7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori a. Dinding Dinding bangunan gedung adalah suatu komponen bangunan gedung yang terbentuk bidang vertikal yang berguna untuk melingkungi, membagi, atau membatasi suatu ruang dengan ruang lain (Cornelia Rimba, dkk, 2009). Dinding dapat hanya berfungsi sebagai pembatas atau partisi (curtai wall) saja dan dapat pula berfungsi sebagai komponen struktural, yaitu selain pembatas ruang juga sebagi peredam suara dan pengaman rumah, berfungsi pula sebagai penerima beban komponen bangunan diatasnya (bearing wall). Dinding pembatas ruang biasanya menggunakan pasangan 1 / 2 bata, sedangkan untuk dinding struktur minimal menggunakan pasangan satu bata. b. Macam – Macam Material Dinding Material untuk komponen dinding bangunan gedung yang tersedia di pasaran bermacam – macam. Mulai dari batu bata, batako, bata ringan atau beton ringan, dinding batu alam/batu kali, dinding kayu, dinding sirap, dinding kaca dan sebagainya. Pada kajian pustaka hanya akan dibahas dinding batu bata, dinding batako, dan dinding bata beton ringan. 1) Batu Bata Batu bata adalah material yang sangat popular digunakan di Indonesia. Hampir setiap bangunan di Indonesia bahkan sampai pelosok desa semua bangunan menggunakan batu bata, yang paling sering digunakan adalah bata merah. Bahkan proses pembuatannya sederhana dan bahan baku yang mudah didapat dan harganya terjangkau.
18
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. a. Dinding · 9 Gambar 2.2 Batako 3) Bata Ringan / Bata Beton Ringan Beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Dinding
Dinding bangunan gedung adalah suatu komponen bangunan gedung
yang terbentuk bidang vertikal yang berguna untuk melingkungi, membagi,
atau membatasi suatu ruang dengan ruang lain (Cornelia Rimba, dkk, 2009).
Dinding dapat hanya berfungsi sebagai pembatas atau partisi (curtai wall)
saja dan dapat pula berfungsi sebagai komponen struktural, yaitu selain
pembatas ruang juga sebagi peredam suara dan pengaman rumah, berfungsi
pula sebagai penerima beban komponen bangunan diatasnya (bearing wall).
Dinding pembatas ruang biasanya menggunakan pasangan 1/2 bata,
sedangkan untuk dinding struktur minimal menggunakan pasangan satu
bata.
b. Macam – Macam Material Dinding
Material untuk komponen dinding bangunan gedung yang tersedia di
pasaran bermacam – macam. Mulai dari batu bata, batako, bata ringan atau
beton ringan, dinding batu alam/batu kali, dinding kayu, dinding sirap,
dinding kaca dan sebagainya. Pada kajian pustaka hanya akan dibahas
dinding batu bata, dinding batako, dan dinding bata beton ringan.
1) Batu Bata
Batu bata adalah material yang sangat popular digunakan di
Indonesia. Hampir setiap bangunan di Indonesia bahkan sampai pelosok
desa semua bangunan menggunakan batu bata, yang paling sering
digunakan adalah bata merah. Bahkan proses pembuatannya sederhana
dan bahan baku yang mudah didapat dan harganya terjangkau.
8
Ukuran bata hasil produksi lokal menurut peraturan spesifikasi
teknis pasal 7 tentang pekerjaan dinding adalah 10 x 5 x 20 cm dibakar
dengan baik, mempunyai sudut runcing, tanpa cacat atau tidak
mengandung kotoran. Bentuk batu bata seperti gambar 2.1 berikut ini :
.
Gambar 2.1 Batu Bata
2) Batako
Menurut persyaratan umum bahan bangunan di Indonesia (1982)
pasal 6 “batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan
memelihara dalam kondisi lembab.”
Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak
alternatif pengganti batu bata. Batako difokuskan sebagai konstruksi –
konstruksi dinding bangunan non struktural. Material dinding batako
umumnya dibuat dari campuran semen dan pasir kasar yang dicetak
padat atau press, batako juga yang terbuat dari campuran batu tras, kapur,
dan air. Bahkan kini juga beredar batako dari campuran semen, pasir,
dan air. Pada umumnya alternative pemakaian batako banyak digunakan
di banyak tempat yaitu untuk menghemat biaya pembangunan rumah.
