14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Teori Upah Menurut pasal 1 ayat 30 undang-undang 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan (Maimun, 2004), upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi pekerja kepada pekerja atau buruh, yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesempatan atau peraturan perundangan yang berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan. Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa: 1) Upah adalah hak pekerja atau buruh sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah dilakukan. 2) Upah yang telah diterima oleh pekerja atau buruh harus dinyatakan dengan uang. 3) Upah yang dibayarkan sesuai dengan perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan. 4) Tunjagan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya merupakan komponen dari upah
34
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Teori Upah II.pdf · 2.1.1 Teori Upah Menurut pasal 1 ayat 30 undang-undang 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan (Maimun, 2004),
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Definisi
2.1.1 Teori Upah
Menurut pasal 1 ayat 30 undang-undang 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan (Maimun, 2004), upah adalah hak pekerja atau buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi pekerja kepada pekerja atau buruh, yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesempatan atau peraturan perundangan yang
berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa:
1) Upah adalah hak pekerja atau buruh sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi kerja atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah dilakukan.
2) Upah yang telah diterima oleh pekerja atau buruh harus dinyatakan dengan
uang.
3) Upah yang dibayarkan sesuai dengan perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan.
4) Tunjagan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya merupakan komponen dari
upah
15
2.1.2 Upah Minimum
Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup
layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah
minimum terbagi atas:
1) Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten kota. Besar upah
ini tiap wilayah provinsi atau kabupaten atau kota tidak sama, tergantung nilai
kebutuhan hidup minimum (KHM) di daerah yang bersangkutan. Setiap
kabupaten atau kota tidak boleh menetapkan upah minimum dibawah upah
minimum di provinsi yang bersangkutan.
2) Upah minimum berdasarkan sektor atau sub sector pada wilayah provinsi atau
kabupaten atau kota
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1989 pada pasal 1 huruf
(a) tentang pengertian upah minimum (Maimun, 2004) disebutkan bahwa upah
minimum adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap. Komposisi upah pokok
serendah-rendahnya 75 persen dari upah minimum.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah
Heidjerachman Ranupanjodo dan Suad Husnan (1990), mengemukakan
faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah adalah:
1) Penawaran dan Pemintaan tenaga kerja
Untuk pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tinggi dan jumlah tenaga
kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi. Sedangkan untuk jabatan-
jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upah cenderung turun.
Sehubungan dengan tenaga kerja permintaan adalah hubungan antara tingkat
16
upah (yang ditilik dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja)
(Don Bellante dan Mark Jacson, 1983).
2) Organisasi Buruh
Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya organisasi buruh akan ikut
mempengaruhi terbentuknya tingkat upah
3) Kemampuan Untuk Membayar
Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi pada
akhirnya realisai pemberian upah tergantung juga kepada kemampuan
membayar dari perusahaan
4) Produktivitas
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas jasa atau prestasi kerja. Semakin
tinggi prestasi kerja karyawan seharusnya besar pula tingkat upah yang akan
diterima. Prestasi ini biasanya dinyatakan dengan produktivitas
5) Biaya hidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah biaya hidup di kota-kota besar,
Dimana biaya hidup tinggi upah cenderung juga tinggi, bagaimanapun
nampaknya biaya hidup merupakan „batas penerimaan upah dari karyawan.
6) Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya
upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat
upah.
