11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penurunan Aktivitas Fungsional pada NPB Nyeri punggung bawah miogenik dapat menyebabkan penurunan aktivitas fungsional pada penderita. Postur tubuh yang tegak tergantung pada lekukan tulang belakang yang normal, dan lekukan tersebut bukan penyebab nyeri punggung. Beberapa aktivitas, seperti joging dan berlari di permukaan yang tidak rata, angkat berat, dan duduk lama terutama di mobil, truk, dan kursi yang tidak nyaman, dapat menyebabkan nyeri punggung. Namun demikian, faktor psikologis memegang peranan yang cukup kuat dalam menyebabkan nyeri punggung kronik ( Ehrlich, 2003). Aktivitas fungsional adalah suatu gambaran kemampuan pasien NPB dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari seperti: perawatan diri, aktivitas mengangkat, berjalan, duduk, berdiri, tidur dan jongkok. Adapun aktivitas fungsional yang berhubungan dengan mobilitas lumbal yaitu aktivitas yang menimbulkan terjadinya gerakan pada daerah lumbal, misal gerakan mengangkat, mambungkuk, memutar, dan jongkok. Aktivitas fungsional yang menggunakan otot yang berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh mempertahankan posisi dalam jangka waktu yang lama, dimana pada saat itu otot-otot daerah punggung bawah akan berkontraksi secara terus menerus untuk mempertahankan postur yang normal. Keadaan tersebut dapat terjadi pada saat melakukan gerakan yang menimbulkan beban berlebihan di
45
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penurunan Aktivitas … II.pdf · mambungkuk, memutar, dan jongkok. ... Penggunaan otot yang berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penurunan Aktivitas Fungsional pada NPB
Nyeri punggung bawah miogenik dapat menyebabkan penurunan aktivitas
fungsional pada penderita. Postur tubuh yang tegak tergantung pada lekukan
tulang belakang yang normal, dan lekukan tersebut bukan penyebab nyeri
punggung. Beberapa aktivitas, seperti joging dan berlari di permukaan yang tidak
rata, angkat berat, dan duduk lama terutama di mobil, truk, dan kursi yang tidak
nyaman, dapat menyebabkan nyeri punggung. Namun demikian, faktor psikologis
memegang peranan yang cukup kuat dalam menyebabkan nyeri punggung kronik
( Ehrlich, 2003).
Aktivitas fungsional adalah suatu gambaran kemampuan pasien NPB
dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari seperti: perawatan diri, aktivitas
mengangkat, berjalan, duduk, berdiri, tidur dan jongkok. Adapun aktivitas
fungsional yang berhubungan dengan mobilitas lumbal yaitu aktivitas yang
menimbulkan terjadinya gerakan pada daerah lumbal, misal gerakan mengangkat,
mambungkuk, memutar, dan jongkok.
Aktivitas fungsional yang menggunakan otot yang berlebihan dapat terjadi
pada saat tubuh mempertahankan posisi dalam jangka waktu yang lama, dimana
pada saat itu otot-otot daerah punggung bawah akan berkontraksi secara terus
menerus untuk mempertahankan postur yang normal. Keadaan tersebut dapat
terjadi pada saat melakukan gerakan yang menimbulkan beban berlebihan di
12
daerah punggung bawah, misalnya mengangkat berat dengan posisi yang salah.
Penggunaan otot-otot punggung bawah secara berlebihan dapat menimbulkan
nyeri. Setiap gerakan pada otot akan menimbulkan nyeri sekaligus menyebabkan
spasme otot. Adanya nyeri dan spasme otot akan membuat seseorang takut
menggunakan otot punggungnya untuk melakukan gerakan lumbal, selanjutnya
akan mengakibatkan perubahan fisiologis pada otot-otot tersebut, yaitu
berkurangnya massa otot (atropi) dan menurunnya kekuatan otot, akhirnya
individu tersebut akan mengalami penurunan tingkat aktivitas fungsional. Adanya
otot-otot abdominal dan paravertebra, hal tersebut akan membatasi gerakan dari
lumbal terutama pada saat melakukan gerakan membungkuk (fleksi) dan memutar
(rotasi) (Hills, 2006).
2.2 Nyeri Punggung Bawah (NPB)
Nyeri punggung bawah merupakan rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak
nyaman pada punggung bawah, mulai batas kosta sampai lipatan bokong bawah
yaitu di daerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan atau tanpa
nyeri menjalar ke kaki (Magee, 2013). Timbulnya rasa nyeri tersebut pada
akhirnya akan menurunkan mobilitas lumbal sehingga terjadi keterbatasan gerak
terutama gerak fleksi (membungkuk) atau ekstensi.
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah suatu gejala dan bukan suatu
diagnosa, dimana pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis
patologinya dengan ketepatan yang tinggi, namun di sebagian besar kasus,
diagnosa tidak pasti dan berlangsung lama. Dengan demikian maka NPB yang
timbul sementara dan hilang timbul adalah suatu yang dianggap biasa. Namun bila
13
NPB terjadi mendadak dan berat maka akan membutuhkan pengobatan,
walaupun pada sebagian besar kasus akan sembuh dengan sendirinya (Soedomo,
2002).
Nyeri punggung bawah paling sering terjadi karena gangguan pada
muskuloskeletal. Penyebab lain seperti metabolisme, sirkulasi, genekologi,
urologi atau masalah-masalah psikologis, dimana mungkin menunjukkan nyeri
pada pungung bawah. Permasalahan yang ditimbulkan NPB cukup besar,
sebagian besar keluhan dapat hilang sendirinya tanpa adanya penanganan medis
(Kravitz, 2006). Masa penyembuhan NPB biasanya berlangsung antar 3-4 bulan.
Hilangnya keluhan NPB masih menimbulkan permasalahan yaitu resiko untuk
kambuh kembali, salah satunya disebabkan adanya penurunan fungsi stabilitas
otot-otot tulang belakang bagian dalam. Pasien NPB yang tidak melakukan latihan
secara khusus memiliki resiko 12 kali untuk kambuh kembali dalam jangka waktu
3 tahun (Knudsen, (2003).
Low Back Pain (LBP)/NPB menurut perjalanan kliniknya dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini
dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena
luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat
hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan
juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan lebih
14
serius, raktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh
sendiri. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri punggung akut
terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
2) Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back
pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumathoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
Keluhan nyeri dapat beragam pada pasien dengan NPB dan nyeri
diklasifikasikan sebagai nyeri yang bersifat lokal, radikular, dan menjalar
(referred pain) atau spasmodik, yaitu:
1) Nyeri yang bersifat lokal
Nyeri lokal berasal dari proses patologik yang merangsang ujung saraf
sensorik, umumnya menetap, namun dapat pula intermitten, nyeri
dipengaruhi perubahan posisi, bersifat nyeri tajam atau tumpul.
2) Nyeri radikular
Nyeri radikular berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf spinal (spinal
never root), dan keluhan ini lebih berat dirasakan pada posisi yang
mengakibatkan tarikan seperti membungkuk dan berkurang dengan
istirahat.
3) Nyeri menjalar (referred pain)
15
Nyeri alih atau menjalar dari pelvis visera umum mengenal dermatom
tertentu, bersifat tumpul dan terasa lebih dalam.
Tabel 2.1 Karakteristik Low Back Pain (Lubis, 2003) Sumber nyeri Distribusi Sifat nyeri Faktor yang mempengaruhi Perubahan Neurologi Nyeri spinal Sklerotomal Tumpul tajam Pergerakan Tidak ada Lokal Nyeri diskus Sklerotomal Dalam, aching Peningkatan tekanan Intradiskus Tidak ada duduk, manuver valsava Nyeri radik Radikular Parastesia, baal Regangan akar saraf Ada Saraf Multiple Radikular Pola sklaudikasio Ada Lumbar spinal spinal Stenosis Nyeri alih Dermatomal Dalam, aching Berkaitan dengan organ Ada Visera organ yang terkena
Salah satu jenis nyeri punggung bawah yang terjadi adalah nyeri punggung
bawah miogenik yang terjadi akibat punggung bawah bekerja secara berlebihan
dimana seseorang duduk dan berdiri melawan gravitasi di sepanjang harinya. Hal
ini menyebabkan timbulnya beban yang berlebihan pada tulang belakang dan otot
punggung bawah. Faktanya otot punggung bawah terus menerus bekerja untuk
menjaga postur dalam posisi duduk maupun berdiri juga bekerja keras untuk
menstabilkan tubuh agar mampu menggerakkan lengan maupun tungkai. Hal ini
jelas berbeda dengan kerja otot-otot penggerak lainnya. Oleh karena itu kerja otot
punggung harus diperhatikan. Otot punggung bawah tidak boleh bekerja secara
statis terlalu lama karena dapat menimbulkan titik-titik nyeri yang disebut trigger
point. Nyeri otot menimbulkan titik-titik nyeri yang disebut trigger point,
dimana dalam keadaan ini otot mengalami pemendekan, kelemahan, nyeri dan
16
penurunan kemampuan fungsional (Meliala dan Pinzon, 2004). Penurunan
kemampuan fungsional yang terjadi merupakan suatu reaksi hilangnya mobilitas
ROM (Range Of Motion) yang menyebabkan timbulnya nyeri sebelum dapat
mencapai gerakan akhir secara penuh, kondisi ini timbul karena gerakan yang
dihasilkan tidak cukup untuk dilakukan saat pemendekan jaringan lunak
berlangsung. Adapun bentuk penurunan kemampuan fungsional yang terjadi dapat
berupa gangguan saat duduk ke berdiri, saat membungkuk, saat duduk maupun
berdiri lama serta berjalan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya gerakan yang
bertujuan untuk peregangan dan penguatan otot tersebut.
Nyeri punggung bawah miogenik berhubungan dengan stress/strain otot
punggung, tendon, ligamen (tendomuskular) yang biasanya ada bila melakukan
aktivitas sehari-hari berlebihan. Nyeri bersifat tumpul, intensitas bervariasi
seringkali menjadi kronik, dapat terlokalisir atau dapat meluas sekitar glutea.
Nyeri ini tidak disertai dengan hipertensi, parestesi, kelemahan atau defisit
neorologis. Bila batuk atau bersin tidak menjalar ke tungkai (Magee, 2003). Hal
ini mengakibatkan terjadinya permasalahan kapasitas fisik berupa nyeri pada
punggung bawah, penurunan LGS (Laju Gerak Sendi)) dan penurunan kekuatan
otot fleksor dan ekstensor punggung bawah.
Nyeri punggung bawah miogenik dapat timbul akibat adanya potensi
kerusakan pada dermis, pembuluh darah, fascia, musculus, tendon, kartilago,
tulang, ligamen, meniskus, bursa (Paliyama, 2003).
Gangguan yang terjadi pada nyeri punggung bawah miogenik yaitu nyeri
tekan pada regio lumbal, spasme otot-otot punggung bawah, sehingga dapat
17
menyebabkan ketidakseimbangan antara otot abdominal dan paravertebra, yang
dapat mengakibatkan terjadinya keterbatasan gerak. Adanya ketidakseimbangan
tersebut menyebabkan penurunan mobilitas lumbal akibat adanya nyeri, spasme,
ketidakseimbangan otot tersebut, sehingga aktivitas fungsional terganggu,
terutama aktivitas yang memerlukan gerak membungkuk dan memutar badan
(Meliala dan Panzon, 2004).
2.2.1 Patofisiologi NPB Miogenik
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastik yang
tersusun atas banyak unit rigit (vertebra) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
mungkin fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan
yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang
akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat
penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Mengangkat beban berat pada posisi
membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan
posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas
dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet
sendi menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebur yang akhirnya
menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah
18
postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang dapat
berakibat nyeri punggung.
Nyeri terjadi jika saraf sensoris perifer, yang disebut nociseptor terpicu
oleh rangsang mekanik, kimiawi maupun termal maka impuls nyeri akan
dihantarkan ke serabut-serabut afferen cabang spinal. Dari medula spnalis impuls
diteruskan ke otak melalui traktus spinotalamikus kolateral. Selanjutnya akan
memberikan respon terhadap impuls saraf tersebut. Respon tersebut berupa upaya
untuk menghambat atau mensupresi nyeri dengan pengeluaran substansi peptida
endogen yang mempunyai sifat analgesik yaitu endorpin. Disamping itu impuls
nyeri yang mencapai medula spinalis, akan memicu respon refleks spinal
segmental yang menyebabkan spasme otot dan vasokontriksi (Tan, 2006). Teori
gate control dari Melzack dan Wall (1965) menjelaskan bahwa impuls nyeri
diatur oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Keseimbangan
aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur
proses. Spasme otot yang terjadi merupakan suatu mekanisme proteksi, karena
adanya spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah kerusakan
lebih berat, namun adanya spasme otot, juga terjadi vasokontriksi pembuluh
darah yang menyebabkan iskemik dan sekaligus menjadi titik picu terjadinya
nyeri (Meliala dan Pinzon, 2004).
Pada nyeri miogenik, aktivitas nosiseptor umumnya disebabkan oleh
rangsangan mekanik, yaitu penggunaan otot yang berlebih. Penggunaan otot yang
berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau
posisi yang salah dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana otot-otot di
19
daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahan postur tubuh yang
normal (Bernard, 2003).
Penggunaan otot yang berlebihan akan menimbulkan iskemik atau
inflamasi sehingga terjadi peningkatan berbagai mediator inflamasi seperti
histamin, bradikinin, serotinin, atau 5-hydroxytriptamine (5-HT) dan
prostaglandin PGE 2) (Meliala dan Pinzon, 2004). Mediator inflamasi tersebut
akan mensensitisasi nociseptor otot, akibatnya otot lebih sensitif, stimulasi yang
seharusnya tidak menimbulkan nyeri dapat menimbulkan terjadinya nyeri. Setiap
gerakan pada otot dapat menimbulkan nyeri sekaligus menambah spasme otot.
Adanya spasme otot menyebabkan ketidakseimbangan otot abdominal dan
paravertebra, maka akan membatasi mobilitas lumbal terutama untuk gerakan
membungkuk (fleksi) dan memutar (rotasi) (Hills, 2006). Nyeri dan spasme otot
seringkali membuat individu takut menggunakan otot-otot punggungnya untuk
melakukan gerakan lumbal, selanjutnya akan menyebabkan perubahan fisiologi
pada otot yaitu berkurangnya massa otot dan penurunan kekuatan otot, akhirnya
menimbulkan penurunan aktivitas fungsional.
2.2.2 Etiologi
Menurut Borenstein dan Wiessel (2004), faktor-faktor penyebab nyeri
punggung bawah diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu :
2.2.2.1 Faktor Statik
Faktor mekanik statik adalah deviasi sikap atau postur tubuh yang
menyebabkan peningkatan sudut lumbosakral (sudut antara segmen vertebra L5
dan vertebra S1) yang normalnya 300-340, atau peningkatan lengkung lordotik
20
lmbal dalam waktu yang cukup lama serta menyebabkan pergeseran titik pusat
berat badan (center of gravity/COG), yang normalnya berada di garis tengah
sekitar 2,5 cm di depan segmen vertebra S2. Peningkatan sudut lumbosakral dan
pergeseran COG (Centre of Gravity) tersebut akan menyebabkan peregangan pada
ligamen dan berkontraksinya otot-otot yang berusaha untuk mempertahankan
postur tubuh yang normal, akibatnya dapat terjadi sprain atau strain pada ligamen
atau otot-otot sekita punggung bawah yang menimbulkan nyeri (Pandono, 2008).
Faktor penyebab statik nyeri punggung bawah adalah :
a. Pergeseran titik pusat berat badan bergeser kedepan. Adapun yang dapat
menimbulkan pergeseran antara lain :
1. Kebiasaan tubuh yang tidak benar
2. Obesitas dan kehamilan
3. Pemendekan tendon achiles atau terlalu sering memakai sepatu hak tinggi.
4. Kelemahan otot-otot dinding perut, serta kelainan atau pemendekan otot-
otot punggung.
b. Pergeseran titik pusat badan bergeser ke samping.
c. Terganggunya ritme lumbal-pelvis
2.2.2.2 Faktor dinamik
Faktor mekanik dinamik atau kinetik terjadinya stres atau badan mekanik
abnormal pada struktur jaringan (ligamen atau otot) di daerah punggung bawah
saat melakukan gerakan. Stres atau beban mekanik tersebut melebihi kapasitas
fisiologi atau toleransi otot maupun ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan
yang potensial menimbulkan nyeri punggung bawah muskuloskeletal adalah
21
gerakan kombinasi terutama fleksi dan rotasi, dan bersifat repetitif, apalagi
disertai dengan beban, misal ketika sedang mengangkat beban yang berat
(Pandono, 2008).
