Top Banner
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2003). Dalam penelitian ini indikator kesehatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.1.1 Beban kerja Interaksi antara manusia, mesin dan lingkungannya dipengaruhi oleh rekayasa performasi manusia yaitu kemampuan manusia beradaptasi dengan mesin dan lingkungannya. Kemampuan manusia berinteraksi tersebut mempunyai keterbatasan- keterbatasan. Keterbatasan ini tergantung pada kesiapan, keahlian, kondisi mental dan motivasinya. Keterbatasan tersebut disebut dengan beban kerja (work load). Beban kerja mencakup external load (stressor) dan internal load atau functional load atau strain internal load (Adiputra, 1998). 1. External load (stressor) adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan. Beban kerja eksternal meliputi tugas, organisasi dan lingkungan kerja. Tugas-tugas yang dilakukan baik bersifat fisik (seperti, sarana kerja, dan kondisi kerja) maupun bersifat mental seperti kompleksitas atau sulit tidaknya pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja dan kenyamanan dalam bekerja. Organisasi mencakup sikap kerja, lamanya waktu kerja, proses kerja, jam kerja dan istirahat kerja. Lingkungan kerja seperti mikroklimat (suhu, kelembaban udara, kecepatan udara, radiasi), intensitas kebisingan, intenstas penerangan, debu, dan lain lain.
58

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

Feb 01, 2018

Download

Documents

doandang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa

sakit yang disebabkan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2003). Dalam penelitian ini

indikator kesehatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Beban kerja

Interaksi antara manusia, mesin dan lingkungannya dipengaruhi oleh rekayasa

performasi manusia yaitu kemampuan manusia beradaptasi dengan mesin dan

lingkungannya. Kemampuan manusia berinteraksi tersebut mempunyai keterbatasan-

keterbatasan. Keterbatasan ini tergantung pada kesiapan, keahlian, kondisi mental dan

motivasinya. Keterbatasan tersebut disebut dengan beban kerja (work load). Beban

kerja mencakup external load (stressor) dan internal load atau functional load atau

strain internal load (Adiputra, 1998).

1. External load (stressor) adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang

dilakukan. Beban kerja eksternal meliputi tugas, organisasi dan lingkungan kerja.

Tugas-tugas yang dilakukan baik bersifat fisik (seperti, sarana kerja, dan kondisi

kerja) maupun bersifat mental seperti kompleksitas atau sulit tidaknya pekerjaan

yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja dan kenyamanan dalam bekerja.

Organisasi mencakup sikap kerja, lamanya waktu kerja, proses kerja, jam kerja dan

istirahat kerja. Lingkungan kerja seperti mikroklimat (suhu, kelembaban udara,

kecepatan udara, radiasi), intensitas kebisingan, intenstas penerangan, debu, dan

lain lain.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

15

2. Internal load (strain) adalah beban kerja yang berasal dari dalam tubuh pekerja

yang berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan, tabu, dan lain-lain.

Beban kerja pada proses kerja penggilingan padi berupa beban kerja yang berasal

faktor eksternal dan faktor internal. Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan

dengan beberapa cara:

1. Mengukur suhu badan dengan indikator semakin tinggi suhu badan

menunjukkan beban kerja semakin berat.

2. Mengukur kapasitas ventilasi paru dengan indikator semakin tinggi kapasitas

ventilasi paru menunjukkan beban kerja semakin berat (Grandjean dan

Kroemer, 2009).

3. Mengukur denyut nadi kerja dengan indikator semakin tinggi frekwensi denyut

nadi kerja maka beban kerja semakin berat (Sutjana dan Sutajaya, 2000; Astrand

dkk., 2003)

Pengukuran beban kerja secara objektif pada pekerja penggilingan padi

menggunakan metode 10 denyut (Kilbon, 1992), dimana dengan metode ini dapat

dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

Denyut Nadi (denyut/menit) = 10 denyut

x 60 ...........................(1) Waktu perhitungan

Mengukur peningkatan denyut nadi dengan metode 10 denyut adalah mengukur

denyut nadi secara palpasi dengan menghitung waktu untuk sepuluh denyut nadi

(stopwatch ditekan start saat denyutan ke satu dan ditekan stop pada denyutan ke 11).

Beban kerja (nadi kerja) dihitung berdasarkan selisih denyut nadi kerja saat kerja

dengan nadi istirahat. Denyut nadi istirahat dihitung berdasarkan jumlah denyutan nadi

selama 15 detik, setelah itu kalikan empat, ini merupakan denyut nadi dalam satu menit.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

16

Peningkatan denyut nadi istirahat ke denyut nadi saat kerja yang diijinkan adalah 35

denyut/menit untuk laki-laki dan 30 denyut/menit untuk wanita (Grandjean dan

Kroemer, 2009).

Kategori beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja

Kategori beban kerja Denyut Jantung

(x/mnt)

Sangat Ringan 60–70

Ringan 75–100

Sedang 100–125

Berat 125–150

Sangat Berat 150–175

Sangat Berat Sekali >175

Sumber: (Grandjean dan Kroemer, 2009)

Menurut Rodahl (2003) bahwa beban kerja suatu pekerjaan berhubungan linier

dengan peningkatan denyut nadi/jantung. Denyut nadi merupakan salah satu cara untuk

memperkirakan laju metabolisme. Hal tersebut berarti juga bahwa denyut nadi bisa

dijadikan sebagai prediktor beban kerja.

2.1.2 Keluhan muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal atau disebut juga sistem otot dan rangka yang terdiri dari

otot skelet dan tulang–tulang rangka tempat otot skelet melekat. Beberapa fungsi sistem

muskuloskeletal adalah mempertahankan postur dan menimbulkan gerakan tubuh.

Dalam melakukan fungsinya sistem ini harus disokong oleh sistem yang lain seperti

sistem syaraf dan sistem kardiorespirasi.

Keluhan pada sistem muskuloskeletal bisa merupakan keluhan yang sangat ringan

sampai dirasakan sangat sakit. Keluhan ini bisa terjadi akibat sikap kerja yang tidak

alamiah, kerja yang statis, kerja berlebih, dan kerja repetitif. Kerja yang tidak

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

17

ergonomis sering dihubungkan dengan timbulnya keluhan atau cedera muskuloskeletal

(musculoskeletal injuries). Keluhan ini ditandai dengan rasa tidak nyaman, kaku sampai

rasa nyeri hebat pada daerah otot maupun sendi. Keluhan ini bisa diukur dengan

penilaian subjektif menggunakan peta tubuh yang dikenal dengan Nordic Body Map.

Secara objektif, salah satu parameter yang dapat dipakai untuk mengukur keluhan

pada sistem muskuloskeletal adalah dengan electromyography (EMG) adalah

merupakan ilmu yang mempelajari fungsi otot melalui sinyal listrik yang dihasilkan

oleh otot (Konrad, 2005). Sinyal listrik otot dibentuk karena adanya variasi fisiologi

pada membran serabut otot. Arus listrik yang dihasilkan dapat direkam berupa sinyal

yang disebut elektromiogram. Arus listrik sudah mulai dihasilkan oleh serat otot

sebelum otot berkontraksi.

Pencatatan dengan EMG dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pencatatan

dengan memakai jarum (fine wire) yang ditusukkan ke perut otot yang diteliti dan

dengan elektroda permukaan yang ditempelkan pada kulit di permukaan otot yang

diteliti (Konrad, 2005; Day, 2006; Cram, 2011). Elektromiografi yang menggunakan

elektroda permukaan sebagai penangkap sinyal listrik otot disebut surface

electromyography (SEMG).

Pada SEMG pencatatan aktivitas listrik otot dilakukan dengan menempelkan

elektroda permukaan pada kulit di permukaan otot. Data pada SEMG yang ditampilkan

dalam bentuk raw signal, digital, grafik garis, maupun grafik batang mengalami

beberapa proses seperti Gambar 2.1. Sumber sinyal elektomiografi adalah motor unit

action potential (MUAP). Aksi potensial motor unit diaktivasi selama kontraksi otot.

Surface electromyography (SEMG) mengukur aktivitas listrik otot atau voltage

listrik otot yang disebut work average voltage. Sinyal listrik otot yang belum difiltrasi

disebut raw EMG signal seperti Gambar 2.2.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

18

Gambar 2.1 Proses yang dialami signal SEMG

Sumber: Cram, 2011

Gambar 2.2 Rekaman Raw EMG untuk 3 kontraksi m. biceps brachii

Sumber: Konrad, 2005

Perekaman sinyal listrik otot dengan EMG dapat juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Salah satunya adalah karakteristik jaringan yang berbeda-beda antar individu.

Karakteristik jaringan meliputi jenis jaringan, ketebalan jaringan, perubahan fisiologis,

dan suhu sangat bervariasi antar individu. Jaringan adiposa dapat mengurangi

amplitudo sinyal EMG yang menyebabkan perbedaan sifat jaringan dalam menghantar

listrik. Perekaman juga dipengaruhi oleh adanya cross talk yang bersumber pada otot

yang letaknya berdekatan dengan otot yang diukur aktivitas listriknya. Cross talk

sebaiknya tidak lebih dari 10-15% dari keseluruhan sinyal. Gambaran EMG sering

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

19

dipengaruhi elektrokardiogram (EKG), terutama saat pengukuran otot-otot bahu.

Pemilihan elektroda, amplifier, perubahan jarak elektroda dengan sumber sinyal serta

noise juga dapat mempengaruhi kualitas rekaman EMG.

Seperti pengukuran kurva lainnya, EMG juga dianalisis berdasarkan parameter

amplitude standar, seperti rerata, nilai puncak, nilai minimum, area, dan slope.

Penghitungan nilai puncak dilakukan dengan menghitung nilai rerata untuk sepuluh

nilai puncak. Nilai rerata amplitudo mempunyai arti penting dalam analisis SEMG.

Rerata nilai SEMG menggambarkan inervasi otot pada suatu gerakan. Hal ini sering

digunakan untuk membandingkan aktivitas listrik satu otot dengan otot lainnya pada

suatu gerakan.

SEMG mengukur aktivitas listrik pada otot dalam bentuk amplitude dan frekuensi.

Perubahan aktivitas listrik pada otot tergantung pada rekruitmen dan firing rate motor

unit. Kuantifikasi sinyal listrik otot sering dilakukan untuk membandingkannya antar

otot, individu, dan aktivitas. Sinyal listrik otot sering berubah-ubah karena perubahan

penempatan elektroda, perubahan geometri antara perut otot dan lokasi elektroda,

perubahan jaringan sekitar otot, cross talk, noise, dan perubahan suhu (Konrad, 2005;

Day, 2006).

Amplitudo juga berbeda-beda untuk orang yang berbeda. Oleh karena itu, penting

untuk menormalisasi skala microvolt ke nilai referensi seperti Maximal Voluntary

Isometric Contraction (MVIC) dalam satuan persen. Maximal Voluntary Isometric

Contraction dilakukan dengan melawan tahanan statik. MVIC seharusnya dilakukan

pada kondisi tidak ada cedera jaringan dan pengukuran MVIC dilakukan pada setiap

otot yang akan dianalisis.

NIOSH (2007) melaporkan bahwa keluhan sistem muskuloskeletal merupakan

masalah besar dalam suatu industri yang disebabkan oleh:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

20

(1) Tempat kerja yang tidak memadai.

(2) Aktivitas yang bersifat repetitif.

(3) Desain alat dan peralatan yang tidak sesuai dengan si pemakai.

(4) Organisasi kerja yang tidak efisien.

(5) Jadwal istirahat yang tidak teratur.

(6) Sikap kerja yang tidak alamiah.

Bazroy dkk. (2003) melaporkan bahwa 40,6% pekerja di pabrik botol kaca India

yang bekerja secara repetitive mengalami cedera atau keluhan otot pada tangan dan

pergelangan tangan. Bhattacherjee dkk. (2003) melaporkan bahwa keluhan

muskuloskeletal menempati urutan pertama di antara penyakit akibat kerja lainnya yang

dipengaruhi oleh karakteristik individu (umur lebih dari 30 tahun), di mana pekerja

yang mengalami gangguan tersebut sebanyak 44,9%. Nala (2002) menyatakan bahwa

sikap kerja yang tidak alamiah menimbulkan konstruksi otot secara statis (isometrik)

pada sejumlah besar sistem otot tubuh manusia dan konstruksi otot statis dapat

mengakibatkan: (a) tenaga atau energi yang diperlukan lebih tinggi dalam usaha yang

sama; (b) denyut nadi meningkat lebih tinggi; (c) cepat merasa lelah; dan (d) setelah

bekerja, otot memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama (Nala, 2002). Evelyn

(1996) melaporkan bahwa 63% pekerja mengeluh sakit pada leher, bahu, punggung dan

pinggang yang diakibatkan oleh kerja statis.

Gerakan tubuh diatur sedemikian rupa sehingga mengambil keuntungan

maksimum dari prinsip-prinsip fisiologi. Pada otot yang menggerakkan lebih dari satu

persendian, menyebabkan gerakan pada satu sendi dapat mengkompensasi gerakan

pada sendi lainnya sedemikian rupa sehingga terjadi relatif sedikit pemendekan otot

saat konstraksi. Jenis konstraksi yang hampir merupakan konstraksi isometri ini

memungkinkan timbulnya tegangan maksimum per konstraksi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

21

Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi pada hampir semua jenis pekerjaan baik

dalam kategori ringan, sedang, berat maupun amat berat. Beberapa istilah yang sering

digunakan untuk mengelompokkan keluhan ini adalah: (1) cumulative trauma disorders

(CTDs); (2) repetitive strain injuries (RSIs); (3) repeated motion disorders; dan (4)

averuse syndromes (Susila, 2002).

