Page 1
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh
semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendifinisikannya secara
memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga seperti
saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut kita,
kritik sastra dan masih banyak lagi. (Fiske, 2012:1)
Komunikasi bisa membawa kepada perubahan sosial berupa sikap, bahkan
perilaku melalui informasi dan teknologi banyaknya pendapat tentang definisi
komunikasi salah satunya seperti yang sebelumnya, berikut dijelaskan oleh salah
satu ahli yang dijuluki “Bapak Komunikasi” yaitu Harold Laswell “Cara yang
baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan
pertanyaan berikut: “Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?” Atau Siapa Mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan
pengaruh bagaimana” (Mulyana, 2005: 69).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah
komunikasi ada beberapa unsur dalam proses komunikasi, yaitu siapa yang
mengatakan komunikator, mengatakan apa (pesan), dengan saluran apa (media),
kepada siapa (komunikan atau penerima pesan), dengan pengaruh bagaimana
(efek).
Hakikat komunikasi adalah proses pertanyaan antara manusia. yang
dinyatakan itu adalah pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendi, 2003: 28).
2.2 Bentuk Komunikasi
1). Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang
disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau
lisan. Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide,
Page 2
19
pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal daripada
komunikasi non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maupun
pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.
2). Komunikasi Non Verbal
Komunikasi Non Verbal menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal
tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non
verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal,
orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang
berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan
berbagai macam perasaan lainnya. Komunikasi non verbal bisa membantu
komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus
memahami reaksi komunikan saat menerima pesan (Effendi, 2003: 53).
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi di mana pesan disampaikan
tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan
gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek
seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara
berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya
berbicara.10
Selain berdasarkan bentuk komunikasi, menurut Mulyana (2010:80-84),
komunikasi juga dibedakan berdasarkan tingkat (level) jumlah peserta komunikasi
dari paling sedikit hingga paling banyak, yaitu:
1. Komunikasi intrapribadi
Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) adalah
komunikasi dengan diri sendiri, contohnya berfikir. Komunikasi ini
merupakan landasan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya,
meskipun pada disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas.
2. Komunikasi antarpribadi
10
//Komunikasi nonverbal - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm diunduh jam 22;15 rabu, 25 mei 2016
Page 3
20
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal maupun nonverbal.
3. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki
tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama (adanya saling kebergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap
anggota mungkin punya peran yang berbeda.
4. Komunikasi public
Komunikasi public (public communication) adalah komunikasi
antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang
tidak bisa dikenali satu persatu, contohnya seperti pidato, ceramah atau
kuliah umum. Ciri-ciri komunikasi public adalah terjadi ditempat umum
(public) dan dihadiri sejumlah besar orang, merupakan peristiwa social
yang biasanya telah direncanakan, terdapat agenda, beberapa orang
dintunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus.
5. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi
dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung
dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.
6. Komunikasi massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa (baik cetak maupun elektronik), berbiaya
relative mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga, yang ditujukan kepada
sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan
heterogen.
2.3 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses penciptaan makna bersama antara media
massa dan khalayaknya (Baran, 2012:7). Dedy Mulyana (2010:83-84)
Page 4
21
menjelaskan tentang karakteristik komunikasi massa dalam bukunya yang
berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar sebagai berikut:
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa,
baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televise),
berbiaya mahal, dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar
dibanyak tempat, anonym, dan heterogen. Pesannya bersifat umum,
disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khususnya media
elektronik).
Tak beda jauh dengan Dedy Mulyana, Onong Uchjana. E
(2003:22-25) pun menerangkan tentang karakteristik komunikasi
massa sebagai berikut:
1. Komunikasi massa bersifat satu arah
Dalam komunikasi massa feedback yang terjadi adalah delayed feedback,
berbeda dengan komunikasi tatap muka.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Berbeda dengan komunikasi lainnya, komunikasi massa memiliki
komunikator berupa organisasi atau suatu institusi.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Maksudnya pesan yang disampaikan melalui media massa ditujukan
kepada umum dan disamping itu juga mengenai kepentingan umum.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Maksudnya walaupun komunikan berada pada jarak satu sama lain
terpisah, tetapi media massa mampu membina keserempakan kontak
dengan komunikan dalam penyampaian pesannya.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen ( aneka ragam)
Sebagai konsekuensi dari penyebaran yang amat luas (jangkauan
audiencenya), maka komunikan dari komunikasi massa terdiri dari
berbagai macam, inilah menjadikan komunikannya heterogen.
