BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tumpang Payuk Tumpang payuk dikenal dengan nama tanaman anting-anting. Di Jawa dikenal dengan nama Ceka mas, lelatang, rumput bolong-bolong, rumput kekosongan. Di inggris Indian nettle, cat’s nettle, di Malaysia dengan nama rumput Lislis,Tjeka Mas, di Filipina dengan nama Bugos, Maraotong dan Taptapingar (Ampaisa, 2011). 2.1.1 Deskripsi tanaman Tumbuhan berhabitus terna menahun dengan tinggi mencapai 80 cm, batang berambut, biasanya tidak bercabang-cabang. Helaian daun tunggal, letak berseling, panjang, tangkai daun 2-6cm, bentuk daun bulat telur sampai belah ketupat, tepi bergerigi halus, permukaan atas tidak berambut atau jika berambut hanya terdapat pada ibu tulang daun, ukuran helaian daun 1-7x 1-5 cm. Perbungaan berupa bunga majemuk bulir, ibu tangkai bunga tumbuh dari bagian ketiak daun, dalam satu ibu tangkai bunga terdapat 6-9 bulir bunga, 1-2 bunga jantan ada di bagian atas, 5-7 bunga betina berada dibagian bawahnya. Bunga jantan : tersusun dalam suatu bulir, perhiasan bunga kecil berwarna putih, daun pelindung hijau dengan tepi bergerigi halus. Bunga betina : tersusun dalam suatu bulir, daun pelindung berwarna hijau seperti mangkuk, tepi daun pelindung bergigi, tidak berambut atau jika berambut 8
17
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tumpang Payuk 2.pdf · berambut, biasanya tidak bercabang-cabang. Helaian daun tunggal, letak berseling, panjang, tangkai daun 2-6cm, bentuk daun bulat telur
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tumpang Payuk
Tumpang payuk dikenal dengan nama tanaman anting-anting. Di Jawa
dikenal dengan nama Ceka mas, lelatang, rumput bolong-bolong, rumput
kekosongan. Di inggris Indian nettle, cat’s nettle, di Malaysia dengan nama rumput
Lislis,Tjeka Mas, di Filipina dengan nama Bugos, Maraotong dan Taptapingar
(Ampaisa, 2011).
2.1.1 Deskripsi tanaman
Tumbuhan berhabitus terna menahun dengan tinggi mencapai 80 cm, batang
berambut, biasanya tidak bercabang-cabang. Helaian daun tunggal, letak berseling,
panjang, tangkai daun 2-6cm, bentuk daun bulat telur sampai belah ketupat, tepi
bergerigi halus, permukaan atas tidak berambut atau jika berambut hanya terdapat
pada ibu tulang daun, ukuran helaian daun 1-7x 1-5 cm. Perbungaan berupa bunga
majemuk bulir, ibu tangkai bunga tumbuh dari bagian ketiak daun, dalam satu ibu
tangkai bunga terdapat 6-9 bulir bunga, 1-2 bunga jantan ada di bagian atas, 5-7
bunga betina berada dibagian bawahnya. Bunga jantan : tersusun dalam suatu bulir,
perhiasan bunga kecil berwarna putih, daun pelindung hijau dengan tepi bergerigi
halus. Bunga betina : tersusun dalam suatu bulir, daun pelindung berwarna hijau
seperti mangkuk, tepi daun pelindung bergigi, tidak berambut atau jika berambut
8
9
tersebar. Berbunga sepanjang tahun, banyak tumbuh di dataran rendah, tepi jalan atau
sawah (Ampaisa, 2011).
Gambar 2.1 Tanaman tumpang payuk (Priya, 2014)
2.1.2 Klasifikasi tumpang payuk(Anonim, 2014)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan menghasilkan bunga)
Sub Divisio : Angiospermae (Tumbuhan berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledoneae (Tumbuhan berkeping dua/dikotil)
Ordo : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Acalypha
Jenis : Acalypha indica L.
10
2.1.3 Pemakaian empiris
Tanaman tumpang payuk banyak digunakan sebagai antiradang, antibiotik,
peluruh kencing (diuretik), pencahar, hemostasis juga digunakan untuk pengobatan
disentri basiler, disentri amuba, diare, anak dengan berat badan rendah, gangguan
pencernaan makanan, mimisan, muntah darah, berak darah, kencing darah, malaria,
susah buang air besar(sembelit), penurun glukosa darah. Akar tanaman tumpang
payuk dapat digunakan untuk mengatasi asam urat(Mohan et al., 2012).