Repetitive strain injuries (RSIs) merupakan keluhan yang sering dijumpai pada

pekerja penggilingan padi. Keluhan ini terjadi akibat penggunaan bagian tubuh secara

statis. Faktor risiko terjadinya RSIs adalah postur awkward maupun statis, repetitive

(gerakan berulang), penggunaan kekuatan otot berlebih, serta adanya getaran (WSIB,

2010).

Postur awkward merupakan keadaan tubuh yang ditandai dengan adanya

perubahan sebagian atau seluruh bagian tubuh dari postur netral. Contoh awkward

posture adalah membungkuk, menggapai sesuatu di atas bahu, menggapai benda di

belakang, dan posisi memutar, dan membengkokkan pergelangan tangan. Pada pekerja

penggilingan padi, postur seperti ini sering dijumpai akibat ketidaksesuaian

antropometri pengguna dengan stasiun kerja.

Postur membungkuk akan menyebabkan ketegangan pada otot erector spinae,

tekanan pada syaraf, dan pembuluh darah. Peningkatan ketegangan otot akan

menyebabkan meningkatnya aktivitas listrik otot yang bersangkutan. Dalam keadaan ini

aktivitas listrik otot erector spinae yang diukur dengan SEMG akan meningkat.

Posisi statis merupakan posisi bagian tubuh yang netral maupun awkward yang

dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Pada postur awkward maupun statis

akan terjadi peregangan dan tekanan pada tendon, saraf, dan pembuluh darah. Pada saat

ini bagian tubuh tertentu akan digunakan secara terus menerus dan mengganggu

sirkulasi darah sehingga terjadi penimbunan sisa–sisa metabolisme. Penimbunan sisa

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

22

metabolisme berupa asam laktat akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan

kelelahan. Contoh posisi statis adalah berdiri lama pada saat melakukan pekerjaaan

penggilingan padi disertai dengan mengangkat dan mengangkut beras secara terus

menerus.

Gerakan repetitive atau berulang akan sangat berisiko menyebabkan cedera bila

terjadi pada sendi dan kelompok otot yang sama, terjadi dalam waktu lama, sering, dan

gerakan yang dilakukan secara cepat. Pada pekerjaan semacam ini akan memberikan

tekanan dan tegangan pada kelompok otot tertentu, saraf, tendon, dan pembuluh darah

sehingga menghambat waktu pemulihan. Akibatnya adalah tertumpuknya sisa–sisa

metabolisme di otot–otot sehingga timbul rasa nyeri dan kelelahan.

Postur netral merupakan keadaan badan yang ditandai dengan posisi sendi–sendi

dalam keadaan istirahat sehingga akan memberikan tegangan dan tekanan seminimal

mungkin terhadap otot, tulang, tendon, dan saraf. Pada posisi netral, otot–otot akan

berada dalam kondisi istirahat tanpa ada peregangan sehingga dengan panjang otot

sedemikian akan dihasilkan kontraksi maksimal yang efisien (Warren dan Morse,

2012). Pada postur/sikap netral, kita akan menggunakan energi secara efisien sehingga

jumlah energi yang digunakan sangat sedikit.

Pekerjaan menggiling padi dalam ruang kerja yang bising dan berdebu dengan

sikap tubuh pekerja membungkuk, mengangkat, dan menengadah dilakukan dengan

cara berulang. Gerakan gerakan seperti ini berakibat terjadinya keluhan otot-otot tubuh

seperti leher, bahu, tangan, pinggang, punggung, dan kaki.

Metode subjektif yang digunakan menilai keluhan otot skeletal pada pekerja

penggilingan padi adalah dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Subjek

ditanya bagian-bagian anggota tubuh yang mengalami kenyerian, sakit atau

ketidaknyamanan pada empat skala likert merupakan pedoman yang dapat digunakan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

23

untuk menentukan klasifikasi subjektivitas tingkat risiko otot skeletal Sedangkan

metode objektif menggunakan surface electromyography (SEMG) pada otot erector

spinae pekerja (keluhan otot yang paling banyak dialami pekerja pada penelitian

pendahuluan).

2.1.3 Kelelahan

Kelelahan secara umum merupakan suatu keadaan yang tercermin dari gejala

perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motoris dan respirasi, adanya

perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi aktivitas dan fisik lainnya

yang akan mempengaruhi aktivitas fisik maupun mental (Grandjean, 2000;

Sedarmayanti, 2007). Kelelahan sesungguhnya merupakan suatu mekanisme

perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut atau dapat dikatakan

sebagai alarm tubuh yang mengisyaratkan seseorang untuk segera beristirahat.

Mekanisme ini diatur oleh sistem syaraf pusat yang dapat mempercepat impuls yang

terjadi di sistem aktivitas oleh sistem syaraf simpatis dan memperlambat impuls yang

terjadi di sistem inhibisi oleh saraf parasimpatis. Menurunnya kemampuan dan

ketahanan tubuh akan mengakibatkan menurunnya efisiensi dan kapasitas kerja.

Seandainya kondisi seperti ini dibiarkan berlanjut tentunya akan mempengaruhi

produktivitas seseorang. Grandjean, (2000) dan Sedarmayanti, (2007) menyatakan

bahwa kelelahan yang berlanjut dapat menyebabkan kelelahan kronis dengan gejala

seperti: (1) terjadinya penurunan stabilitas fisik; (2) kebugaran berkurang;(3) gerakan

lamban dan cenderung diam; (4) malas bekerja atau beraktivitas; (5) adanya rasa sakit

yang semakin meningkat.

Kelelahan yang berlanjut dapat menimbulkan efek psikologis yang ditandai dengan

gejala–gejala berikut: (1) meningkatnya kejengkelan (tidak toleran, bersikap anti

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

24

sosial); (2) kecenderungan kearah depresi (kebingungan yang tidak bermotif), dan

kelemahan umum dalam perjuangan dan malas akan pekerjaan.

Di samping itu kelelahan juga menyebabkan gangguan psikosomatik yang ditandai

dengan (Grandjean, 2000; Pheasant dan Haslegrave, 2006): sakit kepala, pusing–

pusing, mengantuk, jantung berdebar, keluarnya keringat dingin, nafsu makan

berkurang atau hilang, dan adanya gangguan pencernaan.

Menurut Nurmianto (2008), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan

menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan

peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun

(static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan

mengakibatkan Repetition Strain Injuries (RSI), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan

lain–lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).

Pada umumnya kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas kerja statis dipandang

mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan aktivitas kerja dinamis.

Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi yang

lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama.

Dalam suasana kerja dengan otot statis kontraksi otot bersifat isometrik yaitu

sementara, tegangan otot bertambah, ukuran panjangnya praktis tidak berubah. Pada

kerja otot statis tidak terjadi perpindahan beban akibat bekerjanya suatu gaya sehingga

aliran darah agak menurun sehingga asam laktat terakumulasi dan mengakibatkan

kelelahan otot lokal. Suma’mur (2011) menyatakan bahwa kerja otot statis merupakan

kerja berat (strenuous). Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari

kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama satu menit, sedangkan pada

pengerahan tenaga <20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Akan tetapi,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

25

pengerahan otot statis sebesar 15–20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika

pekerjaan berlangsung sepanjang hari.

Pada kerja dinamis, kontraksi otot bersifat isotonik yaitu ukuran panjang otot

berubah, sementara tegangan tetap. Kontraksi otot yang menghasilkan perpindahan

gerak badan dinamis biasanya bersifat ritmik, sehingga waktu kerja dapat berlangsung

lama. Kontraksi otot yang bergantian maka aliran darah tidak cepat terganggu, sehingga

rasa sakit pada otot yang bersangkutan tidak cepat timbul.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahan biasanya terjadi

pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena beberapa faktor, seperti monotoni,

kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan antropometri

pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomis, sikap paksa dan pengaturan waktu

kerja–istirahat yang tidak tepat.

Untuk melihat tingkat kelelahan pekerja dilakukan pengukuran secara subjektif

menggunakan kuesioner 30 items of rating scale yang dikeluarkan oleh Japan

Association of Industrial and Health. Kuesioner terdiri dari tiga kategori meliputi

aktivitas (item 1-10), motivasi (item 11-20), dan kondisi fisik (item 21-30). Jika

aktivitas melemah, ini merupakan kelelahan yang dirasakan sebagai ketidakmampuan

melakukan aktivitas. Apabila motivasi menurun, hal ini berhubungan dengan

menurunnya semangat pekerja dalam melakukan pekerjaan. Jika terjadi kelelahan fisik,

hal ini merupakan kelelahan yang dirasakan pada bagian-bagian tubuh pekerja.

Kelelahan yang dialami pekerja penggilingan padi dapat dilihat dari monotonnya

pekerjaan yang dilakukan seperti mengangkat, mengangkut, dan membungkuk yang

rutin dilakukan setiap proses kerja berlangsung.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

26

Sikap kerja statis pada pekerja yang berdiri secara terus-menerus juga

mengakibatkan kelelahan yang dapat terjadi pada tubuh bagian bawah. Kurangnya

istirahat pendek selain istirahat makan siang. Pengukuran kelelahan pada pekerja

penggilingan padi dilakukan dengan menggunakan kuesioner 30 item kelelahan. Upaya

untuk mengurangi kelelahan pekerja di penggilingan padi dapat dilakukan dengan cara

melakukan perubahan sikap kerja statis menjadi sikap kerja yang dinamis atau lebih

bervariasi, agar sisrkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke anggota tubuh.

2.2 Produktivitas Kerja

Produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan

(input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila jumlah

keluaran meningkat dengan jumlah masukan yang sama (Chew,1991; Hardjosoedarmo,

1996). Manuaba (2004a) menyatakan bahwa produktivitas dapat ditingkatkan melalui

pendayagunaan seoptimal mungkin sumber daya manusia atau mengalihkan teknologi

tepat guna, di samping upaya mengefisienkan kemampuan melalui penggunaan alat,

cara kerja, dan lingkungan yang serasi.

2.2.1 Pengukuran produktivitas

Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input)

per satuan waktu (time). Konsep ini bisa dipakai di dalam menghitung produktivitas

kerja di semua sektor kegiatan termasuk kegiatan penggilingan padi. Pengukuran

produktivitas dapat dilakukan dengan menghitung produktivitas total, yaitu

perbandingan antara total keluaran dengan total masukan per satuan waktu. Hal ini

semua faktor masukan terhadap total keluaran diperhitungkan. Menghitung

produktivitas parsial, yaitu perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan

seperti upah tenaga kerja, bahan energi, beban kerja, skor keluhan subjektif dan lain-

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

27

lain. Produktivitas dihitung secara parsial dari sudut pandang ergonomi. Manuaba

(2005a) secara umum produktivitas dapat diformulasikan adalah sebagai berikut.

Luaran (output)

Produktivitas = ………………..(2)

Masukan (input) x Waktu (time)

Peningkatan produktivits kerja dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya

segala macam biaya termasuk memanfatkan sumber daya manusia dan meningkatkan

keluaran sebesar-besarnya.

2.2.2 Aspek ekonomi dalam ergonomi

Analisis ekonomi bertujuan untuk mengetahui kemungkinan timbulnya

keuntungan (profitability) yang diperoleh baik perusahaan maupun pekerja dalam

jangka waktu pendek maupun jangka panjang. Selain itu, analisis ekonomi dilakukan

untuk menentukan tingkat kemanfaatan (benefit) dengan dilakukannya investasi.

Dalam mengambil keputusan berinvestasi sebenarnya tidaklah cukup dengan

mengandalkan pertimbangan bersifat teknis dalam suatu alternatif perbaikan, karena

tindakan ini belum tentu akan memberi keuntungan finansial di masa yang akan datang.

Untuk memprediksikan bahwa upaya tersebut merupakan dan layak investasi atau memberi

keuntungan jika direalisasikan, maka perlu juga diadakan perhitungan investasi melalui

beberapa metode (Giatman, 2006).

Untuk mengetahui kelayakan usaha (aspek ekonomi) penggilingan padi maka

dilakukan analisis berdasarkan metode: (a) Net Present Value (NPV); (b) Payback Period

(PBP) dan (c) Return on Investment (RoI).

a) Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah metode penghitungan nilai bersih (netto) pada waktu sekarang

(present) dari sejumlah uang yang akan diterima dimasa yang akan datang dan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

28

dikonversikan ke masa sekarang dengan mengunakan tingkat bunga terpilih. Asumsi

present yaitu menjelaskan waktu awal perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi

dilakukan atau pada periode tahun ke-nol (0) dalam penghitungan cash flow investasi.

Persamaan NPV yang digunakan untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi

layak ekonomis atau tidak (Husnan,1999).

.................. (3)

Keterangan :

C = biaya pengeluaran

CF = pendapatan

n = umur ekonomis alat mesin (tahun operasi)

Vn = nilai akhir alat mesin diakhir umur ekonomis

k = Suku bunga bank

Kriteria keputusan investasi: NPV > 0 artinya layak investasi.

b) Pay Back Period (PBP)

Metode ini bertujuan untuk mengukur seberapa lama (periode) investasi akan dapat

dikembalikan. Satuan hasil perhitungan dinyatakan dalam satuan waktu (tahun).