Media massa merupakan sumber kekuatan –alat kontrol,
manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan
Page 5
22
sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Unsur pembentuk
lahirnya media massa yakni: teknologi, fungsi atau kebutuhan, kelas social
dan kepentingan kelompok. (McQuail, 1994:3).
Macam media massa dibagi menjadi dua, yaitu media massa cetak dan
elektronik. Media massa cetak seperti surat kabar, majalah, sedangkan media
massa elektronik seperti radio, televise atau film merupakan produk teknologi
modern yang selalu berkembang. (Onong, 2003:22).
2.4 Film
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman pada Bab 1
pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya
yang merupakan pranata social dan media komunikasi massa yang dibuat
berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat
dipertunjukkan (Vera, 2014:91). Film adalah teks yang memuat serangkaian
citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam
kehidupan nyata (Danesi, 2010:134).
Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan
hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita,
peristiwa, music, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat
umum (McQuail, 1994: 13). Selain fungsi utamanya sebagai hiburan, film
juga terkandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan persuasif bagi
penontonnya (Aziz, 2009:425).
Disamping fungsinya, film juga memberikan efek lainnya. Sebagai
media massa, film tidak saja mempengaruhi sikap seseorang namun dapat pula
mempengaruhi perilaku, bahkan dalam tataran yang lebih jauh efek tersebut
dapat mempengaruhi system-sistem social maupun system budaya masyarakat
(Bungin, 2013:321).
Teknik perfilman, baik peralatannya maupun pengaturannya telah
berhasil menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan.
Dalam suasana gelap dalam bioskop, penonton menyaksikan suatu cerita yang
seolah-olah benar -benar terjadi dihadapannya. (Effendy, 2000 : 207)
Page 6
23
2.4.1 Sifat Film
Tumbuh dan berkembangnya film sangat bergantung pada tekhnologi
dan paduan unsur seni sehingga menghasilkan film yang berkualitas
(McQuail,1997:110). Berdasarkan sifatnya film dapat dibagi atas 4 jenis yaitu:
1. Film cerita (Story film)
Film yang mengandung suatu cerita, yang lazim dipertunjukan di gedung –
gedung bioskop yang dimainkan oleh para bintang sinetron yang tenar.
Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukan
untuk semua publik.
2. Film berita (News film)
Adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar – benar terjadi, karena
sifatnya berita maka film yang disajikan pada publik harus mengandung
nilai berita ( Newsvalue ).
3. Film dokumenter
Film documenter pertama kali diciptakan oleh John Giersonyang
mendefinisikan bahwa film dokumenter adalah “Karya cipta mengarah
kenyataan ( Creative treatment of actuality) yang merupakan kenyataan –
kenyataan yang menginterprestasikan kenyataan. Titik fokus dari film
dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi, bedanya dengan film
berita adalah film berita harus mengenai sesuatu yang mempunyai nilai
berita atau newsvalue.
4. Film cartoon
Walt Disney adalah perusahaan kartun yang banyak menghasil berbagai
macam film karton yang terkenal samapai saat ini. Timbulnya gagasan
membuat film kartun adalah dari seniman pelukis. Serta ditemukannya
cinematografi telah menimbulkan gagasan untuk menghidupkan gambar –
Page 7
24
gamabar yang mereka lukis dan lukisan itu menimbulkan hal – hal yang
bersifat lucu.
Hubungan antara film dan masyarakat sebagai penonton selalu
dipahami secara liner. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk
masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah
berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas
argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat.
Film selalu merekan realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,
dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar (Irawanto dalam Sobur,
2003:127).
