Top Banner
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat (MSG) 2.1.1 Pengertian Monosodium Glutamat Monosodium glutamat (MSG) adalah garam sodium “L glutamate acidyang sering digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan aroma serta pengawet rasa yang termasuk dalam bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma (Alsuhendra & Ridawati, 2013). Monosodium glutamat merupakan bahan penyedap sintetis yang paling banyak digunakan pada makanan sekarang ini. Pemberian MSG dapat meningkatkan persepsi rasa gurih, manis dan asin serta mengurangi rasa asam dan pahit dari makanan (Bhattacharya et al, 2011). 2.1.2 Kandungan Monosodium Glutamat Monosodium glutamat (MSG) di dalam tubuh akan mengalami penguraian menjadi bentuk asalnya, yaitu asam glutamat. Asam glutamat merupakan salah satu dari asam amino yang pada lingkungan terdapat dalam dua bentuk yaitu, berupa L-Glutamic Acid dan D-Glutamic Acid. Bentuk asam glutamat yang terdapat pada protein hanya terdapat dalam bentuk L-Glutamic Acid, sedangkan asam glutamat dalam bentuk D-Glutamic Acid hanya dapat digunakan oleh organisme tingkat rendah seperti beberapa jenis bakteri (Afiqoh, 2018). Monosodium glutamat yang dibuat oleh pabrik melalui proses pengolahan kimiawi, yang berasal dari asam glutamat selalu terdapat bentuk D-Glutamic Acid di dalamnya selain adanya bentuk L-Glutamic Acid. Sedangkan D-Glutamic Acid
20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

Oct 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat (MSG)

2.1.1 Pengertian Monosodium Glutamat

Monosodium glutamat (MSG) adalah garam sodium “L glutamate acid”

yang sering digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan aroma serta pengawet

rasa yang termasuk dalam bahan tambahan makanan yang dapat memberikan,

menambah atau mempertegas rasa dan aroma (Alsuhendra & Ridawati, 2013).

Monosodium glutamat merupakan bahan penyedap sintetis yang paling banyak

digunakan pada makanan sekarang ini. Pemberian MSG dapat meningkatkan

persepsi rasa gurih, manis dan asin serta mengurangi rasa asam dan pahit dari

makanan (Bhattacharya et al, 2011).

2.1.2 Kandungan Monosodium Glutamat

Monosodium glutamat (MSG) di dalam tubuh akan mengalami penguraian

menjadi bentuk asalnya, yaitu asam glutamat. Asam glutamat merupakan salah

satu dari asam amino yang pada lingkungan terdapat dalam dua bentuk yaitu,

berupa L-Glutamic Acid dan D-Glutamic Acid. Bentuk asam glutamat yang

terdapat pada protein hanya terdapat dalam bentuk L-Glutamic Acid, sedangkan

asam glutamat dalam bentuk D-Glutamic Acid hanya dapat digunakan oleh

organisme tingkat rendah seperti beberapa jenis bakteri (Afiqoh, 2018).

Monosodium glutamat yang dibuat oleh pabrik melalui proses pengolahan

kimiawi, yang berasal dari asam glutamat selalu terdapat bentuk D-Glutamic Acid

di dalamnya selain adanya bentuk L-Glutamic Acid. Sedangkan D-Glutamic Acid

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

9

tidak dapat digunakan karena tidak termasuk rangkaian peptida tubuh dan juga

tidak dapat digunakan dalam proses sintesis protein, sehingga jika bentukan D-

Glutamic Acid ini masuk kedalam tubuh, akan menghambat beberapa kinerja dari

enzim yang ada di dalam tubuh. Oleh karena alasan inilah, D-Glutamic acid tidak

dianjurkan untuk di konsumsi (Afiqoh, 2018).

Menurut Sukmaningsih et al (2011), glutamat yang masih terikat dengan

asam amino lain sebagai protein tidak memiliki rasa, tetapi dalam bentuk bebas

memiliki rasa yang gurih. Semakin tinggi kandungan glutamat bebas dalam suatu

makanan, maka semakin kuat rasa gurihnya. Glutamat bebas tersebut bereaksi

dengan ion natrium membentuk garam MSG. Diketahui komposisi senyawa

monosodium glutamat adalah 78% glutamat, 12% natrium, dan 10% air (Winarno,

2004).