Persamaan (PBP) adalah sebagai berikut dengan asumsi komponen aliran dana (cash

flow), manfaat (benefit) dan kerugian (cost) bersifat annual:

....................................... (4)

Kriteria keputusan investasi: PBP ≤ umur investasi artinya layak investasi.

c) Return on Investment (RoI)

Istilah ini juga sering disebut dengan return on total assets merupakan perbandingan

antara laba bersih dengan jumlah biaya perusahaan atau jumlah investasi.

Untuk menghitung RoI perlu diketahui data tentang jumlah laba bersih dan jumlah

investasi (Wasis, 1981). RoI adalah alat ukur yang sangat umum digunakan untuk

mengukur kinerja sebuah pusat investasi, digunakan sebagai pedoman manajemen

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

29

dalam menerima sebuah proyek baru atau kebanyakan dipakai sebagai tolak ukur atas

rencana bisnis atau proposal yang akan dikembangkan, sehingga proyek tersebut

bekontribusi terhadap entitas suatu purusahaan (Linawati, 1999). Rumus untuk

menghitung RoI adalah laba operasi dibagi dengan investasi rerata selama satu periode

sebagai berikut:

....................................... (5)

Kriteria keputusan investasi: Untuk penetapan kriteria tersebut, dapat

dibandingkan antara hasil perhitungan RoI dengan tingkat suku bunga (rate of

interest) yang berlakuk umum. Jika: RoI > Tingkat suku bunga umum (r) artinya

layak investasi (Sukanto, 2004).

2.3 Modifikasi Kondisi Kerja

Kondisi kerja merupakan faktor yang cukup penting dalam pelaksanaan proses

produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Yang dimaksud

dengan kondisi kerja adalah kondisi yang dapat dipersiapkan oleh manajemen

perusahaan yang bersangkutan pada pabrik, sehingga diperoleh kenyamanan kerja yang

memadai bagi para karyawan yang bekerja di dalam perusahaan (Susilo, 2007).

Menurut Nathalia (2004), perencanaan kondisi kerja akan dilaksanakan selaras

dengan perencanaan tata letak pabrik yang didirikan, oleh karena kondisi kerja ini erat

hubungannya dengan tata letak pabrik yang didirikan perusahaan. Faktor–faktor yang

mempengaruhi kondisi kerja banyak sekali, terutama persyaratan teknis dari

pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan. Mesin dan peralatan produksi berikut

persyaratan teknis akan ikut serta menentukan kondisi kerja di dalam perusahaan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

30

Faktor–faktor seperti kondisi fisik dan kondisi psikologis dari lingkungan kerja harus

diperhatikan, agar pekerja dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala

sesuatu yang ada di lingkungan pekerja yang dapat mempengaruhi kinerja, serta

kesehatan dan keselamatan kerja, temperatur, kelembaban, ventilasi, penerangan,

kebersihan serta kepuasan, interaksi dan komunikasi antar pekerja (Newstorm dan

Davis, 2000).

Kondisi kerja adalah yang menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, sistem kerja

harian/borongan, musik dan insentif dapat berpengaruh terhadap produktivitas secara

langsung maupun tidak langsung. Jam kerja berlebihan, jam kerja lembur dengan

kemampuan berlebihan akan dapat mengakibatkan kelelahan, mengurangi kecepatan,

ketepatan dan ketelitian kerja. Oleh karena setiap fungsi tubuh memerlukan

keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian energi (kerja istirahat)

maka diperlukan istirahat aktif dan pemberian kudapan (5 menit setelah 2 jam kerja)

untuk mempertahankan performan dan efisiensi kerja (Wignjosoebroto, 2000).

2.3.1 Kajian Undakan di penggilingan padi

Undakan merupakan salah satu unsur yang mendapat perhatian pada lingkungan

kerja di penggilingan padi, terutama untuk aktivitas mengangkat dan mengangkut

gabah. Undakan yang ergonomis menurut Nala (1992) dan Grandjean (2000) adalah:

2T + L = 63 cm, T adalah tinggi undakan, L adalah lebarnya. Bila diinginkan tinggi

anak undakan 19 cm maka lebarnya 2x19+L=63 cm atau L=25 cm. Jika lebar undakan

dibuat 29 cm maka tinggi undakan adalah 17 cm atau tinggi undakan yang diinginkan

lebih rendah, misalnya 11 cm maka lebarnya adalah 41 cm. Tetapi hendaknya lebar

undakan jangan lebih pendek dari ukuran telapak kaki pemakainya. Jika kekecilan akan

menyebabkan kesulitan untuk berpijak dan berisiko terjadi kecelakaan karena

terpeleset, apabila bahan yang digunakan licin (Nala, 1992). Kemiringan undakan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

31

tergantung luas ruangan yang tersedia, makin sempit ruangan makin membuat undakan

lebih landai. Nala (1992) menganjurkan kemiringan undakan 25º-35º dan tinggi

undakan 17 cm serta lebar 29 cm. Bila tidak memungkinkan hendaknya menggunakan

tinggi undakan 19 cm dan bila kemiringan lebih rendah daripada 25º, tinggi anak

undakan sekitar 11 cm. Dengan ketentuan undakan yang ergonomis seperti itu

diharapkan pekerja merasa aman, nyaman, sehat, dan tidak berisiko memunculkan

kecelakaan serta efisien dengan pemakaian energi.

Gambar 2.3 Teknik penentuan dimensi undakan (Gelebet 1986).

Redesain undakan untuk landasan kerja pekerja penggilingan tidak dapat

terlepas dari norma dan teknik tradisional, misalnya , tinggi anak tangga menggunakan

ukuran satu kali panjang telapak kaki, sedangkan lebar anak tangga menggunakan

ukuran satu kali panjang telapak kaki ditambah satu kali lebar telapak kaki dari pekerja

(Gambar 2.3) (Gelebet, 1986 ). Pada penelitian ini ukuran lebar anak tangga 35 dan

kemiringan tangga 30º dan tinggi anak tangga menggunakan panjang telapak kaki

pekerja dengan ukuran 25 cm dengan pertimbangan luas ruang kerja penggilingan.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

32

2.3.2 Kajian antropometri pada modifikasi kondisi kerja

Antropometri berarti pengukuran tubuh manusia, berasal dari kata Yunani

anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti mengukur. Antropometri

merupakan kumpulan informasi tentang keadaan dan ciri–ciri fisik, dimensi dan ukuran

tubuh manusia yang diperlukan untuk mendesain alat yang aman dan nyaman (Pulat,

2002; Bridger, 2008). Sementara itu, Nurmianto (2008) mendefinisikan antropometri

sebagai kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh

manusia, mengenai ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut

untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai

pertimbangan ergonomis dalam proses desain produk maupun sistem kerja yang akan

memerlukan interaksi manusia (Wignjosoebroto, 2008).

Tujuan pendekatan antropometri dalam perancangan alat dan perlengkapan adalah

agar terjadi keserasian antara manusia dengan sistem kerja (man–machine system),

sehingga manusia dapat bekerja secara nyaman, dan efisien. Pemakaian data

antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia,

bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas

tinggi dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk untuk mengurangi

timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja dan akibat adanya kesalahan desain

(Liliana dkk., 2007). Untuk mengatasi sikap dan posisi kerja yang tidak fisiologis dapat

dilakukan dengan cara menyesuaikan antropometri pekerja dengan bidang kerja pada

saat mendesain tempat kerja (Sutajaya, 2003).

Data antropometri untuk penggunaan dalam desain paling baik dipresentasikan

dalam bentuk persentil (Pulat, 2002). Perhitungan persentil data antropometri dimulai

dari menghitung nilai rerata/mean ( ), dan simpang baku/standar deviasi (δ) dari data

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

33

pengukuran (Pheasant dan Haslegrave, 2006). Dalam menentukan batas kemaknaan dan

nilai α dari tabel berdistribusi normal, seperti Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Kurva Distribusi Normal

(Sumber: Pheasant dan Haslegrave, 2006)

Tabel 2.2

Perhitungan Nilai Persentil

Nilai persentil Rumus Estimasi

99,5 (2 58 δ)

99 (2 32 δ)

97,5 (2 95 δ)

97 (1 88 δ)

95 (1 65 δ)

90 (1,28 x δ)

80 (0 84 δ)

75 (0 67 δ)

70 (0 52 δ)

50

30 - (0,52 x δ)

25 - (0,67 x δ)

20 - (0,84 x δ)

10 - (1,28 x δ)

5 - (1,65 x δ)

3 - (1,88 x δ)

2,5 - (1,95 x δ)

1 - (2,32 x δ)

0,5 - (2,58 x δ)

Keterangan : = mean δ = standar deviasi

(Sumber: Pheasant dan Haslegrave, 2006)

Kurva distribusi normal pada Gambar 2.4 tersebut menggambarkan batas

kemaknaan tingkat kepercayaan 95% dengan nilai α= 1,645. Penerapan data

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

34

antropometri menyatakan persentase tertentu dari kelompok data ≤ nilai tersebut. Nilai

itulah disebut persentil, seperti Tabel 2.2.

Penerapan data antropometri dalam desain mengikuti prosedur sebagai berikut: (a)

tentukan dimensi tubuh yang penting dalam desain, (b) tetapkan populasi pengguna, (c)

untuk setiap dimensi tubuh dihitung nilai persentil, dan (d) terapkan untuk desain

alat/produk.

Dalam penelitian ini antropometri diperlukan untuk meredesain undakan dan

pengaman pada vent belt, maka ukuran antropometri yang digunakan adalah

antropometri pekerja penggilingan padi.

1) Antropometri pekerja penggilingan padi

Antropometri pekerja penggilingan padi merupakan arsitektur tradisional yang

dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, kepercayaan dan adat istiadat kebiasaan

masyarakat Bali, dalam pedoman pelaksanaannya terkandung berbagai aturan,

ketentuan, ketepatan dan berbagai penataan lainnya yang merupakan faktor-faktor

pelindung dalam perkembangannya (Suardana, 2004).

Perwujudan fasilitas kerja memakai skala ukuran sesuai dengan asta kosala-kosali.

Dimensi fasilitas kerja menggunakan ukuran anggota tubuh dari pekerja yang

menggunakan fasilitas kerja tersebut seperti: tangan, lengan, dan kaki dengan maksud

agar si pekerja dengan fasilitas kerja secara psikologis menjadi satu dan akrab,

kesesuaian rasa, menghindari ketakutan pada skala fasilitas kerja yang kebesaran atau

kekecilan. Dari unsur tangan skala ukuran berbentuk: a lengkat, acengkang, a telek, a

useran, a lek, a kacing, a musti, a sirang, a gemel, a guli tujuh, a nyari, a rai, duang

nyari, a tampak lima, petang nyari, a tebah, tampak lima. Dari unsur lengan ukuran

berbentuk: tengah depa agung, tengah depa alit, a hasta. Dari unsur kaki ukuran

berbentuk: a tampak, a tampak ngandang (Gelebet, 1984). Dalam penelitian ini

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

35

antropometri yang digunakan adalah antropometri pekerja penggilingan padi dengan

menggunakan satuan utamanya a tapak batis (panjang telapak kaki pekerja) dan satuan

penguripnya a ngandang (lebar telapak kaki) pada antropometri sikut natah. Data

antropometri sikut natah dapat dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Antropometri Sikut Natah

Variabel Rerata Standar Deviasi Rentangan

A tapak kaki 25,68 1,26 24 – 28,8

A tapak ngandang 10,38 0,69 8,2 – 11,8

Sumber: Parwata, 2011.

Manusia pada umumnya berbeda–beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran

tubuhnya. Pheasant dan Haslegrave (2006) menjelaskan bahwa antropometri adalah

pengukuran dimensi tubuh dan karakteristik fisik tubuh lainnya yang digunakan untuk

mendesain suatu produk suatu alat. Dalam menentukan ukuran stasiun kerja untuk

pekerja penggilingan padi maka data antropometri pekerja yang bersangkutan sangat

memegang peranan penting. Dengan mengetahui ukuran antropometri pekerja yang

bersangkutan, maka akan dapat dilakukan perbaikan stasiun kerja yang sesuai dengan

pekerja yang akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan,

kesehatan, keselamatan dan estetika kerja.

Upaya menciptakan keserasian antara pekerja dengan perbaikan stasiun kerja yang

akan digunakan harus memperhitungkan faktor–faktor seperti: Stasiun kerja harus

didesain sedemikian rupa sehingga pada saat melakukan pekerjaan menggiling padi

pekerja dapat bergerak bebas selama proses kerja berlangsung.

2.3.3 Kajian ergonomi pada modifikasi kondisi kerja di penggilingan padi

Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan alat, cara kerja, dan

lingkungan dengan kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia sehingga diperoleh

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

36

kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, dan efisien serta produktivitas

yang setinggi-tingginya (Manuaba, 2003a).

Ergonomi sebagai sebuah disiplin keilmuan meletakkan human center design

dalam sebuah perancangan sistem kerja di mana manusia terlibat didalamnya. Disiplin

ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia

dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produknya (Helander dan Shuan,

2005). Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas

kemampuan baik jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan

sistem kerjanya yang berupa perangkat keras dan perangkat lunak (Niebel dan

Freivalds, 2003; Helander, 2006).

Penelitian ergonomi yang selalu melibatkan manusia di dalamnya tidak terlepas

dari faktor sosial budaya di mana orang tersebut dilahirkan dan dibesarkan. Pada usaha

penggilingan padi di Desa Jinengdalem Bueleng tidak terlepas dari budaya THK yang

merupakan filosofi sekaligus telah menjadi way of life masyarakat Hindu Bali dalam

segala aspek kehidupan termasuk penggilingan padi. Budaya THK di penggilingan padi

mengandung makna bagaimana mencari keharmonisan dengan tidak semata-mata

mencari materi ataupun keuntungan, namun bagaimana tujuan hidup untuk

mendapatkan kebahagian yang kekal.

