengenali bunyi (Kridalaksana dan

Kentjono (dalam Chaer, 2014: 32). Sehingga bahasa paling efektif

untuk menyapaikan perumusan maksud, gagasan, pendapat, tujuan

kepada orang lain dan memungkinkan untuk menciptakan kerja sama

dengan sesama warga.

Selain arbiter, bahasa juga merupakan sistem. Artinya, bahasa

bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara tidak teratur. Bahasa

bukanlah satu susunan sistem tetapi dibangun oleh beberapa subsistem

(subsistem fonologi, sintaksis, dan leksikon). Jadi dapat dikatakan

bahwa bahasa itu sistematis, artinya bahasa disusun menurut pola

tertentu, tidak tersusun secara asal-asalan atau sembarangan. Sehingga

akan mewujudkan sebuah sistem berupa lambang bunyi bahasa

(Chaer, 2009: 30).

Chaer (2014: 42), menegaskan bahwa bahasa merupakan

lambang bahasa, berarti bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap

manusia. Jadi, bunyi yang tidak dihasilkan oleh alat ucap manusia

tidak terhitung bunyi bahasa. Namun tidak semua bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa. Misalnya

teriakan, bersin, batuk, dan berdeham.

Kridalaksana (2009: 4), selanjutnya mengatakan bahwa jika

suatu bahasa produktif, artinya sebagai suatu sistem elemen hingga

pengguna dapat menggunakan bahasa tersebut tanpa batas. Misalnya,

Bahasa Indonesia yang hanya memiliki sekitar 30 fonem, tetapi dapat

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

14

menghasilkan lebih dari 80.000 kata yang mengandung fonem

tersebut. Produktivitas bahasa kemudian membuatnya unik. Bahasa itu

unik, karena setiap bahasa selalu memiliki sistem khas dan bahasa

tidak harus ada. Maka terbentuklah Bahasa Melayu, Madura, Jawa,

Mandarin dan bahasa lainnya dengan ciri khas tersendiri.

Keunikan pada bahasa dapat membuat bahasa berbeda sehingga

tidak membingungkan. Siswanto, dkk (2012: 23) mengungkapkan

bahwa bahasa tidak dapat dipertukarkan yang artinya, (1) tanda yang

bersifat arbiter, tanda tak ada tanda yang lebih dari yang lain sehingga

tak ada pilihan percakapan antar penutur bahasa; (2) meskipun ada

kemungkinan masyarakat ingin mengubah sistem penulisanan yang

arbiter karena unsur-unsurnya terbatas jumlahnya; (3) bahasa

merupakan sistem yang kompleks; (4) bahasa merupakan satu-satunya

sistem sosial yang digunakan oleh semua orang. Sehingga

menyebabkan bahasa digunakan sebagai simbol identitas sosial.

Kridalaksana (2009: 6), menegaskan bahwa bahasa adalah

sistem yang menggabungkan dunia makna dengan dunia bunyi.

Bahasa adalah suatu sistem, artinya bahasa itu sistematis dan sekaligus

sistemis. Dengan yang terakhir mencakup bahasa yang tersusun dari

beberapa subsistem, yakni subsistem fonetik, sistem tata bahasa, dan

subsistem leksikon.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan esensi

atau pondasi dari sistem simbol bunyi yang memiliki makna dalam

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

15

komunikasi, identifikasi diri, interaksi antar masyarakat dan

memegang peran penting dalam kehidupan sehari-hari.

b. Fungsi Bahasa

Bahasa memiliki peran yang sangat penting. Hampir kehidupan

manusia tidak terlepas dari penggunaan bahasa. Oleh karena itu, fungsi

bahasa menjadi sangat penting untuk mewujudkan proses sosial dalam

masyarakat. Bahasa merupakan alat untuk interaksi sosial, dalam arti

alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan

(Chaer, 2009: 33).

Selain itu, Wardhaugh (dalam Chaer 2009: 33) meyakinkan

bahwa fungsi bahasa adalah sarana komunikasi manusia, termasuk

dalam bentuk lisan dan tulisan. Kinneavy memiliki uraian yang lebih

rinci dalam (Chaer 2009: 33) yang menunjukkan bahwa bahasa

memiliki lima fungsi dasar yaitu, fungsi ekspresi, fungsi informasi,

fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi hiburan. Kelima fungsi

tersebut mewujudkan konsep, bahasa adalah alat yang digunakan untuk

membangkitkan ekspresi batin yang ingin disampaikan pembicara

kepada orang lain. Dengan bahasa dapat menyampaikan ekspresi

kesenangan, kebencian, kekaguman, kemarahan, kekhawatiran,

kesedihan dan kekecewaan.