Gambar 2.1.1 : Gambar rumus kimia monosodium glutamat

(Sumber : Zulkarnain, 2010)

2.1.3 Efek Monosodium Glutamat

Asupan monosodium glutamat dalam jumlah yang banyak dapat

menyebabkan nekrosisi pada neuron hipotalamus, nukleus, arkuata hipotalamus,

kemandulan pada jantan dan betina, berkurangnya berat hipofisis anterior,

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

10

adrenal, tiroid, uterus, ovarium, dan testis, kerusakan fungsi reproduksi, dan

berkurangnya jumlah anak (Pebrianti, 2011).

2.2 Pembentukan Spermatozoa

2.2.1 Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses suatu pemebelahan untuk menghasilkan

spermatozoa yang terjadi pada testis dalam menjalankan perannya sebagai organ

reproduksi jantan. Proses dari spermatogenesis dimulai dari pembelahan dan di

akhiri dengan pembentukan spermatozoa matur. Spermatogenesis terjadi melalui

empat tahapan utama, yaitu: mitosis (spermatogoniogenesis), meiosis,

spermiogenesis, dan spermiasi (Weinbauer et al, 2010).

Menurut Ferial (2013) spermatogenesis berlangsung di testis, tepatnya

didalam duktus seminiferus. Awal mulanya, tubulus seminiferus embrio laki-laki

hanya ada 2 macam sel, yakni sel induk atau biasa disebut sel punca (stem cell)

besar yang akan berproliferasi secara mitosis membentuk spermatogonia, dan sel

kecil yang belum terspesialisasi. Pada waktu spermatogenesis berlangsung,

sebagian sel tetap berupa sel punca sedangkan yang lain berdiferensiasi selama

pembelahan meiosis.

Spermatogenesis berlanjut, dimana spermatogonia berproliferasi

menghasilkan semakin banyak spermatogonia yang masing-masing mengandung

23 pasang kromosom atau diploid (2n = 46 kromosom). Beberapa spermatogonia

telah berdifernsiasi menjadi spermatosit primer yang juga diploid. Sel-sel

spermatosit primer tersebut kemudian melakukan pembelahan secara meiosis

menjadi dua spermatosit sekunder dengan jumlah kromosom menjadi setengahnya

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

11

yaitu 23 kromosom atau haploid (n). Selanjutnya spermatosit sekunder membelah

lagi secara meiosis menjadi empat spermatid. Keempat spermatid ini memasuki

ujung sel-sel sertoli untuk mematangkan diri menjadi spermatozoa yang

merupakan tahap akhir dari suatu proses pembentukan sperma. Tahapan ini

bermula dari bagian dalam dinding luar duktus seminiferus menuju kearah lumen,

mengandung sel spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder,

spermatid dan spermatozoa (Ferial, 2013).

Proses pematangan spermatid menjadi spermatozoa disebut

spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan terbagi ke dalam

4 fase, yaitu fase golgi, fase tutup (cap), fase akrosom, dan fase pematangan.

Proses ini terjadi, dimana sebagian badan golgi menjadi akrosom yang menutupi

bagian apikal kepala. Sitoplasma didorong dari kepala ke ekor, sehingga hanya

sedikit yang membungkus ekor, sedangkan sebagian besar sitoplasma dibuang.

Spermiogenesis akan mengubah spermatid yang awalnya berbentuk ramping

memanjang. Bentuk yang terspesialisasi ini, dengan ekor yang bias dikibas-

kibaskan, memungkinkan sperma untuk bergerak dan berenang sepanjang saluran

reproduksi pria dan wanita serta mencapai ovum yang akan dibuahi (Ferial,

2013).

Proses spermatogenesis pada manusia berlangsung setiap hari. Satu daur

spermatogenesis berlangsung kira-kira 75 ± 12 hari. Artinya, perkembangan sel

spermatogonia menjadi spermatozoa matang memerlukan waktu 75 hari.