Bentuk batako seperti gambar 2.2 berikut ini :
9
Gambar 2.2 Batako
3) Bata Ringan / Bata Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan dan
mempunyai berat satuan dengan kepadatan lebih kecil dari 1900 kg/m3
(SNI-03-2847-2002). Beton ringan bukan saja diperhitungkan karena
beratnya yang ringan, tetapi juga karena isolasi suhu yang tinggi
dibandingkan beton biasa, umumnya pengurangan kepadatan diikuti
dengan kenaikan isolasi suhu meskipun terjadi penurunan kekuatan
(Murdock, 1986). Disini menurut Neville dan brooks (1987) menjelaskan
beton ringan dapat dibagi menjadi tiga menurut kegunaanya yaitu :
a. Beton ringan struktur
Beton ini memiliki kuat tekan minimum pada umur beton 28 hari
tidak kurang dari 17 MPa (2500 psi). berat jenis beton ini tidak lebih
dari 1840 kg/m3 dan biasanya terletak antara 1400 kg/m
3 -
1840
kg/m3.
b. Beton ringan untuk pasangan batu
Beton ini memiliki berat jenis antara 500 kg/m3 - 800 kg/ m
3 dan kuat
tekan antara 7 Mpa – 14 MPa.
c. Beton ringan penahan panas.
Beton ini memiliki koefisien hantar panas dengan berat jenis beton
kurang dari 800 kg/m3 dan kuat tekan antara 0,7 MPa – 7 MPa .
Menurut SNI-0021-1978 juga dijelaskan tentang spesifikasi
material dinding bangunan gedung. Yang dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Spesifikasi Material Dinding Bangunan Gedung
10
Bahan BJ (Kg/m3) Kuat
Tekan
(N/mm2)
Tebal
Spesi
(mm)
Tahan
(jam)
Kebutuhan
/m2
(buah)
Bata
Merah
Kering 1500
Normal 2000
2,5 -25 20-30 2 30-35
Batako
Pres
Kering 950
Normal 1000
5,5 20-30 4 20-25
Bata
Beton
Ringan
Kering 520
Normal 650
> 4 3-5 4 8-9
Berdasarkan SNI No. 03-0349-1989 syarat fisis bata beton untuk
pasangan dinding dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2 Syarat Fisis Bata Beton Untuk Pasangan Dinding
Syarat Fisis Satuan Tingkat mutu bata
beton pejal
Tingkat mutu bata
beton berlubang
I II III IV I II III IV
Kuat tekan
bruto rata- rata
minimal
kg/cm2 100 70 40 25 70 50 35 20
Kuat tekan
benda bruto
masing-
masing benda
uji minimal
kg/cm2 90 65 35 21 65 45 30 17
Penyerapan air
rata- rata
maksimal
% 25 35 -- -- 25 35 -- --
Pembuatan beton ringan ada 3 metode yaitu: (Tjokrodimuljo,1996)
1) Dengan membuat gelembung – gelembung gas/udara dalam adukan
semen sehingga terjadi banyak pori – pori udara di dalam betonnya
(beton ringan teraerasi).
2) Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu
apung atau agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih
ringan dari pada beton biasa.
3) Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir – butir agragat
halus atau pasir yang disebut beton non pasir.
11
Beton ringan juga memiliki keuntungan, yaitu: memiliki tahan
panas yang baik, memiliki tahan suara yang baik (peredam suara), tahan
api. Sedangkan kelemahan beton ringan yaitu: nilai kuat tekan yang kecil
dibanding beton normal sehingga tidak dianjurkan untuk struktural
(Sumarno, 2010). Maka dari itu perlu pembuatan beton ringan perlu
dikembangkan atau penelitian beton ringan yang memenuhi kuat tekan
sesuai SNI, sehingga beton ringan bisa dipakai untuk beton struktural.
c. Beton Ringan Foam
Beton foam adalah campuran antara semen, air, agregat dengan
bahan tambah (admixture) tertentu yaitu dengan mencampuran gelembung –
gelembung dalam betuk busa dalam adukan semen sehingga terjadi banyak
pori – pori udara dalam betonnya.
Menurut Armin j (2011) beton ringan foam yang dibuat dengan
pembentukan gelembung udara dalam pasta semen diklasifikasikan dalam 3
macam beton ringan:
1) Beton aerasi autoklaf adalah mortar terbuat dari pasta semen, pasir, dan
atau kapur, kemudian ditambahkan agent busa, dan bubuk aluminium.
Adonan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan, setelah cukup keras (±12
jam), dikeluarkan kemudian dimasukkan dalam ruang perawatan beruap
jenuh (VDZ, 2002, Homann, 2008, dalam Armin J, 2011)
2) Beton ringan menggunakan bahan kimia bubuk aluminium, yaitu beton
ringan yang dibuat menggunakan foam agent dan bubuk aluminium
dicampurkan dalam adukan semen, pasir halus, dan atau kapur
sebagaimana jenis beton ringan pertama. Perbedaannya adalah setelah
produk cukup keras, dan dikeluarkan dari cetakan dilakukan perawatan
produk diruangan dengan suhu kamar.
3) Beton ringan yang ketiga, terbagi menjadi 2 macam beton ringan, yaitu
beton ringan busa mekanikal foaming, agent busa ditambahkan ke
adukan semen. Gelembung – gelembung udara secara mekanik
dihasilkan dari mixer berkecepatan tinggi, busa yang relatif tidak stabil
12
berkembang secara tidak teratur menghasilakan gelembung udara dalam