Dikatakan bahwa informasi berfungsi untuk menyampaikan

berita atau kepada orang lain. Sebagai fungsi eksplorasi, penggunaan

bahasa untuk menjelaskan hal-hal, kasus, atau situasi. Fungsi persuasi

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

16

adalah menggunakan bahasa yang atau mengajak orang lain untuk

melakukan sesuatu dengan cara yang baik, begitu pula sebaliknya.

Fungsi entertainment adalah menggunakan bahasa untuk hiburan,

kesenangan atau kepuasan perasaan batin (Chaer, 2009: 33).

2. Fonologi

a. Pengertian

Proses komunikasi membutuhkan bahasa. Bahasa adalah sistem

bunyi ucapan yang telah disadari oleh para ahli bahasa. Oleh karena

itu, objek utama kajiannya adalah bahasa lisan, yaitu bahasa yang

berupa bunyi ujaran. Dapat dipahami bahwa material bahasa adalah

bunyi kata. Fonologi merupakan cabang linguistik yang menyelidiki

bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Muslich, 2018: 1).

Secara etimologis kata fonologi berasal dari gabungan kata fon

yang berarti “bunyi”, dan logi yang berarti “pengetahuan”. Secara

umum fonologi diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang

mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi

ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Chaer, 2013: 1).

Dalam studi ilmu bunyi hal ini ditekankan dalam Chaer (2013: 5)

ketika mempelajari fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan

terkecil dari ucapan bersama dengan “kombinasi” bunyi yang

menghasilkan suku kata. Serta dengan unsur suprasegmental, seperti

tekanan, nada, hentian, dan durasi.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

17

Arifin, Zaenal. dkk (2017: 3), menjelaskan bahwa fonologi

merupakan bidang bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara

umum. Istilah fonologi, berasal dari kombinasi kata Yunani phone

“bunyi” dan logos “tatanan, kata, atau ilmu” disebut juga tata bunyi.

Marsono (2019: 1), mengemukakan bahwa fonologi atau

fonemik (phonology/phonemics) merupakan cabang ilmu linguistik

yang meneliti bunyi bahasa dengan melihat fungsi bunyi sebagai

pembeda makna dalam suatu bahasa. Fonologi menyelidiki bunyi

bahasa dari sudut pandang bahasa tertentu atau language. Misalnya,

perbedaan bunyi [b] dengan [k] dalam bahasa Indonesia dan Jawa

karena bunyi itu berfungsi membedakan artinya, bunyi [b] bilabial

dengan [k] dorso-velar itu dikaji dalam fonologi. Adapun ruang

lingkup fonologi menyelidiki bunyi bahasa pada tataran language,

sedangkan fonetik menyelidiki tingkat bunyi pada tingkat pembebasan

bersyarat dari “ujaran”. Karena objek sasarannya yang sedemikian

maka fonetik bersifat umum, sedangkan fonologi bersifat spesifik

dalam suatu bahasa (Marsono, 2019: 2).

Siswanto, dkk. (2019: 3), mengemukakan bahwa fonetik umum

adalah fonetik yang secara umum mempelajari bunyi dari berbagai

bahasa di dunia. Kemudian Muslich (2019: 2), menegaskan jika

fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar disebut fonetik.

Sementara fonetik yang menganggap pengucapan kata-kata sebagai

bagian dari sistem bahasa biasanya disebut fonologi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

18

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fonologi

adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa, dan diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari bunyi bahasa dengan dihasilkan oleh alat ucap

manusia. Fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik

adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa terlepas dari

apakah bunyi memiliki perbedaan makna. Pada saat yang sama,

fonemik adalah fonem, yakni bunyi suatu bahasa yang dapat berperan

dalam membedakan arti kata.

b. Pemerolehan Fonologi

Pemerolehan bunyi bahasa dapat dipelajari secara scientific

(ilmiah). Bagaimana bunyi itu dihasilkan dapat dijelaskan secara lebih

rinci atau detail dalam ilmu bunyi atau fonetik (Muslich 2018: 8).

Fonetik merupakan bidang ilmu yang meneliti bagaimana manusia

menghasilkan bunyi bahasa dalam ujaran, meneliti gelombang bunyi

bahasa yang dilepaskan, dan bagaimana alat pendengaran manusia

menerima bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak manusia.

Arifin, Zaenal. dkk (2017: 35), fonetik juga mempelajari cara

kerja organ tubuh manusia terutama yang berkaitan dengan

penggunaan bahasa. Kemudian pernyataan ini ditegaskan oleh Chaer

(2013: 10) fonetik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang

meneliti bunyi suatu bahasa tanpa melihat apakah bunyi tersebut dapat

membedakan makna kata atau tidak. Kemudian berdasarkan di mana

letak bunyi bahasa sewaktu dipelajari, dapat dibedakan menjadi tiga

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

19

macam fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akuisi dan fonetik

auditoris.

Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik

fisiologis meneliti bagaimana alat ucap manusia menghasilkan bunyi.

Fonetik akuisi, yang objeknya adalah bunyi bahasa saat merambat di

udara, meliputi gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatanya,

spectrum, tekanan, dan intensitas bunyi saat merambat di udara.

Sedangkan, fonetik auditoris memeriksa bagaimana telinga

“menerima” bunyi ujaran untuk mendengar dan memahami bunyi

tersebut.

Fonetik menurut Siswanto, dkk (2019: 5), mencangkup tiga cara

yaitu, audiotoris, akustis, dan artikulatoris. Audiotoris adalah

penyelidikan tentang kemungkinan alat bantu pendengar (telinga) saat

merespon bunyi saat pembicara mengeluarkan bunyi. Akustis adalah

penyelidikan yang membutuhkan pengetahuan ilmiah yang tepat

karena bunyi harus dideskripsikan dengan simbol atau rumus-rumus

matematis. Sedangkan artikulatoris (organic) akan mempelajari

bagaimana organ penutur (organ wicara) menghasilkan bunyi bahasa

(organs of speech).

Sederhananya Arifin, Zaenal, dkk (2017: 35), menegaskan

bahwa fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi,

mempelajari bagaimana mengklasifikasikannya. Fonetik akuisi

mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisika atau fenomena

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

20

alam (studi tentang frekuensi getarannya, amplitudo, dan intensitas

suara). Sedangkan fonetik auditoris mempelajari mekanisme

bagaimana menerima suara melalui telinga.

Bunyi dihasilkan dengan pita suara yang terbuka sedikit. Pita

suara yang sedikit terbuka akan bergetar. Selain itu, dengan

pengecualian bentuk rongga mulut dengan berbentuk spesifik menurut

jenis suara manusia yang dihasilkan. Udara menyebar keluar melalui

rongga 2 mulut tanpa adanya hambatan. Setelah aliran udara melewati

pita suara yang sedikit atau sedikit terbuka akan bergetar dan

tersumbat pada sendi tertentu dan diteruskan ke rongga mulut atau

rongga hidung.

Perlu diketahui bahwa ada klasifikasi bunyi dalam sebuah

fonetik. Menurut Chaer (2013: 39), bunyi diklasifikasikan dan diberi

nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa

bersifat vertical dan bisa bersifat horizontal.

Tinggi rendah posisi lidah

Vokal Bunyi

Vokal tinggi atas Bunyi [i] dan [u]

Vokal tinggi bawah Bunyi [i] dan [U]

Vokal sedang atas Bunyi [e] dan [o]

Vokal sedang bawah, Bunyi [ɛ] dan [⸧]

Vokal sedang tengah Bunyi [ꝺ]

Vokal rendah Bunyi [a]

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

21

Maju mundurnya lidah

Vokal Bunyi

Vokal depan Bunyi [i], [e], dan [a]

Vokal tengah Bunyi [ꝺ]

Vokal belakang Bunyi [u] dan [o]

Striktur

Vokal Bunyi

Vokal tertutup Bunyi [i] dan [u]

Vokal semi tertutup Bunyi [e], bunyi [ꝺ], dan bunyi

[o]

Vokal semi terbuka Bunyi [ɛ] dan [⸧]

Vokal terbuka Bunyi [a]

Bentuk mulut

Vokal Bunyi

Vokal bundar Bunyi [o] dan [u]

Vokal tak bundar Bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi [ɛ]

Vokal netral Bunyi [a]

Berdasarkan keempat kriteria tersebut, maka nama-nama vokal

dapat disebutkan sebagai berikut:

[i] adalah vokal depan, tinggi (atas), tak bundar, tertutup

[i] adalah vokal depan, tinggi (bawah), tak bundar, tertutup

[u] adalah vokal belakang, tinggi (atas), bundar, tertutup

[U] adalah vokal belakang, tinggi (bawah), bundar, tertutup

[e] adalah vokal tengah, sedang, tak bundar, semi tertutup

[ɛ] adalah vokal depan, sedang (bawah), tak bundar, semi terbuka

[ꝺ] adalah vokal tengah, sedang, tak bundar, semi tertutup

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

22

[o] adalah vokal belakang, sedang (atas), bundar, semi tertutup

[⸧] adalah vokal belakang, sedang (bawah), bundar, semi tertutup

[a] adalah vokal belakang, rendah, netral, terbuka

Diftong atau vokal rangkap menurut Chaer (2014: 115)

menunjukkan apabila, posisi lidah membedakan bunyi di awal dan di

akhir. Berdasarkan pernyataan tersebut Chaer (2013: 44-45),

menegaskan bahwa diftong dikenal dengan tiga macam, yaitu sebagai

berikut:

1) Diftong naik, terjadi jika yang kedua diucapkan dengan posisi lidah

menjadi lebih tinggi daripada pertama. Contohnya:

[ai] menjadi <gulai>

[au] menjadi <pulau>

[oi] menjadi <sekoi>

[ꝺi] menjadi <esai>

2) Diftong turun, yakni yang terjadi bila kedua diucapkan dengan

posisi lidah lebih rendah daripada yang pertama. Contohnya:

[ua] pada kata <muarem> ‘sangat puas’

<uanteng> ‘sangat tenang’

[uo] pada kata <luoro> ‘sangat sakit’

<duowo> ‘sangat panjang’

[uɛ] pada kata < uelek> ‘sangat jelek’

<uenteng> ‘sangan ringan’

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

23

3) Diftong memusat, yaitu yang terjadi bila kedua diacu oleh sebuah

atau lebih vokal yang lebih tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau

lebih vokal yang rendah. Contohnya:

[oɑ] seperti kata <more> dan kata <floor>. Ucapan kata <more>

adalah [moꝺ] dan ucapan kata <floor> adalah [floꝺ].

Chaer (2013: 48), konsonan adalah salah satu bunyi bahasa yang

dihasilkan dengan cara tertentu, ketika aliran kata mengalir dari glottis,

hal itu menjadi penghambat pada alat ucap tertentu di rongga mulut

atau hidung. Konsonan dikasifikasi menurut tempat artikulasi, cara

artikulasi, bergetar tidaknya pita suara, striktur.

1) Tempat artikulasi yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan, atau

tempat bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif.

Berdasarkan tempat artikulasinya melahirkan konsonan, yaitu :

a) Bilabial yaitu konsonan yang terjadi pada kedua bibir, bibir

bawah merapat pada bibir atas. Bunyi tersebut yaitu [b], [p],

dam [m].

b) Labiodental yaitu konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan

bibir atas; gigi bawah merapat pada bibir atas. Bunyi tersebut

yaitu [f], dan [v].

c) Laminoalveolar yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah

dan gusi; dalam hal ini daun lidah menempel pada gusi. Bunyi

tersebut yaitu [t] dan [d].

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

24

d) Dorsovelar yaitu konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan

velum atau langit-langit lunak. Bunyi tersebut [k], dan [g].

2) Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan arus udara

yang baru ke luar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan

itu, dibedakan menjadi:

a) Hambat (letupan, plosive, stop), contoh yang termasuk

konsonan letupan adalah bunyi [p], [b], [t], [d], [k], dan [g].

b) Geseran atau Geseran, contoh yang termasuk konsonan

gesekan adalah bunyi [f], [s], dan [z].

c) Paduan atau Geseran, contoh bunyi [c], dan [j].

d) Sengauan atau nasal. Contoh bunyi [m], [n], dan [q].

e) Getaran atau Getaran. Contohnya bunyi [r].

f) Lateral atau lateral. Contoh bunyi [l].

g) Hampiran atau aproksima. Contoh bunyi [w], dan [y].

3) Bergetar tidaknya pita suara yaitu jika pita suara dalam proses

pembunyian itu turut bergetar atau tidak yang termasuk bunyi

bersuara antara lain, bunyi [b], [d], [g], dan [c]. Dan bunyi tidak

bersuara, antara lain, bunyi [s], [k], [p], dan [t].

4) Striktur yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif dan

artikulator pasif. Contoh bunyi konsonan [p] adalah konsonan

hambatan tak bersuara, sedangkan [b] adalah konsonan bersuara.

Kemudian unsur suprasegmental dalam arus ujaran ada bunyi

yang dapat disegmentasikan, sehingga disebut bunyi segmental. Bagian

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

25

dari bunyi tersebut adalah bunyi suprasegmental atau prosedi. Bunyi

suprasegmental biasa dibagi menjadi beberapa bagian antara lain

a. Tekanan atau Stress

Tekanan berkaitan erat dengan masalah keras atau lunaknya

bunyi yang dikeluarkan. Bila keras akan menyebabkan

amplitudonya melebar dan pasti disertai tekanan yang keras begitu

juga sebaliknya.

b. Nada atau Pitch

Nada mengacu pada tinggi rendahnya suatu bunyi. Jika

frekuensi getaran suara yang tersegmentasi tinggi, pasti akan

disertai dengan nada tinggi dan sebaliknya. Begitu juga sebaliknya.