2.5 Peran Suami Istri dalam memikul Tanggung Jawab dirumah
2.5.1 Hak Suami dan Istri
Kaum wanita memiliki hak sebagaimana mereka juga memiliki
kewajiban. Tetapi perlu dicatat bahwa setiap hak wanita dihadapkan
dengan hak laki-laki. Allah berfirman : dan para wanita mempunyai hak
yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma‟ruf. Akan
tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Baqarah: 228)
dalam bukunya Dalam buku (Sheikh Abu Al Hamd Rabee’, 2007 : bagian
kedua hal 25-33, membumikan harapan keluarga islam idaman)
Imam Ath Thabari mengatakan : „‟masing-masing dari suami
melaksanakan kewajiban atas yang lainnya seperti misalnya menjauhkan
madharat sama halnya dalam penunaian hak terhadap oranglain. Bisa
saja terjadi intervensi dari satu hak terhadap hak yang lainnya, seperti
juga dalam hal kewajibannya” (sheikh abu Al hamd Rabee’, 2007: 25)
Maksudnya, hak-hak suami istri berlaku secara timbal-balik,
karena keduanya sekufu. Tidak ada satu pun tugas yang dilakukan seorang
istri untuk suaminya melainkan seorang suami pun memiliki tugas yang
serupa yang ia kerjakan untuk istrinya. Adapun jika tidak serupa pada
Page 8
25
prakteknya, maka ia bisa serupa pada jenis nya. (sheikh abu Al hamd
Rabee’, 2007: 25).
2.5.2 Mengatur tanggung jawab
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah saw bersabda : “setiap
kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin, suami
pemimpin dalam rumah tangganya, istri pemimpin atas rumah suami dan
anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan
dimintai pertanggungjawabannya,” (HR. Bukhari 4904) dalam bukunya
(sheikh abu Al hamd Rabee’, 2007: 26).
A. Pertama : tanggung jawab seorang suami
Dalam QS. An- Nisa: 34 dalam bukunya (sheikh abu Al hamd
Rabee’, 2007: 26) disebutkan secara jelas bahwa ada dua hal yang
setidaknya ditujukan pada kaum laki-laki, yaitu :
1) Kepemimpinnya terhadap keluarga
2) Menafkahi keluarga
Kepemimpinan terhadap keluarga
Seorang suami lebih layak menjadi kepala rumah tangga,
karena ia lebih mengetahui kemaslahatannya, lebih mampu
melaksanakannya dengan dukungan kekuatan dan hartanya.
Disinilah ia dituntut oleh syar’i untuk melindungi istrinya, dan
memberikan nafkah kepadanya. Sementara istrinya dituntut untuk
menaatinya dalam hal-hal yang makruf. (Tafsir Al-Manar, juz 2)
dalam bukunya (sheikh abu Al hamd Rabee’, 2007: 26).
Manafkahi keluarga
Ungkapan Hafiz Ibnu Hajar : ”wanita itu terbelenggu dari
pekerjaan mencari nafkah yang merupakan haknya para suami,”
(Fathul Bari, juz 11, hal 437) dalam bukunya (sheikh abu Al hamd
Rabee’, 2007: 27).
Page 9
26
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasul bersabda:
“..Para istri memiliki hak atas kalian (para suami) untuk dipenuhi
rejekinya dan kebutuhan sandangnya dengan cara yang makruf ,”
(HR.Muslim) dalam buku (sheikh abu Al hamd Rabee’, 2007: 27).
B. Kedua: Tanggung Jawab Istri
Diantara adab-adab ketaatan disini hendaknya lahir dari dalam hati,
yakni disertai keridhoan, cinta dan dalam batasan yang makruf.
Ibnu katsir menyatakan dalam tafsirnya : “kemudian jika mereka
menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya,sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar” (QS. An-Nisa:34). dalam buku (sheikh abu Al hamd
Rabee’, 2007: 28).
Prinsip-prinsip ketaatan
Dalam bukunya (sheikh abu Al hamd Rabee’, membumikan
harapan (keluarga islam idaman), bagian kedua: 2007: 29)
meyebutkan prinsip-prinsip dalam memikul tanggung jawab
seorang istri terhadap suami diantaranya yaitu:
1) Taat bukan dalam hal kemaksiatan
2) Taat sesuai kemampuan
3) Ketaatan yang disertai dengan penghormatan dan
pemberian respon secara timbal balik
4) Ketaatan yang disertai dengan rasa cinta dan kasih sayang
5) Taat disertai musyawarah
6) Ketaatan diiringi dengan saling menasehati, berkorban, dan
berkomitmen.
