-
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian IPA
Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkat
sebagai sains.
Sains (Inggris: science) berasal dari kata latin “scientia” yang
berarti (1)
pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan,
pengertian, faham yang
benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke (1) studi sistematis; (2)
tubuh pengetahuan
yang terorganisir; (3) pengetahuan teoritis. Menurut KTSP (2006)
IPA atau
SAINS merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis,
dan dalam pengetahuannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam.
Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010: 136) IPA adalah suatu
kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya
secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya
ditandai oleh
adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan
sikap ilmiah.
Menurut Powler (dalam Samatowa 2009: 3) IPA merupakan ilmu
yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis
yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan
eksperimen/sistematis.
Menurut Abdullah (1998: 18) “ IPA merupakan pengetahuan teoritis
yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu
dengan cara
melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan
teori, dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan
yang lain”.
Perkembangan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun
secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar
yang terwujud
melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah
pada siswa serta rasa
mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurut
Depdiknas
(2006) mengemukakan ilmu pengetahuan alam merupakan hasil
kegiatan manusia
berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar
yang ditempuh melalui pengalaman, serangkaian proses ilmiah
antara lain
-
7
penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Dari
pembelajaran IPA
diharapakan siswa menyelidiki kejadian-kejadian di lingkungan
sekitarnya.
Dari paparan tersebut dapat diartikan bahwa IPA adalah
kumpulan
pengetahuan mengenai konsep yang mempelajari tentang lingkungan
sekitar
dengan tujuan untuk lebih mencintai lingkungan dan menjaga
kelestarian alam
yang ada. IPA diperlukan dalam kehidupam sehari-hari untuk
memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang
dapat
diidentifikasikan.Penggunaan IPA perlu dilakukan secara
bijaksana agar tidak
berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD diharapkan
pembelajaran IPA
ada penekanan pembelajaran dengan konsep lingkungan, teknologi
dan
masyarakat yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan
membuat suatu karya melalui penggunaan konsep IPA dan kompetensi
bekerja
ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk isi mencakup fakta,
konsep,
prinsip, hukum-hukum, dan teori Ilmu Pengetahuan Alam. Jadi pada
hakikatnya
Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap
ilmiah, proses
ilmiah, dan produk ilmiah.
2.2 Hakikat Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan,
yang
dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar
Hamalik,
2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses,
maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka
membuat siswa
belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam
pengajaran tahunan,
semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut
persiapan
perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan
alat-alat evaluasinya
(Hisyam Zaini, 2004: 4).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka disimpulkan
pembelajaran
adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam
rangka
membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di
masa depan
dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat
yang akan
datang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD
yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep
yang
-
8
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan
dan penyajian
gagasan-gagasan.
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan
observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian
seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah,
1998: 18). IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan
hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Sri
Sulistyorini, 2007: 39).
Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa
yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan mata
pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai
pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya,
mempelajari IPA
sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan
dan membantu
siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam
(Depdiknas dalam
Suyitno, 2002: 7).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
pembelajaran IPA
adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan
teori agar siswa
mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah antara
lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
2.3 Pembelajaran IPA SD
Tujuan pembelajaran IPA adalah untuk memahami konsep-konsep IPA
dan
keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-hari, dan pada akhirnya
dapat
menimbulakan rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga
menyadari kebesaran
keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Muchtar, dkk (2004: 5)
menjelaskan bahwa
-
9
prinsip-prinsip pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di
sekolah dasar sebagai berikut :
a. Materi pembelajaran disusun berdasarkan penyesuaian
terhadap
Kurikulum Berbasis Kompetensi sesuai standar isi 2006.
b. Pemberian ilustrasi. Dimaksudkan untuk memberikan penjelasan
kepada
murid dengan mempergunakan contoh-contoh gambar dari setiap
materi
belajar dan untuk menarik minat murid terhadap mata pelajaran
Ilmu
Pengetahuan Alam.
c. Aktivitas kegiatan. Merupakan penerapan percobaan-percobaan
yang
dilakukan murid baik individu maupun kelompok yang bertujuan
agar
murid memiliki pengalaman nyata dalam memahami suatu materi
pelajaran yang diberikan.
d. Akttivitas tugas. Pemberian tugas baik individu maupun
kelompok
dimaksudkan agar murid aktif dan dapat memecahkan masalah
yang
ditemukan.