Permasalahan ergonomi dari aspek sosio budaya THK pada penggilingan padi di

Desa Jinengdalem Buleleng dapat diselesaikan dengan intervensi ergonomi sehingga

bermanfaat pada: (a) pekerjaan bisa cepat selesai; (b) risiko kecelakaan kerja lebih

kecil; (c) man-days/ hours tidak banyak hilang; (d) risiko penyakit akibat kerja lebih

kecil; (e) kepuasan kerja lebih tinggi; (f) penyakit akibat kerja bisa ditekan; (g) absensi

kerja rendah; (h) kelelahan kerja berkurang; (i) rasa sakit lebih kecil; dan (j)

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

37

produktivitas kerja meningkat (Valasco, 2002; Manuaba, 2003a; Hedge dan Sakr,

2005).

Modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK pada penggilingan padi di Desa

Jinengdalem Buleleng, meliputi; (1) perbaikan sikap kerja; (2) perbaikan jam kerja, dan

pemberian istirahat aktif; (3) redesain undakan dan pemberian pengaman pada vent belt

disesuaikan dengan antropometri pekerja penggilingan padi; (4) redisain ventilasi

sesuai konsep sanga mandala. Dengan demikian modifikasi kondisi kerja harus

menempatkan manusia sebagai pusat perhatian yang dikaitkan dengan task, organisasi

dan lingkungan. Beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan sebagai

berikut:

a. Sikap dan posisi kerja, dengan pertimbangan ergonomis; (1) mengurangi sikap dan

posisi membungkuk; (2) tidak menggunakan jarak jangkauan maksimum; (3) tidak

seharusnya duduk atau berdiri dalam sikap atau posisi miring, telentang dan

tengkurap; dan (4) tidak bekerja dengan tangan atau lengan dalam posisi diatas level

siku normal.

b. Antropometri dan dimensi ruang kerja, pada dasarnya akan menyangkut ukuran

fisik atau fungsi dari tubuh manusia seperti; ukuran linier, berat volume, ruang

gerak, dan lain-lain.

Delapan aspek permasalahan ergonomi dari aspek sosio budaya THK yang harus

mendapat perhatian dalam setiap modifikasi kondisi kerja dengan intervensi berbasis

ergonomi di dalam suatu industri (Manuaba, 2006) yaitu:

1. Energi (status nutrisi/gizi)

Manusia memerlukan sejumlah energi untuk mampu menyelesaikan satu pekerjaan

tertentu, Pekerjaan penggilingan padi termasuk pekerjaan kategori berat. Jumlah

energi yang dikeluarkan harus diimbangi oleh energi yang masuk dengan pemberian

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

38

asupan nutrisi tambahan yang cukup, agar bisa melakukan pekerjaan dengan sehat

dan aman. Dalam budaya THK, keseimbangan antara atman, prana, angga sarira

(mikrokosmos) dalam diri pekerja penggilingan padi harus tetap ada. Dimana energi

sebagai sumber tenaga pekerja untuk melakukan aktivitas merupakan bagian dari

prana. Prana yang terdiri dari bayu, sabda, idep (Tri pramana) adalah daya atau

kekuatan pokok manusia untuk dapat melakukan suatu pekerjaan/aktivitas.

Pemberian asupan nutrisi yang cukup dapat menjaga keseimbangan antara

tubuh/body, pikiran/mind, dan jiwa/soul (Tri pramana), sehingga dapat melakukan

pekerjaan dengan sehat dan aman.

2. Pemanfaatan tenaga otot

Pemanfaatan tenaga otot untuk melakukan pekerjaan tidak boleh ada unsur paksaan

di luar kemampuan, karena itu perlu semua alat yang dipakai harus dirancang

sedemikian rupa sehingga gerakan otot tidak bertentangan dengan gerakan alamiah

otot. Pemanfaatan tenaga otot pada aktivitas penggilingan padi terjadi pada saat

pekerja mengangkat karung gabah dengan sikap membungkuk dari atas undakan,

mengangkat ember berisi beras pecah kulit dengan sikap kerja membungkuk, dan

menuang beras pecah kulit ke mesin penyosohan dengan posisi lengan melebihi

tinggi bahu pekerja. Kesalahan pada mengangkat, mengangkut dan menuang gabah,

sikap tubuh tidak fisiologis dan beban terlalu berat akan berakibat fatal pada tubuh.

Dilihat dari aspek budaya THK pemanfaatan tenaga otot merupakan bagian dari Tri

pramana (bayu, sabda, idep) pada aspek bayu. Tenaga otot/bayu menjadi hal

penting dalam pekerja beraktivitas/bergerak melakukan pekerjaan. Jika aspek

bayu/tenaga mengalami cedera karena penggunaan tenaga otot yang belebihan

dampaknya akan menimbulkan ketidakseimbangan pada Tri pramana, secara tidak

langsung dapat menimbulkan permasalahan ergonomi yang dialami pekerja.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

39

3. Sikap tubuh

Posisi tubuh yang tidak fisiologis saat melakukan aktivitas penggilingan padi

dengan waktu lama menyebabkan kelelahan dan mengurangi produktivitas. Pada

saat mengangkat karung dan mengangkat beras pecah kulit dilakukan dengan sikap

membungkuk dan menuang beras pecah kulit ke mesin penyosohan dengan posisi

lengan melebihi tinggi bahu pekerja yang dilakukan dengan cara terus-menerus.

Sikap kerja seperti ini adalah sikap yang tidak fisiologis sehingga menimbulkan

keluhan muskuloskeletal. Dengan modifikasi kondisi kerja penggilingan padi,

pekerja dapat bekerja dengan sikap dinamis sehingga dapat menurunkan kelelahan,

keluhan muskuloskeletal, ketegangan otot, dan beban kerja pekerja. Dilihat dari

budaya THK, sikap tubuh merupakan bagian dari aspek bayu. Hal ini sama dengan

pada ke 2 aspek permasalahan ergonomi di atas, karena aspek energi, pemanfaatan

tenaga otot, dan sikap tubuh merupakan bagian dari aspek bayu pada konsep Tri

pramana (bayu, sabda, idep). Bila salah satu aspek pada Tri pramana terjadi

ketidak seimbangan, akan berakibat terjadinya ketidaknyamanan dalam bekerja, hal

ini berdampak pada penurunan kesehatan kerja dan produktivitas pada pekerja

penggilingan padi.

4. Kondisi lingkungan

Kondisi bising dan berdebu yang berlebihan akan mengakibatkan lelah dan

mengganggu kenyamanan saat berkomunikasi, mengurangi kestabilan dan

peningkatan angka kesalahan kerja. Kondisi ini dialami pekerja penggilingan padi,

sehingga ada penambahan beban fisik dan mental. Untuk itu langkah perbaikan

terhadap kondisi lingkungan dengan meredesain ventilasi pada dinding sesuai

konsep sanga mandala (nistaning-nista/kelod-kauh) menempatkan kegiatan yang

dipandang bersifat kotor mengandung limbah pada arah kelod dan kauh. Kondisi ini

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

40

diperkuat dengan letak bangunan penggilingan padi yang menghadap ke arah timur

dan bagian belakang menghadap ke barat yang posisinya lebih rendah. Di mana

arah angin berhembus dari timur ke barat. Sehingga kondisi ini dapat membantu

menurunkan kadar debu dan intensitas kebisingan di penggilingan padi. Dilihat dari

budaya THK, kondisi lingkungan merupakan aspek palemahan. Aspek palemahan

ini berupa bising dan debu yang dihadapi pekerja penggilingan padi setiap hari.

Untuk itu perlu dilakukan redesain ventilasi untuk mengurangi kebisingan dan

kadar debu, sehingga pekerja bekerja dengan ENASE dan keseimbangan dalam

THK bisa terwujud.

5. Kondisi waktu

Pemanfaatan waktu yang teratur dan terjadwal sangat mendukung kenyamanan dan

kesehatan kerja. Aktivitas penggilingan padi dilakukan mulai pukul 08.00-17.30

WITA dengan waktu istirahat siang pukul 11.30-12.30 tanpa pemberian makan

siang. Waktu kerja yang lama >8 jam/hari, terjadi beban kerja berat pada

penggilingan padi, akan mempercepat terjadinya kelelahan, sehingga dapat

menurunkan produktivitas pekerja. Sehingga modifikasi kondisi kerja dengan

mengatur waktu kerja mulai pukul 08.00-16.00 WITA dan pemberian istirahat

pendek 5 menit sebanyak 2 kali pada pukul 09.30-09.35 WITA dan 14.30-14.35

WITA dapat meningkatkan kesehatan kerja dan produktivitas pekerja penggilingan

padi. Dalam budaya THK, kondisi waktu merupakan konsep desa, kala, patra. Di

manapun, kapanpun dan dalam situasi yang bagaimanapun hendaknya seseorang

berpikir, berkata dan bekerja/bertindak sesuai dengan kemampuan dari pekerja.

Dengan berpedoman pada konsep ini, pekerja dapat bekerja dengan aman dan

nyaman sehingga kesehatan kerja dan produktivitas dapat dicapai.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

41

6. Kondisi sosial

Hubungan antar pemilik dan pekerja, antar pekerja dan pekerja lain di penggilingan

padi relatif baik, walaupun sering frekuensi komunikasi tidak tinggi karena aktivitas

pekerjaan penggilingan padi dengan lingkungan kerja yang bising, sulit bagi pekerja

untuk berkomunikasi. Pada budaya THK, kondisi sosial merupakan perwujudan

dari filosofi tat twam asi, di mana sistem kekeluargaan dan kekerabatan adalah

sebuah ciri yang melekat pada masyarakat Hindu di Bali seperti rasa empati dan

solidaritas (menyama braya). Dengan meningkatkan pola pikir, sikap hidup, berbuat

baik, dan keterbukaan antara pemilik usaha dan pekerja sehingga permasalahan

ergonomi di penggilingan padi dapat dipecahkan.

1. Kondisi informasi

Modifikasi kondisi kerja penggilingan padi dengan meredesain fasilitas kerja yang

dibuat, harus diikuti dangan informasi yang memadai, baik untuk keperluan

mengoperasikan alat dan juga untuk kenyamanan lingkungan kerja. Informasi

dibutuhkan pekerja agar mampu bekerja seoptimal mungkin. Informasi yang

memadai diadakan untuk menunjang aktivitas usaha penggilingan padi. Faktor

pekerja merupakan hal penting dalam menerima informasi dan menentukan

kesuksesan dalam melaksanakan pekerjaan di penggilingan padi. Oleh karena itu

perlu dipertimbangkan faktor budaya dalam penerimaan dan penggunaan fasilitas

kerja karena budaya mempunyai dampak besar terhadap prilaku dan praktik

manusia di dalam melaksanakan pekerjaannya. Informasi menyangkut apa dan

bagaimana harus bekerja serta berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja.

Dalam budaya THK keyakinan dalam menerima informasi yang dibutuhkan akan

memberi keyakinan pekerja untuk mempermudah dalam penggunaan alat kerja

tanpa menimbulkan permasalahan ergonomi dalam bekerja.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

42

2. Interaksi manusia-mesin/alat

Interaksi manusia dengan alat pada aktivitas penggilingan padi terjadi mulai dari

proses mengangkat karung gabah menaiki undakan, menuang gabah dalam mesin

penggilingan, mengangkat beras pecah kulit ke mesin penyosohan sampai menjadi

beras siap konsumsi. Redesain undakan dan pengaman pada vent belt dirancang

sangat sederhana sesuai dengan antropometri pekerja penggilingan padi, konsep

sanga mandala dan asta kosala-kosali melalui pendekatan teknis, ekonomis,

ergonomis, sosio-budaya, hemat energi, ramah lingkungan, dan trendi. Sehingga

nyaman dan aman dalam penggunaannya.

Evaluasi dan analisis terhadap kondisi kerja di penggilingan padi Desa

Jinengdalem dilakukan karena fasilitas kerja yang digunakan tidak sesuai dengan

prinsip dan norma kelayakan ergonomi. Modifikasi kondisi kerja berbasis egonomi

THK yang dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah ergonomi dan aspek sosio-

budaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Di sini akan diaplikasikan segala macam

informasi yang berkaitan dengan faktor manusia (kekuatan, kelemahan atau

keterbatasan) dalam modifikasi kondisi kerja penggilingan padi di Desa Jinengdalem

melalui redesain kondisi kerja yang lebih efektif, aman, nyaman, sehat, dan efisien

(ENASE).

2.3.4 Intensitas kebisingan di penggilingan padi

Kebisingan merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi

yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain. Kebisingan sifatnya

sangat subjektif dan tergantung dari beberapa faktor di antaranya kondisi kesehatan

seseorang, adaptasi dan pengalaman masa lalu, jenis pekerjaan yang sedang dilakukan,

kegemaran dan lain sebagainya. Kebisingan dapat menyebabkan ketulian, gangguan

komunikasi, emosi cepat meningkat dan juga dapat terjadi gangguan fungsi fsiologis,

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

43

seperti penyempitan pembuluh darah, serta peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan

ketegangan otot.

Lingkungan kerja pada proses penggilingan padi belum memberikan kenyamanan

terhadap pekerja. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di penggilingan padi

mencapai 88 dB(A). Intensitas tersebut melebihi ketentuan Kemenakertrans No

13/MEN/X/2011 yang menyarankan agar intensitas bising tidak melebihi 85 dB(A).

