-
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
a. Pengertian LKPD
Lembar Kegiatan Peserta Didik atau yang disingkat dengan
LKPD
adalah salah satu bagian dari perangkat pembelajaran. Dalam
proses
pembelajaran dibutuhkan LKPD sebagai komponen penting yang
dikembangkan oleh guru untuk peserta didik. Menurut (Daryanto,
2014:
175) LKPD merupakan lembaran-lembaran yang berisikan tugas
yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Menurut (Ozmen dan
Yildirim,
2011: 4) LKPD merupakan lembaran yang berisi bahan-bahan
untuk
peserta didik agar lebih aktif dan dapat mengambil makna dari
proses
pembelajaran. Menurut (Trianto, 2009: 73) LKPD merupakan
pemahaman yang digunakan untuk menyelidiki dan menyelesaikan
masalah.
Berdasarkan pernyataan para ahli, LKPD sangat dibutuhkan
peserta
didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari guru, tetapi juga melakukukan
kegiatan
pengamatan, percobaan, mengidentifikasi dan juga mencatat
hasil
penelitian pada LKPD.
b. Fungsi LKPD
LKPD merupakan bahan ajar yang memiliki fungsi, menurut
(Djamarah dan Zain, 2009: 57). Fungsi LKPD sebagai berikut :
a)
-
14
Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran
yang
efektif. b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses
pembelajaran
supaya lebih menarik perhatian peserta didik. c) Untuk
mempercepat
proses pembelajaran dan membantu peserta didik cepat
menangkap
pengertian yang diberikan guru. d) Peserta didik tidak hanya
mendengar
uraian dari guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e)
Menumbuhkan cara berfikirpeserta didik yang berkesinambungan
dan
teratur. f) Untuk meningkatkan mutu belajar mengajar, hasil
belajar
yang dicapai peserta didik akan diingat dan tahan lama
sehingga
pembelajaran mempunyai nilai tinggi.
Berdasarkan hal yang telah dijelaskan, LKPD membantu peserta
didik untuk memamahi materi yang diberikan guru secara
optimal,
karena peserta didik akan mendapat kemudahan dengan
menggunakan
LKPD pada pembelajaran. Hal ini menjadi penting karena
kesesuian
bahan ajar untuk peserta didik memberikan ketertarikan
sehingga
peserta didik akan mendapatkan pemahaman dan hasil belajar
yang
optimal.
c. Tujuan LKPD
LKPD merupakan bahan ajar yang mempunyai tujuan penting,
terdapat empat poin yang penting dalam tujuan peyusunan LKPD
menurut (Prastowo, 2014: 206), yaitu : (1) Menyajikan bahan ajar
yang
memudahkan peserta didik untuk memberi interaksi terhadap
materi
yang diberikan. (2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan
-
15
pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan. (3)
Melatih
sikap kemandirian peserta didik. (4) Memudahkan guru dalam
memberikan tugas-tugas kepada peserta didik. Berdasarkan
penjelasan
diatas, tujuan dari penyusunan LKPD dalam proses pembelajaran
yaitu
sebagai langkah-langkah memahami materi secara urut untuk
mencapai
tujuan pembelajaran dan meningkatkan pemahaman materi dalam
pembelajaran.
d. Sistematika LKPD
Terdapat enam unsur dan format dalam penyusunan LKPD
menurut (Prastowo, 2014: 208), sebagai berikut : (1) Judul (2)
Petunjuk
belajar (3) Komponen yang akan dicapai (4) Informasi pendukung
(5)
Tugas atau langkah-langkah kerja (6). Penelitian
Sedangkan struktur LKPD menurut (Abdurrahman 2015: 96)
yaitu:
a) judul kegiatan, tema, subtema, kelas, semester; b) tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan KD; c) alat dan bahan; d)
langkah-
langkah kerja; e) tabel data; dan f) pertanyaan-pertanyaan
diskusi.
Format LKS yang dikembangkan sesuai dengan silabus dan RPP
yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintahan No. 65 tahun 2013
tentang
Standart proses.
Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa LKPD merupakan
lembaran-lembaran yang berisikan tugas yang harus dikerjakan
peserta
didik dan dilengkapi dengan petunjuk dan langkah-langkah
untuk
meningkatkan kemampuan yang diharapkan. Sedangkan sistematis
LKPD yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut
(Prastowo,
-
16
2014: 208) meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi yang
akan
dicapai, informasi pendukung, tugas atau langkah-langkah kerja,
dan
penilaian.
e. Kriteria Kualitas LKPD
LKPD mempunyai peran yang penting dalam pembelajaran. LKPD
merupakan, pedoman yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran
dan
pemberian tugas-tugas kepada peserta didik, sehingga LKPD
harus
menarik bagi peserta didik. Maka dari itu, ada beberapa hal yang
harus
diperhatikan, Menurut Arsyad (2011: 87-91) LKPD yang baik
harus
memenuhi syarat-syarat, yaitu: a) Konsistensi, seperti
menggunakan
format yang konsisten disetiap halaman. b) Format, seperti
pada
paragraf panjang menggunakan wajah satu kolom, paragraf
tulisan
pendek menggunakan wajah kolom lebih sesuai. c) Organisasi,
seperti
susunan teks informasi mudah diperoleh oleh peserta didik. d)
Daya
tarik, seperti memperkenalkan setiap bab atau bab baru dengan
cara
berbeda.e) Ukuran huruf, pilihlah ukuran huruf yang sesuai
dengan
peserta didik dan lingkungannya, menghindari penggunaan
huruf
kapital untuk keseluruhan teks.f) Ruang (spasi) kosong, seperti
ruang
sekitar judul, batas tepi, margin, kolom atau spasi, penyesuaian
spasi
antar baris dan spasi antar paragraf.
Sedangkan menurut (Ibrahim, 2012: 212), bahwa LKPD harus
memenuhi persyaratan pedagogic, konstruksi, dan teknik yang
digambarkan dalam tabel berikut : (1) Syarat pedagogik yaitu
memberi
tekanan pada proses penemuan konsep atau petunjuk untuk
mencari
-
17
tahu. (2) Syarat konstruksi yaitu menggunakan bahasa yang
sesuai
tingkat perkembangan peserta didik. Menggunakan struktur
kalimat
yang sederhana, jelas dan singkat (tidak berbelit-belit).
Memiliki tujuan
yang jelas, urutan yang sistematik dan memiliki identitas yang
jelas
untuk memudahkan pengadministrasian. (3) Syarat teknis yaitu
menggunakan huruf yang tebal dan sesuai untuk topic. Jumlah
kata
lebih dari 10 dalam satu baris, dan terdapat gambar yang jelas
dan detail
yang sehingga menyampaikan pesan secara efektif. Tampilan
disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menarik dan menyenangkan bagi
peserta didik.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa LKPD
harus memenuhi syarat. Oleh karena itu, pemenuhan syarat
harus
disiapkan sebelum membuat LKPD berlangsung. Syarat menjadi
rambu-rambu bagi peserta didik dalam membuat LKPD.
f. Langkah-langkah Penyusunan LKPD
Penyusunan LKPD harus berkesinambungan dengan silabus dan
RPP. Hal ini sesuai dengan pendapat (Suyanto, Paidi, dan
Wilujeng,
2011: 7) yang menyatakan bahwa dalam menyusun LKPD harus
memperhatikan langkah-langkah berikut : (a) Melakukan
analisis
kurikulum; kompetensi dasar; indikator, dan materi pembelajaran
serta
alokasi waktu. (b) Menganalisis silabus dan memilih kegiatan
belajar
yang sesuai dengan analisis KD dan indikator. (c) Menganalisis
RPP
-
18
dan menentukan langkah-langkah kegiatan. (d) Menyusun LKPD
sesuai
dengan kegiatan dalam RPP.
Sedangkan menurut (Prastowo, 2014: 211-215) langkah
penyusunan LKPD digambarkan dalam empat langkah, yaitu :
Gambar 2.1. Diagram alur langkah-langkah penyusunan LKPD
Sumber : (Prastowo, 2014: 211-215)
Berdasarkan penyataan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
penyusunan LKPD harus memperhatikan langkah-langkah yang
tepat.