Sementara itu, pemasakan spermatosit menjadi sperma memerlukan waktu dua

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

12

hari. Spermatozoa manusia sangat kecil, volumenya 1/85.000 dari ovum,

meskipun panjang ekornya hampir ½ dari diameter ovum (Ferial, 2013).

2.2.2 Spermatozoa

Satu sel spermatozoa terdiri atas kepala, leher, bagian tengah dan ekor.

Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi nukleus (inti) haploid tebal dengan

sedikit sitoplasma, bagian ujungnya diselubungi oleh akrosom yang berfungsi

menghasilkan enzim-enzim yang membantu sperma untuk menembus ovum.

Panjang bagian kepala sekitar 5 µm. Leher merupakan bagian yang

menghubungkan kepala dengan bagian tengah. Bagian tengah yang banyak

mengandung mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk pergerakan

sperma. Panjang bagian tengah sekitar 5 µm. Ekor yang berupa flagela sebagai

alat pergerakan sperma. Ekor ini dibagi lagi menjadi bagian utama (principal

piece) dengan panjang sekitar 50 µm dan bagian ujung (end piece) dengan

panjang sekitar 5 µm (Ferial, 2013).

Yatim (1994) berpendapat bahwa macam spermatozoa menurut struktur

ada 2 kelompok yaitu berflagellum dan tak berflagellum. Spermatozoa yang

berflgellum yang umum terdapat pada hewan. Flagellum ada yang berjumlah satu

(umum) ada yang berjumlah dua (jarang). Spermatozoa yang tidak berflagellum

terdapat pada beberapa jenis Avertebrata, yakni Nematoda, Crustacea, Diplopoda.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

13

2.3 Kualitas Spermatozoa

Spermatozoa merupakan sel yang sangat istimewa, dimana desain atau

dibentuk dengan baik untuk satu tujuan fertilisasi atau pembuahan ovum. Untuk

mencapai fertilisasi, sperma harus mempunyai kemampuan untuk bisa masuk ke

ovum. Spermatozoa akan melewati epididimis, seminal plasma (yang betindak

sebagai media transportnya), vagina, cairan serviks, cairan uterus dan oviduk

dimana masing-masing tempat memiliki lingkungan yang berbeda sehingga

diperlukan kualitas yang baik dari sperma baik morfologi, motilitas maupun

kelangsungan hidup sperma. Menurut Yatim (1994) Indikator kualitas sperma

adalah bau, warna, volume, koagulasi, likuifaksi, viskositas pH, kecepatan,

konsentrasi, motilitas, morfologi, dan ketahanan sperma.

Dari beberapa indikator kualitas spermatozoa yang dipaparkan oleh Yatim

(1994), penelitian ini lebih memfokuskan pada indikator kualitas spermatozoa

yang berkaitan dengan konsentrasi, motilitas dan morfologi.

Gambar 2.2.1 : Spermatozoa manusia yang abnormal

(Sumber: Ferial, 2013)

2.3.1 Konsentrasi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

14

Konsentrasi atau jumlah spermatozoa/ml semen, dihitung dengan

hemasitometer. Dihitung dengan melihat sampel semen di bawah mikroskop

perbesaran 450X.

Melihat pada konsentrasi spermatozoa pria terdapat atas 4 golongan fertilisasi:

1) Polyzoospermia : > 250 juta/ml

2) Normozoospermia : 40-200 juta/ml

3) Oligozoospermia : < 40 juta/ml

4) Azoospermia : 0/ml

Perhitungan konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan dilakukan dengan cara

mengambil spermatozoa dari kauda epididimis. Spermatozoa yang telah didapat

diletakkan dalam cawan penguap ke dalam kamar Neubauer (Hemasitometer)

sampai kamar Neubauer terisi rata. Jumlah spermatozoa selanjutnya dihitung pada

salah satu kamar hitung Neubauer. Kemudian ditentukan pengenceran yang akan

dilakukan dan jumlah kotak yang akan dihitung sesuai dengan jumlah

spermatozoa yang telah diketahui (Ilyas, 2007).