Nada, dalam bahasa tertentu bisa bersifat fonemis dan morfemis.

c. Jeda atau Persendian

Jeda atau persendian mengacu pada penghentian bunyi dalam

arus ujar. Disebut jeda karena ada perhentian dan disebut

persendian karena ada hubungan antara satu segmen dengan

segmen lainnya diperhentian. Jeda ada yang bersifat penuh juga

ada yang bersifat sementara. Sedangkan jeda dibedakan karena

adanya sendi dalam dan sendi luar.

d. Silabel

Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam

suatu arus ujaran atau runtunan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya

mencangkup satu dan satu atau lebih konsonan. Silabel mempunyai

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

26

puncak kenyaringan atau sonoritas yang biasanya jatuh pada

sebuah. Contoh kata keprok secara fonetis bersilabel [ke+prok],

tetapi secara ejaan suku kata kep+rok.

2. Pemerolehan Bahasa Anak usia 1-3 Tahun

Saat mempelajari bahasa ibu, pemerolehan atau penguasaan bahasa

terjadi di otak. Pemerolehan bahasa sering dibedakan dari pembelajaran

bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses anak mempelajari

bahasa kedua setelah mempelajari bahasa pertama. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa pemerolehan bahasa berkaitan dengan bahasa pertama

sedangkan pembelajaran bahasa berkaitan dengan bahasa kedua.

Tarigan (2011: 5), pemerolehan bahasa merupakan salah satu

pencapaian terbesar dan paling mengejutkan untuk manusia. Satu hal yang

kita tahu adalah bahwa pemerolehan bahasa sangat bergantung pada

interaksi kompleks biologis, kognitif, dan kematangan sosial.

Chaer (2009: 167), pemerolehan bahasa atau penguasaan bahasa

adalah proses yang terjadi di otak anak setelah mereka memperoleh bahasa

pertama atau bahasa ibu. Bahasa biasanya mahir di masa kanak-kanak dan

anak biasanya mendengarkan kata terakhir yang didengar dalam kalimat

yang diucapkan oleh seseorang.

Dardjowidjojo (2008: 225), menjelaskan lebih rinci bahwa istilah

pemerolehan bahasa diperoleh dalam istilah Inggris acquistion, yaitu

proses yang mengacu pada anak-anak dimana secara alami memperoleh

bahasa ketika mereka mempelajari bahasa ibunyi (narrative language).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

27

Istilah ini berbeda dengan pembelajaran yang merupakan padanan bahasa

Inggris learning. Dalam pengertian ini proses dilakukan dalam lingkungan

formal, yaitu belajar di kelas dan diajar oleh guru. Dengan demikian,

proses belajar anak untuk menguasai bahasa ibu merupakan proses belajar

dan proses belajar dari orang (biasanya orang dewasa) di dalam kelas

adalah pembelajaran.

Darmojuwono & Kushartanti (2009: 24), menjelaskan bahwa istilah

pemerolehan dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama yang

merupakan satu proses perkembangan saat terjadi pada manusia sejak

kelahirannya. Tarigan (2011: 6), membenarkan pernyataan tersebut bahwa

pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan kontinu dengan serangkaian

kesatuan dari kata sederhana hingga kombinasi kata yang lebih kompleks

(tata bahasa).

Hal yang paling jelas terkait dengan pemerolehan bahasa anak

sebenarnya bergantung pada berbagai sumber dan cara mendapatkannya.

Oleh karena itu, pemerolehan bahasa akan terus berkembang seiring

dengan perkembangan zaman dan waktu, sehingga memengaruhi

pemerolehan bahasa anak. Salah satunya terkait pemerolehan bahasa

karena tahap ini unik sebelum mencapai bahasa ideal dan sempurna. Hal

ini terlihat dari bentuk bunyi atau pengucapan pada tahap awal

pemerolehan bahasa anak, terlihat berbeda dengan bahasa yang digunakan

oleh orang dewasa. Dengan demikian, orang-orang disekitarnya harus

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

28

berbicara dan berbahasa dengan hati-hati, karena akan sangat

memengaruhi pemerolehan bahasa anak.

Melalui rancangan tahap–tahap perkembangan bahasa seorang anak.

Adapun tahapannya yaitu meliputi, a) pralinguistik I yaitu, tahap meraba

antara usia 0-0,5 tahun, b) pralinguistik II yaitu, tahap meraba dengan kata

nonsense di mulai usia 0,5-1 tahun, c) tahap linguistik I yaitu, tahap

kalimat satu kata antara usia 1-2 tahun, d) tahap linguistik II yaitu, tahap

kalimat dua kata dimulai usia 2-3 tahun, e) tahap linguistik III yaitu, tahap

pengembangan tata bahasa antara usia 3-4 tahun, f) tahap linguistik IV

yaitu, tahap tata bahasa pradewasa dimulai usia 4-5 tahun, g) tahap

linguistik V yaitu, tahap kompetensi penuh dimulai dari usia 5 sampai

seterusnya (Tarigan, 2011: 41).