Faktor- faktor resiko nyeri punggung bawah dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu faktor eksternal atau pekerjaan dan faktor internal (Bull dan
Archard, 2007).
1. Faktor eksternal atau pekerjaan
Faktor eksternal antara lain : 1) pekerjaan fisik yang berat, terutama
memberikan tekanan yang cukup besar pada punggung bawah; 2) pekerjaan
yang berhubungan dengan posisi statik yang berkepanjangan, misalnya berdiri
atau duduk yang cukup lama, apalagi disertai dengan vibrasi alat-alat
perindustrian; 3) pekerjaan yang dilakukan dengan membungkuk atau memutar
tubuh berulang-ulang; 4) pekerjaan yang membosankan, repetitif, atau tidak
memberikan kepuasan.
2. Faktor internal
Faktor internal berkaitan dengan individu itu sendiri, antara lain : 1) usia, dari
berbagai studi epidemiologik, kejadian nyeri punggung bawah meningkat pada
usia 35 tahun dan mencapai puncaknya 55 tahun; 2) antopometrik,
berhubungan dengan berat badan, individu dengan obesitas mempunyai resiko
yag lebih besar mengalami nyeri punggung bawah karena obesitas
menyebabkan hiperlordosis lumbal sehingga terjadi pergeseran.
22
2.2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala nyeri punggung bawah miogenik adalah ditemukannya
nyeri otot yang dikenal sebagai miogenik, yaitu nyeri yang tidak wajar yang tidak
sesuai dengan distribusi saraf serta dermatom dengan reaksi yamg sering
berlebihan. Nyeri tersebut ditandai dengan adanya nyeri tekan pada daerah yang
bersangkutan (triger point), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang
bersangkutan (loss of range motion), spasme otot punggung bawah. Adanya
spasme otot daerah lumbosacral, ketidakseimbangan otot stabilisator dan fiksator
trunk, mobilisasi lumbosakral terbatas, sehingga mengalami penurunan aktivitas
fungsional. Keluhan akan hilang apabila kelompok otot lumbosakral diregangkan
(Soedomo, 2002).
2.3 Anatomi Tulang Punggung Lumbosakral
Secara anatomis dan fungsional, tulang belakang merupakan “axial
skeleton” dari tubuh manusia yaitu bekerja sebagai struktur penyanggah tubuh dan
kepala yang dilibatkan dengan berbagai sikap tubuh dan berbagai gerakan. Oleh
sebab itu tulang belakang sering mengalami gangguan yang menjadi keluhan
utama terutama pada pekerja dan pada umumnya nyeri punggung bawah sering
terjadi disebabkan oleh faktor biomekanik. Struktur utama dari tulang punggung
adalah vertebra, discus intervertebralis, ligament antara spina, spinal cord, saraf,
otot punggung, organ-organ dalam sekitar pelvis, abdomen dan kulit yang
menutupi daerah punggung (Puzt dan Pabst, 2008).
Tulang belakang lumbal sebagai unit struktur dalam berbagai sikap tubuh
dan gerakan dapat ditinjau dari sudut mekanika. Beban yang ditanggung oleh
23
tulang belakang lumbal dapat dipelajari dengan diskus intervertebralis antara L-5
sampai S-1 atau L-4 dan L-5 sebagai titik tumpuan. Bila mengangkat benda berat,
tangan, lengan dan badan dapat dianggap sebagai lengan beban posterior, pendek,
yang berjarak dari pusat diskus intervertebralis sampai prosessus spinosus
belakang.
Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yang merupakan satu kesatuan fungsi
dan bekerja bersama-sama melakukan tugas-tugas seperti :
1. Memperhatikan posisi tegak tubuh
2. Menyangga berat badan
3. Fungsi pergerakan tubuh
4. Perlindungan jaringan tubuh
Pada saat berdiri, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyokong
pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang belakang
inilah yang seringkali menyebabkan masalah. Kolumna vertebralis tulang
punggung terdiri atas : 1) vertebra cervikalis 7 buah, 2) vertebra thorakalis