Tating, dkk (2003: 11) mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan Alam di sekolah dasar sebagai berikut :
a. Pada awal setiap bab, disajikan wacana tentang
kejadian-kejadian setiap hari
dilingkungan murid yang bertujuan untuk membangkitkan minat
murid
untuk memahami konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan
keterkaitannya
dengan kehidupan murid.
b. Pemahaman konsep untuk murid disajikan berupa percobaan
sederhana
dengan menggunakan alat-alat sederhana, mudah diperoleh serta
pas untuk
usia murid.
c. Pada setiap akhir bab, disajikan rangkuman, tugas,dan
evaluasi. Rangkuman
dimaksudkan untuk memudahkan murid mengingat kembali konsep dan
hal-
hal yang sedang dipelajari. Dengan adanya tugas, murid
diharapkan mampu
melakukan kegiatan sendiri, misalnya pada diskusi. Dengan
diskusi murid
diharapkan mampu dan berani mengemukakan masalah dengan
menggunakan daya ingat, pemahaman dan penerapannya dalam
kehidupan
sehari-hari.
-
10
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006)
secara terperinci adalah:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaann-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari,.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan,
teknologi dan masyarakat,
d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA
sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di
SD
disamping untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, juga
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
2.4 Penilaian IPA SD
a. Tujuan Penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar. Penilaian
meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik penilaian
dan membuat
keputusan berdasar hasil penilaian tersebut. Penilaian memberi
informasi
padaguru tentang prestasi siswa terkait dengan tujuan
pembelajaran.
Dengan informasi ini, guru membuat keputusan berdasar hasil
penilaian
mengenai apa yanh harus dilakukan untuk meningkatkan metode
pembelajaran
dan memperkuat proses belajar siswa. Penilaian mengukur seberapa
jauh
-
11
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dicapai oleh
siswa. Selain
melengkapi proses belajar mengajar, penilaian juga memberi umpan
balik
formatif dan sumatif pada guru,siswa, sekolah dan orang tua
siswa.
1) Penilaian member umpan balik kepada siswa, yang memungkinka
nmereka
untuk menyadari kekuatan dan kelemahan mereka. Melalui
penilaian, siswa
dapat memantau kinerja dan kemajuan mereka. Ia juga menunjukkan
arah yang
ditempuh untuk berkembang lebih jauh.
2) Penilaian member umpan balik kepada guru, yang memungkinkan
mereka
memahami kekuatan dan kelemahan siswa mereka. Ia juga member
informasi
mengenai prestasi belajar siswa juga keefektifan pembelajaran
yang dilakukan
guru.
3) Penilaian member umpan balik kepada sekolah. Informasi yang
diperoleh
memudahkan penempatan siswa dalam kelompok yang sesuai, dan
kenaikan
kelas siswa. Ia juga memungkinkan sekolah meninjau kefektifan
program
instruksional sekolah
4) Penilaian member umpan balik kepada orang tua siswa, yang
menungkinkan
mereka memantau kemajuan dan prestasi anak mereka melalui
informasi yang
diperoleh..
b. Aspek Penilaian
Tujuan IPA adalah menguasai pengetahuan IPA, memahami dan
menerapkan
konsep IPA, menerapkan keterampilan proses, dan mengembangkan
sikap.
Tujuan penilaian ini sejalan dengan tiga ranah dalam kerangka
kurikulum IPA
seperti ditunjukkan di bawah:
a) Penilaian Pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep IPA
b) Penilaian Keterampilan dan Proses
c) Penilaiankarakter dan sikap (sikap ilmiah)
Penjelasan ketiga jenis penilaian tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
1) Penilaian Pengetahuan, Pemahaman dan Penerapan Konsep IPA
Penilaianpengetahuan IPA merupakan produk dari pembelajaran
IPA.
Penilaian ini bertujuan untuk melihat penguasaanpeserta didik
terhadap
fakta, konsep, prinsip, dan hukum-hukum dalam IPA dan
penerapannya
-
12
dalam kehidupan. Peserta didik diharapkan dapat menggunakan
pemahamannya tersebut untuk membuat keputusan,
berpartisipasi
dimasyarakat, dan menanggapi isu-isulokal dan global.