7) Membesarkan dan mendidik anak
8) Menata tugas-tugas rumah tangga
9) Pelayanan istri terhadap suami
10) Bantuan istri dalam tugas-tugas kerumahtanggaan suami
ketika berhalangan
Page 10
27
2.6 Peran Istri Terhadap Suami
Dalam bukunya 30 kewajiban istri terhadap suami Ilyas.S (2007:124-217)
menerangkan:
1) Taat Kepada Suami
Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabb nya
dan taat kepada suaminya. Firman Allah Swt :
“wanita (istri) Shalihah adalah yang taat, lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah swt telah
memelihara mereka (QS An-Nisa :34)
Ketaatan istri dapat menciptakan ketenangan hidup karena suami
sebagai pemimpin rumah tangga, tidak akan bisa melaksanakan
kepemimpinannya tanpa ketaatan-ketaatan pada suami harus didahulukan
daripada melakukan ibadah-ibadah sunnah. (Ilyas, syekh 2007:124)
Tunduknya seorang istri dalam rumah tangga bukanlah
sebagaimana tunduknya seorang budak pada tuannya, melainkan suami
istri bisa membuat pergaulan dalam rumah tangganya dengan luwes tanpa
mengabaikan hakikat ketaatan kepada suami sedangkan tunduknya budak
pada tuannya adalah ketundukan yang penuh dengan keterpaksaan
disebabkan status budak yang melekat. (Ilyas, syekh 2007:125)
Hadist Rasulullah saw diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a dalam
kitab Al-jami’u Ash-shagir hal: 269 yang dikutip (ilyas, syekh 2007 : 127)
akan begitu besarnya hak suami untuk mendapat penghormatan dari istri :
“Andaikan saya dapat menyuruh seseorang bersujud kepada
orang lain, niscaya saya akan menyuruh istri bersujud kepada
suaminya”
Begitu besarnya hak suami untuk memperoleh penghormatan dari istri
berdasarkan hadist diatas, maka janganlah sekali-kali seorang istri
melakukan ketidak patuhan pada suami dalam halnya menjalankan
kewajibannya maka istri dianggap membangkang pada suami apalagi
Page 11
28
durhaka sehingga nerakalah kelak tempat abadinya. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw dalam kitab qurotul uyun yang dikutip (ilyas. Syekh: 171)
yakni :
“Telah ditampakkan kepadaku isi neraka, maka aku melihat paling
banyak penghuninya adalah kaum wanita. Tidak ada perkara yang
menyebabkan mereka masuk neraka, kecuali banyak maksiat yang
dilakukan terhadap suaminya”
2) Menjaga Martabat Suami
Kewajiban penting yang harus dijalankan untuk menjaga martabat
suaminya. Karena dalam kehidupan wanita ada saja diantara mereka yang
suka menyebarkan keburukan dan kekurangan suaminya apalagi sudah tidak
ada kecocokan terhadap suaminya. (Ilyas.S 2007: 128)
Sedangkan istri yang suka menyebar keburukan suaminya itu akan
mendapatkan kecaman dari suaminya dan balasan dari Allah swt kelak
diakherat. Rasulullah saw bersabda dalam kitab hadist bersumber dari Abu
Darda’ r.a. dalam kitab Qurrotul uyun hal : 18 (Ilyas.S 2007: 128) yakni:
“wanita mana saja yang menyebarkan keburukan suaminya, kecuali
Allah swt akan membuka keburukannya pada hari kiamat dihadapan
para makhluk. Allah akan membuka aibnya sewaktu didunia sebelum
diakherat”
3) Mengutamakan Izin Suami
a) Izinnya istri yang keluar rumah
Seorang istri yang taat tidak dibenarkan wanita keluar rumah tanpa
izin suaminya, jika istri membangkang dan tetap keluar maka ia
dianggap telah durhaka terhadap suaminya dan berarti ia telah
melanggar larangan Allah swt. (Ilyas.S 2007:130)
Page 12
29
Rasulullah saw bersabda :
“wanita mana saja yang keluar dari rumah suaminya tanpa
seizinnya, maka ia akan dilaknati oleh segala sesuatu yang tampak
oleh matahari dan bulan sampai ia kembali kerumah suaminya”. 11
Disamping itu, dia harus memperhatikan beberapa adab keluar rumah
dalam bukunya (Ilyas. S 2007 : 132-134) sebagai berikut:
Berpakaian dengan syariat, menutup aurat (berhijab)
Menundukkan pandangan mata
Jangan berlenggak-lenggok ketika berjalan sehingga
mengundang pandangan lelaki.