Intensitas bising yang melebihi 85 dB(A) pada penggilingan padi memapar pekerja

selama ± 8 jam kerja dan keadaan ini akan mempengaruhi kenyamanan pekerja,

sehingga dapat meningkatkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, ketegangan otot

dan kelelahan. Konsekuensinya tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan kerja dan

produktivitas kerja.

Standar kebisingan ditetapkan di tempat kerja merupakan kebijaksanaan terhadap

pengawasan kebisingan yang pada dasarnya melindungi pekerja dari pengaruh buruk

yang ditimbulkan dengan intensitas tinggi. Sebab itu diusahakan agar tingkat

kebisingan di tempat kerja tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan

pada Kemenakertrans No 13/MEN/X/2011, disebutkan NAB adalah nilai intensitas

suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja

tanpa mengakibatkan kehilangan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja terus

menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Standar NAB di tempat

kerja ditetapkan 85 dB(A).

2.3.5 Kadar debu di penggilingan padi

Paparan debu dalam industri penggilingan padi antara lain debu berasal dari hasil

proses penggilingan. Klasifikasi NAB dan kadar tertinggi yang diperkenankan untuk

kadar debu respirabel adalah 3 mg/m³ berdasarkan Kemenakertrans No

13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika dan faktor kimia di

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

44

tempat kerja. Menurut Wisnu (2001) faktor–faktor lingkungan yang mempengaruhi

pencemaran udara berupa debu di atmosfer, sebagai berikut:

1. Kelembaban

Kelembaban udara relatif yang rendah (<60%) di daerah tercemar SO2 akan

mengurangi efek korosif dari bahan kimia tersebut. Pada kelembaban relatif lebih

atau sama dengan 80% di daerah tercemar SO2, akan terjadi peningkatan efek

korosif SO2 tersebut.

2. Suhu

Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat menyebabkan peningkatan

kelembaban udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan

pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat, akan

meningkatkan pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.

3. Sinar Matahari

Sinar matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O3 di atmosfer

Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan/alat bangunan atau bahan

yang dapat terbuat dari karet. Jadi dapat dikatakan bahwa sinar matahari dapat

meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.

Hasil pengukuran kadar debu di penggiling padi sebesar 3,22 mg/m³ melebihi

NAB yaitu 3 mg/m³. Dengan demikian kadar debu dapat menimbulkan pencemaran

lingkungan kerja maupun lingkungan di sekitar tempat usaha penggilingan padi. Hal ini

disebabkan karena lubang ventilasi yang tidak memadai di ruang kerja sehingga ruang

kerja menjadi berdebu. Kondisi ini mempengaruhi kesehatan kerja dan produktivitas

pekerja penggilingan padi.

Debu adalah partikel–partikel zat padat yang dihasilkan oleh kekuatan alam atau

proses mekanisme seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

45

cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan organik maupun anorganik, misalnya debu

kayu, batu, logam, arang batu, butir-butir zat dan sebagainya. Contoh: debu batu, debu

kapas, debu tembakau, debu asbes, dan lain-lain. Sifat debu ini tidak berflokulasi

kecuali oleh gaya tarik elektris, tidak berdifusi dan turun oleh gaya tarik bumi

(Suma’mur 2011).

2.3.6 Ventilasi di penggilingan padi

Ventilasi adalah lubang yang ada pada sisi bangunan, udara dapat ke luar masuk ke

dalam ruang kerja secara bebas. Variabel utama yang diperhitungkan sehubungan

dengan ventilasi adalah jumlah volume udara yang masuk ke dalam ruangan

(Titovianto, 2007), hal ini berkaitan erat dengan sistem, letak dan luas ventilasi yang

dibuat.

Sistem ventilasi yang ideal adalah ventilasi silang (cross ventilation). Ventilasi

tersebut jumlahnya lebih dari satu buah dan letaknya berseberangan satu sama lainnya

pada tembok bangunan, dengan maksud agar udara dengan bebas ke luar masuk

ruangan sehingga kondisi udara dalam ruangan selalu segar dan bersih (Manuaba dan

Kamiel, 1996). Letak ventilasinya memperhitungkan arah angin yang berhembus di

lokasi bersangkutan, berpapasan dengan angin itu berarti angin banyak masuk ke dalam

ruangan.

Ada beberapa solusi pengudaraan dalam menanggulangi masalah bising dan debu

pada bangunan, antara lain: ventilasi silang (cross ventilation); perletakan bukaan

(ventilasi dan jendela) ditata secara silang atau menempatkan ventilasi berhadapan

antara 2 dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar (Purwanto, 2006).

Untuk luas lubang ventilasi adalah 10% kali luas lantai ruangan (Chandra, 2007).

Untuk tempat kerja penggilingan padi, redesain ventilasi silang sangat baik dan

memungkinkan untuk dilakukan dengan cara menambah lubang ventilasi pada dinding

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

46

yang mengarah kelod-kauh (nistaning nista) sesuai konsep sanga mandala. Angin akan

lebih banyak masuk, sirkulasi lebih lancar, sehingga intensitas kebisingan dapat

dikurangi.

2.3.7 Sikap kerja

Sikap kerja adalah sikap tubuh (posture) manusia saat berionteraksi dengan

alat/peralatan kerja. Pada dasarnya sikap tubuh manusia dalam keadaan istirahat terdiri

dari sikap: berdiri, duduk, jongkok, dan berbaring (Pheasant dan Haslegrave, 2006).

Namun pada saat melaksanakan pekerjaan sikap tubuh dapat merupakan salah satu atau

kombinasi dari sikap-sikap tersebut di atas. Sikap kerja yang baik adalah sikap kerja

yang memungkinkan melaksanakan pekerjaan dengan efektif dan dengan usaha otot

yang sedikit. Sikap kerja pekerja hendaknya diusahakan dalam posisi fisiologis seperti

saat berdiri dan membungkuk, sehingga tidak sampai menimbulkan sikap paksa yang

melewati kemampuan fisiologis tubuh (Machida, 2010). Tujuannya mencegah kontraksi

otot dan peregangan tendo secara berlebihan (overuse). Secara umum, sikap kerja

bervariasi lebih baik daripada sikap kerja statis, tetapi sikap kerja yang statis dan relaks

lebih baik daripada statis dan tegang.

Menurut Pheasant dan Haslegrave (2006) ada tujuh petunjuk dasar yang

berhubungan dengan sikap tubuh selama bekerja, yaitu: (1) hindari inklinasi ke depan

pada kepala dan leher; (2) hindari inklinasi ke depan pada tubuh; (3) hindari

penggunaan angota bagian atas dalam posisi terangkat; (4) hindari puntiran atau sikap

yang asimetris; (5) bila mungkin persendian hendaknya dalam jangkauan sepertiga dari

gerakan maksimum; (6) lengkapi sandaran punggung pada semua tempat duduk; (7)

bila menggunakan tenaga otot, hendaknya anggota badan dalam posisi menghasilkan

kekuatan maksimum.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

47

Sikap kerja pekerja penggilingan padi adalah dengan membungkuk, mengangkat

beban dengan posisi lengan pekerja yang melebihi tinggi bahu, risiko kecelakaan kerja

akibat terkena putaran vent belt yang tidak diberi pengaman. Dengan redesain undakan,

pemberian pengaman pada vent belt ini mengubah sikap kerja pekerja penggilingan

padi dari sikap membungkuk menjadi posisi berdiri, posisi lengan pekerja yang

melebihi tinggi bahu menjadi sejajar dengan bahu pekerja dan kecelakaan kerja akibat

terkena putaran vent belt pada kaki pekerja dapat dihindari.

2.3.8 Jam kerja

Jam kerja berlebihan di luar batas kemampuan, apalagi pekerjaan itu berat, jelas

akan merupakan sumber terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Paling sedikit akan

terjadi kelelahan yang sangat merugikan dilihat dari segi pelaksanaan tugas. Beban

kerja fisik yang berat dan dilakukan di dalam waktu yang lama akan mempercepat

munculnya kelelahan. Begitu juga lingkungan kerja yang tidak memadai, seperti

berdebu dan bising yang berkepanjangan, juga akan mempercepat munculnya

kelelahan. Gizi yang kurang, adanya penyakit, atau rasa sakit karena sikap paksa juga

merupakan sumber munculnya kelelahan. Akhirnya suasana kerja yang tidak nyaman,

adanya beban mental psikologis serta pekerjaan yang monoton dapat dipastikan

menjadi sumber adanya kelelahan.

Kelelahan adalah suatu keadaan sementara yang ditimbulkan oleh aktivitas/jam

kerja yang berlebihan atau berkepanjangan yang dimanifestasikan sebagai penurunan

fungsi aktivitas, fungsi kapasitas organ, baik pada organ itu sendiri atau seluruh tubuh,

dan dirasakan spesifik sebagai kelelahan umum.

Jam kerja optimal manusia adalah delapan jam, maka janganlah begitu saja

menambah jam lembur seseorang setiap harinya. Yang masih bisa ditoleransi ialah satu

jam lembur sesudah delapan jam kerja. Ini pun dengan catatan bahwa selama delapan

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

48

jam kerja tersebut ada dua rehat dan satu makan siang para white collar dan dengan

rehat pendek yang lebih banyak bagi mereka yang termasuk kerja berat. Kalau

dirasakan bahwa penambahan jam kerja itu perlu, terutama di dalam mengejar target.

Daripada mengorganisasikan lembur untuk karyawan selama tiga sampai empat jam,

lebih baik diatur melalui kerja malam selama delapan jam dengan mengangkat

karyawan baru atau memanfaatkan karyawan yang belum berfungsi optimal (Manuaba,

2005a). Perlu menjadi perhatian bahwa seringkali produksi yang dijadikan sasaran

produktivitas yang diinginkan tidak tercapai karena hilangnya man hours yang cukup

besar karena layout yang tidak baik, cara kerja yang penuh kesulitan karena kesalahan

desain kerja, dan organisasi kerja yang tidak tepat.

Pulat (2002) menyarankan pekerja lingkungan industri melakukan istirahat pendek

beberapa kali selama waktu kerja, sebagai ganti istirahat yang diambil sekali. Sebagai

contoh 10 menit waktu istirahat setiap jamnya, berarti bahwa mengharapkan hanya

50 menit efektif kerja untuk setiap jamnya. Dengan demikian operator dapat mengambil

10 menit istirahat setiap jam, atau lima menit istirahat setiap 30 menit, terutama untuk

pekerjaan yang tergolong berat.

Untuk mengatasi kondisi ini perlu dirancang adanya istirahat pendek lima menit

setiap jamnya. Memberi waktu istirahat pendek dapat meningkatkan dan

mempertahankan prestasi kerja (Grandjean dan Kroemer, 2009). Melalui aplikasi

ergonomi, masalah ini bisa dipecahkan, tidak hanya untuk membuat mereka bekerja,

tetapi bekerja lebih produktif. Ini dicapai karena irama kerja akan tetap besarnya selama

jam kerja berlangsung.

2.3.9 Penyediaan air minum

Air sangat penting untuk kesehatan tubuh karena berfungsi untuk melanjutkan

berbagai zat dan membantu perubahan kimiawi di dalam pencernaan (Pearce, 2006).

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

49

Oleh karena keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah air yang

diterima oleh tubuh sama dengan jumlah air yang dikeluarkan. Apabila kehilangan air

secara berlebihan yang melebihi jumlah yang masuk akan menyebabkan dehidrasi.

Selain itu, air merupakan obat yang baik, yang berfungsi memperbaiki ketegangan otot.

Seseorang yang bekerja dalam lingkungan kerja yang bising, sangat panas, dan berdebu

akan kehilangan air dan garam melalui keringat. Dalam keadaan panas, kondisi kerja

yang berat, pekerja dapat kehilangan sampai 1,5 liter air per jam dalam bentuk keringat

(Hilary, 2006). Kehilangan ini harus dikompensasi dengan minum dan konsumsi

garam. Konsumsi cairan volumenya sama dengan kehilangan cairan (OSHA, 1999) dan

Manuaba (1998) juga mengatakan kehilangan cairan tubuh dapat ditanggulangi dengan

memberikan minum dalam jumlah yang memadai (water intake).

Satu cara yang termurah dan hampir tepat untuk mengetahui kebutuhan air dalam

tubuh adalah dengan menimbang berat badan sebelum dan setelah bekerja, dengan cara

menimbang berat badan pekerja sebelum bekerja misalnya 62 kg dan setelah bekerja 61

kg. Ini berarti ada penurunan berat badan pekerja rata-rata satu kg. Jadi, pekerja perlu

diberikan minum sebanyak ± 1 kg air atau satu liter air selama bekerja. Minimal setara

dengan satu gelas air mineral (240cc) per jam. Air sebanyak itu harus tersedia pada

tempat kerja sehingga bisa minum dengan mudah dan pekerja dipastikan minum setiap

jam kendatipun mereka tidak haus. Disarankan untuk menghindari dehidrasi pada

pekerja agar minum sebelum haus. Hindari alkohol, kopi, teh, atau soda yang bertindak

sebagai diuretik yang lebih lanjut menguras cairan tubuh (OSHA, 2003).

Sehingga perlu diberikan air minum pada pekerja penggilingan padi ditinjau dari

segi kesehatan untuk menghindari terjadinya dehidrasi atau untuk menjaga

keseimbangan cairan tubuh. Berdasarkan kebiasaan yang diminum oleh pekerja

penggilingan padi adalah air putih yang sudah dimasak dan kemudian didinginkan.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

50

2.3.10 Istirahat dan kudapan

Waktu istirahat merupakan kebutuhan fisiologis yang tidak dapat ditawar demi

untuk mempertahankan kapasitas kerja. Waktu istirahat dibutuhkan tidak hanya bagi

kerja fisik, tetapi juga oleh jabatan yang menimbulkan tegangan mental dan saraf.