2) Penilaian Keterampilan Proses Penilaian dilakukan tidak
hanya
terhadapproduk, tetapi juga proses. Penilaian proses IPA
dilakukan
terhadap keterampilan proses IPA, meliputi keterampilan dasar
IPA dan
keterampilan terpadu tingkat awal. Keterampilan proses IPA
dasar
meliputi observasi, inferensi, melakukan pengukuran,
menggunakan
bilangan, klasifikasi, komunikasi, dan prediksi. Di samping itu,
peserta
7didik mulai diperkenalkan dengan kemampuan melakukan
percobaan
sederhana dengan dua variabel atau lebih untuk menguji hipotesis
tentang
hubungan antar variabel. Peserta didik juga
dilatihmengkomunikasikan
hasil belajarnya melalui berbagai bentuk sepeti debat, diskusi,
presentasi,
tulisan, dan bentuk ekspresif lainnya. Dari berbagai
keterampilan proses
ilmiah, berikut adalah enam keterampilan dasar yang perlu
dikuasai untuk
peserta didik.
a. Observasi
Penilaian keterampilan melakukan observasi dinilaipada saat
melakukan
observasi dalam rangka memperoleh data hasil penginderaan
terhadap
objek dan fenomena alam menggunakan panca indera. Informasi
yang
diperoleh menimbulkan rasa ingin tahu, pertanyaan, interpretasi,
dan
investigasi.
b. Komunikasi
Keterampilan berkomunikasi secara ilmiah menggunakan berbagai
cara,
seperti menggunakan grafik, carta, peta, simbol, diangram,
rumus
matematis, dan demonstrasi visual, baik secara tertulis maupun
lisan.
c. Klasifikasi
Keterampilan melakukan klasifikasi diperlukan untuk
mengelompokkan
berbagai objek untuk mempermudah mempelajarinya, berdasarkan
persamaan, perbedaan, dan saling keterkaitan obyek.
d. Pengukuran
-
13
Keterampilan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur
standar
untuk melakukan observasi secara kuantitatif, membandingkan,
dan
mengklasifikasikan,serta mengkomunikasikannya secara efektif.
Alat
pengukuran meliputi penggaris, meteran, neraca, gelas ukur,
termometer,
pH meter, Higrometer, dan sebagainya.
e. Inferensi
Keterampilan melakukan interpretasi dan menjelaskankejadian di
sekitar
kita. Kemampuan ini dibutuhkan antara lain untuk
menyusunhipotesis.
Interpretasi menghubungkan pengalaman lampau dengan apa yang
sedang
dilihat.
f. Prediksi
Keterampilan melakukan prediksi ditentukan oleh observasi yang
teliti dan
inferensi untuk memprediksi apa yang akan terjadi untuk
menentukan
reaksi yang tepat terhadap lingkungan.
g. Percobaan Sederhana
Keterampilan melakukan percobaan diawali dengan kemampuan
menyusun pertanyaan, mengidentifikasi variabel,
mengemukakanhipotesis,
mengidentifikasi variabel kontrol, membuat desain percobaan,
melakukan
percobaan, mengumpulkan data, dan interpretasi data.
3.Penilaian sikap
Penilaian sikap ilmiah meliputi sikap obyektif, terbuka, tidak
menerima
begitu saja sesuatu sebagai kebenaran, ingin tahu, ulet , tekun,
dan pantang
menyerah. Selain itu, kemampuan bekerjasama, bertukar
pendapat,
mempertahankan pendapat, menerima saran, dan kemampuan sosial
lainnya
dapat juga dilakukan melalui pembelajaran IPA.
c. Bentuk Penilaian IPA
Bentuk-bentuk penilaian mata pelajaran IPA yang dapat digunakan
untuk
mengukur ketiga aspek diatas adalah sebagai berikut :
1) Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper
and pencil
test). Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang
diberikan
-
14
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab
soal,
pesertadidik tidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban,
tetapi
juga dapat dilakukan dalam bentuk lain seperti memberi
tanda,
mewarnai, menggambar dan sejenisnya. Tes tertulis meliputi
soal
bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian,
jawaban
singkat dan uraian. Penyusunan soal tes tertulis
memperhatikan
kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi,
konstruksi,
maupun bahasa, dan menuntut penalaran yang tinggi. Hal ini
dapat
dilakukan guru dengan cara:
a. Materi yang ditanyakan mengukur perilaku pemahaman,
penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi. Perilaku ingatan
juga
diperlukan namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal
sebelum peserta didik dapat mengukur perilaku yang disebutkan
di
atas.
b. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus),
misalnya
dalam bentuk ilustrasi/bahan bacaan seperti kasus, contoh,
tabel
dan sebagainya.
c. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
d. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang
menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Penilaian ini
dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
Cara
penilaian ini dianggap lebih autentik daripada tes tertulis
karena:
a. Apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik
yang
sebenarnya.
b. Untuk mata pelajaran IPA, penilaian semacam ini dapat
dilakukan
melalui kegiatan seperti pengujian/penelitian, melakukan
percobaan-
percobaan, dan lain-lain. Dalam penilaian kinerja perlu
dipertimbangkan
hal-hal berikut:
-
15
a. Identifikasi langkah-langkah kinerja yang diharapkan
sesuai
dengan tuntutan kompetensi
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam
kinerja
tersebut.
c. Upayakan kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak agar
dapat
diamati.
d. Kemampuan yang dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang
diamati.
Penilaian kemampuan kinerja dapat dilakukan dengan cara yang
paling
sederhana yaitu menggunakan: daftar cek (checklist) Pada
penilaian ini peserta
didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan
tertentu dapat
diamati oleh penilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
bisa memilih dua
pilihan absolut yaitu teramati atau tidak teramati, jika tidak
dapat diamati maka
peserta didik tidak memperoleh nilai (tidak ada nilai tengah);
skala rentang(rating
scale)
Pada penilaian ini memungkinkan penilai memberi nilai tengah
terhadap
penguasaan kompetensitertentu, karena pemberian nilai secara
kontinu dimana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya
dilakukan lebih dari satu
penilai untuk menghindari subjektivitas.
2.5 Model Pembelajaran Group Investigation
2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model
pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa
untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
melalui bahan-bahan
yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat
mencari melalui
internet. siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. tipe ini
menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam
keterampilan proses kelompok. model group investigation dapat
melatih siswa
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. keterlibatan siswa
secara aktif
dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran. dalam
-
16
metode group investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu:
penelitian atau
enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau
the dynamic
of the learning group, (udin s. winaputra, 2001:75). penelitian
di sini adalah
proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan
memecahkan
masalah tersebut. pengetahuan adalah pengalaman belajar yang
diperoleh siswa
baik secara langsung maupun tidak langsung. sedangkan dinamika
kelompok
menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling
berinteraksi yang
melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar
pengalaman melaui
proses saling beragumentasi.
Pembelajaran kooperatif tipe group investigation berawal dari
perspektif
filosofis terhadap konsep belajar. untuk dapat belajar,
seseorang harus memiliki
pasangan atau teman. sebuah gagasan john dewey tentang
pendidikan, bahwa
kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk
belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji
masalah-
masalah sosial dan antar pribadi. Menurut depdiknas (2005:18)
pada pembelajaran
ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan
informasi,
dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu
menciptakan
lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan
proses ilmiah.
kelompok penyelidikan adalah medium organisasi untuk mendorong
dan
membimbing keterlibatan siswa dalam belajar. siswa aktif berbagi
dalam
mempengaruhi sifat kejadian di dalam kelas mereka. dengan
berkomunikasi
secara bebas dan bekerja sama dalam perencanaan dan melaksanakan
dipilih topik
mereka penyelidikan, mereka dapat mencapai lebih dari mereka
sebagai
individu. hasil akhir dari kelompok kerja mencerminkan
kontribusi masing-
masing anggota, tetapi intelektual lebih kaya dari kerja yang
dilakukansendiri oleh
siswa yang sama.
2.5.2 Karakteristik Model Pembelajaran GI (Group
Investigation)
Pembelajaran kooperatif tipe GI memiliki beberapa karakteristik,
yaitu :
1. tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi
dan
keterampilan inkuiri.
-
17
2. kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau
5 siswa
yang heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan
keakraban
persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu.
3. siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran
(menentukan
topik dan cara investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian
laporan).
4. diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
5. adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-keputusan
yang
dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam
konteks
masalah yang diselidiki).
6. guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi
masalah
dengan peranan yang berbeda.
2.5.3 Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI
(Group
Investigation)
Menurut Slavin (1995: 113-114) dalam implementasi teknik
group
investigation dapat dilakukan melalui 6 (enam) tahap. Tahapan
tersebut adalah: 1)
identifying the topic and organizing pupils into groups, 2)
planning the learning
task, 3) carring out the investigation, 4) preparing a final
report, 5) presenting the
final report, and 6) evaluation. Dengan melihat tahapan
tersebut, maka
pembelajaran dengan teknik group investigation berawal dari
mengidentifikasi
topik dan mengatur murid kedalam kelompok, merencanakan tugas
yang akan
dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan
akhir,
mempersentasikan laporan akhir dan berakhir pada evaluasi.