3. Penggunaan Bahasa Dalam Keluarga Pernikahan Campuran (Jawa

Madura)

Secara umum, pernikahan antarbudaya merupakan suatu bentuk

hubungan antara laki-laki dan perempuan yang berasal dari dua suku, ras

dan budaya yang berbeda, serta memiliki ikatan komitmen secara

institusional. Pernikahan antar suku disebut pernikahan campur. Begitu

pula dengan pernikahan suku Jawa dengan Madura. Pernikahan campuran

mengarah pada integrasi budaya dan bahasa. Pernikahan ini akan

melahirkan seorang anak untuk mempererat hubungan keduanya. Lahirnya

anak tersebut, memuat pemakaian bahasa dalam keluarga pernikahan

campuran akan bervariasi. Beberapa keluarga berbicara menggunakan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

29

Bahasa Jawa, Bahasa Madura, dan Bahasa Indonesia, serta campuran dari

ketiga bahasa tersebut. Berikut contoh percakapan dari keluarga

pernikahan campuran di Desa Mlokorejo Kecamatan Puger Kabupaten

Jember antar orang tua (suami istri) dengan anak.

Bapak : Ngakana apa bu? [nakana]

Ibu : Ayo makan lalapan di depan pom bensin

Anak : Ikut Bu

Percakapan di atas merupakan contoh percakapan orang

menggunakan bahasa Madura dan Indonesia. Hal ini menyebabkan

perbedaan dalam bahasa baru yang dikomunikasikan oleh anak (Waldania,

2016: 4).

Chaer (2014: 55), menyatakan bahwa variasi bahasa terjadi karena

perbedaan situasi sosial dan latar belakang budaya yang berbeda.

Mengenai variasi bahasa ada tiga istilah, yaitu variasi idiolek, variasi

dialek, dan ragam.

Masinambow & Paul (2002: 54), bahasa daerah merupakan bahasa

penamaan yang digunakan oleh sekelompok orang, dibandingkan dengan

orang yang tidak berbicara bahasa daerah, anggotanya relatif lebih

mementingkan dan memperhatikan frekuensi interaksi satu sama lain.

Bahasa Jawa merupakan bagian dari bahasa nusantara dan termasuk

dalam rumpun bahasa Austronesia yang ada di dunia ini. Secara linier

Bahasa Jawa memiliki sejarah panjang, kegunaan yang luas, dan penutur

yang banyak, sebanyak bahasa Jawa (Abdullah & Sri lestari, 2014: 11).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

30

Bahasa Jawa khususnya di Jember memiliki ciri khas tersendiri. Semua itu

disebabkan letak geografisnya.

Bahasa Jawa memiliki ciri kebahasaan yang sangat unik, yaitu dapat

membentuk kepribadian dalam sopan santun. Perubahan Bahasa Jawa

ditentukan oleh letak geografis sehingga akan menampakkan keunikan

daerah tersebut. Misalnya, bahasa Jawa Tengah yang berbicara masih

menggunakan bahasa sastra atau baku dan bahasanya halus/karma

terkadang masih kejawen. Untuk bahasa Jawa Barat memiliki ciri bahasa

ngapak tetapi masih halus/krama. Dan untuk Jawa Timur memiliki ciri

bahasa yang kasar, keras dan temperamental (berbicara cepat seperti orang

marah).

Bahasa Madura merupakan bahasa daerah yang digunakan oleh ethis

Madura yang hidup di dalam dan di luar Pulau Madura, sebagai sarana

komunikasi sehari-hari (Mahmud, 2014: 1). Bahasa Madura juga memilik

ciri khas yang berbeda dengan bahasa lainnya. Karakter ini bergantung

pada jumlah konsonan dan suara letup pada tiap katanya. Contohnya kata

kamma’ah (mana) dalam kalimat Dha’ kamma’ah? (anda mau kemana)

contohnya, menulis kata dalam bahasa Madura tidak semudah menulis

kata dalam bahasa Indonesia dan pengucapannya.