Istirahat juga dibutuhkan untuk mempertahankan ketangkasan digital, ketajaman indera

serta ketekunan konsentrasi mental. Menurut Suma’mur (2011) bahwa bekerja adalah

anabolisme yakni mengurangi atau menggunakan bagian-bagian yang telah dibangun

sebelumnya. Dalam keadaan demikian, sistem syaraf utama yang berfungsi adalah

komponen simpatis. Maka pada kondisi seperti itu, aktivitas tidak dapat dilakukan

terus-menerus, melainkan harus diselingi istirahat untuk memberi kesempatan tubuh

melakukan pemulihan. Pada saat istirahat tersebut, maka tubuh mempunyai kesempatan

membangun kembali tenaga yang telah digunakan (katabolisme). Grandjean (2000)

menjelaskan bahwa setiap fungsi tubuh manusia dapat dilihat sebagai keseimbangan

ritmis antara kebutuhan energi (kerja) dengan penggantian kembali sejumlah energi

yang telah digunakan (istirahat). Ke dua proses tersebut merupakan bagian integral dari

kerja otot, kerja jantung dan keseluruhan fungsi biologis tubuh. Dengan demikian jelas

bahwa untuk memelihara performansi dan efisiensi kerja, waktu istirahat harus

diberikan secukupnya, baik antara waktu kerja maupun di luar jam kerja (istirahat pada

malam hari).

Ada beberapa studi yang membahas pengaruh dustribusi jam makan. Grandjean

(2000) melaporkan bahwa memberi snack setiap dua jam menjaga gula darah dan

efisiensi pada level yang tinggi sepanjang hari kerja. Setiawan (2012) melaporkan

bahwa pemberian istirahat aktif dan musik pengiring pada pekerja di pabrik karet dapat

menurunkan stres dan kelelahan kerja.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

51

Kudapan sangat penting untuk pekerja manual, untuk memenuhi cairan tubuh,

kudapan pada pekerja berat perlu padat kalori karena pada pekerja berat laju ambilan

glukosa oleh otot lebih besar dari pekerjaan ringan (Surata, 2011). Energi yang

terkandung dalam beberapa jenis kudapan ditunjukkan pada Tabel 2.4

Tabel 2.4 Jenis Kudapan dan Energi yang Terkandung

Jenis kudapan Energi, kJ

1 cangkir air mineral -

1 mangkuk sup 40 – 60

1 cangkir teh dengan 2 sendok gula 150

1 cangkir kopi dengan susu dan 2 sendok gula 155

1 cangkir jus apel 270

1 cangkir susu atau yoghurt 275

1 cangkir susu coklat 540

Roti (50 g) 500

Roti dengan buah 1000

Roti dengan keju 1250

Roti dengan sosis 1250

Sumber: Grandjean, 2000.

Jadi, perlu diberikan kudapan pada pekerja penggilingan dengan pekerjaan berat

yaitu dua buah pisang goreng. Diberikan pada saat istirahat aktif dilakukan.

2.3.11 Istirahat aktif

Setiap fungsi dari tubuh manusia dapat dilihat sebagai keseimbangan ritmis antara

pemasukan energi dan pengeluaran energi, atau lebih sederhana antara kerja dan

istirahat. Istirahat sejenak sangat diperlukan sebagai kebutuhan fisiologis jika kinerja

dan efisiensi ingin dipertahankan (Grandjean, 2000). Istirahat sejenak sangat penting

tidak hanya untuk kerja manual, tetapi juga selama kerja yang membebani sistem

syaraf. Istirahat sejenak dengan bermacam variasi dan dalam berbagai lingkungan

stasiun kerja dibedakan menjadi empat jenis: (1) istirahat spontan, (2) istirahat curian,

(3) istirahat karena kondisi pekerjaan, dan (4) istirahat resmi. Pulat (1992)

menyarankan pekerja di lingkungan industri melakukan istirahat aktif beberapa kali

selama waktu kerja, sebagai ganti istirahat yang diambil sekali.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

52

Istirahat spontan adalah istirahat atas inisiatif pekerja sendiri. Rasanya tidak terlalu

lama, tapi mungkin sering jika pekerjaan berat. Istirahat curian adalah waktu dimana

pekerja menempatkan dirinya dengan santai dari tugas rutin, rileks dari pekerjaan

utama. Istirahat resmi adalah berhenti bekerja yang diatur oleh menejemen, contoh

istirahat siang dan istirahat untuk snack dan kopi/teh.

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua perbedaan jenis istirahat akan

mencapai 15% total waktu kerja. Secara keseluruhan istirahat sejenak cenderung

meningkatkan output. Istirahat ini dengan tujuan untuk mencegah penurunan kualitas

hidup pekerja, kesempatan untuk makan dan minum, dan memberi waktu untuk

melakukan kontak sosial.

Grandjean (2000) memberikan rekomendasi pengaturan waktu istirahat:

1. Bila pekerjaan tergolong berat, atau di tempat sangat panas, istirahat sepatutnya

sesuai dengan kebutuhan maksimum setiap jamnya.

2. Untuk pekerjaan yang tergolong fisik moderat atau usaha mental, harus ada

istirahat 10-15 menit, pada pagi dan sore hari.

3. Pekerjaan yang memerlukan mental berat khususnya jika waktu tunggu sangat

sedikit, harus ada tambahan istirahat pada pagi dan sore, atau dua istirahat pendek

3-5 menit, sebelum dan setelah tengah hari.

4. Bila mempelajari keterampilan, atau melayani pekerja magang, istirahat pendek

penting.

Pada pekerja penggilingan padi dengan beban kerja berat perlu diberikan istirahat

pendek selama 5 menit untuk menghindari kelelahan yang berlebihan. Dengan memberi

istirahat 5 menit pada pekerjaan mengangkat dan menurunkan barang yang berlangsung

9 menit terjadi waktu pemulihan dan dapat mencegah kelelahan otot di tempat kerja

(Shin dan Kim, 2007).

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

53

2.4 Budaya THK di Penggilingan Padi

Masyarakat di Bali sebagai masyarakat sosial membudayakan budaya THK dalam

mengatur kehidupannya dan mengimplementasikan dalam bentuk awig-awig. Hal ini

diperkuat dengan Perda Propinsi Bali No. 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman

disebutkan pengertian awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh krama desa pakraman

atau krama pakraman yang dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan THK sesuai

dengan desa mewacara dharma agama di desa pakraman/banjar pakraman masing-

masing. Ini menunjukkan bahwa implementasi budaya THK telah digunakan dan

diimplementasikan di dalam setiap aktivitas termasuk usaha penggilingan padi. Filosofi

ini mengajarkan bahwa kebahagiaan manusia akan dapat dicapai bila manusia mampu

menjaga keharmonisan/keseimbangan hubungan antara tiga faktor dari THK, yaitu

Parhyangan (unsur Ketuhanan), Pawongan (manusia), dan Palemahan (lingkungan).

Keharmonisan merupakan nilai luhur yang harus ada dalam diri setiap individu lalu

keluar diwujudkan dalam bentuk penghargaan atau toleransi tinggi terhadap sesama,

antara atasan dan bawahan, antara pengusaha dan pelanggan, antara sesama

stakeholder. Keharmonisan manusia dengan alam lingkungannya sama nilainya dengan

dua keharmonisan lainnya. THK tidak hanya hubungan tunggal dengan Tuhan, manusia

dengan manusia, manusia dan alam, tapi lebih jauh merupakan interaksi dan

keseimbangan antara ke tiga hubungan ini (Peters dan Wardana, 2013).

Budaya THK mengajarkan bahwa kehidupan bersumber atau disebabkan oleh

adanya 3 unsur utama yaitu: (1) jiwa/atma ; (2) fisik/angga; dan (3) tenaga/prana. Ke

tiga unsur kehidupan ini, yaitu: jiwa, fisik, dan tenaga adalah Tri Hita Karana.

Kebahagiaan atau keharmonisan (hita) dapat terwujud jika ada tiga penyebab (tri

karana) yaitu jiwa, fisik, dan tenaga. Hilangnya salah satu dari ke tiga penyebab

kebahagiaan ini akan menghilangkan kebahagiaan itu. Harmonis berarti melakukan hal-

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

54

hal yang mengandung kebaikan, kesucian yang dimulai dari pikiran, terucap dalam

perkataan dan terlihat dalam tindakan/perbuatan.

Hal ini berlaku juga pada aktivitas penggilingan padi di Desa Jinengdalem. Di

mana susunan kosmos atau budaya THK di penggilingan padi sebagai berikut;

parhyangan berupa sanggah/pemerajan dan pelangkiran sebagai jiwa, penghuni atau

pekerja sebagai tenaga penggerak adalah pawongan, dan pekarangan/lingkungan

penggilingan padi sebagai tempat atau wadah fisik/angganya adalah palemahan.

Palemahan sebagai unsur fisik/angga dari THK mengatur keharmonisan dan

keseimbangan manusia dengan lingkungan, memberikan turunan konsep ruang yang

disebut dengan Tri angga (Dwijendra, 2003). Tri artinya tiga dan angga artinya badan.

Tri angga menekankan pembagian nilai fisik suatu ruang yaitu: utama angga, madya

angga, dan nista angga. Tri angga ini kemudian mendasari pembagian dan peruntukan

serta tata ruang di Bali. Tri angga selanjutnya membentuk konsep Tri mandala yang

meletakkan tata nilai secara horizontal menggunakan tata nilai hulu-teben. Tri mandala

dipedomani sebagai tata nilai penyelarasan bhuwana agung dan bhuwana alit. Konsep

hulu-teben memiliki tiga orientasi yaitu: (1) berdasarkan sumbu bumi berorientasi kaja-

kelod (gunung-laut); (2) berdasarkan arah tinggi-rendah (tegeh lebah); (3) berdasarkan

sumbu matahari yakni Timur-Barat (matahari terbit dan terbenam) (Sulistyawati, 1985).

Perpaduan orientasi gunung-laut atau kaja-kelod dan Matahari terbit dan terbenam

kangin kauh (timur-barat) dalam konsep hulu-teben kemudian terbentuk pola sanga

mandala, yang membagi ruang menjadi sembilan segmen. Konsep arah orientasi ruang

dan kosep sanga mandala disajikan pada Gambar 2.5.

Konsep tata ruang sanga mandala menjadi pertimbangan dalam penzoningan

kegiatan dan tata letak bangunan dalam desa pakraman, pekarangan rumah, dan areal

penggilingan padi dalam arti bahwa kegiatan yang dianggap utama memerlukan

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

55

ketenangan diletakkan pada daerah utamaning utama (kaja-kangin), sedangkan

kegiatan yang dianggap kotor/sibuk diletakkan pada daerah nistaning nista (kelod-

kauh). Penempatan dan pembangunan pura parhyangan ditempatkan di hulu atau utama

mandala dengan pintu masuk/lawang menghadap kejalan.

Gambar 2.5 Konsep Arah Orientasi Ruang dan Kosep Sanga Mandala

(Budihardjo, 1986)

Di hulu dibangun pura sebagai parhyangan. Selain sebagai tempat suci untuk

bersembahyang dan mebanten saiban setiap hari fungsi Pura dan sanggah/pemrajan

berkembang menjadi beberapa fungsi ikutan yaitu:

1. Pemelihara persatuan pada saat ulang tahun/odalan (tumpek landep) pada

penggilingan padi, semua pekerja dan pengusaha berkumpul.

2. Pemelihara dan pembina kebudayaan pada saat odalan dipentaskan tari-

tarian sakral, kidung-kidung pemujaan, seni karawitan/gambelan, seni

upakara/sesajen, wayang, dan lain-lain.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

56

3. Pendorong pengembangan pendidikan di bidang agama, adat, dan etika/susila;

ketika mempersiapkan upacara odalan, ada kegiatan gotong royong membuat

tetaring/tenda, menghias tempat pemujaan (pelinggih), majejahitan, masak

bersama (mebat), dan lain-lain. Kegiatan keduniawian berupa kegiatan sosial

antara pekerja dan pengusaha, ekonomi, ditempatkan pada madya mandala

yaitu ditengah di sekitar wilayah penggilingan padi (Gambar 2.5).

Dalam kebudayaan Bali juga terdapat nilai-nilai toleransi dan persamaan yang

didasarkan atas konsep tat twam asi (aku adalah kamu). Hal ini diperkuat lagi dengan

adanya konsep tri kaya parisudha, yaitu berpikir, berkata, dan berbuat yang baik dan

benar. Hubungan sesama manusia dalam masyarakat Bali dikenal pula dengan konsep

nyama braya.

Bila dilihat dari ergonomi pada aspek budaya THK (Sutajaya dan Ristiati, 2011),

maka dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Antropometri yaitu pemanfaatan ukuran tubuh pekerja dalam mendesain alat

kerja mengacu kepada konsep asta kosala-kosali.

2. Konsep geometri dalam ergonomi yaitu penentuan jarak antar tempat kerja

menggunakan konsep asta bumi.

3. Istirahat panjang, istirahat pendek, dan kerja lembur mengacu pada konsep

pamali dalam bekerja di siang hari (tengai tepet/rikala tajeg Sang Hyang Surya)

dan bekerja sandikala (menjelang malam) serta bekerja malam hari.