Dari uraian pendapat Slavin, di atas dapat dijelaskan bahwa
dalam group
investigation, para siswa bekerja melalaui enam tahapan.
Tahapan-tahapan ini dan
komponen-komponennya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam
kelompok.
a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah
topik dan
mengkategotikan saran-saran.
b. Para siswa begabung dengan kelompoknya untuk mempelajari
topik yang
mereka pilih.
-
18
c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan
harus
bersifat homogen.
d. Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan
memfasilitasi
pengaturan.
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
3. Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan
dipelajari,
bagaiman memepelajarinya dan pembagian tugas.
a. Melaksanakan investigasi
b. Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan
membuat
kesimpulan.
c. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan
kelompoknya.
d. Para siswa saling bertukar, bediskusi, mengklasifikasi, dan
mensintesis
semua gagasan.
4. Menyiapkan laporan akhir
a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas
mereka
b. Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan,
dan
bagaiman mereka membuat pesentasinya.
c. Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk
mengkoordinasikan
rencana-rencana presentasi.
5. Mempresentasikan laporan akhir
a. Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam
bentuk
b. Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif
c. Para peserta mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi
berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Evaluasi
a. Para siswa saling meberikan umpan balik mengenai topik
tersebut.
b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran
siswa.
c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran
paling tinggi.
d. Pendekatan lain untuk mengevaluasi dapat dengan membuat para
siswa
merekonstruksi proses investigasi yang telah mereka lakukan
dan
-
19
memetakan langkah-langkah yang telah mereka terapkan dalam
pembelajaran mereka.
Slavin (1995: 113-114) menyebutkan bahwa dalam melaksanakan
tugas
investigasi siswa dapat: students gather information, analyze
the data and reach
conclusions, 2) each group member contributes to the group
effort, and 3)
students exchange discuss clarify, and synthesize ideas.
Dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan
adalah:1) group
members determine the essential message of their project, 2)
group members plan
what they will report and how they will make their presentation
and 3) group
representatives form a steering committee to coordinate plans
for the
presentation.
Pada tahap mempersentasekan laporan akhir yang harus dipehatikan
adalah
the presentation is made to the entire class in a variety of
forms, part
of the presentation should actively involve the audience, and
the
audience evaluates the clarity and appeal of presentation
according to
criteria determined in advance by the whole class. Sedangkan
dalam
evaluasi, aktifitas siswa adalah students share feedback about
the
topik, about the work they did, and about their effective
experiences
(1) teachers and pupils collaborate in evaluating student
learning,
and (3) assessment of learning should evaluate higher-level
thinking.
Ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan tugas
investigasi
siswa dapat mengumpulkan informasi, menganalisis, dan membuat
simpulan,
setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan
kelompoknya, dan saling bertukar pikiran, berdiskusi,
mengklarifikasi, dan
mensintesis semua gagasan, sedangkan dalam menyiapkan laporan
akhir, aktifitas
yang dilakukan siswa adalah nggota kelompok menentukan
pesan-pesan esensial
dari pekerjaan mereka, anggota kelompok merencanakan apa yang
akan mereka
laporkan dan bagaimana membuat persentase, wakil-wakil kelompok
membentuk
sebuah tim untuk mengkoordinasikan rencana persentasi.
Untuk mempersentasikan laporan akhir, persentase harus dapat
melibatkan
pendengarnya secara aktif dan pendengar menevaluasi berdasrakan
keriteria yang
-
20
telah ditentukan sebelumnya, sedangakan pada tahap evaluasi,
siswa saling
memberikan umpan balik, kolaborasi guru dan murid dalam
mengevaluasi
pembelajaran dan penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi
pemikiran
yang paling tinggi.
2.5.4 Sintaks Model koperatif tipe (Group Investigation) :
a. Pengarahan,
b. Buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas,
c. Rencanakan pelaksanaan investigasi,
d. Tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar
kelas, misal
mengukur tinggi pohon,
e. Mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis
dagangan dan
keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah),
f. Pengolahan data,
g. Penyajian data hasil investigasi,
h. Presentasi,
i. Kuis individual,
j. Buat skor perkembangan siswa,
k. Umumkan hasil kuis dan berikan reward.
Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation
Langkah-langkah pembelajaran Group Investigation di dalam
kegiatan
pembelajaran di kelas menurut Istarani (2011: 86) adalah sebagai
berikut
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat
tugas
satu materi atau tugas yang berbeda dari kelompok lain.