Dalam penyusunan LKPD juga harus memperhatikan struktur atau
format supaya LKPD yang dibuat lebih menarik. Penyusunan
LKPD
yang digunakan pada penelitian ini menggunakan penyusunan
LKPD
menurut (Prastowo, 2014: 211-215) karena langkah-langkah
tersebut
praktis, terstruktur dan sistematis.
Analisis Kebutuhan
Menyusun materi
Menentukan alat penilaian
Menentukan judul-judul LKPD
Menyusun kebutuhan LKPD
Memperhatikan struktur bahan ajar
Merumuskan KD
-
19
2. Higher Order Thinking Skill (HOTS)
a. Pengertian Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Menurut (Sucipto, 2017: 64) berpikir adalah aktivitas yang
terjadi
apabila seseorang menghadapi dan harus memecahkan masalah.
Kegiatan berfikir dibagi menjadi dua yaitu berpikir tingkat
rendah
(lower order thinking) dan berpikir tingkat tinggi (higher
order
thinking). Pendapat lain juga disampaikan oleh (Woolfolk, 2017:
64)
yang menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan
berfikir tingkat tinggi bisa membedakan fakta dan opini,
memecahkan
masalah, mengidentifikasi informasi yang relevan dan
menyimpulkan
informasi.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah (2014: 13) higher order
thinking(HOTS) adalah kemampuan untuk mengingat kembali
informasi yang sudah didapatkan (recall) dan mengukur
kemampuan
untuk transfer satu konsep ke konsep lainnya, memproses dan
menetapkan informasi, mencari informasi yang berbeda-beda,
menggunakan informasi untuk memecahkan masalah dan menelaah
informasi secara kritis. Sedangkan menurut (Rofiah, 2013:
17)
keterampilan berfikir tingkat tinggi merupakan keterampilan
yang
melibatkan aktivitas mental dalam mengeksplorasi pengalaman
yang
kompleks, kreatif dan reflektif yang dilakukan secara sadar
untuk
-
20
mencapai tujuan mendapat pengetahuan yang meliputi tingkat
berpikir
sintesis, analitis dan evaluatif.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
berpikir
tingkat tinggi merupakan proses keterampilan berpikir yang
dilakukan
secara sadar untuk memecahkan suatu masalah yang melibatkan
aktivitas mental agar tercapainya tujuan memperoleh
pengetahuan.
b. Aspek Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Terdapat aspek yang menunjukkan seseorang mempunyai
keterampilan berfikir tingkat tinggi menurut (Rofiah, 2013: 18)
yaitu :
1. Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut (Johnson, 2018 :18) berpikir kritis merupakan proses
terorganisasi yang melibatkan peserta didik mengevaluasi
bukti,
logika, asumsi dan bahasa yang mendasari pemikiran orang
lain.
2. Keterampilan Berpikir Kreatif
Menurut Thomas dalam (Rofiah, 2013: 18) berfikir kreatif
meliputi mengkreasikan, berimajinasi, menemukan, mendesain
mengajukan alternative, menduga, menciptakan dan
menghasilkan
sesuatu. Dasar untuk mengetahui ranah higher order thinking
skill
(HOTS) maka disesuaikan dengan Taksonomi Bloom Krathworl
&
Anderson 2001 bahwa berfikir tinggi melibatkan ranah
kognitif,
ranah kognitif bloom yang sudah direvisi (Andersoon dkk,
2009),
-
21
yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),
analisis
(C4), dan kreativitas (C5).
Sedangkan menurut (Anderson dan Krathwohl, 2009: 9)
keterampilan berpikir tingkat tinggi terdiri dari 3 aspek yaitu
a)
Menganalisis yang merupakan memecahkan masalah dengan cara
memisahkan setiap bagian dari masalah dan mencari kaitan
dari
masalah tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan
tersebut
menimbulkan masalah. Menganalisis berkaitan dengan proses
kognitif memberi atribut (attributeing) dan
mengorganisasikan
(organizing). b) Mengevaluasi yang berkaitan dengan proses
kognitif memberikan penilaian yang sesuai dengan standart
dan
kriteria yang sudah ada. Kriteria yang digunakan biasanya
berupa
efisiensi, aktifitas, kualitas, dan konsistensi.