4. Faktor Yang Memengaruhi Pemerolehan Fonologi

Menurut Yusuf (2016: 53) terdapat beberapa faktor yang

memengaruhi pemerolehan bahasa, diantaranya sebagai berikut:

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

31

a. Faktor Biologis

Secara alamiah, setiap anak memiliki kemampuan bawaan atau

kodrati yang memungkinkannya mampu berbahasa. Perangkat biologis

yang menentukan kemampuan bahasa anak adalah sistem saraf (otak),

alat dengar, dan alat ucap. Dalam proses berbahasa, sistem saraf pusat

yang berada di otak mengendalikan anak. Di belahan otak kiri terdapat

area broca yang memengaruhi dan mengontrol produksi bahasa seperti

berbicara dan menulis. Pada saat yang sama, dibelahan kanan adalah

area wernicke yang memengaruhi dan mengontrol penerimaan atau

pemahaman biasa seperti menyimak.

b. Faktor Lingkungan Sosial

Setiap anak memiliki kemampuan bawaan untuk memperoleh

bahasa. Semua tidak akan bekerja secara maksimal jika tidak didukung

lingkungan sekitar, seperti halnya stimulus aktif dan interaksi dengan

lingkungan sekitar. Lingkungan sangat berpengaruh secara signifikan

untuk tumbuh kembang kemampuan bahasa anak. Anak memerlukan

lingkungan sosial sebagai contoh atau model bahasa dalam memberikan

rangsangan dan respon. Selain itu, anak juga harus melakukan latihan

dan melakukan uji coba dalam belajar bahasa.

c. Faktor Inteligensi

Secara umum, anak yang bisa berbahasa dengan baik adalah anak

dengan inteligensi normal, meskipun anak dengan kemampuan

penalaran yang tinggi biasanya diukur dengan nilai eksakta yang baik

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

32

dengan memiliki keterampilan bahasa yang baik. Jika anak dapat

berpikir cepat dan tepat berdasarkan tingkat usianya, ia disebut cerdas.

Di sisi lain, anak yang berpikir lambat sering disebut bodoh.

d. Faktor Motivasi

Motivasi memiliki peran penting dalam pemerolehan bahasa

anak. Motivasi berasal dari dalam dan luar diri anak. Ketika belajar

bahasa, anak tidak belajar untuk dirinya sendiri melainkan untuk

kebutuhan dasar dirinya, seperti lapar, haus, buang air, perhatian dan

emosi. Motivasi intrinsik adalah yang berasal dari anak itu sendiri untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan untuk motivasi ekstrinsik

berasal dari luar diri anak atau lingkungan. Kondisi lingkungan menjadi

motivasi anak untuk semangat belajar bahasa. Anak yang tumbuh

dengan semangat belajar bahasa yang tinggi akan semakin memicu

proses belajar bahasa anak. Sebab dalam perkembangannya, anak mulai

mengerti bahwa bahasa memiliki banyak fungsi.

B. Penelitian Yang Relevan

Hasil Penelitian tentang pemerolehan bahasa pada anak usia dini sudah

beberapa kali dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian

terdahulu dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini.

Beberapa hasil penelitian yang digunakan acuan adalah sebagai berikut:

Novita Ikayuda Fransica (2016), berjudul Pemerolehan Bahasa

Indonesia Pada Anak Usia Dini Menggunakan Media Lagu anak-anak di

Kelompok Bermain Taruna Nusantara Kecamatan Donorojo Kabupaten

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

33

Pacitan Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan sejauh mana pemerolehan bahasa anak usia dini

menggunakan media lagu anak-anak serta faktor yang memengaruhi bahasa

pada anak usia dini menggunakan media lagu anak-anak. Penelitian terdahulu

dengan penelitian sekarang memiliki persamaan dan berbedaan.

Persamaannya terdapat pada subjek penelitian yaitu tentang pemerolehan

bahasa. Perbedaannya adalah objek penelitian terdahulu anak usia dini,

sedangkan penelitian sekarang anak usia 1-3 tahun.

Avin Dinaria (2016) berjudul Pemerolehan Bahasa pada Anak Usia

Dini di Sekolah Kelompok Bermain Kurnia Putra Desa Kalak Kecamatan

Donorojo Kabupaten Pacitan Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pemerolehan bahasa dan faktor

yang memengaruhi pemerolehan bahasa pada anak usia dini di sekolah

kelompok bermain kurnia putra desa Kecamatan Donorojo Kabupaten

Pacitan. Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang memiliki persamaan

dan berbedaan. Persamaannya terdapat pada subjek penelitian yaitu tentang

pemerolehan bahasa. Perbedaannya adalah objek penelitian terdahulu anak

usia dini, sedangkan penelitian sekarang anak usia 1-3 tahun.

Melinda Ika Widyanasari (2020) berjudul Pemerolehan Bahasa Bidang

Morfologi Anak Usia 6-7 Tahun di Dusun Krajan Desa Kayen Pacitan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pemerolehan

bahasa dan faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa pada anank usia 6-

7 tahun di Dusun Kayen Desa Krajan Pacitan dengan bidang morfologi.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

34

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang memiliki persamaan dan

berbedaan. Persamaannya terdapat pada subjek penelitian yaitu tentang

pemerolehan bahasa. Perbedaannya adalah objek penelitian terdahulu anak

usia 6-7 tahun, sedangkan penelitian sekarang anak usia 1-3 tahun.