4. Bonus kerja dalam ergonomi mengacu pada konsep sarin pegae

5. Kenyamanan kerja dalam ergonomi mengacu pada penempatan pelangkiran di

setiap tempat kerja relevan dengan konsep spirit dan kenyamanan dalam

bekerja.

6. Motivasi kerja dalam ergonomi mengacu pada rasa jengah dalam berkarya.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

57

7. Kerjasama tim yang kondusif dalam ergonomi mengacu pada konsep sagilik-

saguluk, salunglung-sabaya-antaka dan menyama-braya.

8. Upaya maintenance peralatan kerja dalam ergonomi mengacu pada upacara

tumpek landep.

2.5 Ergo THK dalam Konsep Keseimbangan Ergonomi

Dalam ergonomi dikenal konsep keseimbangan di mana antara tuntutan tugas

dengan kapasitas pekerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai

performansi yang tinggi (Manuaba, 2000). Tuntutan tugas terdiri dari:

1. Karakteristik-karakteristik tugas dan material yang meliputi karakter peralatan

dan mesin, tipe, kecepatan dan irama kerja.

2. Karakteristik-karakteristik organisasi yang berhubungan dengan jam kerja dan

jam istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen.

3. Karakteristik-karakteristik lingkungan yang berkaitan dengan manusia, teman

sekerja, sosio-budaya, tabu, norma, adat dan kebiasaan, suhu, kelembaban,

bising, getaran, penerangan, gas, cairan, debu dan uap.

Sementara itu kapasitas pekerja terdiri dari:

1. Karakteristik personal yang meliputi usia, jenis kelamin, antropometri,

pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan, status

kesehatan, kebugaran tubuh.

2. Kapasitas fisiologis yang meliputi kemampuan dan daya tahan kardiovaskular,

saraf otot, panca indera.

3. Kapasitas psikologis yang berhubungan dengan kemampuan mental, waktu

reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas emosi.

4. Kapasitas biomekanik yang berkaitan dengan kemampuan dan daya tahan sendi

dan persendian, tendon dan jalinan tulang.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

58

Menurut Manuaba (2006) bila terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan tugas

dengan kapasitas pekerjanya maka akan dapat mempengaruhi performansi/kinerja.

Konsep keseimbangan dalam ergonomi dapat dilihat pada Gambar 2.6. Performansi

yang dimaksud adalah:

1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar dari kapasitas pekerja maka performansi

akhir dapat berupa ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera,

rasa sakit, penyakit dan tidak produktif.

2. Bila rasio tuntutan tugas lebih kecil dari kapasitas pekerja maka performansi

akhir dapat berupa understress, kebosanan, kejemuan, kelesuan, akit dan

produktif.

Agar performansi optimal perlu adanya keseimbangan dinamis antara tuntutan

tugas dengan kapasitas yang dimiliki sehingga tercipta kondisi dan lingkungan yang

sehat, aman, nyaman dan produktif.

Gambar 2.6 Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi (Manuaba, 2006)

Bila di lihat dari konsep keseimbangan ergonomi pada Gambar 2.6, budaya THK

dapat dikatakan merupakan bagian dari karakteristik lingkungan dan karakteristik

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

59

personal yang dapat mempengaruhi tuntutan tugas dan kapasitas pekerja yang pada

akhirnya juga mempengaruhi performansi pekerja. Dengan demikian bahwa dalam

keseimbangan ergonomi telah memperhatikan aspek budaya THK yang berlaku di

masyarakat Bali.

Ergo THK dalam penelitian ini adalah melihat permasalahan ergonomi di

penggilingan padi dari aspek budaya THK dan pemecahan masalah ergonomi

menggunakan modifikasi ergo THK yaitu intervensi ergonomi yang memecahkan

permasalahan ergonomi di penggilingan padi dari aspek budaya THK dengan

penerapan TTG melalui pendekatan SHIP.

Ergonomi sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner, mengintegrasikan berbagai

elemen keilmuan, seperti misalnya fisiologi, anatomi, kesehatan, teknologi, desain,

sosio budaya dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Tujuan ergonomi

adalah (Manuaba, 2006)

1. Meningkatkan kesejahtetaan fisik dan mental.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial.

3. Keseimbangan rasional antara sistem manusia atau manusia-alat dengan aspek

teknis, ekonomi, antropologi dan budaya.

Dalam perwujudan aktivitas penggilingan padi di Desa Jinengdalem Bueleleng,

yang menjadi pertimbangan adalah: hubungan manusia dengan Tuhan, sesama dan

lingkungan, hal ini juga merupakan pertimbangan dalam ergonomi yang terdiri dari:

task, organisasi dan lingkungan. Secara umum konsep keseimbangan THK memiliki

kesamaan dengan konsep ergonomi (Artayasa, 2015).

Dalam penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja dilihat dari tiga aspek yaitu task,

organisasi dan lingkungan diserasikan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan

manusia sebagai tenaga kerja (Manuaba, 2004b; Bridger, 2008). Melihat permasalahan

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

60

ergonomi dari aspek budaya THK di tempat kerja, maka permasalahan ergonomi adalah

sebagai berikut:

1. Perbaikan sikap kerja.

2. Pengaturan jam kerja, pemberian istirahat pendek dan kudapan sebagai

penerapan konsep tat twam asi dan menyama braya sebagai wujud empati dari

pemilik usaha terhadap pekerja.

3. Aspek lingkungan kerja dengan meredesain undakan pada mesin pecah kulit,

pemberian pelindung pada vent belt dan meredesain lubang ventilasi sesuai

antropometri pekerja penggilingan padi Bali dan konsep sanga mandala

(nistaningnista/kelod kauh) menempatkan kegiatan yang dipandang bersifat

kotor mengandung limbah pada arah kelod atau kauh.

Peningkatan produktivitas dan kesehatan kerja pada penggilingan padi merupakan

hasil sebagai akibat adanya modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK. Ergo THK

selalu berupaya melakukan perbaikan kondisi existing kondisi kerja berdasarkan task,

organisasi, dan lingkungan kerja dengan melihat permasalahan ergonomi lebih

menekankan pada aspek sosio-budaya. Agar intervensi ergonomi yang dilakukan lebih

mudah diterima dan tidak bertentangan dengan masyarakat setempat.

Teknis pencarian akar masalah dari permasalahan di penggilingan padi di Desa

Jinengdalem Buleleng, dilakukan dengan cara Focus Group Discussion (FGD) dengan

peserta semua stakeholder, yang terdiri dari dari: pekerja, pimpinan perusahaan, ahli

ergonomi, ahli tehnik dan tokoh agama. FGD diawali dengan identifikasi masalah

dengan menggali permasalahan yang ada saat ini, dilanjutkan prioritas (urgent,

essential, important), untuk melihat ke depan kemudian analisis SWOT, dilanjutkan

rencana strategis, rencana kerja dan rencana aksi. Proses tersebut berpola dan

berkelanjutan serta pelibatan/partisipasi seluruh stakeholder secara body, mind and soul

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

61

untuk menuntaskan masalah-masalah yang selama ini dihadapi dan tantangan masalah-

masalah baru yang akan muncul di masa mendatang.

2.6 Pendekatan Ergonomi Total

Pendekatan ergonomi total merupakan pendekatan yang menerapkan Teknologi

Tepat Guna (TTG) melalui pendekatan SHIP (Manuaba, 2006). Penerapan pendekatan

ergonomi total berdasarkan pada delapan aspek ergonomi. Identifikasi suatu masalah

diperoleh setelah delapan aspek ini dikaji. Selanjutnya dicarikan solusi sesuai dengan

permasalahan yang ada dan bisa berupa perbaikan tempat kerja.

Di dalam memecahkan suatu permasalahan ergonomi haruslah dilakukan secara

komprehensip melalui pendekatan yang mengacu pada tiga aspek (task, organization,

environmental) dengan metode “SHIP” yaitu memecahkan persoalan secara kompromi

melalui metode bersifat Systemic, Holistic, Interdiciplinary dan melalui pendekatan

Particypatory serta “TTG” Teknologi Tepat Guna sehingga hasilnya bisa lestari

(Manuaba, 2004b). Sehingga prosedur penerapan ergonomi total diharapkan

menghasilkan suatu produk yang ergonomis, diterima oleh user, mempunyai manfaat

yang tinggi dan berkelanjutan.

2.6.1 Pendekatan SHIP

SHIP berarti setiap penyelesaian masalah dianalisis dalam satu kesatuan sistem,

mensinergikan berbagai sistem yang terkait secara bersama-sama atau holistik,

memanfaatkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu dan harus ada partisipasi sejak

fase identifikasi masalah dari seluruh stake holder yang ada (Manuaba, 2003b). Kajian

SHIP dalam modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK dilakukan seperti berikut ini.

1. Sistemik

Sistemik dalam pendekatan SHIP diartikan semua faktor yang diasumsikan

mempengaruhi proses modifikasi kondisi kerja penggilingan padi dan diperkirakan

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

62

dapat menimbulkan masalah, harus diperhitungkan dengan cara memasukkan kaidah

ergonomi dan aspek sosio budaya ke dalam setiap redesain. Kondisi kesehatan pekerja

dilihat dari beban kerja, keluhan muskuloskeletal, ketegangan otot, kelelahan, fungsi

paru beserta faktor lain yang mempengaruhi merupakan suatu sistem.

Pendekatan sistemik memperhatikan dan menangani setiap sistem secara terpadu,

agar berbagai unsur yang saling berhubungan dapat dikembangkan menjadi sesuatu

yang mudah dikelola. Sistem dipilih dan digunakan sesuai tempat dan waktu.

Pendekatan sistemik berbasis ergonomi THK pada modifikasi kondisi kerja

penggilingan padi dilandasi fakta pekerja, ruang stasiun kerja dan fasilitas penggilingan

padi, mikroklimat memiliki karakteristik berbeda. Karakteristik fasilitas undakan, dan

pengaman vent belt memiliki persyaratan, harus diperhitungkan dalam proses

modifikasi kondisi kerja penggilingan padi. Melalui model pendekatan sistemik,

ergonomi total berkontribusi untuk optimalkan keterlibatan fisik dan mental serta unsur

dinamis dalam aktivitas proses penggilingan padi.

Oleh karena itu semua unsur yang mempengaruhi kesehatan kerja pekerja harus

dipahami sebagai suatu sistem. Modifikasi kondisi kerja pada penggilingan padi adalah:

a) Redesain undakan pada mesin pecah kulit dan pemberian pelindung pada vent belt,

yang perlu dipertimbangkan adalah atapak untuk tinggi anak tangga dan atapak

ngandang untuk lebar anak tangga sesuai antropometri pekerja penggilingan padi,

bahan lokal yang digunakan adalah kayu pohon kelapa yang mudah di dapat di desa

setempat, dan tukang yang mengerjakan berasal dari desa setempat.

b) Redesain ventilasi untuk mengurangi kebisingan dan kadar debu di ruang kerja

menggunakan konsep sanga mandala (nistaning-nista/kelod-kauh) menempatkan

kegiatan yang dipandang bersifat kotor mengandung limbah pada arah kelod dan

kauh.

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

63

c) Sikap kerja dan pengaturan jam kerja. Dengan redesain undakan dan pemberian

pelindung pada vent belt, sikap pekerja saat mengangkat dan menuang gabah dalam

posisi tidak membungkuk, dan lengan pekerja pada mesin penggilingan padi tidak

melebihi tinggi bahu pekerja. Sedangkan pada pengaturan jam kerja menjadi

delapan jam, pemberian istirahat pendek dua kali selama lima menit pada pukul

09.30-09.35 WITA dan pukul 14.30-14.35 WITA. Pada saat istirahat diberikan

asupan nutrisi tambahan. Hal ini merupakan perwujudan konsep tat twam asi dan

menyama braya, wujud rasa empati dari pemilik usaha terhadap pekerja dalam

menjaga keseimbangan dalam budaya THK di penggilingan padi.

2. Holistik

Pemecahan masalah dilakukan secara holistik yang menekan bahwa semua faktor

yang terkait dengan masalah yang ada harus dipecahkan secara proaktif dan

menyeluruh. Holistik diartikan bahwa sistem terdiri dari subsistem yang saling terkait

dan harus dipertimbangkan. Subsistem yang terkait dalam kajian kesehatan kerja dan

produktivitas adalah:

a) Faktor lingkungan kerja yang perlu dipertimbangkan, adalah: suhu, kelembaban,

kecepatan angin, kebisingan, dan kadar debu. Dalam budaya THK faktor

lingkungan kerja merupakan unsur palemahan (keharmonisan hubungan manusia

dan lingkungan kerja) harus tercipta sehingga keseimbangan dalam budaya THK

dapat diwujudkan untuk menciptakan lingkungan kerja yang ENASE (efektif,

nyaman, aman, sehat, efisien)

b) Faktor internal yang perlu dipertimbangkan, adalah: usia, jenis kelamin, tinggi

badan, berat badan, pengalaman kerja, dan status kesehatan pekerja. Dalam

perspektif mikrokosmos di dalam diri manusia, THK terdiri dari: atman, prana, dan

angga. Faktor internal (usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, pengalaman

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

64

kerja, dan status kesehatan) dalam diri pekerja merupakan bagian dari prana yang

kedudukannya sama dengan pawongan. Kualitas fisik pekerja menentukan tingkat

dan kualitas prana seseorang. Pengembangan prana menjadi bagian penting dari

bekerja di penggilingan padi untuk menghasilkan manusia yang sehat dan produktif.

c) Faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan, adalah sistem pemberian bonus,

kepemimpinan, dan hubungan kerja, baik antara pengusaha dengan pekerja ataupun

antar sesama pekerja. Dalam budaya THK faktor eksternal merupakan perwujudan

konsep tat twam asi dan menyama braya, wujud rasa empati dari pemilik usaha

terhadap pekerja dan hubungan pekerja dengan pekerja lainnya.