Mengevaluais
berkaitan dengan proses kognitif mengecek (checking) dan
mengkritisi (critiquing). c) Mencipta yang merupakan proses
kognitif meletakkan unsur secara bersama-sama untuk
membentuk
kesatuan yang berguna mengarahkan peserta didik untuk
menghasilkan produk baru dengan melibatkan beberapa unbtuk
menjadi bentuk yang berbeda dari sebelumnya. Mencipta
berkaitan
dengan proses kognitif menggeneralisasikan (generating) dan
memproduksi (producting).
Menurut (Sudarmin, 2012) HOTS dapat diwujudkan melalui
integrasi dalam proses pembelajaran. Dalam mengembangkan
butir
-
22
soal harus berdasarkan kaidah yang ditetapkan berupa
penulisan
dan kaidah tingkat berpikir peserta didik. Soal HOTS
dirancang
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai dengan ranah
kognitif berupa mnganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Sedangkan berdasarkan dokumen BNSP (2009) ranah kognitif
evaluasi contohnya menilai, membandingkan, menafsirkan dan
memprediksi. Kata kerja operasional menurut Taksonomi Bloom
yang telah direvisi dapat dilihat pada tabel berikut :
-
23
Menganalisis (C4) Mengevaluasi (C5) Mencipta (C6)
Melatih
Memadukan
Memaksimalkan
Membagankan
Membeda-bedakan
Membuat struktur
Memecahlan
Memerintah
Memfokuskan
Memilah
Menata
Mencerahkan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Mendiagramkan
Menegaskan
Menelaah
Melatih
Memadukan
Memaksimalkan
Membagankan
Membeda-bedakan
Membuat struktur
Memecahkan
Memerintah
Memfokuskan
Memilih
Menata
Mencerahkan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Mendiagramkan
Menegaskan
Menelaah
Menetapkan sifat/ciri
Mengaitkan
Menganalisis
Mengatribusikan
Mengaudit
Mengedit
Mengkorelasikan
Mengorganisasikan
Menguji
Menguraikan
Menjelajah
Menominasikan
Mentransfer
Menyeleksi
Membuktikan
Memilih
Memisahkan
Memonitor
Memperjelas
Mempertahankan
Memprediksi
Memproyeksikan
Memutuskan
Memvalidasi
Menafsirkan
Mendukung
Mengarahkan
Mengecek
Mengetes
Mengkoordinasikan
Mengkritik
Membuktikan
Memilih
Memisahkan
Memonitor
Memperjelas
Mempertahankan
Memprediksi
Memproyeksikan
Memutuskan
Memvalidasi
Menafsirkan
Mendukung
Mengarahkan
Mengecek
Mengetes
Mengkoordinasikan
Mengkritik
Mengkritisi
Menguji
Mengukur
Menilai
Menimbang
Menugaskan
Merinci
Membenarkan
Menyalahkan
Memadukan
Membangun
Membatas
Membentuk
Membuat
Membuat rancangan
Memfasilitasi
Memperjelas
Memproduksi
Memunculkan
Menampilkan
Menanggulangi
Menciptakan
Mendikte
Menemukan
Mengabstraksi
Menganimasi
Mengarang
Mengatur
Menggabungkan
Menggeneralisasi
Menghasilkan karya
Menghubungkan
Mengingatkan
Mengkategorikan
Mengkode
Mengkombinasikan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Mengumpulkan
Mengusulkan hipotesis
Menyiapkan
Merancang
Merekontruksi
Merencanakan
Mereparasi
Merumuskan
Memperbaharui
Menyempurnakan
Memperkuat
Memperindah
Mengubah
Sumber: BNSP (2009)
Tabel 2.1 KKO ranah kognitif HOTS
-
24
Berdasarkan tabel diatas, ada beberapa kata kerja yang sama
dirabah kognitif, misalnya kata kerja menguji pada ranah C4,
dan
kata kerja menguji pada ranah C5. Namun perbedaan dapat
terlihat
pada bentuk soal pengujian.
c. Contoh Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)
1. Isilah tabel dibawah hingga mencapai hasil 50 menggunakan
operasi bilangan (×)
2. ( ... × ... ) × ( ... × ... ) = 160
Isilah titik titik diatas yang sesuai sehingga mendapat hasil
160
3. Pendekatan Open Ended
a. Pengertian Open Ended
Pendekatan open ended merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang memberikan keluasan kepada peserta didik
untuk
berfikir kreatif dan kritis menurut Muhsinin (2013: 48).