2.1.4 Kandungan kimia
Kandungan kimia ekstrak akar tumpang payuk mengandung fenol,
flavonoid, alkaloid, minyak atsiri, steroid dan triterpenoid (stefanus, 2009).Ekstrak
daun mengandung alkaloid, tannin, steroid, saponin, flavonoid, glikosida dan fenol
(Mohan, 2012). Ekstrak batang mengandung alkaloid dan saponin(Wemay, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Balasubramanian et al. (2012) menyebutkan bahwa
ekstrak metanol dari tanaman ini mengandung saponin, flavonoid, glikosida,
alkaloid, protein dan asam amino. Hasil penapisan fitokimianya menunjukkan bahwa
fraksi etil asetat mengandung flavonoid, polifenol, monoterpen, seskuiterpen,
triterpenoid dan kuinon (Febriyanti et al., 2014). Menurut Mohideen et al. (2012)
dari hasil skrining ekstrak etanol daun tanaman ini didapatkan tannin, saponin,
flavonoid, terpenoid, cardiac glikosida dan steroid. Flavonoid yang terdapat pada
daun Acalypha indica termasuk subklas flavonols (quercetin)(Mouli et al., 2012).
11
Kandungan kimia Tumpang payuk (Acalypha indica L) yang diduga
berkhasiat sebagai anti platelet adalah senyawa Flavonoid subklas Flavonol
(quercetin, kaempferol, myrecetin).Flavonoid dapat digunakan sebagai antitrombosis
dengan kemampuannya menangkap radikal bebas juga menghambat jalur
siklooksigenase dan lipooksigenase.Efek antiagregasinya yang utama adalah dengan
menghambat pembentukan tromboksan A2 (Kumar et al., 2011).
2.2 Trombosis
Trombosis adalah keadaan dimana terjadi pembentukan massa bekuan darah
intravaskuler. Trombosis merupakan ketidaknormalan dari hemostasis sebagai
pembentukan bekuan darah (thrombus) dalam pembuluh darah setelah mengalami
cedera.Seperti halnya hemostasis, thrombosis pun bergantung pada dinding pembuluh
darah, trombosit dan kaskade koagulasi.Penyebab utama pada sumbatan akut
pembuluh darah adalah thrombosis, emboli dan trauma (Supardiman, 2001).
Thrombosis dapat terjadi akibat ketidakseimbangan faktor koagulasi dan faktor
fibrinolitis. Thrombus pada arteri dapat menimbulkan iskemik.Thrombosis
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke iskemik.
2.2.1Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah
yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak.Penyumbatan
pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh darah (arteri)
menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh karena darah
12
berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan ada gumpalan darah (trombosis),
sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh
darah. Akibatnya otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawa nutrisi
dan oksigen yang diperlukan oleh darah. Sekitar 70% -80% kasus stroke disebabkan
oleh stroke iskemik dan kurang lebih 51% dari stroke karena thrombosis arteri
(Junaidi, 2011).
2.3 Fisiologi Pembekuan Darah
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan sistem
hemostasis yaitu mempertahankan komponen darah tetap dalam keadaan cair
sehingga tubuh dalam keadaan fisiologik mampu mempertahankan aliran darah dari
atau dalam pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah menyebabkan terjadinya
perdarahan, maka sistem hemostasis tubuh akan mengontrol perdarahan melalui
mekanisme interaksi pembuluh darah dan jaringan penunjang, interaksi trombosit dan
pembuluh darah yang mengalami kerusakan, pembentukan fibrin oleh sistem
koagulasi, regulasi dari bekuan darah oleh faktor inhibitor koagulasi dan sistem
fibronolitik, remodeling dan reparasi dari pembuluh darah yang mengalami kerusakan
(Mantik, 2004).