Gambar 2.3.1 : Kamar hitung improved Neubauer

(Sumber : Arif, 2015)

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

15

2.3.2 Motilitas

Jumlah yang bergerak maju adalah jumlah semua spermatozoa dikurangi

jumlah spermatozoa yang mati dianggap normal jika motil maju > 40%. Menurut

Rehan et al, yang dikutup Yatim (1994) yang nomal % motilnya 63 ± 16 SD,

dengan range 10-95 %. Ada orang yang spermatozoanya lemah sekali gerak

majunya, disebut asthenozoospermia. Jika hampir semua sperma yang diperiksa

mati, tak bergerak, disebut necrozoospermia. Dengan kata lain orang ini infertile.

Tetapi ada laporan mutakhir, spermatozoa yang tak bergerak belum menunjukkan

mati. Mungkin ada sesuatu zat cytotoxic atau antibodi yang membuatnya tak

bergerak.

2.3.3 Morfologi

Semen diwarnai dengan giesma, dilihat menggunakan mikroskop

perbesaran 450X atau 1000X dengan memakai minyak imersi. Dihitung sebanyak

200 spermatozoa dan dibedakan yang normal (kepala oval dan bagian lain

normal), dengan yang abnormal (kepala bukan oval dan bagian yang lain

abnormal). Semen dianggap normal jika jumlah abnormal hanya 30-40% disebut

teratozoospermia. Jika > 50% = infertil, meski konsentrasi normal.

Bentuk abnormal dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: penyakit

alergi, ejakulasi terlalu sering, gangguan pada epididimis, oleh stess fisik maupun

psikis, gangguan hormonal dan gangguan saraf (Yatim, 1994).

2.4 Tinjauan Umum Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)

Tikus putih adalah hewan percobaan laboratorium yang lebih cepat

menjadi dewasa, tidak memperhatikan perkawinan musiman, umumnya lebih

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

16

mudah berkembang biak. Siklus spermatogenesis pada tikus putih selama 36 hari.

Ada sifat yang membedakan tikus dengan hewan percobaan lainnya yaitu tikus

tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esophagus

bermuara ke dalam lambung tidak mempunyai kandung empedu (Susetyarini,

2004).

Berdasarkan hal tersebut, ternyata hewan coba yang banyak digunakan

untuk membuktikan suatu penelitian yang dapat diketahui pada pengaruh

monosodium glutamat terhadap konsentrasi spermatozoa yakni tikus putih jantan.

Menurut Armitage (2006), tikus putih (Rattus norvegicus) diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Schiurognathi

Family : Muridae

Sub family : Murinae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

17

Gambar 2.4.1 : Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

2.5 Tinjauan Sistem Reproduksi Jantan

2.5.1 Alat Reproduksi Jantan

Alat reproduksi jantan terdiri atas tiga organ utama yaitu testis,

pengeluaran kelenjar aksesoris, dan penis. Testis merupakan organ reproduksi

yang sangat penting karena di dalamnya terdapat bagian yang disebut tubulus

seminiferus. Saluran pengeluaran atau ductus ekskresi terdiri atas vas eferens,

epididimis, vas deferens, dan saluran ejakulatorius. Kelenjar aksesoris terdiri atas

vesika seminalis, kelenjar prostat, dan kelanjar cowper. Penis merupakan organ

reproduksi pria yang berperan dalam kopulasi. Penis menyampaikan sel sperma

ke dalam organ reproduksi betina (Akhyar, 2003).

Urutan alat reproduksi jantan sebagai berikut:

a. Testis atau Gonad merupakan bagian alat kelamin yang utama.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

18

b. Saluran-saluran reproduksi terdiri dari: epididymis, vas deferens dan uretra;

sedangkan kelenjar mani terdiri atas: kelenjar vesikularis, kelenjar prostat,

kelenjar bulbouretralis atau kelenjar cowper.

c. Alat kelamin luar, yaitu penis yang merupakan alat kopulasi dan penyalur

mani dan urine, dan alat pelindung yang terdiri dari skrotum dan preputium

(Susetyarini, 2004).