17
2.1.4 Teori Jam Kerja
Bekerja diartikan melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau
membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan berupa uang atau barang, dalam kurun waktu (time reference) tertentu
(Mantra, 2003). Menurut BPS (2006), bekerja adalah melakukan kegiatan atau
suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam (berturut-turut tanpa
terputus) dalam seminggu yang lalu. Secara umum jam kerja merupakan jumlah
waktu kerja dari seluruh pekerjaan selama seminggu yang lalu. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa semakin banyak jam kerja yang digunakan berarti pekerjaan
yang dilakukan semakin produktif. Setiap penambahan waktu operasi akan makin
membuka peluang bagi bagi bertambahnya omzet penjualan. Istilah produktivitas
(productivity) mengacu kepada kuantitas barang dan jasa yang bisa dihasilkan
seorang pekerja per-jam kerja (Mankiw, 2001). Jam kerja pedagang pasar
tradisional sangat bervariasi. Di daerah pedesaan, khususnya pulau Jawa,
pedagang pasar beroperasi menurut hari pasaran Jawa seperti Kliwon, Pahing, dan
seterusnya (Chandler, 1985 dan Alexander 1987). Kesediaan tenaga kerja untuk
bekerja dengan jam kerja panjang atau pendek adalah merupakan keputusan
individu (Nicholson, 1998).
2.1.5 Teori Alokasi Waktu
Menurut Simanjuntak (2001) waktu adalah bahan mentah dari hidup.
Penggunaan waktu dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, dapat
melaksanakan pekerjaan pasar, yaitu menjual waktu di pasar tenaga kerja untuk
18
memperoleh pendapatan. Bila seseorang menawarkan tenaga kerja maka biasanya
menyerahkan kembali waktu kepada pemberi kerja untuk mendapatkan upah.
Kedua, seseorang dapat melakukan pekerjaan non pasar, yaitu menggunakan
waktu memproduksi barang dan jasa sendiri. Pekerjaan non pasar meliputi waktu
yang digunakan seseorang untuk mencuci pakaian, memasak dan lain sebagainya.
Hal ini juga mencakup waktu yang digunakan untuk memperoleh keterampilan
dan pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas seseorang. Ketiga,
seseorang dapat mengubah waktu langsung menjadi waktu luang yaitu waktu
yang digunakan untuk aktivitas non kerja. Seseorang dapat membuat waktu yang
dimilikinya menjadi waktu untuk bekerja jika dia merasa pendapatan yang
diperolehnya saat ini kurang mencukupi baginya, tetapi dia juga dapat
memanfaatkan waktu tersebut menjadi waktu luang jika dia merasa pendapatan
yang dia peroleh cukup baginya.
Salah satu cara untuk memanfaatkan waktu ialah dengan cara melakukan
aktivitas-aktivitas di waktu senggang yang menyenangkan. Cara umum lainnya
adalah dengan bekerja. Menurut Ehrenberg dan Smith dalam bukunya
Simanjuntak (2001) pengalokasian waktu untuk bekerja atau untuk waktu luang
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1) Biaya kesempatan (opportunity cost) disini akan dilihat seseorang yang
mengalokasikan waktunya untuk bekerja maka dia perlu waktu untuk tidak
bekerja. Dimana harga dari waktu luang yang mereka miliki tergantung dari
besarnya tingkat upah yang diterima. Bila penghasilan meningkat dengan
19
biaya kesempatan waktu luang konstan maka seseorang akan menginginkan
untuk menghabiskan lebih banyak waktu luang.
2) Tingkat kesejahteraan seseorang. Kesejahteraan seseorang dapat dilihat dari
jumlah tabungannya di bank, investasi finansial, dan harta benda fisik lainnya.
Keahlian dari pekerja itu sendiri dapat diperhitungkan sebagai sesuatu yang
dapat dihargakan. Bila seseorang pekerja memiliki banyak tabungan yang
dapat dihargakan maka cenderung untuk lebih meningkatkan waktu luang
dibandingkan waktu kerja.
3) Seperangkat pilihan dari seseorang. Pilihan-pilihan tersebut biasanya
ditentukan sendiri dan tidak secara seketika. Seseorang memutuskan untuk
mempergunakan waktunya lebih banyak untuk bekerja atau lebih banyak
waktu luang tergantung pada pilihan-pilihan yang tersedia.