Dalam keadaan normal, darah berada dalam sistem pembuluh darah, dan
berbentuk cair.Keadaan ini dimungkinkan oleh faktor hemostasis yang terdiri dari
hemostasis primer, hemostasis sekunder dan hemostasis tersier. Hemostasis primer
terdiri dari pembuluh darah dan trombosit, disebut hemostasis primer karena pertama
13
terlibat dalam proses penghentian darah bila terjadi perdarahan, diawali dengan
vasokontriksi pembuluh darah dan pembentukan plak trombosit yang menutup luka
dan menghentikan perdarahan. Hemostasis sekunder terdiri dari faktor pembekuan
dan anti pembekuan, sedangkan hemostasis tertier yaitu sistem fibrinolisis akan
diaktifkan dan menyebabkan lisis dari fibrin dan endotel menjadi utuh (Mitchell dan
Cotran, 2012).
Kelainan hemostasis menyebabkan perdarahan atau trombosis. Trombosis
yaitu proses pembentukan trombus atau adanya trombus dalam pembuluh darah atau
ruang jantung. Trombosis dapat terjadi pada arteri dan vena.Trombosis pada arteri
disebut trombus putih karena komposisinya selain fibrin didominasi oleh
trombosit.Berbeda dengan trombus pada vena disebut trombus merah karena
komposisinya selain fibrin didominasi oleh sel darah merah.Patogenesis trombosis
pada arteri dan vena berbeda, selain dari faktor aliran darah, faktor resiko dan
pembuluh darah sendiri turut berperan.Pada prinsipnya trombus terjadi karena
terdapat gangguan keseimbangan antara yang merangsang trombosis dan yang
mencegah trombosis. Faktor merangsang atau faktor resiko trombosis yaitu; endotel
pembuluh darah yang tidak utuh, trombosit yang teraktivasi dan defisiensi
antipembekuan. Umumnya faktor yang mencegah trombosit merupakan kebalikan
dari yang menstimulasi trombosit(Khalilullah, 2011).
14
Gambar 2.2 Antitrombosis (Mitchell dan Cotran, 2012)
Endotelium menghambat terjadinya trombosis dengan menghasilkan
trombomodulin dan molekul menyerupai heparin, memacu fibrinolisis dengan cara
memproduksi t-PA, menghambat agregasi trombosit dengan cara melepaskan PGI2
dan nitrit okside (NO), regulasi dinding pembuluh darah melalui sintesis endotelin
yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah dan juga PGI2 dan NO yang
menyebabkan dilatasi pembuluh darah (Mantik, 2004). Molekul menyerupai heparin
bekerja dengan mempotensiasi kerja antitrombin III membentuk kompleks yang
memiliki afinitas lebih besar dari AT-III sendiri terhadap beberapa faktor pembekuan
seperti trombin, faktor Xa,IXa. Oleh karena itu heparin mempercepat inaktivasi faktor
pembekuan (Rambe, 2004). Trombomodulin merupakan reseptor yang berikatan
dengan trombin dan mampu mengaktivasi protein C. Selanjutnya protein C aktif
menghambat pembekuan melalui pemecahan proteolitik faktor Va dan VIIIa seperti
pada gambar 2.1(Mitchell dan Cotran, 2012).
15
Gambar 2.3 Protrombosis (Mitchell dan Cotran, 2012)
Pada saat terjadi trauma pada sel endotel, trombosit akan mengadakan
perlekatan pada subendotel (kolagen) pembuluh darah yang rusak yang dijembatani
oleh von Willebrand faktor. vWF ini berikatan dengan reseptor GpIb pada trombosit.
GpIb dan vWF diperlukan untuk proses adhesi dan kohesi antar trombosit dalam
aliran darah (Sindunata, 2014). Endotel pembuluh darah yang cedera akan
melepaskan faktor jaringan atau tromboplastin jaringan kemudian bersama faktor VII
dan kalsium melalui rangkaian koagulasi ekstrinsik akan mengawali pembentukan
fibrin (Mantik, 2004). Adhesi atau perlekatan trombosit akan dipertahankan dengan
peningkatan kadar fibrinogen dan penghambatan aktivator plasminogen yang
menekan fibrinolisis (Halcox, 2006) seperti pada gambar 2.2
2.4 Fungsi Trombosit
Trombosit berperan dalam pembentukan sumbat mekanik selama respons
hemostasis normal terhadap cedera vaskular.Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran
16
darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi dan
perubahan bentuk,sekresi(reaksi pelepasan) dan agregasi (Mitchell dan
Cotran,2012).Setelah terjadi adhesi trombosit selanjutnya akan dilepas ADP. Proses
ini bersifat reversibel. Bila konsentrasi ADP makin meningkat terjadilah agregasi
trombosit.Selain ADP juga dilepas serotonin yang menyebabkan vasokonstriksi
sehingga memberi kesempatan untuk menyiapkan pembentukan hemostatik primer
yang terdiri dari trombosit dan fibrin (Khalilulah, 2011). Pada keadaan dimana
konsentrasi ADP mencapai titik kritis, terjadilah pengaktifan membran fosfolipid.