Mnghindar jalan dari tongkrongan kaum laki-laki
Berhias dengan rasa malu
Hindari berdesak-desakan dengan laki-laki (ikhtilat)
Keluarnya dengan disertai muhrimnya
Tidak mengenakan wewangian berlebihan dan tidak berhias
Rasulullah saw bersabda:
“Setiap mata itu berzina, bila wanita memakai wewangian
kemudian ia melewati majelis laki-laki yang bukan mahramnya
maka wanita itu begini dan begitu” (H.R At-Tarmidzi) (Ilyas.
S. 2007 : 134) .
Ada beberapa hukum wanita keluar rumah dalam tuntunan Rasulullah
dalam bukunya 30 kewajiban suami istri (Ilyas. S 2007 : 134) yakni
b) Hukum Wanita Keluar Rumah
i. Haram
Rasulullah bersabda:
11
Hadist bersumber dari Ibnu Abbas. Lihat durratun nasihin. Hal 45
Page 13
30
“tidak halal bagi seorang wanita yang percaya pada Allah
swt dan hari kemudian berpergian perjalanan sehari
semalam kecuali bersama mahramnya (HR. Bukhari dan
Muslim). Haram wanita keluar dari rumah karena
keberadaannya masih tanggung jawab suaminya.
ii. Mubah
Wanita diperbolehkan keluar rumah apabila ada sesuatu
yang mengancam keselamatan seorang tersebut yakni gempa
bumi, kebakaran atau rumahnya akan rubuh dan keluar rumah
untuk belajar ilmu-ilmu fardhu a’in untuk memohon untuk
mendapatkan fatwa pada ulama atau kiai.
4) Tidak Membebani Suami
5) Menjaga Diri
6) Mengasuh dan Mendidik Anak
7) Mesyukuri Nafkah Suami
8) Berhemat dengan Harta suami
9) Berhias Hanya Untuk Suami
10) Merawat Diri Untuk Suami
11) Memenuhi Ajakan Suami dengan Segera
12) Melayani Suami dengan Baik
13) Mengatur Rumah Tangga dengan Baik
14) Jujur Pada Suami
15) Melengkapi Diri dengan Ilmu
16) Menjaga Harta Suami
17) Membantu Keimanan dan Ketaqwaan Suami
18) Seanantiasa Menyenangkan Hati Suami
19) Mensyukuri Kelebihan dan Kekurangan Suami
20) Senantiasa Berada dalam Rumah
21) Mengabdi pada Suami
22) Menjauhi Nusyuz (sikap tinggi diri dari seorang istri)
23) Menjadi Pendamping Idaman
Page 14
31
24) Mendahulukan Hak Suami atas Orang Tua
25) Meminta Ridha Suami
26) Menjalani Masa Iddah
27) Setia terhadap Suami
28) Menjaga Rahasia Rumah Tangga
29) Tidak Mengizinkan Orang Lain Masuk dalam Rumahnya
30) Menata Rumah
2.7 Sifat Istri Solehah
Allah berfirman:
“ . . . Wanita-wanita yang shalihah adalah wanita-wanita yang taat (kepada
Allah). Berbakti kepada suami dan pandai memelihara hak suami tatkala
ditinggal pergi...”(QS. An-Nisa : 34)
Wanita shalihah adalah wanita yang senantiasa dan benar-benar baik
akidahnya, baik akhlaknya, dan baik pula ibadahnya serta pandai akan
menjaga kehormatan dirinya dan suaminya ketika ditinggal pergi.
Beberapa sifat istri shalihah menurut (Ilyas. S 2007 : 136) yaitu:
1) Muslimat
Wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah) tunduk kepada perintah
dan larangan Allah dan Rasul-Nya.
2) Mukminat
Wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah.
3) Qanitat (wanita yang taat)
4) Taibat
Wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu
kembali kepada perintah-Nya dan Rasul-Nya walaupun harus
meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka.
5) A’bidat
Wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah swt
(dengan mentauhidkannya pada Allah didalam Alqur’an)
6) Saihat
Wanita-wanita yang berpuasa.
Page 15
32
Rasuluullah saw bersabda : “apabila ada seorang wanita shalat
lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya
dan taat kepada suaminya maka dikatakan kepadanya : Masuklah
engkau kedalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai”
(HR. Ahmad)
2.8 Semiotika
Secara etimologis istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion
yang berarti “tanda“. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas
dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili
sesuatu yang lain. Istilah semeion berasal tamapaknya diturunkan dari kedokteran
hipokratik atau aklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan
diagnostik inferensial. Sedangkan secara terminologis, semiotik dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luasobjek-objek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. (sobur, 2012 : 96)
Sedangakan ahli sastra Teeuw mendefinisikan semiotik adalah tanda
sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model
sastra yang mempertanggung jawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk
pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam
masyarakat mana pun (Sobur, 2012 : 97).