2.5.2 Testis

Testis adalah organ kelamin laki-laki untuk pengembangbiakan, tempat

spermatozoa dibentuk dan hormon kelamin laki-laki testosteron dihasilkan. Testis

berkembang di dalam rongga abdomen sewaktu janin dan turun melalui saluran

inguinal dan kiri masuk ke dalam skrotum menjelang akhir kehamilan. Testis

terletak oblik menggantung pada urat-urat spermatik di dalam skrotum (Pearce,

2002).

Struktur mikroskopik testis adalah tunika albuginea (kapsul jaringan ikat

yang membungkus testis). Struktur mikroskopik testis merupakan jaringan

glanduler (kelenjar) yang terbagi menjadi 200-300 lobi. Setiap lobus berisi

tubulus seminiferus yang berkelok-kelok yang bermuara ke dalam vas deferens.

(Ferial, 2013)

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

19

Gambar 2.5.2 : Anatomi testis

(Sumber : Halim, 1995)

Testis merupakan organ reproduksi yang paling penting bagi laki-laki

karena di dalamnya terdapat bagian yang disebut tubulus seminiferous yang

berfungsi menghasilkan sel-sel kelamin laki-laki (sperma) dan menghasilkan

hormon testosteron. Testis berbentuk oval dan berjumlah sepasang. Organ ini

dilindungi oleh struktur yang disebut skrotum (Akhyar, 2003).

2.5.3 Tubulus Seminiferus

Tubulus seminiferous merupakan komponen fungsional utama dari testis.

Setiap testis memiliki 250-1000 tubulus seminiferus di dalam lobulus. Setiap

tubulus seminiferus di dalam testis memiliki epitel germinal (seminiferus) yang

mengandung beberapa tahap perkembangan sel-sel spermatogenik dan sel

penyokongnya yaitu sel sustentakuler sertoli. Epitel germinal ini juga diperkuat

oleh membran basal yang terdiri atas jaringan ikat dan elastis serta lamina propria

yang tipis (Junquiera & Carneiro J, 2013).

Epitel germinal pada tubulus seminiferus akan terbagi menjadi dua

kompartemen, yaitu kompartemen basal dan adluminal. Terbaginya epitel

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

20

germinal pada tubulus seminiferus terjadi pada masa pubertas, yang dikarenakan

pembentukan blood testis barrier oleh sel sertoli dengan membentuk tight

junctions antar sel. Kompartemen basal akan ditempati oleh spermatogonia dan

spermatosit primer stadium preleptoten, sedangkan kompartemen adluminal akan

ditempati oleh stadium perkembangan selanjutnya (Junquiera & Carneiro J,

2013).

2.6 Sistem Kontrol Hormonal

2.6.1 Hipotalamus-Hipofisis Testis

Hipotalamus adalah suatu sistem organ yang mengatur sistem reproduksi

baik pria maupun wanita melalui sekresi Gonadotropin-Releasing Hormone

(GnRH) (Ganong, 2015). Sekresi GnRH melalui portal hipotalamus-hipofisis akan

menstimulasi sel gonadotrop hipofisis anterior memproduksi hormone

gonadotropik, yaitu Follicle Stumulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH). Sekresi GnRH oleh hipotalamus terjadi secara pulsatile, sehingga

proses pelepasan hormon gonadotropik akan terjadi perbedaan kadar puncak.

Sering kali hal tersebut terjadi pada hormon LH disbanding dengan FSH

dikarenakan waktu yang lebih singkat pada sirkulasi. Sel gonadotrop adalah salah

satu sel yang ada pada hipofisis anterior yang memiliki granula basofilik (Liu et

al., 2004).

Pada sistem reproduksi pria, target dari FSH dan LH adalah testis.