Seseorang akan mengalokasikan waktu untuk dua pilihan yaitu bekerja di
pasar kerja untuk memperoleh pendapatan dengan harapan bila pendapatan
mereka meningkat dapat meningkatkan kesejahteraan (welfare) mereka sendiri
dan keluarga atau tidak bekerja (menikmati waktu luang) seseorang yang bekerja
akan dihadapkan pada cara mengoptimalkan waktu luang untuk bekerja dan
menikmati waktu luang sebaik-baiknya sehingga dapat memperoleh utilitas
(kepuasan maksimum). Untuk menghitung upah riil seseorang maka diturunkan
rumus sebagai berikut :
Y = w x h................................................................................................ (1)
Dengan jam kerja per hari = 24 jam dikurangi leisure (waktu senggang) per hari ,
yaitu :
20
H = 24 – T.............................................................................................. (2)
Sehingga utilitas maksimum : U (Y,T) menjadi U (wH, 24-H)
Keterangan :
Y = Upah riil
w = Tingkat upah
H = Lama bekerja
T = Waktu senggang
U = Utilitas
Tingkat utilitas (kepuasan maksimum) seseorang akan bertambah bila (1)
barang bertambah sedangkan waktu senggang (leisure) tetap, (2) waktu senggang
bertambah dengan jumlah barang yang dikonsumsi tidak berubah, (3) jumlah
barang yang dikonsumsi dan waktu senggang sama-sama berubah (Layard dan
Walters, 1987).
Terlihat bahwa hubungan antara tingkat upah dan waktu kerja secara mikro
yakni lamanya kerja untuk pekerjaan publik (pekerjaan yang mengasilkan uang)
akan dipengaruhi oleh tingkat upah yang sedang berlaku bagi suatu pekerjaan.
Ada dua akibat yang bisa ditimbulkan oleh adanya kenaikan tingkat upah yaitu :
1) Substitution effect, apabila upah adalah harga dari waktu luang menjadi mahal
sehingga menyebabkan mereka mengkonsumsi waktu luang semakin sedikit
dan akan memperpanjang jam kerjanya di sektor publik.
2) Income effect, bila tingkat upah naik maka pendapatan atau kesejahteraan
pekerja akan semakin lebih banyak termasuk beli waktu luang akibatnya
mereka akan bekerja lebih singkat dan menikmati waktu luang lebih banyak.
21
Pengaruh meningkatnya tingkat upah terhadap jumlah jam kerja di sektor
publk akan sangat tergantung dari kekuatan relatif antara substitution dan income
effect. Sedangkan bila income effect yang lebih dominan pengaruhnya maka
pekerja akan mengurangi jam kerjanya. Pengamatan menunjukkan bahwa hasil
akhir dari dua akibat tersebut tergantung dari kekuatan batas tinggi rendahnya
tingkat upah yang sedang berlaku.
2.1.6 Pengertian Modal
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari
selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya
digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah,
membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya gunanya untuk
membiayai operasi perusahaan.
Riyanto (2001), mengemukakan 3 (tiga) konsep pengertian modal kerja
yaitu:
1) Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitik-beratkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam
unsur-unsur aktiva lancar, aktiva ini merupakan aktiva sekali berputar
kembali dalam bentuk semula atau dana yang tertanam dalam aktiva akan
dapat bebas lagi dalam jangka pendek. Jadi menurut konsep ini adalah
keseluruhan jumlah aktiva lancar. Dalam pengertian ini modal kerja
sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital.
22
2) Konsep kulitatif
Pada pengertian ini konsep modal kerja dikaitkan dengan besarnya
jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Jadi modal
kerja menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar
dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu
likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas
hutang lancarnya.
3) Konsep Fungsional
Konsep ini menitik-beratkan pada fungsidana dalam menghasilkan
pedapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah
dimaksudkan menghasilkan pendapatan. Aktiva lancar sebagian
merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya.
Menurut Riyanto (2001) modal kerja digolongkan menjadi 2 yaitu:
a) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara
terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working
Capital ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada dalam
perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
2. Modal Kderja Normal (Normal Working Capital)
23
Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
b) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan
karena fluktuasi musim.
2. Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan
karena fluktuasi konjungtur .
3. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya
keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada
pemogokan buruh, bencana alam).