Kurniawan, (2016 ) berjudul Studi Kasus Pemerolehan Bahasa Anak

Usia 2 Tahun Hasil Pernikahan Pasangan Beda Daerah. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan seorang anak menggunakan bahasa

pertamanya untuk menyampaikan keinginan dan juga digunakan sebagai alat

komunikasi. Namun karena perbedaan suku kedua orang tua mengakibatkan

anak dalam berkomunikasi menggunakan bahasa campuran. Penelitian

terdahulu dengan penelitian sekarang memiliki persamaan dan berbedaan.

Persamaannya terdapat pada subjek penelitian yaitu tentang pemerolehan

bahasa. Perbedaannya adalah objek penelitian terdahulu anak usia 2 tahun,

sedangkan penelitian sekarang anak usia 1-3 tahun.

Prima Gusti Yanti (2016) berjudul Pemerolehan Bahasa Anak: Kajian

Aspek Fonologi Pada Anak Usia 2-2,5 Tahun. Penelitian tersebut

mendeskripsikan bagaimana pemerolehan bahasa pada anak usia 2-2,5 tahun

dan faktor yang memengaruhi pemerolehan fonologi. Penelitian terdahulu

dengan penelitian sekarang memiliki persamaan dan berbedaan.

Persamaannya terdapat pada subjek penelitian yaitu tentang pemerolehan

bahasa. Perbedaannya adalah objek penelitian terdahulu anak usia 2-2,5

tahun, sedangkan penelitian sekarang anak usia 1-3 tahun.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

35

Fitrianti (2019) berjudul Pemerolehan Bahasa Anak Usia 2-3 Tahun

Pada Tataran Fonologi. Penelitian tersebut mendeskripsikan bagaimana

pemerolehan bahasa anak usia 2-3 tahun dalam tataran fonologi. Penelitian

terdahulu dengan penelitian sekarang memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaannya terdapat pada subjek penelitian yaitu tentang pemerolehan

bahasa. Perbedaannya adalah objek penelitian terdahulu anak usia 2-3 tahun

sedangkan penelitian sekarang usia 1-3 tahun.

Dalam penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya, akan

tetapi dalam penelitian sebelumnya dijadikan acuan untuk melakukan

penelitian ini. Penelitian tentang Pemerolehan Fonologi Anak usia 1-3 Tahun

Pada Pasangan Pernikahan Jawa Madura. Dimana penelitian ini memiliki

keunikan tersendiri yaitu penelitian dilakukan di lingkungan khusus Madura

dan jarang yang bisa berbahasa Indonesia ataupun Jawa. Bunyi yang

terdengar juga memiliki ciri khas tersendiri sehingga dengan mudah ditebak

apabila itu orang Madura. Penelitian ini mengungkapkan bentuk pemerolehan

fonologi anak usia 1-3 tahun pada pernikahan pasangan Jawa Madura. Selain

itu, mencari faktor-faktor yang pemerolehan fonologi anak usia 1-3 tahun

pernikahan pasangan Jawa Madura.

C. Kerangka Pikir

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih tertata, ada baiknya

terlebih dahulu merumuskan kerangka konseptual proses berpikir yang akan

digunakan. Kerangka pikir dalam sebuah penelitian untuk memperlancar

penelitian itu. Selain itu juga digunakan untuk mengarahkan analisis,

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahasa a. Hakikat ...

36

sehingga tujuan dari penelitian bisa tercapai. Skema kerangka pikir dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 2.1

Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka penelitian ini berusaha

memaparkan bahwa penelitian “Pemerolehan Fonologi Anak usia 1-3 Tahun

Pada Pasangan Pernikahan Jawa Madura”, memiliki langkah-langkah dalam

mencari pemerolehan fonologi anak usia 1-3 tahun pernikahan pasangan Jawa

Madura. Dari skema kerangka pikir di atas, peneliti melakukan langkah awal

yang berangkat dari bahasa pertama anak usia 1-3 tahun hasil pengajaran dari

orang tua. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis menggunakan

fonologi. Kemudian tercetus dua masalah yaitu masalah bentuk pemerolehan

fonologi dan faktor yang memengaruhi. Dari hal tersebut kemudian dianalisis,

diharapkan akan mendapat kesimpulan dari pemerolehan fonologi pada anak

usia 1-3 tahun pada pernikahan pasangan Jawa Madura.

Bahasa Anak usia 1-3 Tahun

Fonologi

Faktor yang memengaruhi Bentuk Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan Fonologi Anak usia 1-3 Tahun Pada Pasangan

Pernikahan Jawa Madura