Berbagai faktor yang mempengaruhi sikap kerja di penggilingan padi jika

dikaitkan dengan modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK perlu kajian holistik

untuk menjaga produk yang dihasilkan bisa diterima secara manusiawi (Manuaba,

2005b). Karakteristik individu, sosial-budaya dalam hal ini budaya THK, agama,

ekonomi dan lingkungan menjadi bahan pertimbangan dalam proses kerja di

penggilingan padi.

3. Interdisipliner

Pendekatan interdisipliner menekankan bahwa semua disiplin yang terkait ikut

terlibat dalam pemecahan masalah sejak awal kegiatan. Bidang ilmu yang dibutuhkan

dalam modifikasi kondisi kerja penggilingan padi antara lain:

a) Ahli ergonomi, menganalisis hubungan manusia sebagai pekerja dengan

pekerjaan penggilingan padi.

b) Ahli teknik, menganalisis mengenai teknologi yang layak secara teknis dalam

meredesain undakan, pemberian pengaman pada vent belt, dan redesain ventilasi

sehingga dapat digunakan.

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

65

c) Ahli ekonomi, menganalisis pembiayaan dalam menunjang keberhasilan secara

komersial.

d) Ahli sosio-budaya, menganalisis masalah ergonomi melalui aspek budaya dalam

hal ini budaya THK di penggilingan padi sehingga sangat membantu

mempercepat penyelesaian masalah yang dibutuhkan pekerja penggilingan padi

dan lebih mudah diterima oleh masyarakat setempat.

e) Ahli fisiologi mempelajari peranan dan fungsi organ-organ tubuh pekerja saat

sedang bekerja.

Para ahli membentuk suatu tim guna merumuskan modifikasi kondisi kerja berbasis

ergo THK di penggilingan padi yang baru dengan pertimbangan berbagai segi, untuk

meyakinkan bahwa modifikasi kondisi kerja penggilingan padi yang baru yang realistis.

4. Partisipatori

Partisipatori diartikan sebagai keterlibatan semua pihak yang berkepentingan tidak

hanya terlibat secara fisik saja tetapi juga pikiran dan perasaan. Pihak yang terkait dan

perlu dilibatkan adalah pekerja, tukang kayu, dan pimpinan perusahaan. Dalam

modifikasi kondisi kerja penggilingan padi keterlibatan pekerja diperlukan untuk

diminta masukannya tentang kesesuaian redesain undakan, pengaman vent belt dan

redesain ventilasi yang akan digunakan.

Pekerja yang diberikan intervensi ergonomi di penggilingan padi di Desa

Jinengdalem perlu menyumbangkan pemikiran dan pandangannya dalam proses

modifikasi kondisi kerja, sehingga dapat membenahi berbagai kondisi beragam sesuai

kepentingannya (Koningsveld dkk., 2005; Rosercrance dkk., 2005). Pekerja yang diakui

lebih memahami kendala dan kebutuhan setiap pemakaian produk (Vink dkk., 2006;

Kogi, 2006).

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

66

Pendekatan partisipatori dilakukan melalui diskusi bertahap dan dalam bentuk

kelompok terbatas, baik dengan pemilik usaha maupun dengan pekerja penggilingan

padi. Hasil diskusi dibahas dengan pemilik usaha, untuk menemukan wujud final

intervensi yang memenuhi harapan pekerja. Pemilihan modifikasi kondisi kerja

penggilingan padi di Desa Jinengdalem mempertimbangkan asas manfaat, mudah

dikerjakan, biaya produksi dan perawatan murah, mengacu pada aspek budaya THK,

ramah lingkungan, menarik serta harga terjangkau.

Modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK pada penggilingan padi di Desa

Jinengdalem yang berdasarkan pendekatan SHIP meningkatkan kesehatan kerja melalui

indikator penurunan: beban kerja, keluhan muskuloskeletal, ketegangan otot, kelelahan,

peningkatan fungsi paru dan produktivitas pekerja melalui indikator: memperpendek

waktu proses kerja dan meningkatkan produktivitas. Metode SHIP approach

diharapkan berhasil mewujudkan produktivitas kerja yang manusiawi.

2.6.2 Penerapan teknologi tepat guna (TTG)

Penerapan teknologi tepat guna (TTG) adalah suatu pendekatan dengan teknologi

yang akan dirancang harus dikaji secara komprehensif melalui enam kriteria (Manuaba,

2004b; 2005a), dan ditambah satu kriteria (Sutjana, 2011) sebagai berikut.

1. Teknis

Modifikasi kondisi kerja yang ergonomis berorientasi THK bertujuan untuk

mempermudah dan mempercepat pekerjaan. Redesain undakan dan pemberian

pengaman pada vent belt yang dibuat sesuai antropometri pekerja penggilingan padi

(atapak ngandang untuk lebar dan dan duang gemel untuk tinggi setiap undak)

ventilasi ruang mengacu pada konsep sanga mandala (nistaningnista/kelod kauh)

menempatkan kegiatan yang dipandang bersifat kotor mengandung limbah pada

arah kelod dan kauh. Menggunakan bahan lokal yaitu kayu pohon kelapa.

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

67

Dikerjakan oleh tukang yang berasal dari Desa Jinengdalem, menggunakan

peralatan sederhana, mudah diperbaiki dan dirawat, aman dan kuat, meringankan

pekerjaan dan memberikan kenyaman dalam bekerja.

2. Ekonomis

Redesain undakan, ventilasi dan pemasangan pengaman pada vent belt pada

penggilingan padi seoptimal mungkin memanfatkan bahan lokal berupa kayu pohon

kelapa, dan tukang yang mengerjakan berasal dari desa setempat, tidak

menimbulkan kesenjangan, dan terjangkau dari segi biaya. Pembuatannya

mempertimbangkan jumlah bahan yang dipakai, ongkos pengerjaan yang relatif

murah, aspek sosial budaya (sesuai antropometri pekerja penggilingan padi, dan

konsep sanga mandala) bahan-bahan yang dipakai mudah didapat, dan umur pakai

yang cukup panjang.

3. Ergonomis/kesehatan

Modifikasi kondisi kerja penggilingan padi di Desa Jinengdalem bertujuan

meningkatkan kesehatan kerja pekerja secara fisik dan mental untuk produktivitas

yang lebih meningkat. Modifikasi kondisi kerja penggilingan padi harus memenuhi

syarat-syarat kenyamanan saat digunakan, seperti tinggi, jangkauan, kapasitas dan

kekuatan konstruksi. Sikap kerja yang fisiologis, sedikit memanfaatkan otot,

sehingga pekerja bekerja dengan ENASE. Dalam budaya THK, sikap kerja yang

fisiologis, sedikit memanfaatkan otot dapat menjaga keseimbangan dalam konsep

tri pramana (bayu/tenaga, sabda/pikiran, idep/jiwa). Tenaga otot menjadi hal

penting dalam beraktivitas/bergerak melakukan pekerjaan. Sehingga keseimbangan

pada tri pramana, dapat dicapai yang berdampak pada meningkatnya kesehatan

kerja pada pekerja penggilingan padi.

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

68

4. Sosio-budaya

Modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK merupakan pemecahan masalah

ergonomi di penggilingan padi melalui aspek sosio-budaya yang dapat

dipertanggungjawabkan. Sosio-budaya merupakan salah satu aspek dalam

pendekatan SHIP dan penerapan TTG. Aspek sosio budaya dalam penelitian ini

adalah THK sebagai keraifan lokal yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Bali

merupakan konsep keseimbangan dalam kehidupan melalui harmonisasi hubungan

manusia dengan Tuhan (parhyangan), manusia dengan manusia (pawongan) dan

hubungan manusia dengan lingkungan (palemahan) dengan harapan modifikasi

kondisi kerja berbasis ergo THK lebih mudah diterima oleh masyarakat setempat.

Sehingga keseimbangan antara task, organisasi dan lingkungan dalam ergonomi

dapat terwujud. Di samping itu redesain undakan dan pengaman pada vent belt pada

penggilingan padi didesain fashionable/trendi sehingga menarik bagi pengguna dan

tidak ketinggalan jaman (Sutjana, 2011).

5. Hemat energi

Redesain undakan, pemberian pengaman pada vent belt, dan redesain ventilasi pada

penggilingan padi. Bertujuan untuk menghindari penggunaan energi secara

berlebihan dari pekerja dimana pada kondisi kerja lama, pekerja melakukan

pekerjaan dengan sikap kerja yang tidak alamiah (posisi membungkuk, posisi

lengan melebihi tinggi bahu) menyebabkan adanya gerakan otot yang tidak

seharusnya terjadi serta pemborosan energi, sehingga menimbulkan risiko kelelehan

dan cedera otot. Dengan Redesain undakan dan pemberian pengaman pada vent belt

sesuai antropometri pekerja penggilingan padi, dan redesain ventilasi sesuai konsep

sanga mandala, pekerja dapat menghemat energi/bayu sehingga terjadi

keseimbangan dalam tri pramana (bayu, sabda, idep). Hal ini berdampak pada

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

69

penurunan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, ketegangan otot, kelelahan,

meningkatkan fungsi paru dan produktivitas. Disamping itu dengan redesain

ventilasi, cahaya alami dapat masuk ke dalam ruang kerja sehingga tidak perlu

menghidupkan lampu pada siang hari.

6. Tidak merusak lingkungan

Redesain ventilasi pada ruang kerja penggilingan padi sesuai konsep sanga

mandala menempatkan kegiatan yang dipandang bersifat kotor mengandung limbah

debu dan bising dilakukan di nistaning-nista di daerah kelod-kauh untuk

menanggulangi masalah debu dan bising pada lingkungan kerja sehingga tidak

menimbulkan polusi bagi pekerja dan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.

Pada lokasi penelitian arah kelod kauh letaknya lebih rendah dari pada arah timur

(kangin), sehingga angin berhembus dari arah kangin ke kelod kauh (dari tempat

yang tinggi ke tempat yang lebih rendah), hal ini sangat sesuai dengan konsep sanga

mandala (nistaning nista), dimana debu dan bising dihembuskan ke arah kelod kauh

sebagai tempat yang dipandang bersifat kotor.

7. Trendi

Redesain undakan, pengaman pada vent belt, dan redesain ventilasi pada

penggilingan padi didesain menarik bagi pengguna dan tidak ketinggalan jaman

dengan tetap mengacu pada enam kriteria sebelumnya.

Secara keseluruhan modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK di penggilingan

padi dilakukan dengan menempatkan karakteristik pekerja sebagai pertimbangan

utama, di antaranya adalah antropometri pekerja. Dalam penelitian ini untuk redesain

undakan dan pengaman vent belt ukuran antropometri yang digunakan adalah

antropometri pekerja penggilingan padi.

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

70

2.7 Ergo THK

Merupakan suatu model yang memecahkan permasalahan ergonomi dari aspek

budaya THK dengan penerapan ergonomi total melalui pendekatan SHIP dan

penerapan TTG pada penggilingan padi di Desa Jinengdalem Buleleng dengan tujuan

menciptakan kondisi kerja yang serasi dengan pekerja, task, organisasi dan lingkugan

kerja.

Dengan mengkaji permasalahan ergonomi dari aspek sosio budaya menyebabkan

perbaikan yang dilakukan lebih mudah diterima dan dilaksanakan tanpa adanya

resistensi dari penggunanya serta tidak menimbulkan benturan dengan masyarakat

setempat. Aspek budaya dalam penelitian ini adalah THK sebagai keraifan lokal yang

berlaku dalam kehidupan masyarakat Bali.

Modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK menerapkan pendekatan ergonomi

total dengan penekanan aspek budaya THK yang menerapkan prinsip-prinsip ergonomi

yang built in dalam modifikasi kondisi kerja di penggilingan padi di Desa Jinengdalem.

Yang menjadi pertimbangan budaya THK adalah: hubungan manusia dengan Tuhan,

sesama dan lingkungan, hal ini juga merupakan pertimbangan dalam ergonomi yang

terdiri dari: task, organisasi dan lingkungan yang dijabarkan melalui 8 aspek ergonomi.

Intervensi diawali dengan identifikasi masalah melalui pendekatan SHIP dan

penerapan TTG dengan cara diskusi dengan pekerja dan pengusaha. Mulai dari

identifikasi masalah hingga saran dan solusi dari permasalahannya.

Berdasarkan prioritas dari masalah maka modifikasi kondisi kerja berbasis ergo

THK meliputi (1) perbaikan sikap kerja, (2) pengaturan jam kerja, (3) pemberian

istirahat aktif dan kudapan, (4) redesain undakan dan pemberian pengaman pada vent

belt sesuai antropometri pekerja penggilingan padi, (5) meredesain lubang ventilasi

sesuai konsep sanga mandala (nistaning-nista/kelod-kauh). Sehingga tercipta iklim

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja 2.1.1 Beban kerjaerepo.unud.ac.id/18934/3/1290271007-3-9. BAB II.pdf · Untuk pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan ... Mengukur

71

kerja pada penggilingan padi yang enase, ergonomis, dan peningkatan produktivitas

tercapai. Parameter penilaian modifikasi kondisi kerja berbasis ergo THK

menggunakan kuesioner aplikasi ergo THK (Lampiran 5).