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada
secara
kooperatif dan bersifat penemuan.
5. Setelah selesai berdiskusi, juru bicara kelompok menyampaikan
hasil
pembahasan kelompok.
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan
kesimpulan.
7. Evaluasi
-
21
8. Penutup
Menurut (Istarani ( 2010: 87) Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran
Kooperatif tipe GI (Group Investigation).
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group
Investigation)
Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini adalah:
1. Dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan
melalui
kelompok heterogen
2. Malatih siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam
kelompok.
3. Melatih siswa untuk memepertanggungjawabkan sebab ia diberi
tugas
untuk diselesaikan dalam kelompok.
4. Siswa dilatih untuk menemukan hal-hal baru dari hasil
investigasi
kelompok yang dilakukan.
5. Melatih siswa untuk mengeluarkan ide dan gagasan baru
melalui
penemuan yang ditemukannya.
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group
Investigation)
Kekurangan dari model pembelajaran ini adalah;
1. Dalam berdiskusi sering kali yang aktif hanya sebagian
siswa
2. Adanya pertentangan diantara siswa yang sulit disatukan
karena dalam
kelompopk sering berbeda pendapat
3. Sulit bagi siswa untuk menemukan hal yang baru sebab ia belum
terbiasa
untuk melakukan hal itu.
4. Bahan yang tersedia untuk melakukan penemuan kurang
lengkap.
Pengertian group investigation model group investigation
seringkali disebut
sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. hal
ini disebabkan
oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu
berdasarkan
pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok
belajar
kooperatif. berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses
pembelajaran dengan
model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada siswa
untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses
pembelajaran mulai dari
perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui
investigasi. democratic
teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh
nilai-nilai demokrasi,
-
22
yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan,
menerapkan
persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta
didik
(budimansyah, 2007: 7).
Group Investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan
mendorong
siswa dalam keterlibatan belajar. metode ini menuntut siswa
untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses
kelompok (group process skills). hasil akhir dari kelompok
adalah sumbangan ide
dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene
lebih mengasah
kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara
individual. eggen &
kauchak (dalam maimunah, 2005: 21) mengemukakan group
investigation adalah
strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam
kelompok untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik. dari pernyataan
tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode gi mempunyai fokus utama untuk
melakukan
investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. Tujuan model
pembelajaran
grup investigasi paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling
terkait:
1. Group Investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi
terhadap
suatu topik secara sistematis dan analitik. hal ini mempunyai
implikasi
yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan
membentu mencapai tujuan.
2. pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan
melaui
investigasi.
3. Group Investigasi melatih siswa untuk bekaerja secara
kooperatif dalam
memecahkan suatu masalah. dengan adanya kegiatan tersebut,
siswa
dibekali keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam
kehidupan
bermasyarakat. jadi guru menerapkan model pembelajaran gi
dapat
mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan, belajar
isi dan
belajar untuk bekerjas secara kooperatif.
langkah-langkah model pembelajaran Group Investigasi sharan
(dalam
supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran
pada model
pemelajaran gi sebagai berikut.
1. guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
heterogen.
-
23
2. guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
yang
harus dikerjakan.
3. guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil
materi
tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.
4. masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
5. setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili
ketua
kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil
pembahasannya.
6. kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil
pembahasannya.
7. guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila
terjadi
kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.
8. evaluasi.
Tahap-Tahap Pembelajaran Group Investigasi pelaksanaan
langkah-
langkah pembelajaran di atas tentunya harus berdasarkan prinsip
pengelolaan
atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif model group
investigation.
dimana di dalam kelas yang menerapakan model gi, pengajar lebih
berperan
sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat.
dalam
kerangka ini pengajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan
kelompok
menjadi tiga tahap:
1. tahap pemecahan masalah,
2. tahap pengelolaan kelas,
3. tahap pemaknaan secara perseorangan.
Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab
pertanyaan,
apa yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus
masalah. tahap
pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan,
informasi apa
yang saja yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok
untuk
memperoleh informasi itu. sedangkan tahap pemaknaan perseorangan
berkenaan
dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati
kesimpulan yang
dibuatnya, dan apa yeng membedakan seseorang sebagai hasil dari
mengikuti
-
24
proses tersebut (thelen dalam winataputra, 2001: 37). Untuk
lebih praktis model
GI dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai
berikut:
Kerangka Operasional
kerangka pembelajaran grup investigasi dari kerangka operasional
pembelajaran
group investigation yang ditulis oleh joise & weil ini dapat
kita ketahui bahwa
http://2.bp.blogspot.com/-y1AVWQEY4dY/UHisal5C0GI/AAAAAAAACPo/aVMoFelfynM/s1600/grup+investigation.jpg
-
25
kerangka operasional model pembelajaran group investigation
adalah sebagai
berikut:
1. siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah
2. siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi
yang
problematis.
3. siswa merumuskan tugas-tugas belajar atau learning taks
dan
mengorganisasikan untuk membangun suatu proses penelitian.
4. siswa melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok.
5. siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam
proses
penelitian kelompok.
6. melakukan proses pengulangan kegiatan atau recycle
activities.
2.6 Pengertian Belajar
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial
menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami
oleh sebagian
besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property
sekolah.
Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah.
Sebagian besar
masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan
materi ilmu
pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab
seperti dikatakan
Reber, belajar adalah the proces of acquiring knowledge. Belajar
adalah proses
mendapatkan pengetahuan.
Menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009:10), belajar pada
hakikatnya
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa
kapabilitas. Setelah
belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Timbulnya
kapabilitas tersebut dari stimulasi yang berasal dari lingkungan
dan proses
kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.
Djamarah (2000: 45), mengemukakan, bahwa belajar adalah
serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu suatu perubahan
tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
-
26
Harold Spears (dalam Agus Suprijono, 2009) mengemukankan,
learning is
to observe, to read, to imitate, to try something thenselves, to
listen, to follow
direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati,
membaca, meniru,
mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).
Slameto (2003: 2) berpendapat, bahwa belajar ialah suatu proses
usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan
lingkungannya. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang
berulang-ulang
dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dilepaskan
berdasarkan atas tanggapan bawaan.
Pendapat para ahli di atas tentang pengertian belajar dapat di
simpulkan
bahwa, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang
secara sadar
untuk melakukan perubahan tingkah laku. Dari belajar sesorang
dapat mengetahui
sesuatu yang pada dasarnya belum mereka ketahui. Belajar
merupakan proses dari
tidak tahu menjadi tahu. Seperti pepatah mengatakan
‘’berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu baru senang
kemudian. Jadi,
belajarlah maka kamu akan bisa.
2.6.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 40-41), hasil belajar
merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari
sisi guru.Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan.
Menurut
Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), “Hasil belajar
merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar”.
Hasil belajar tersebut
terjadi terutama berkat evaluasi guru dan mengatakan bahwa hasil
belajar adalah
kemampuan aktual yang diukur secara langsung.
-
27
Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar
adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia
menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi
tahu. Hasil
belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami
belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku.
Menurut peneliti hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi
tertentu dari mata
pelajaran yang berupa data angka (hasil tes) maupun proses
belajar. Hasil belajar
diperoleh pada kegiatan akhir yang diisi dengan pemberian
evaluasi terhadap
siswa dan dilakukan di dalam kelas. Pengambilan hasil belajar
digunakan sebagai
tolok ukur keberhasilan belajar dan menunjukkan kompetensi siswa
melalui
pengadaan tes bagi siswa.
2.6.2 Pengukuran Hasil Belajar IPA
Menurut Sudjana (2013: 3), penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai siswa dengan
kriteria tertentu. Hal
ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil
belajar siswa.
Menurutnya ada tiga istilah yang merujuk pada
aktivitas-aktivitas utama dalam
kegiatan penilaian/pengukuran kelas, yaitu (1) asesmen, (2)
pengukuran dan (3)
evaluasi. prosedur teknik yang dimaksud adalah teknik tes dan
teknik nontes.
Menurut Chatterji dalam Supratiknya (2013 : 4), aktivitas
terakhir dalam
rangkaian kegiatan penilaian kelas adalah evaluasi, yaitu “a
procces that comes
after measurement is completed. It involves making a value
judgmentor
interpretation of the resulting data in a decision making
context”. Maksudnya,
evaluasi merupakan proses sesudah pengumpulan data atau
informasi baik dengan
teknik pengukuran (tes atau skala) maupun dengan teknik asesmen
lain selesai
dilakukan bahkan sesudah data atau informasi tersebut selesai
diolah.