Terdapat dua bagian penting pada testis yang akan berkaitan dengan hormon

gonadotropik ini, yaitu sel leydig yang terdapat pada interstitial dan sel sertoli

pada membran tubulus seminiferous. Luteinizing Hormone (LH) bersifat tropic

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

21

terhadap sel leydig. Sinyal transduksi dari hormon ini akan berkaitan dengan

reseptor spesifik yang terdapat pada sel leydig dan beraktivitas dengan enzim

adenil siklase, sehingga terjadi peningkatan tajam dari cyclic adenosine

monophosphate (cAMP) sitoplasma. Peningkatan cAMP sitoplasma ini memulai

sintesis dari testosterone. Testosterone yang dihasilkan akan menghambat sekresi

LH secara langsung pada hipofisis anterior dan GnRH pada hipotalamus melaui

umpan balik negatif (Ganong, 2015).

2.7 Pengaruh MSG terhadap Konsentrasi Spermatozoa Tikus Putih

Monosodium glutamat dapat meyebabkan penuruanan jumlah spermatozoa

dan penurunan kadar testosteron. Menurut Susetyarini (2015) asam glutamat

memiliki peran penting dalam metabolisme yang menghasilkan ATP sebagai

sumber energi untuk motilitas serta konsentrasi spermatozoa. Asam glutamat

diperlukan untuk mempertahankan kualitas spermatozoa, terutama untuk

melindungi plasma dari kerusakan akibat lipid peroksida. Mekanisme ini

merupakan mekanisme antioksidan untuk melindungi sel dari radikal bebas. Nitrat

oksida akan menonaktifkan superoksida yang diproduksi oleh spermatozoa selama

proses konsumsi oksigen. Jumlah superoksida yang berlebihan dapat

mempengaruhi peroksida membran fosfolipid spermatozoa yang dapat

menyebabkan kegagalan fungsi.

Produksi lipid peroksida dalam membran spermatozoa dicegah dengan

meningkatkan produk nitrat oksida oleh asam glutamat. Deretan asam glutamat

akan menghambat serta mencegah proses fraksi gula dalam spermatozoa. Faktor

inilah yang mendukung aktivitas metabolisme dan meningkatkan ketersediaan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

22

energi bagi spermatozoa, sehingga spermatogenesis di dalam testis dapat diatur.

Jumlah asam glutamat yang terdapat dalam MSG apabila dikonsumsi secara

berlebihan (terutama asam glutamat-D) akan menyebabkan asam glutamat tidak

dapat digunakan dalam proses sintesis protein, melainkan menjadi radikal bebas

di dalam tubuh manusia (Tambunan et al., 2012).

Monosodium glutamat dapat menyebabkan gangguan spermatogenesis dengan

menurunkan jumlah spermatosit pakiten dan spermatid melalui mekanisme

testikuler (Sukmaningsih et al, 2011), serta penurunan jumlah spermatozoa dan

penurunan kadar testosteron (Nurhayati, 2012).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Pebrianti (2011), pada tikus

didapatkan hasil bahwa monosodium glutamat dapat menyebabkan penurunan

viabilitas spermatozoa, menurunkan kualitas motil spermatozoa, serta

meningkatkan abnormalitas morfologi spermatozoa. Monosodium glutamat

dengan variasi dosis yang diinduksi kepada tikus jantan pada induksi MSG 6 g/kg

BB memberikan beberapa pengaruh yaitu berupa penurunan berat epididimis dan

vas deferens, perubahan histologi testis dan diameter tubulus seminiferous,

penurunan plasma testosteron, penurunan konsentrasi sperma epididimis dan

reaksi akrosom (Lamsaard et al., 2014).

Monosodium glutamat menyebabkan gangguan spermatogenesis yang terjadi

pada penurunan jumlah spermatid pakiten dan spermatid. Gangguan

spermatogenesis dapat terjadi melalui 3 mekanisme bersifat antifertilisasi yaitu

pretestikuler, testikuler, dan post testikuler. Mekanisme pretestikuler menghambat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

23

spermatogenesis melalui proses hipotalamus, hipofisis dan testis. LH yang

menurun dalam serum akan mereduksi testosterone intratestikuler yang diikuti

oleh penurunan FSH sehingga produksi sperma terhambat.