Modal merupakan kemampuan ekonomis dari suatu masyarakat atau suatu
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan menutupi biaya – biaya
yang terjadi selama proses produksi. Menurut Todaro (1994), akumulasi modal
merupakan bagian dari pendapatan nasional atau pengeluaran (expenditure) yang
digunakan untuk memproduksi baik barang modal maupun barang untuk
konsumsi dalam waktu tertentu. Akumulasi modal dapat terjadi apabila sebagian
dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar
output dan pendapatan dikemudian hari. Beda halnya dengan Jhinggen (1994) ia
24
berpendapat bahwa modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik
dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini
disebut akumulasi modal.
2.1.7 Teori Pendapatan
Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah usaha
perdagangan, karena dalam melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui
nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh selama melakukan usaha tersebut
(Paula, 2005). Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas
penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan
sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa, bunga serta
keuntungan/profit (Sukirno, 2000).
Menurut Munandar (2006), pengertian pendapatan adalah suatu
pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan
karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan
pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities. Pendapatan
sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar
pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemapuan perusahaan untuk
membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
perusahaan.
Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan
yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah
tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Definisi
25
lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil
pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap
bulan. Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi
ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah
keseluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga
dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan
menengah dan pendapatan tinggi. Pembagian di atas berkaitan dengan, status,
pendidikan dan keterampilan serta jenis pekerja seseorang namun sifatnya sangat
relatif.
Sebagaimana pendapat di atas, bahwa pendapatan merupakan gambaran
terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat, oleh karenanya setiap orang
yang bergelut dalam suatu jenis pekerjaan tertentu termasuk pekerjaan di sektor
informal atau perdagangan, berupaya untuk selalu meningkatkan pendapatan dari
hasil usahanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
dan sedapat mungkin pendapatan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidup
keluarganya.
Menurut Sukirno (2002), pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu :
1) Cara Pengeluaran. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai
pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa.
2) Cara Produksi. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai
barang dan jasa yang dihasilkan.
26
3) Cara Pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh dengan cara
menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima.
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang
dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor
produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga
yang berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar (seperti
halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik menarik,
antara penawaran dan permintaan.
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan
(Suparmoko, 2000), yaitu:
1) Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan
pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu
minggu maupun satu bulan.
2) Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang
dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha
milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga
sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak
diperhitungkan.
3) Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan
tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain:
27
1.) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, 2.)
Ternak dan barang lain, 3.) Bunga dari uang, 4.) Sumbangan dari pihak lain,
5.) Pendapatan dari pensiun, 6.) Dan lain-lain.
Menurut Tohar (2003) pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan
yang diterima setiap orang dalam masyarakat yang sebelum dikurangi transfer
payment. Transfer Payment yaitu pendapatan yang tidak berdasarkan balas jasa
dalam proses produksi dalam tahun yang bersangkutan. Pendapatan dibedakan
menjadi:
1) Pendapatan asli yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang
langsung ikut serta dalam produksi barang.
2) Pendapatan turunan (sekunder) yaitu pendapatan dari golongan penduduk
lainnya yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang seperti dokter,
ahli hukum dan pegawai negeri.
Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dibedakan menjadi:
1) Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi
pengeluaran dan biaya–biaya.
2) Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh sesudah dikurangi
pengeluaran dan biaya-biaya.
Sedangkan pendapatan menurut bentuknya dibedakan menjadi:
1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan
yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utamanya berupa gaji,
28
upah, bangunan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pendapatan dari
penjualan seperti: hasil sewa, jaminan sosial, premi asuransi.
2) Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler
dan biasanya tidak berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang.
Menurut Yudhohusodo dalam Ariyani (2006) tingkat pendapatan seseorang
dapat digolongkan dalam 4 golongan yaitu:
1) Golongan yang berpenghasilan rendah (low income group) yaitu pendapatan
rata-rata dari Rp.150.000 perbulan.
2) Golongan berpenghasilan sedang (Moderate income group) yaitu