-
28
Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil
belajar
adalah suatu pengukuran berdasarkan tujuan pembelajaran yang
telah
dilaksanakan dengan menggunakan istilah tiga aktivitas, yaitu:
(1) asesmen, (2)
pengukuran, (3) evaluasi serta pengumpulan data atau
informasinya dengan teknik
pengukuran tes dan skala.
2.7 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Iswandi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan
model
pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan hasil
belajar IPA tentang
tumbuhan hijau kelas V SDN Temenggungan 02 kecamatan Udanawu
kabupaten
Blitar” menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Group
Investigation
dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar juga dapat
meningkatkan hasil
25 belajar siswa. Dalam penelitiaanya didapati bahwa terdapat
segi positif dalam
penelitiaanya yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode
group
investigation sangat menyenangkan sehingga pembelajaran tidak
monoton serta
membuat siswa aktif bekerja diantaranya aktif berpendapat dalam
berdiskusi,
disamping itu juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus II
yaitu sebanyak 78 % dan nilai siswa telah mencapai standar
kelulusasan sebesar
75.
Devi (2010) dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan model
pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatkan
pemahaman gaya
magnet pada pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 2
Wanaraja
Wanarasa Banjarnegara tahun ajaran 2010/2011.” menyimpulkan
bahwa
penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan
pemahaman siswa
dalam belajar IPA ( magnet ) yang ditandai dengan kenaikan hasil
belajar siswa.
Peningkatan ini terlihat dari hasil pra tindakan sebesar 64,89
dan setelah
dilakukan tindakan maka pad siklus I mencapai 67,32 dan pada
siklus II menjadi
70,08.
Winoto(2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan model
Group
Investigation untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN
Kidul Dalem 2
Malang” menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran
dengan
menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan
pembelajaran IPA
-
29
materi "Bumi dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul
Dalem 2
Malang. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan metode
group
investigaton terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebakan
siswa membahas
tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu
pembelajaran masih berpusat
pada guru / guru mendominasi. Dengan digunakannya pembelajaran
dengan group
investigation maka didapati hasil belajar yang meningkat, yaitu
pada siklus I hasil
belajar 55 % dan disiklus II mengalami peningkatan yaitu 75,93
%. Sedangkan
pada aspek aktivitas siswa meningkat dari sebesar 42,34% pada
siklus I dan pada
siklus II meningkat menjadi 64,03%.
Sudarmono (2009) dalam tesisnya menyimpulkan bahwa penggunaan
metode
Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar 26 siswa.
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan
observasi terhadap
aktivitas belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Dalam
kegiatan ini, aktvitas
siswa berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar
nampak dari hasil ulangan harian siswa yang mulanya hanya 66
kemudian
meningkat menjadi 88. Sedangkan hasil analisis data dari
keaktifan siswa yaitu
pada kondisi awal hanya 51 %, siklus I mencapai persentase 77 %,
dan siklus II
dengan persentase 89 %.
2.8 Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses pembelajaran juga didukung oleh penggunaan
model
atau metode pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran,
materi dan kondisi
siswa secara keseluruhan, selain oleh kemampuan siswa itu
sendiri. Salah satu
wujud pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa adalah
dengan
pembelajaran kooperatif Model Pembelajaran Group
Investigation.
Pembelajaran kooperatif Model Pembelajaran Group Investigation
adalah
suatu teknik pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok
antara 4-6 yang
saling bekerja sama, saling ketergantungan antara teman satu
dengan teman yang
lainnya, dalam menerima suatu materi yang berbeda dan setiap
siswa harus
bertanggung jawab untuk dapat menyampaikan materi yang
dipelajarinya kepada
orang lain. Jadi, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
Model
Pembelajaran Group Investigation dapat diduga dapat meningkatkan
hasil belajar
-
30
siswa karena siswa dapat lebih aktif serta lebih mudah memahami
materi
pembelajaran. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini
adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Bagan Kerangka Pikir
2.9 Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut
”Penggunaan
Model Pembelajaran Group Investigation (GI) berpengaruh terhadap
hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA kelas 4 SDN Rowosari Kecamatan
Tuntang
Kabupaten Semarang Semester 1 Tahun 2016/2017”.
Kelas Kontrol Pretes
Model pembelajaran
Konvensional yang
dilakukan oleh guru
kelas
Rata - rata nilai
Terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa kelompok
eksperimen dengan penggunaan
Model Pembelajaran Group
Investigation
Rata – rata nilai Pembelajaran
dengan Model
Pembelajaran
Group
Investigation
Pretes Kelas Ekperimen