Semiotik merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Semiotika
adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah
perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini,
ditengah-tengah menusia dan bersama-sama manusia (Sobur, 2003: 15). Beberapa
klasifikasi tanda telah diuraikan sejak zaman Aristoteles dan Santo Agustinus.
Dari semua ini, yang paling komprehensif adalah taksonomi yang dikembangkan
oleh Charles Pierce. Dari 66 jenis yang diidentifikasinya ada tiga : ikon, indeks,
dan simbol yang ternyata sangat berguna dalam telaah tentang berbagai gejala
budaya, seperti produk-produk media (Danesi, 2010: 40).
Vera (2014) menjelaskan, di Wina Circle sekelompok sarjana menyajikan
sebuah karya berjudul “International Encyclopedia” yang mengelompokan
semiotika menjadi tiga bagian atau tiga cabang ilmu tanda, yaitu:
Page 16
33
a. Semantics , yang memperlajari bagaimana sebuah tanda berkaitan
dengan yang lain.
b. Syntatics, yang memperlajari bagaimana sebuah tanda memiliki
arti dengan tanda yang lain.
c. Pragmatics, yang mempelajari bagaimana sebuah tanda digunakan
dalam kehidupan sehari-sehari.
Sedangkan studi tentang bagaimana mengorganisasikan sistem tanda-tanda
dan penggunaanya disebut syntatic and pragmatic codes (Vera, 2014 : 3).
Kaitannya tanda dijadikan sebagai studi, Berger menyebutkan bahwa tanda
memiliki dimensi visual yang bisa dijadikan bahan pertimbangan diberbagai
analisis yaitu penggunaan warna, ukuran, ruang lingkup, kontras, bentuk, dan
detail (Berger, 2010:47-51).
Beberapa model-model semiotika:
2.8.1 Semiologi Ferdinand De Saussure
Prinsip dari teori Saussure ini mengatakan bahwa bahasa adalah sebuah
system tanda, dan setiap tanda tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda)
dan signified (petanda). Menurut Kaelan, Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk
penanda (signifier) dengan sebuah idea tau petanda (signified). Hubungan antara
petanda dengan penanda disebut „signifikasi‟, dan ini diwakili dalam diagram
Saussure oleh panah. Garis horizontal menandai dua elemen tanda di ini disebut
sebagai „bar‟ (Vera, 2014:19).
Model saussure dapat digambarkan berikut ini:
tanda
pertandaan realitas
tersusun atas eksternal
atau makna
penanda plus pertanda
(eksistensi fisik dari tanda) (konsep metal)
Gambar 2.1 : Unsur Makna Saussure (Vera, 2014: 20)
Page 17
34
2.8.2 Pragmatisme Charles Sander Peirce
Charles Sanders Peirce dikenal dengan model triadic dan konsep
trikotominya yang terdiri atas sign (tanda), object (objek), dan interpretant
(interpretan). Model triadic dari Peirce sering juga disebut sebagai “triangle
meaning semiotics” atau dikenal dengan teori segitiga makna (Vera, 2014: 21).
Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek
adalah sesuatu yang dirujuk tanda, sementara interpretant adalah tanda yang ada
dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga
elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna
tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Yang dikupas dari dari teori
segitiga makna Pierce adalah persoalan bagaimana makna muncl dari sebuah
tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan
segitiga makna Pierce ditampilkan oleh Sobur (2012:115) yang mengutip dari
Fiske (1990:42) sebagai berikut:
sign
interpretant object
Gambar 2.2 : Elemen Makna Pierce
(Fiske dalam Sobur, 2012:115)
Pada trikotomi pertama, sign (representament) merupakan bentuk fisik
atau segala sesuatu yang dapat diserap pancaindra dan mengacu pada sesauatu.
Sesuatu menjadi representamen didasarkan pada ground-nya (trikotomi pertama),
dibagi menjadi qualisgn yaitu tanda yang menjadi tanda berdasarkan sifatnya,
sinsign (singular sign) yaitu tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk
atau rupanya didalam kenyataan, dan legisign yaitu tanda yang menjadi tanda
Page 18
35
berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode
(Vera, 2014:23-24).