Membran fosfolipid ini memfasilitasi pembentukan kompleks protein koagulasi yang
terjadi secara berurutan (Putra, 2012) seperti gambar 2.3.
Gambar 2.4 Fungsi trombosit (Putra, 2012)
17
2.4.1Adhesi dan agregasi trombosit sebagai respons terhadap cedera vaskular
Setelah cedera pembuluh darah, trombosit melekat pada jaringan ikat
subendotel yang terbuka. Mikrofibril subendotel mengikat multimer vWF yang lebih
besar, yang berikatan dengan kompleks Ib membran trombosit. Di bawah pengaruh
tekanan shear stress, trombosit bergerak di sepanjang permukaan pembuluh darah
sampai GPIa/IIa (integrin α2β1) mengikat kolagen dan menghentikan
translokasi.Aktivasi trombosit kemudian dicapai melalui glikoprotein IIb/IIIa
(integrin αIIbβ3) yang mengikat fibrinogen untuk menghasilkan agregasi
trombosit.Kompleks reseptor IIb/IIIa juga membentuk tempat pengikatan sekunder
dengan vWF yang menyebabkan adhesi lebih lanjut.Faktor von Willebrand (vWF)
membawa faktor VIII dimana terlibat dalam adhesi trombosit pada dinding pembuluh
darah (Sindunata,2014).vWF ini disintesis oleh sel endotel dan megakariosit serta
disimpan dalam badan Weibel-Palade pada sel endotel dan dalam granula α yang
spesifik untuk trombosit (Pusparini, 2014).
Gambar 2.5Adhesi trombosit (Putra, 2012)
18
2.4.2 Reaksi pelepasan trombosit
Pemajanan kolagen atau kerja trombin menyebabkan sekresi isi granula
trombosit.Kolagen dan trombin ini dapat mengaktifkan sintesis prostaglandin
trombosit. Terjadi pelepasan diasilgliserol (yang mengaktifkan sintesis fosforilasi
protein melalui protein kinase C) dan inositol trifosfat (yang menyebabkan pelepasan
ion kalsium intrasel) dari membran, yang menyebabkan pembentukan suatu senyawa
yaitu tromboksan A2. Tromboksan A2 berfungsi dalam memperkuat agregasi
trombosit dan merupakan vasokonstriktor yang kuat (Putra, 2012). Reaksi
pelepasannya dihambat oleh zat-zat yang meningkatkan kadar cAMP trombosit, yaitu
prostasiklin yang disintesis oleh sel endotel vaskuler seperti pada gambar 2.5.
Prostasiklin merupakan inhibitor agregasi trombosit yang kuat dan mencegah
deposisi trombosit pada endotel vaskular normal (Gopinatan et al, 2011).
19
Gambar 2.6Sintesis Prostasiklin dan Tromboksan (Wahyuningtyas, 2013).
ADP dan tromboksan A2 yang dilepaskan menyebabkan makin banyak
trombosit yang beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP menyebabkan
trombosit membengkak dan mendorong membran trombosit yang berdekatan untuk
melekat satu sama lain. Selain itu terdapat umpan balik positif yang menyebabkan
terjadinya agregasi trombosit sekunder sehingga terbentuk massa trombosit yang
cukup besar untuk menyumbat daerah kerusakan endotel (Wahyuningtyas,2013).
2.5 Flavonoid dan trombosis
Mekanisme flavonoid dalam menghambat agregasi trombosit juga dengan
cara meningkatkan kadar cAMP trombosit melalui stimulasi adenylate siklase atau
penghambatan dari aktivitas cAMP Phosphodiesterase (Gopinathan et al., 2011).