Sedangkan
menurut Uhti (2011: 514) open ended merupakan pendekatan
yang
memberikan keluasan kepada peserta didik berfikir kreatif
untuk
menyelesaikan suatu masalah. Pembelajaran open ended
mempunyai
tujuan untuk menumbuhkan berpikir kreatif dan secara simultan,
oleh
50
? (×) ?
-
25
karena itu yang perlu diperhatikan adalah kebebasan peserta
didik
berpikir secara kreatif dalam memecahkan masalah sesuai
dengan
kemampuan peserta didik.
b. Langkah-langkah Open Ended
Terdapat langkah-langkah dalam pembelajaran open ended
menurut Suyanto (2013: 83) sebagai berikut:
1. Menyajikan masalah. Dalam menyajikan masalah guru
menjelaskan terlebih dahulu tujuan, serta media yang
dibutuhkan pada pembelajaran dan memberi memotivasi peserta
didik supaya peserta didik terlibat aktivitas pemecahan
masalah.
2. Pengorganisaian pembelajaran. Dalam pengoraganisasian
pembelajaran guru mengkondisikan peserta didik dengan
membentuk kelompok 4-5 peserta didik kemudian dilanjtkan
dengan memberikan tugas kepada peserta didik yang berguna
untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Bimbingan pengarahan. Dalam bimbingan pengarahan ini guru
membimbing peserta didik supaya aktif dalam mengumpulkan
informasi dan berdiskusi bertujuan untuk menemukan lebih
dari
satu cara untuk memecahkan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil belajar. Dalam tahap
ini
guru mendampingi dan membimbing peserta didik dalam proses
pengembangkan masalah baru yang kemudian akan dibahas
-
26
secara bersama-sama bagaimana pemecahan masalah yang
telah dilakukan.
5. Pada tahap terakhir ini adalah membuat kesimpulan,
evaluasi,
refleksi, dan tindak lanjut. Guru mendampingi dan
membimbing peserta didik untuk mengambil kesimpulan pada
pembelajaran yang sudah dilakukan dan memberikan beberapa
pertanyaan sebagai pengetahuan akhir, dan memberikan
pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut.
Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa pendekatan open
ended merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan
pemecahan masalah yang lebih dari satu yang mengutamakan
pada
proses memecahkan masalah dan tidak berorientasi pada hasil.
Terdapat langkah-langkah dalam pendekatan open ended antara
lain
adalah penyampaian tujuan pembelajaran, pembentukan
kelompok,
mendorong peserta didik untuk aktif diskusi dan memecahkan
masalah,
membimbing peserta didik memecahkan masalah dan membuat
keimpulan, evaluasi, refleksi dan tindak lanjut.
4. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang bermanfaat bagi
kehidupan
manusia dan menjadi dasar dari perkembangan ilmu pengembangan
dan
teknologi modern, dan mempunyai peran pentimg dalam
meningkatkan
dan mengembangkan daya pikir manusia menurut Kemendikbud (2016:
5).
Pendapat lain juga disampaikan oleh Brunner dalam Nyimas Aisyah
dkk
-
27
(2009: 1-5) yang mengatakan bahwa pembelajaran matematika
adalah
belajar mengenai konsep dan struktur matematika yang terdapat
dalam
materi yang dipelajari dan mencari hubungan antara struktur dan
konsep
matematika itu.
a. Pengertian Perkalian
Perkalian adalah penjumlahan yang sangat cepat, perkalian
dipahami dalam penjumlahan yang berulang menurut menurut
Steve
Slavin (2009: 176). Pada operasi hitung perkalian berlaku
sifat
komutatif dan asosiatif, yaitu bilangan yang dikalikan dengan
ditukar
tempatnya, hasilnya tetap sama. Terdapat langkah-langkah
dalam
mengajarkan operasi hitung perkalian dengan permasalahan
kontekstual
pada peserta didik sebagai berikut :
1. “3 ekor sapi, kakinya ada berapa ?” dengan permasalahan
seperti ini, jawaban yang diberikan peserta didik akan
bermacam-macam. Salah satunya adalah banyaknya kaki sapi
4 + 4 + 4
2. Jika tidak ada yang menyatakan dengan 3 × 4, maka kita
dapat
mengenalkan dengan notasi atau lambang konsep perkalian,
yaitu 3 × 4
3. Jika diberikan pertanyaan yang lain yaitu apa arti 5 × 4
dan
diharapkan peserta didik menjawab 5 × 4 yang berarti banyak
kaki pada 5 ekor sapi adalah ….. dan sebagainya.
-
28
4. Kemudian peserta didik diarahkan untuk meningat dan
menuliskan perkalian 1× 4, 2 × 4, 3 × 4,.........
5. Melalui pertanyaan perkalian seperti diatas, diharapkan
peserta
didik mampu menyelesaikan masalah yang konkret, dan dari
pertanyaan tersebut terdapat konsep perkalian. Jadi, bukan
guru
yang meberikan jawaban secara langsung, tetapi peserta didik
yang menemukan arti 5 × 4
b. Pengertian pembagian
Pembagian merupakan konsep utama yang diberikan kepada
peserta didik setelah mereka mempelajari operasi
penjumlahan,
pengurangan dan perkalian Tahap awal dari pembagian dengan
menghubungkan dengan konsep pengurangan, yaitu dengan cara
menggunakan secara beruntun. Menurut David Glover (2009:20)
pembagian (division) berarti mencari berapa banyak suatu
bilangan
dapat dibagi habis dengan bulangan lain. Hasil dari pertanyaan
disebut
kuosien (hasil bagi), dan jika hasil pertama tidak dapat dibagi
dengan
bilangan kedua, akan ada sisa. Terdapat langkah-langkah
dalam
mengajarkan operasi hitung pembagian dengan permasalahan
kontekstual pada peserta didik sebagai berikut :
1. Tahap pengenalan pembagian
Pada tahap awal peserta didik akan dikenalkan dengan konsep
pembagian sebagai pengurangan beruntun. Dalam kehidupan
sehari-
-
29
hari dapat menggunakan contoh permainan dakon, dan
menggunakan
biji jagung untuk mengajarkan operasi pembagian 15 : 3 = …..
Langkah pertama adalah menyiapkan dakon dan menyiapkan lima
belas biji jagung, dan meminta peserta didik untuk
membilangnya.
Kemudian ambil tiga biji jagung dan dimasukkan ke dalam
setiap
lubang dakon, ulangi terus hal ini dan letakkan pada lubang
yang
berbeda sampai lima belas biji jagung habis (15 : 3 = 15 – 3 – 3
– 3 – 3
- 3 = 0) kemudian hitung jumlah lubang dakon yang telah berisi
tiga
biji jagung, yaitu sebanyak 5 lubang. Akhirnya siswa dapat
memahami
bahwa ruang yang terisi biji tersebut dan jawaban
2. Tahap pembagian tradisional
Pada tahap ini dimulai dengan menggunakan operasi pembagian
(:)
Mengajarkan pembagian dengan menggunakan cara pembagaian
dasar
dengan penyebut 1(satu) sampai 9 (sembilan) tanpa residu
terlebih
dahulu. Kemudian pembagian dengan penyebut 1(satu) sampai 9
(sembilan) menggunakan residu.
Secara umum ketika pembagi mempunyai lebih dari satu digit
maka prosedur pembagian tradisional sama dengan sebelumnya
dan
membutuhkan coret-coret untuk melakukan operasi pembagian
dalam
pendugaan (guessing).
-
30
3. Tahap pembagian mental
Pada tahap ini adalah menggunakan cara perhitungan dengan
hanya menggunakan otak manusia, tanpa bantuan peralatan yang
lain.
Kunci utama dari tahap pembagian mental adalah ingatan
(memori)
dalam melakukan pembagian mental diluar kelapa. Serta
vasualisasi
dari proses manipulasi operasi pembagian berdasarkan cara
memvisualisasi.
-
31
B. Penelitian yang Relevan.
Berikut ini merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian
yang
dilakukan:
1. Rani (2016) dengan judul pengembangan lembar kerja peserta
didik IPA
dengan pendekatan guided inquiry pada materi “tata surya”
untuk
meningkatkan proses keterampilan peserta didik. Subjek dari
penelitian ini
adalah validator dan peseta didik kelas VIII C SMP Negeri15
Yogyakarta.
Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mengetahui kelayakan LKPD
IPA
dengan pendekatan guided inquiry pada materi tata surya yang
dikembangan untuk meningkatkan keterampilan peserta didik. Hasil
dari
penelitian ini antara lain: 1) LKPD IPA dengan pendekatan guided
inquiry
pada materi tata surya sudah memenuhi kelayakan berdasarkan
penilaian
dosen ahli dan guru IPA dengan nilai sangat baik 2) LKPD IPA
pada
materi tata surya dapat meningkatkan keterampilan proses
dengan
peningkatan nilai rata-rata 0,65 dengan kategori sedang.
2. Winarno dkk (2015) dengan judul pengembangan modul ipa
terpadu
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada tema energi.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan lembar kerja
peserta didik
(LKPD) untuk meminimalkan peran guru dan lebih mangaktifkan
peserta
didik dalam pembelajaran dengan menggunakan pendektakatan
kontekstual di kelas IV SD.Hasil dari penelitian ini adalah LKPD
yang
dikembangkan dinyatakan sangat baik memenuhi kiriteria oleh
ahli
sebesar 93,96. Melalui respon peserta didik pada ujia coba awal
mendapat
-
32
skor 95,5% dan melalui uji coba lapangan mendapatkan skor
91,14%. Hal
ini menunjukkan bahwa LKPD dapat memberikan implikasi
terhadap
peminimalan peran guru dan keaktifan belajar peserta didik.
3. Ghazali (2012), dengan judul pengembangan perangkat
pembelajaran
dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis open ended pada
pokok
bahasan fungsi kuadat untuk siswa kelas X SMA Negeri 07 Malang.
Hasil
dari penelitian ini adalah validasi RPP mendapat rata-rata 3,56,
dan untuk
validasi LKPD mendapatkan rata-rata 3,79. Dari hasil validasi
RPP dan
LKPD tersebut didapatkan rata-rata 3,68 dengan kategori valid.
Sedangkan
hasil rata-rata persentase pengelolaan guru mendapatkan nilai
05, 72%
dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat
pembelajaran
menggunakan pendekatan pemecahan masalah berbasis open ended
praktis
untuk diaplikasikan pada pembelajaran.
-
33
C. Kerangka Pikir
D.
E.
F.
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Kondisi Ideal :
1. Lembar Kegiatan Peserta Didik
Hots menggunakan open ended
dapat mempermudah dan
meningkatkan semangat belajar
peserta didik serta memberikan
kemampuan berfikir kritis
kepada peseta didik
2. Bahan ajar harus sesuai dengan
kebutuhan peserta didik
Kondisi di Lapangan :
Kesulitan siswa menyelesaikan soal dengan
cara lain pada materi bilangan cacah pada
perkalian dan pembagian, dan juga siswa yang
kurang aktif dalam menyelesaikan soal hanya
dengan menirukan cara yang sudah
dicontohkan dari guru saja. Siswa mengalami
kesulitan dalam memahami soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS). Kesulitan siswa dalam
mengerjakan soal dengan cara lain pada materi
bilangan cacah pada perkalian dan pembagian.
Analisis Kebutuhan :
Dibutuhkan bahan ajar yang dapat meningkatkan semangat belajar
peserta
didik dan dapat dipahami peserta didik
Tindak Lanjut :
Mengembangkan bahan ajar higher order thingking skill (HOTS)
menggunakan
open ended pada materi perkalian dan pembagian kelas 4 sekolah
dasar.
Metode Penelitian :
1. Penelitian pengembangan
2. Model ADDIE
3. Observasi, wawancara, angket, dokumentasi
Pengembangan LKPD HOTS open ended materi bilangan cacah pada
perkalian dan
pembagian dan keefektifan LKPD HOTS open ended materi bilangan
cacah pada
perkalian dan pembagian kelas IV Sekolah Dasar