Vera (2014) menjelaskan pada trikotomi kedua, yaitu berdasarkan
objeknya tanda diklasifikasikan menjadi icon (ikon), index (indeks), dan symbol
(simbol). Menurut van Zoest yang dikutip Sobur (2012: 26), ikon adalah tanda
yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalkan foto
atau peta. Sedangkan indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan
adanya hubungan dengan yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api.
Dan symbol adalah sebuah tanda dimana hubungan antara signier dan signified
semata-mata adalah maalah konvensi, kesepakatan atau peraturan.
Sedangkan trikotomi ketiga berdasarkan interpretannya, tanda dibagi
menjadi rhema yaitu bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah
first dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan, decisign (dicentsign),
bilamana antara lambing itu dan interpretannya terdapat hubungan yang benar ada
merupakan (secondness) dan Argument bilamana suatu tanda dan interpretannya
mempunyai sifat yang yang berlaku umum merupakan thirdness (Vera, 2014:26)
2.6.3. Mitologi Roland Barthes
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada
cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan
makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja
menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. (Sobur,
2003:68).
Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi
antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi
antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “two order of signification”,
mencakup denotasi (makna sebenarnya (sesuai kamus) dan konotasi (makna
ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Jadi, dalam konsep
Barthes, tanda kinotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun
Page 19
36
mengandung kedua bagian tanda denotative yang melandasi keberadaannya
(Sobur, 2003:69).
Fokus perhatian Barthes yang tertuju pada signifikasi dua tahap dijelaskan
dengan Gambar berikut:
Gambar 2.3 : Signifikasi Dua Tahap Barthes
(Fiske, 2012:145)
Menurut Barthes, seperti yang dikutip oleh Alex Sobur, signifikasi tahap
pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda
realitas eksternal. Sedangkan signifikasi tahap kedua yang ditunjukkan dengan
adanya konotasi menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu
dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya.
Fiske menjelaskan bahwa denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap
sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya. (vera,
2014 : 114)
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja
melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau
memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. (Sobur, 2012:128).
Mitos dalam pandangan Barthes berbeda dengan mitos dalam arti umum.
Barthes mengemukakan mitos adalah bahasa, maka mitos adalah sebuah system
komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan. Mitos Barthes dengan sendirinya
Page 20
37
bebeda dengan mitos yang dianggap tahayul, tidak masuk akal, ahistoris, dan lain
sebagainya, tetapi mitos menurut Barthes sebagai type of speech (gaya bicara)
seseorang (Vera, 2014:29).
2.6.4. Semiotika Umberto Eco
Menurut Eco “Semiotics is in principle the discipline studying which can be
used in order to lie” (semiotika secara prinsipil adalah disiplin yang mengkaji
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berbohong) (Vera, 2014:32). System
tanda adalah entitas cultural, yakni hasil konstruksi manusia. Ini memungkinkan
tanda digunakan sebagai penyampaian informasi yang benar, tetapi tanda juga
dapat disalahgunakan untuk menyampaikan pesan yang sama sekali tidak sesuai
dengan kenyataan. Secara implicit, definisi Eco tentang teori dusta adalah bila
semiotika adalah sebuah teori kedustaan, maka ia sekaligus adalah teori
kebenaran, sebab bila sebuah tanda tidak dapat digunakan untuk mengungkap
kebenaran, maka ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kedustaan.
Dengan demikian menurut Piliang, teori kedustaan implisitnya adalah teori
kebenaran, seperti kata siang yang implisitnya dengan kata malam (Vera,
2014:33).
2.6.5. Semiotika John Fiske
J. Fiske dan J.Hartley dalam Vera (2014:34) mengatakan dalam semiotika
(ilmu tentang tanda) terdapat dua perhatian utama, yakni hubungan antara tanda
dan maknanya, dan bagaimana suatu tanda dikombinasikan menjadi sebuah kode.
Menurut Fiske (2012:66), semiotika memiliki tiga wilayah kajian, yaitu:
1. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai
jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tandatanda di
dalam tanda menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut
berhubungan dengan orang yang menggunakannya.
2. Kode-kode atau sistem dimana tanda diorganisasi. Kajian ini
melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk
Page 21
38
mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi
pengiriman kode-kode tersebut.
3. Budaya tempat dimana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi. Hal
ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode-kode
dan tanda-tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri.