Top Banner
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Mata Pelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan melatih daya pikir manusia. Matematika juga merupakan wahana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan intelektual (Depdiknas:2004). Matematika melatih individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Oemar Hamalik:2008). Dari uraian di atas dapat disimpulkan matematika merupakan ilmu yang universal mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan melatih individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu universal berarti ilmu yang dipelajari dimanapun di dunia, matematika juga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu karena sebagai landasan untuk melatih daya pikir siswa. 2.1.1.2. Tujuan Mata Pelajaran Matematika Dalam Permendiknas No 20 Tahun 2006, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

Nov 25, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Mata Pelajaran Matematika

2.1.1.1 Pengertian Matematika

Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

disiplin ilmu dan melatih daya pikir manusia. Matematika juga merupakan

wahana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan

intelektual (Depdiknas:2004). Matematika melatih individu, menanam, memupuk

dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir

abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal yang dihadapinya dalam

kehidupan sehari-hari (Oemar Hamalik:2008).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan matematika merupakan ilmu yang

universal mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan melatih

individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis

dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu universal berarti ilmu yang

dipelajari dimanapun di dunia, matematika juga mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin ilmu karena sebagai landasan untuk melatih daya pikir siswa.

2.1.1.2. Tujuan Mata Pelajaran Matematika

Dalam Permendiknas No 20 Tahun 2006, mata pelajaran matematika

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

5

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.1.3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika

Permendiknas No. 20 Tahun 2006, mata pelajaran matematika pada satuan

pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: bilangan, geometri dan

pengukuran, pengolahan data.

2.1.1.4. Pengertian Pembelajaran

Menurut Hamalik (2010:57), “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Sedangkan

menurut Rusman (2011:134), “pembelajaran adalah suatu proses interaksi anatara

guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka

maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media

pembelajaran”.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran serta didalamnya ada interaksi anatara guru dengan siswa, baik

interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak

langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.

2.1.1.5. Pengertian Pembelajaran Matematika

Menurut Wahyudi (2010:13), “pembelajaran matematika adalah proses

yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan

memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar

matematika”. Sedangkan menurut Muhsetyo (2011:1.26), “pembelajaran

matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui

serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi

tentang bahan matematika yang dipelajari”.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

6

suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan

belajar matematika melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa

memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.

2.1.2. Model Pembelajaran Generatif

2.1.2.1. Pengertian Pembelajaran Generatif

Menurut Miftahul Huda (2013:309), “pembelajaran generatif merupakan

salah satu strategi pembelajaran yang berusaha menyatukan gagasan-gagasan baru

dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa”. Gagasan baru itu

akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala

yang terkait. Jika gagasan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang

dihadapi, maka gagasan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.

Intisari dari belajar generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi

dengan pasif, melainkan justru dengan aktif mengkonstruksi suatu interpretasi dari

informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan.

2.1.2.2. Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Generatif

Pembelajaran generatif memiliki landasan teoritik yang berakar pada teori-

teori belajar konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir-butir penting

dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis ini menurut Nur (2000:2-15)

dan Katu (1995.a:1-2), antaranya adalah.

a) Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-

konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses

ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.

b) Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu

daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini.

Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona

tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka

terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat

menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.

c) Penekanan pada prinsip scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi

tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

7

terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan

tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari

mereka sendiri. Jadi, siswa sebaiknya lansung saja diberikan tugas kompleks,

sulit, dan realistik kemudian dibantu menyelesaikan tugas kompleks tersebut

dengan menerapkan scaffolding.

d) Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down

berarti siswa langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh, dan

autentik untuk dipecahkan. Dalam proses pemecahan masalah tersebut, siswa

mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk

memecahkan masalah kompleks tadi dengan bantuan guru/dosen atau teman

sebaya yang lebih mampu.

e) Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita

menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi mereka harus melakukan

operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat

informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.

f) Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki

kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.

g) Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif dan

motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas terselesaikan

demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah

pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.

Pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas. Tidak semua pembelajaran dapat

disampaikan semuanya oleh guru. Siswa harus mengkonstruksi sendiri

pengetahuan di benak mereka sendiri serta menemukan dan menggunakan suatu

informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas

menjadi proses ‟mengkonstruksi‟ bukan „menerima‟ pengetahuan. Jadi siswa

dituntut untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih

mandiri dan mampu belajar sendiri.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

8

2.1.2.3. Elemen Dasar Pembelajaran Generatif

Elemen dasar pembelajaran generatif menurut Miftahul Huda (2013:310),

terdiri atas 4 elemen dengan penjelasan sebagai berikut.

a) Mengingat (recall)

Aktivitas ini melibatkan siswa untuk menarik kembali informasi dari

memori lama. Tujuannya adalah mempelajari informasi berdasarkan fakta.

Teknik-teknik recall mencakup repetisi/pengulangan, latihan/praktik, dan review

b) Menggabungkan (integration)

Aktivitas ini mengharuskan siswa untuk menggabungkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan sebelumnya. Tujuan dari integrasi adalah

mentransformasi informasi ke dalam bentuk yang lebih mudah diingat. Metode-

metode integrasi bisa mencakup antara lain: paraphrasing (meng-outline dengan

bentuk naratif), summarizing (menceritakan kembali konten pelajaran agar dapat

menginterprestasikan atau menjelaskan dengan baik), issue trees (memetakan isu-

isu ke dalam pohon/jaringan ide-ide), generating analogies (membuat analogi-

analogi atau metafor-metafor yang dapat memudahkan proses integrasi).

c) Mengolah (organization)

Kegiatan ini melibatkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan

sebelumnya dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang baru dengan cara

yang sistematis. Teknik-teknik organisasi ide antara lain mencakup: analisis

gagasan-gagasan kunci, outlining, kategorisasi, clustering, dan pemetaan konsep.

d) Memerinci (elaboration)

Aktivitas ini mengharuskan siswa untuk menghubungkan materi baru

dengan informasi atau gagasan yang sudah mereka miliki sebelumnya. Tujuan

elaborasi adalah untuk menambah gagasan-gagasan ke dalam informasi baru.

Metode-metode elaborasi mencakup antara lain: membuat gambar mental atau

diagram fisik, free writing, elaborasi kalimat, tampilan visual, slide, dan majalah

dinding.

Dalam proses pembelajaran, uniknya tahap-tahap ini bisa diterapkan

sendiri-sendiri ataupun secara kombinatif antar satu sama lain untuk mencapai

tujuan pembelajaran (Miftahul Huda, 2013:309).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

9

2.1.2.4. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif

Dalam melaksanakan pembelajaran generatif, menurut Sutrisno (Purwati,

2009:36), Guru perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai

berikut.

(1) Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah guru

mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi

yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan

melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran

mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis

membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka

untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan.

(2) Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan

menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa

eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi,

atau simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple

representation) untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Variasi

kegiatan ini dapat membantu siswa memperoleh penjelasan yang cukup

memuaskan.

(3) Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan

soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya konteks (context-

rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat

dikerjakan secara kelompok.

Pembelajaran dengan model generatif guru harus kreatif dalam

mendemostrasikan materi dan peka terhadap apa yang ada dalam fikiran siswa

sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan model

pembelajaran.

2.1.2.5. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Generatif

Model pembelajaran generatif menurut Sutarman (dalam Wena, 2009)

mempunyai kelebihan dan kelemahan yaitu:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

10

a) Kelebihan

1. Pembelajaran generatif memberikan peluang kepada siswa untuk belajar

secara kooperatif.

2. Merangsang rasa ingin tahu siswa dan dapat meningkatkan keterampilan

proses.

3. Meningkatkan aktifitas belajar siswa, di antaranya dengan bertukar fikiran

dengan siswa yang lainnya, menjawab pertannyaan dari guru, serta berani

tampil untuk mempresentasikan hipotesisnya.

4. Siswa lebih terarah mandiri dan mampu bekerja sendiri.

b) Kelemahan

1. Pembelajaran generatif memerlukan waktu yang relatif lama.

2. Siswa dihawatirkan terjadi salah konsep karena usaha menggali

pengetahuan sebagian besar adalah dari siswa itu sendiri.

3. Suasana bisa jadi tidak terkontrol karena adanya pendapat dari siswa yang

berbeda-beda, sehingga bisa jadi menimbulkan suasana kelas jadi ribut.

2.1.2.6. Tahapan Pembelajaran Generatif

Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran generatif menurut Katu

(1995.b:5-6), terdiri atas 5 tahap dengan penjelasan sebagai berikut.

a) Tahap 1: pengingatan

Pada tahap awal ini, guru menuliskan topik dan melibatkan siswa dalam

diskusi yang bertujuan untuk menggali pemahaman mereka tentang topik yang

akan dibahas. Mereka diajak untuk mengungkapkan pemahaman dan pengalaman

mereka dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik tersebut.

Mereka diminta mengomentari pendapat teman sekelas dan membandingkannya

dengan pendapat sendiri. Tujuan dari tahap pengingatan ini adalah untuk menarik

perhatian siswa terhadap pokok yang sedang dibahas, membuat pemahaman

mereka menjadi eksplisit, dan sadar akan variasi pendapat di antara mereka

sendiri. Untuk membuat suasana menjadi kondusif, guru diharapkan tidak akan

menilai mana pendapat yang “salah” dan mana yang “benar”. Yang perlu

dilakukan adalah membuat mereka berani mengemukakan pendapatnya tanpa

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

11

takut disalahkan. Sebaiknya pertanyaan yang diajukan guru adalah pertanyaan

terbuka.

b) Tahap 2: tantangan dan konfrontasi

Setelah guru mengetahui pandangan sebagian siswanya, guru mengajak

mereka untuk mengemukakan fenomena atau gejala-gejala yang diperkirakan

muncul dari suatu peristiwa yang akan didemonstrasikan. Kemudian mereka

diminta mengemukakan alasan untuk mendukung dugaan mereka. Mereka juga

diajak untuk menanggapi pendapat teman satu kelas mereka yang berbeda dari

pendapat sendiri. Guru diharapkan untuk mencatat dan mengelompokkan dugaan

dan penjelasan yang muncul di papan tulis. Secara sadar guru mempertentangkan

pendapat-pendapat yang berbeda itu. Setelah itu guru melaksanakan demonstrasi

dan meminta siswa untuk mengamati dengan seksama gejala yang muncul. Guru

perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencerna apa yang mereka

amati, akan merasa terganggu dan mengalami konflik kognitif dalam pikirannya.

Setelah itu barulah guru menayakan apakah gejala yang mereka amati itu sesuai

atau tidak dengan pikiran mereka. Dengan menggunakan cara dialog yang timbal

balik dan saling melengkapi, diharapkan mereka dapat menemukan jawaban atas

gejala yang mereka amati. Dalam hal ini guru menyiapkan perangkat demonstrasi,

tampilan gambar, atau grafik yang dapat membantu siswa menemukan alternatif

jawaban atas gejala yang diamati.

c) Tahap 3: reorganisasi kerangka kerja konsep

Pada tahap ini guru membantu siswa dengan mengusulkan alternatif

tafsiran menurut ilmuwan dan menunjukkan bahwa pandangan yang dia usulkan

dapat menjelaskan secara koheren gejala yang mereka amati. siswa diberikan

beberapa persoalan sejenis dan menyarankan mereka menjawabnya dengan

pandangan alternatif yang diusulkan guru. Diharapkan mereka akan merasakan

bahwa pandangan baru dari guru tersebut mudah dimengerti, masuk akal, dan

berhasil dalam menjawab berbagai persoalan. Diharapkan siswa mulai

mereorganisasi kerangka berpikir mereka dengan melakukan perubahan struktur

dan hubungan antar konsep-konsep. Proses reorganisasi ini tentu membutuhkan

waktu.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

12

d) Tahap 4: aplikasi konsep

Pada tahap ini, guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang

berbeda untuk diselesaikan oleh siswa dengan kerangka konsep yang telah

mengalami rekonstruksi. Maksudnya adalah memberi kesempatan kepada siswa

untuk menerapkan pengetahuan/keterampilan baru mereka pada situasi dan

kondisi yang baru. Keberhasilan mereka menerapkan pengetahuan dalam situasi

baru akan membuat para siswa makin yakin akan keunggulan kerangka kerja

konseptual mereka yang sudah direorganisasi. Pelatihan ini dimaksudkan juga

untuk lebih menguatkan hubungan antar konsep di dalam kerangka berpikir yang

baru mengalami reorganisasi.

e) Tahap 5: menilai kembali

Dalam suatu diskusi, guru mengajak siswanya dalam menilai kembali

kerangka kerja konsep yang telah mereka dapatkan.

Dalam proses pembelajaran dengan model generatif harus benar-benar

melaksanakan setiap tahap-tahapannya agar hasil dari perubahan siswa setelah

belajar dengan model generatif dapat terlihat. Siswa tidak hanya mendengarkan

penjelasan dari guru melainkan siswa berfikir aktif menemukan konsep-konsep

baru sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka dan kemudian

diterapkan pada permasalahan yang mereka hadapi.

2.1.2.7. Sintaks Pembelajaran Generatif

Berdasakan teori-teori di atas maka dapat dibuat sintaks pembelajaran

generatif sebagai berikut.

Tabel 1

Sintaks Pembelajaran Generatif

Kegiatan awal

1. Salam

2. Doa

3. Presensi

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

13

Kegiatan inti

1. Guru menuliskan topik dan melibatkan siswa dalam diskusi yang

bertujuan untuk menggali pemahaman siswa tentang topik yang akan

dibahas.

2. Siswa diajak untuk mengungkapkan pemahaman dan pengalaman

mereka dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik

tersebut.

3. Siswa diminta mengomentari pendapat teman sekelas dan

membandingkannya dengan pendapat sendiri.

4. Setelah guru mengetahui pandangan sebagian siswanya, guru mengajak

siswa untuk mengemukakan fenomena atau gejala-gejala yang

diperkirakan muncul dari suatu peristiwa yang akan didemonstrasikan.

5. Siswa diberi kesempatan mengemukakan alasan untuk mendukung

dugaan mereka. Siswa juga diajak untuk menanggapi pendapat teman

satu kelas mereka yang berbeda dari pendapat sendiri.

6. Guru mencatat dan mengelompokkan dugaan-dugaan siswa. Kemudian

guru mempertentangkan pendapat-pendapat yang berbeda itu.

7. Setelah itu guru melaksanakan demonstrasi dan meminta siswa untuk

mengamati dengan seksama gejala yang muncul.

8. Siswa diberi kesempatan untuk mencerna apa yang mereka amati

sehingga siswa akan mengalami konflik kognitif dalam pikirannya.

Kemudian barulah guru menayakan apakah gejala yang mereka amati

itu sesuai atau tidak dengan pikiran mereka.

9. Guru membantu siswa dengan mengusulkan alternatif tafsiran menurut

ilmuwan dan menunjukkan bahwa pandangan yang guru usulkan dapat

menjelaskan secara koheren gejala yang mereka amati.

10. Siswa diberikan beberapa persoalan sejenis dan menyarankan siswa

menjawabnya dengan pandangan alternatif yang diusulkan guru.

Dengan begitu, diharapkan siswa mulai mereorganisasi kerangka

berpikir mereka dengan melakukan perubahan struktur dan hubungan

antar konsep-konsep.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

14

11. Guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda

untuk diselesaikan oleh siswa dengan kerangka konsep yang telah

mengalami rekonstruksi.

12. Guru bersama siswa berdiskusi untuk menilai kembali kerangka kerja

konsep yang telah siswa dapatkan.

Kegitan akhir

1. Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

2. Guru menutup pelajaran.

2.1.3. Hasil Belajar

2.1.3.1. Pengertian Belajar

Joko Susilo (2009:23) mengatakan bahwa, “belajar adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Dalam pengertian ini, belajar

adalah merupakan suatu proses, satu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni

mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan dan latihan, melainkan perubahan

kelakuan. Beberapa pendapat di atas tersebut menegaskan bahwa belajar

merupakan suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman

berulang-ulang.

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa belajar

sesungguhnya mengandung tiga unsur, yaitu: (1) Belajar berkaitan dengan

perubahan tingkah laku. (2) Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh

proses pengalaman. (3) Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif

permanen.

2.1.3.2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2005:3), “hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses pembelajaran”. Menurut

Dimyati (2007:12), “hasil belajar adalah hasil proses belajar di mana pelaku aktif

dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru”.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

15

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah hasil yang dicapai

oleh seorang siswa sebagai hasil proses belajar.

2.1.3.3. Macam Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan pendidikan, baik tujuan

kurikulum maupun tujuan instrasional menggunakan klasifikasi hasil belajar dan

Benjamin Bloom yang ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotoris

(Nana Sudjana, 2005:22).

a) Ranah kognitif

Evaluasi aspek kognitif berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan

intelektual yang meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan

evaluasi.

b) Ranah afektif

Evaluasi aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, yang meliputi:

menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan

suatu nilai atau kompleks nilai.

c) Ranah psikomotorik

Pengukuran keberhasilan pada aspek psikomotor ditunjukkan pada

keterampilan dalam merangkai alat keterampilan kerja dan ketelitian dalam

mendapatkan hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa

bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai teknik praktikum. Aspek

ini menitikberatkan pada unjuk kerja siswa. Ranah psikomotorik meliputi:

peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, pengalamiahan.

2.1.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Merson (dalam Tu‟u, 2004), faktor-faktor yang mempengaruhi

proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut:

1) Faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

siswa yang berasal dari dalam diri siswa yang sedang belajar.

Faktor dalam meliputi:

a) Kondisi fisiologis

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

16

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya

akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah

juga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Di samping kondisi tersebut yang tidak

kalah pentingnya adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan

pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia adalah dengan membaca,

melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen,

mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah keterangan orang lain.

Jadi jelaslah di antara seluruh panca indera mata dan telinga mempunyai peranan

yang sangat penting. Seperti yang dipaparkan oleh Edgar Dale (dalam Tu‟u

2004:40), bahwa pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh melalui indera

lihat, 13% melalui indera dengar, dan 12% melalui indera lainnya.

b) Kondisi psikologis

Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap

proses belajar yang juga bersifat psikologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi

terhadap proses dari hasil belajar yaitu:

Kecerdasan

Seorang siswa yang cerdas umumnya akan lebih cepat mampu belajar jika

dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu

yang diperlukan untuk mempelajari materi atau bahan pelajaran sama. Hasil

pengukuran kecerdasannya biasa dinyatakan dengan angka yang menunjukkan

perbandingan kecerdasan yang dikenal dengan istilah IQ (Intelligence Quotion).

Berbagai hasil penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan hasil

belajar di sekolah. Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa

sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-

prestasinya lain sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada

dirinya. Hal itu dapat kita ketahui umumnya tingkat kecerdasan yang baik dan

sangat baik cenderung lebih baik angka nilai yang dicapai siswa.

Bakat

Di samping intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya

terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat adalah kemampuan yang ada

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

17

pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari

orang tua. Bagi seorang siswa bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa

yang berbakat dalam bidang ilmu sosial dan ada yang di ilmu pasti. Seorang siswa

yang berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar berprestasi tinggi di bidang ilmu

pasti dan sebaliknya. Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi

kesempatan dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi

yang tinggi. Sebaliknya, seorang siswa ketika akan memilih bidang

pendidikannya, sebaiknya memperhatikan aspek bakat yang ada padanya. Untuk

itu, sebaiknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan psikotes untuk melihat

dan mengetahui bakatnya. Sesudah ada kejelasan, baru menentukan pilihan.

Motivasi dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian

adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan

perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu

pelajaran tertentu, biasanya cenderung memperhatikannya dengan baik. Minat dan

perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi

prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa harus menaruh minat dan

perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran-pembelajaran di sekolah.

Dengan minat dan perhatian yang tinggi, guru boleh yakin akan berhasil dalam

pembelajaran.

Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motivasi belajar kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk belajar. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap

usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam

belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan

memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang

kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi

prestasi belajarnya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

18

Emosi

Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam proses belajar seorang siswa

akan terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang

emosional dalam belajar, akan mudah putus asa. Hal ini mau tidak mau akan

mempengaruhi bagaimana siswa menerima, menghayati pengalaman yang

didapatnya dalam suatu pembelajaran.

Kemampuan kognitif

Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif yaitu kemampuan berpikir,

menalar yang dimiliki siswa. Jadi kemampuan kognitif berkaitan erat dengan

ingatan dan berfikir seorang siswa.

2) Faktor luar, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor tersebut adalah faktor

lingkungan. Faktor lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Lingkungan alami, yaitu yaitu kondisi alami yang dapat berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajar, termasuk dalam lingkungan alami yaitu suhu,

cuaca, udara, pada waktu itu dan kejadian-kejadian yang sedang berlangsung.

b) Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia, wujud lain yang berpengaruh

langsung terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya hubungan murid dengan

guru, orang tua dengan anak, dan lingkungan masyarakat di luar sosial yang baik,

mesra dapat membantu terciptanya prestasi belajar siswa.

2.1.4. Hubungan antara Model Pembelajaran Generatif dengan Hasil Belajar

Berdasarkan kajian teori diatas, hubungan antara model pembelajaran

generatif dengan hasil belajar merupakan hubungan sebab akibat, karena

pembelajaran generatif dapat meningkatkan hasil belajar. Alasannya, menurut

Miftahul Huda (2013:309), “pembelajaran generatif merupakan salah satu strategi

pembelajaran yang berusaha menyatukan gagasan-gagasan baru dengan skema

pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa”. Dari pendapat Miftahul Huda maka

pembelajaran generatif memiliki kelebihan yaitu merangsang rasa ingin tahu

siswa serta memanfaatkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa untuk

mempelajari gagasan-gagasan baru. Kelebihan pembelajaran generatif akan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

19

membuat siswa lebih mudah dalam belajar mengenai materi yang diberikan guru

sehingga hasil belajar siswa akan meningkatan.

2.2. Kajian yang Relevan

a) Penelitian yang dilakukan oleh I Wyn. Romi Sudhita, I Nym. Wirya, Ni Wyn.

Parsiti tahun 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Generatif terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri

di Desa Sebatu Kecamatan Tegallalang” dengan tujuan untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model pembelajaran generatif dan siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa

kelas 5 SD Negeri di Desa Sebatu tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian

ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment), dengan rancangan

post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah semua siswa

kelas 5 SD Negeri di Desa Sebatu yang berjumlah 158 siswa. Sampel

penelitian adalah seluruh siswa kelas 5 di SD Negeri 4 Sebatu dan di SD

Negeri 2 Sebatu dengan jumlah 61 orang yang dipilih dengan teknik random

sampling. Pengumpulan data hasil belajar IPA siswa menggunakan metode

tes. Instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda dengan satu jawaban

benar. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menemukan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang

mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif dan

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas 5 SD Negeri di Desa Sebatu Kecamatan

Tegallalang tahun pelajaran 2012/2013 (thitung = 43,917 > ttabel = 2,000).

Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model

pembelajaran generatif menunjukkan hasil belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model pembelajaran konvensional.

b) Penelitian yang dilakukan oleh Pt. Eka Yulia C, Ni Wyn. Suniasih, Md. Putra

tahun 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penerapan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

20

Pembelajaran Generatif terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Gugus

III Kecamatan Semarapura” dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang

signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan

pembelajaran generatif dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran

konvensional pada siswa kelas 4 SD Gugus III Kecamatan Semarapura Tahun

Ajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen dengan

desain penelitiannya adalah static group comparison. Populasi dalam

penelitian ini siswa kelas 4 SD Gugus III Kecamatan Semarapura. Untuk

menentukan sampel digunakan teknik random sampling.Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri 2 Semarapura Tengah yang

berjumlah 32 orang kelompok eksperimen dan SD Negeri Semarapura Kauh

yang berjumlah 32 orang kelompok kontrol. Pengumpulan data hasil belajar

IPA dilakukan dengan metode tes yaitu tes hasil belajar IPA, jenis tes objektif

bentuk pilihan ganda biasa. Data selanjutnya dianalisis menggunakan analisis

statistik uj-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan

pembelajaran generatif dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran

konvensional. Hal ini terbukti dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t

diperoleh thitung= 3,30>ttabel(α=0,05,62)= 2,00 dan didukung dengan

perbedaan rata-rata hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol yaitu = 63,84 > = 51,22. Dengan demikian dapat

disimpulkan model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap hasil belajar

IPA siswa di kelas 4 di SD Gugus III Kecamatan Semarapura tahun ajaran

2012/2013.

c) Penelitian yang dilakukan oleh Kd. A. Permana Dewi, Made Sulastri, I G. A.

Tri Agustiana tahun 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Generatif terhadap Kemampuan Berpikir Kritis IPA

Siswa Kelas 5 di Gugus VIII Kecamatan Buleleng” dengan tujuan untuk

mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif dan siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

21

konvensional pada mata pelajaran IPA kelas 5 tahun pelajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini

adalah kelas 5 di Gugus VIII Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2012/2013

yang berjumlah 111 orang. Sampel penelitian ini yaitu kelas 5 SD No. 1 Paket

Agung yang berjumlah 34 orang dan kelas 5 SD No. 2 Paket Agung yang

berjumlah 34 orang. Data hasil kemampuan berpikir kritis dikumpulkan

dengan menggunakan tes uraian. Data yang diperoleh dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu

uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan

berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran generatif dan siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada

mata pelajaran IPA kelas 5 tahun pelajaran 2012/2013. Perbandingan

perhitungan rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis IPA kelompok

eksperimen adalah 36,74 lebih besar dari rata-rata hasil kemampuan berpikir

kritis IPA kelompok kontrol adalah 25,53. Adanya perbedaan menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif

berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis IPA dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional kelas 5 SD Gugus VIII Kecamatan

Buleleng tahun pelajaran 2012/2013.

Berbeda dari ketiga penelitian di atas, penelitian ini dilakukan bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran

generatif pada mata pelajaran matematika.

2.3. Kerangka Pikir

Model pembelajaran generatif merupakan salah satu strategi pembelajaran

yang berusaha menyatukan gagasan-gagasan baru dengan skema pengetahuan

yang telah dimiliki oleh siswa. Gagasan baru itu dikaitkan dengan gagasan lama

yang sudah dipahami siswa. Jika gagasan baru itu berhasil menjawab

permasalahan yang dihadapi, maka gagasan baru itu akan disimpan dalam memori

jangka panjang. Intisari dari pembelajaran generatif adalah bahwa otak tidak

menerima informasi dengan pasif, melainkan justru dengan aktif mengkonstruksi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

22

suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan.

Pada penjelasan di atas, telah disebutkan bahwa model pembelajaran generatif

memungkinkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan baru menggunakan

pengetahuan yang sudah mereka pahami sehingga pengetahuan baru itu akan

disimpan dalam memori jangka panjang.

Dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran matematika kelas 5

SDN Candirejo 02, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, dimana

siswa hanya mengerti cara mengerjakan soal tanpa memahami konsep yang ingin

dicapai guru, sehingga potensi-potensi yang dimiliki siswa belum tergali secara

optimal. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah pada mata pelajaran

matematika. Maka perlu diterapkan model pembelajaran yang inovatif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya yaitu model pembelajaran

generatif.

Kondisi awal Hasil belajar

siswa rendah

Penerapan model

pembelajaran generatif (Pengetahuan baru dikaitkan

dengan pengetahuan lama yang

sudah dipahami siswa)

Hasil belajar

siswa meningkat

Pemantapan penerapan

model pembelajaran

generatif

(baru diketahui setelah dilakukan refleksi atas

tindakan siklus I)

Hasil

belajar

siswa lebih

meningkat

Pembelajaran

konvensional

Ceramah

Tanya jawab

Penugasan

Gambar 1 Skema Kerangka Pikir

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. 2.1.1 · individu, menanam, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-soal

23

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan

kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah

melalui penerapan model pembelajaran generatif diduga dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 02 pada semester II tahun

pelajaran 2013/2014.