BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Peningkatan Keterampilan Kerajinan Tangan Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Pada umumnya siswa kelas V SD rata-rata berusia sekitar 10-12 tahun. Anak kelas kelas V yakni yang berusia 10-12 tahun termasuk dalam tahap operasi konkret. Selama tahap ini anak mengemban konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan model- model abstrak. Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk menyatakan dan mengingat konsep-konsep Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sumiati dan Asra (mengutip simpulan Piaget) membagi tahapan perkembangan kecerdasan ke dalam empat tahapan, yaitu: (1) sensorimotor (0-1,5 tahun); (2) pre operational atau pre konseptual (1,5-6 tahun); (3) operasional konkret (6-12 tahun), (4) Operasional formal (12 keatas) (2009: 88). Mengenai Fase operasional konkret Sumantri & Syaodih membatasi anak aktif bergerak dan mempunyai perhatian yang besar pada lingkungannya. Pada usia ini, rasa ingin tahu berkembang sangat pesat. Anak selalu ingin mengetahui segala sesuatu yang dijumpainya dan apa yang terjadi disekitarnya. Siswa kelas V juga mengalami perkembangan fisik dan intelektual, perkembangan fisik dan intelektual anak usia 6-12 tahun nampaknya cenderung lamban. Pertumbuhan fisik anak menurun terus, kecuali pada akhir periode tersebut, sedangkan kecakapan motorik terus membaik. Perubahan terlihat kurang menonjol jika dibandingkan dengan usia permulaan. Akan tetapi perkembangan pada usia ini masih signifikan. Perkembangan intelektual sangat subtansial, karena sifat egosentrik, anak menjadi lebih bersifat logis (2011). 8
21
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. a. Karakteristik Siswa Kelas V SD · Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa meronce ... Meronce dari bahan manik-manik Alat dan Bahan:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Peningkatan Keterampilan Kerajinan Tangan Siswa Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Pada umumnya siswa kelas V SD rata-rata berusia sekitar 10-12
tahun. Anak kelas kelas V yakni yang berusia 10-12 tahun termasuk dalam
tahap operasi konkret. Selama tahap ini anak mengemban konsep dengan
menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan model-
model abstrak. Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk
menyatakan dan mengingat konsep-konsep Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Sumiati dan Asra (mengutip simpulan Piaget) membagi
tahapan perkembangan kecerdasan ke dalam empat tahapan, yaitu: (1)
sensorimotor (0-1,5 tahun); (2) pre operational atau pre konseptual (1,5-6
tahun); (3) operasional konkret (6-12 tahun), (4) Operasional formal (12
keatas) (2009: 88).
Mengenai Fase operasional konkret Sumantri & Syaodih
membatasi anak aktif bergerak dan mempunyai perhatian yang besar pada
lingkungannya. Pada usia ini, rasa ingin tahu berkembang sangat pesat.
Anak selalu ingin mengetahui segala sesuatu yang dijumpainya dan apa
yang terjadi disekitarnya. Siswa kelas V juga mengalami perkembangan
fisik dan intelektual, perkembangan fisik dan intelektual anak usia 6-12
tahun nampaknya cenderung lamban. Pertumbuhan fisik anak menurun
terus, kecuali pada akhir periode tersebut, sedangkan kecakapan motorik
terus membaik. Perubahan terlihat kurang menonjol jika dibandingkan
dengan usia permulaan. Akan tetapi perkembangan pada usia ini masih
signifikan. Perkembangan intelektual sangat subtansial, karena sifat
egosentrik, anak menjadi lebih bersifat logis (2011).
8
9
Arasteh mengatakan bahwa anak usia 8-10 tahun merupakan
masa dimana mereka ingin dapat diterima sebagai anggota dalam
kelompok dan teman sebayanya, sehingga mereka akan menerima pola-
pola yang ditetapkan kelompoknya, mereka akan merasa senang bila
dihargai sebagai anggota kelompok (Mikarsa, Taufik, dan Prianto 2008:
3.35).
Dari pendapat beberapa ahli yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan mengenai karakteristik siswa kelas V SD yaitu: (1) anak
berada pada tahap operasional konkret; (2) memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi terutama dengan sesuatu yang dijumpai di lingkungan sekitar; (3)
ingin diterima dalam kelompok terutama teman sebaya dengan mengikuti
pola yang ditetapkan oleh kelompok.
b. Kerajinan Tangan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "kriya" berarti
pekerjaan kerajinan tangan (2000). Sementara menurut Rasjoyo (dalam
Mamen, 2012), berpendapat bahwa seni kriya merupakan suatu karya seni
dimana penekanan pengerjaanya terletak pada keterampilan tangan yang
menghasilkan sebuah bentuk kerajinan siap pakai.
Sementara Mamen berpendapat bahwa seni kriya (handycraft)
yang berarti kerajinan tangan, dimana seni kriya ini dapat dikatagorikan
sebagai seni terapan (applied art) yang meinitikberatkan pada aspek
keindahan dan kegunaaanya (2012: 15). Seni kriya merupakan seni yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang menonjolkan aspek
estetika atau keindahan untuk kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kerajinan tangan merupakan suatu karya seni yang dikatagorikan sebagai
seni terapan (applied art), dimana penekanan pengerjaanya terletak pada
keterampilan tangan yang menghasilkan sebuah bentuk kerajinan siap
pakai dan meinitikberatkan pada aspek keindahan. Salah satu hasil
kerajinan tangan adalah kerajinan meronce.
10
c. Keterampilan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata terampil
memiliki arti cakap dan cekatan. Keterampilan merupakan kecakapan
untuk menyelesaikan tugas (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1180).
Pendapat serupa dikemukakan oleh Soemarjadi, dkk (2007: 2) bahwa
keterampilan sama dengan cekatan. Terampil atau cekatan adalah
melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.
Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Munzayanah, dkk.,
keterampilan dapat disebut dengan kecekatan, kecakapan atau kemampuan
untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
Hamzah (2006: 130) berpendapat keterampilan merupakan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan
mental. Contoh keterampilan fisik adalah keterampilan membuat kerajinan
tangan.
Sementara Cronbach (dalam Hurlock, 2010: 154) memaparkan:
Keterampilan dapat diuraikan dengan kata seperti otomatik, cepat, dan
akurat. Meskipun demikian adalah keliru menganggap keterampilan
sebagai tindakan tunggal yang sempurna. Setiap pelaksanaan sesuatu
yang terlatih, walaupun hanya menulis huruf a, merupakan satu
rangkaian koordinasi beratus-ratus otot yang rumit yang melibatkan
perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan merupakan kemampuan melakukan tugas atau pekerjaan
tertentu yang berkaitan dengan fisik dan mental secara cakap, cermat,
cepat, cekatan, dan akurat.
d. Peningkatan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1198)
peningkatan merupakan proses, cara, perbuatan meningkatkan. Pendapat
yang hampir sama diungkapkan Sugono (2010) peningkatan merupakan
11
suatu usaha untuk melaksanakan kegiatan yang lebih baik dari yang telah
dilaksanakan.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan kerajinan tangan siswa
kelas V SD merupakan suatu proses atau cara meningkatkan kemampuan
melakukan keterampilan dengan cara atau teknik menyusun bahan-bahan
untuk dijadikan satu rumpun yang kuat sehingga dapat digunakan.
2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Seni budaya dan keterampilan
Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam
menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak,
dan sebagainya.
2. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,
memainkan alat musik, apresiasi karya musik.
3. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan
tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.
4. Seni drama, mencakup keterampilan pementasan dengan memadukan seni
musik, seni tari dan peran.
Seni Budaya dan Keterampilan kelas V semester satu. Standar
Kompetensinya (8) yaitu membuat karya kerajinan dan benda permainan.
Sedangkan kompetensi dasarnya (8.1) yaitu merancang karya kerajinan
meronce.
a. Kerajinan Meronce
Merangkai sama dengan menyusun, yaitu menata, menumpuk,
menyejajarkan, menyusun benda-benda atau pernik menggunakan teknik
ikatan (Rikabwahyu, 2012).