Gangguan spermatogenesis melalui testikuler bersifat sitotoksik. MSG

menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang berlebih dan menimbulkan stress

oksidatif. Testis sebagai media berlangsungnya spermatogenesis bersifat sangat

rentan terhadap proses oksidasi oleh radikal bebas. Radikal bebas ini akan

menimbulkan gangguan pada spermatogenesis dan membrane spermatozoa.

Membran sel spermatogenik mengandung sejumlah besar asam lemak tak jenuh

rantai ganda. Bila radikal bebas yang terbentuk bertemu dengan asam lemak tak

jenuh ganda dalam membran sel, akan terjadi reaksi peroksidasi lipid dari

membran sel tersebut yang mengakibatkan peningkatan fluiditas membran,

gangguan integritas membran dan inaktifasi ikatan membran dengan enzim dan

reseptor. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sel termasuk

spermatozoa. Berkurangnya ATP intraseluler dengan cepat sehingga berakibat

kerusakan aksonema, penurunan viabilitas spermatozoa, meningkatnya kerusakan

morfologi midpiece serta kehilangan kemampuan kapasitasi dan reaksi akrosom

spermatozoa (Siregar, 2009).

2.8 Tinjauan Tentang Sumber Belajar

2.8.1 Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan segala informasi yang memberikan kemudahan

kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam proses

belajar mengajar (Khanifah et al, 2012). Menurut Musfiqon, (2012) sumber

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

24

belajar juga merupakan kebutuhan penting yang bisa menjadi sumber informasi,

sumber alat, sumber peraga, serta kebutuhan lain yang diperlukan dalam

pembelajaran. Hasil dari suatu penelitian dapat dimanfaatkan sebagai sumber

belajar.

2.9 Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar

Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian monosodium glutamat

terhadap konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan nantinya akan digunakan

sebagai sumber belajar biologi, dimana memiliki kesesuaian konsep dengan mata

pelajaran Biologi SMA Kelas XI pada KD 4.7 materi Zat Aditif dan Zat Adiktif.

Syarat pemanfaatan hasil penelitian sebagai sumber belajar ada enam yaitu (1)

kejelasan potensi (2) kejelasan sasaran (3) kesesuaian dengan tujuan belajar (4)

kejelasan informasi yang diuangkap (5) kejelasan pedoman eksplorasi dan (6)

kejelasan perolehan. Berlandaskan ke enam syarat tersebut maka, penelitian ini

dapat digunakan sebagai sumber belajar karena dari segi proses kegiatan

penelitian yang meliputi pengamatan (observasi), merumuskan masalah, membuat

hipotesis, merancang percobaan, mencatat data, menganalisis data, dan

menyimpulkan hasil analisis data.

Hal ini sudah merupakan sebagai sumber belajar dalam segi proses yang

berkaitan dengan pengembangan ketrampilan para peserta didik sedangkan

sumber belajar dari segi produk berkaitan dengan pengembangan fakta dan

konsep terhadap hasil penelitian. Berdasarkan berbagai penelitian yang telah

dilakukan, perlu diadakan penelitian, yakni “Pengaruh Pemberian MSG

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

25

(Monosodium Glutamat) terhadap Konsentrasi Spermatozoa pada Tikus Putih

(Rattus norvegicus L.) sebagai Sumber Belajar Biologi”.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

26

2.10 Kerangka Konsep

Gambar 2.10: Kerangka konseptual

Keterangan: = Naik/tinggi

= Turun/rendah

Monosodium glutamat (MSG)

Asam Glutamat

Radikal Bebas

Spermatogenesis

Produksi Spermatozoa

Konsentrasi Spermatozoa

Sintesis Protein

Kualitas Spermatozoa

Sumber Belajar Biologi

Testis

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Monosodium Glutamat ...

27

2.11 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka diatas hipotesis

penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh pemberian monosodium glutamat (MSG) terhadap

konsentrasi spermatozoa pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

2. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber dalam

pembelajaran Biologi SMA kelas XI pada KD 4.7 materi “Zat Aditif dan

Zat Adiktif”.