Sementara Ariefoer berpendapat bahwa Meronce adalah menata
dengan bantuan mengikat komponen tadi dengan utas atau tali. Dengan
12
teknik ikatan seseorang akan memanfaatkan bentuk ikatan menjadi lebih
lama di bandingkan dengan benda yang ditata tanpa ikatan. Meronce
haruslah dengan memperhatikan bentuk, warna, dan ukuran (2012).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa meronce
adalah merangkai benda dengan memanfaatkan bentuk ikatan.
Materi mengenai keterampilan meronce mencakup pengenalan
macam-macam roncean. Contoh macam-macam roncean :
1. Meronce dari bahan manik-manik
Alat dan Bahan:
1. Manik-manik warna warni
2. Benang wool
3. Gunting
4. Jarum
Cara membuat :
1. Pilihkan warna-warna yang berbeda.
2. Ambil benang, lalu rangkai manic-manik selang seling dengan warna
yang berbeda
3. Jadilah roncean sederhana.
2. Gelang dari sedotan
13
Alat :
1. Gunting
2. Jarum untuk meronce
3. Tang Penjepit
4. Pemanas/Api (Lilin atau Kompor)
Bahan :
1. Sedotan sisa
2. Benang elastis/karet atau benang senar
Cara Membuat :
1. Gunting sedotan kurang lebih 2 cm
2. Bakar atau panaskan kedua ujung masing2 potongan dengan api
(dari lilin atau kompor, kebetulan saya memakai kompor listrik)
3. masukkan ke dalam air supaya tidak saling menempel
4. keringkan potongan2 sedotan yang sudah dibakar ujungnya
5. ronce dengan menggunakan benang elastis yang dilengkapi jarum
diujungnya untuk menusuk
6. sesuaikan dengan ukuran tangan (untuk gelang) atau ukuran leher
(untuk kalung)
3. Membuat gorden dari sedotan
Alat dan bahan:
1. Sedotan aneka warna (sesuai selera)
2. Manik-manik (sesuai selera)
3. Benang wol
14
4. Gunting
5. Penggaris
6. Bambu (seukuran lebar pintu)
7. Paku
8. Palu
Cara membuat gorden dari sedotan:
1. Potong benang wol dengan ukuran setinggi pintu.
2. Kemudian potong sedotan aneka warna dengan ukuran yang sama
sekitar 5 cm (bisa dibantu dengan penggaris)
3. Mulailah meronce sedotan tersebut ke benang wol membentuk
warna pelangi (sesuai selera).
4. Jangan lupa untuk menambahkan manik-manik di sela-sela sedotan
sebagai pemanis dan juga sekat.
5. Ikat tali di bagian kedua ujungnya agar susunan tidak lepas.
6. Buat rangkaian sedotan bekas yang banyak, sekitar 10 atau lebih.
7. Kemudian satukan roncean dengan cara ikatkan ke bambu, dan beri
jarak diantara setiap roncean sedotan.
8. Paku bambu ke tembok di atas jendela.
Setelah pengenalan macam roncean kemudian siswa diajak untuk
membuat berbagai roncean. (Silabus terlampir pada lampiran 2
halaman 104).
3. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
a. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran
1) Model
Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk
sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Meyer (dalam Trianto : 21)
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2010: 266), model
adalah suatu ragam, cara yang terbaik. Model adalah pola (contoh, acuan,
15
ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan
K, 1984: 75). Definisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem
sebenarnya dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai
tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi
dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari
kehidupan sebenarnya, Simamarta (dalam http://pendidikan.infogue.-
com).
Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
model adalah suatu objek, konsep, pola (contoh, acuan, ragam), cara
terbaik dalam gambaran yang sederhana untuk mernpresentasikan
sesuatu hal yang memusatkan perhatian pada kehidupan sebenamya.
2) Pembelajaran
a) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan makhluk hidup
belajar. Sependapat dengan pernyataan tersebut, Sutomo (2008: 68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan
lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga
memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau untuk
mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, dalam pasal 1 menyebutkan
bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Jadi
pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
situasi tertentu (Kerangka teori, 2002).
Menurut Nurhadi (2011: 3) "pembelajaran adalah proses
interaksi antara kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru
serta dengan lingkungannya (learning environment)". Pembelajaran
merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang (oleh guru) agar
terjadi proses belajar (pada siswa). Pembelajaran adalah kegiatan yang