9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini peneliti akan membahas teori-teori yang digunakan para ahli dalam penelitian ini. Kajian teori ini mencakup pengertian matematika, model pembelajaran kooperatif kooperatif tipe TGT, perencanaan penilaian hasil belajar siswa dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan ular tangga untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas 4 SD. 2.1.1 Pembelajaran Matematika Menurut Bruner (dalam Hawa, 2007:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran. Menurut Hawa (2007:56) tujuan matematika sekolah, khusus di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
25
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3823/3/T1_292009225_BAB II.pdf · untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam kajian teori ini peneliti akan membahas teori-teori yang digunakan
para ahli dalam penelitian ini. Kajian teori ini mencakup pengertian matematika,
model pembelajaran kooperatif kooperatif tipe TGT, perencanaan penilaian hasil
belajar siswa dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
permainan ular tangga untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas 4
SD.
2.1.1 Pembelajaran Matematika
Menurut Bruner (dalam Hawa, 2007:48) belajar matematika adalah belajar
mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan
dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan
intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah
terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup
dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus
dikuasainya itu. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembelajaran matematika
adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang
selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan
belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini
sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.
Menurut Hawa (2007:56) tujuan matematika sekolah, khusus di Sekolah
Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
10
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Dengan demikian hasil-hasil pembelajaran matematika menampak
kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada
kemampuan menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam
menyelesaikan masalah-msalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain
yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.
Menurut Aisyah (2007:67) merancang pembelajaran matematika tentu
merupakan pekerjaan yang sangat akrab digeluti oleh guru matematika. Setiap
guru matematika dimanapun dia bertugas dan pada jenjang manapun dia
mengajar tentu harus melaksanakan pekerjaan ini. Namun demikian, harus diakui
bahwa pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena memerlukan
keterampilan yang memadai untuk melakukan telaah yang mendalam dan
komprehensif terhadap kurikulum yang berlaku, isu-isu yang berkembang dalam
bidang pendidikan, persoalan-persoalan yang muncul di lapangan, minat dan
kemampuan siswa, serta perkembangan IPTEK. Dalam merancang pembelajaran,
guru harus menetapkan tujuan atau kompetensi yang harus dikuasai siswa,
materi-materi yang berkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa,
penjabaran dan urutan yang logis dari materi-materi tersebut dengan
mempertimbangkan media, cara penyajian, dan cara mengevaluasinya.
Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran matematika
merupakan serangkaian kegiatan yang diawali dengan kajian filosofis hakikat
pembelajaran matematika dan penjabaran kemampuan dasar yang minimal
dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika. Kajian filosofis tentang hakikat
pembelajaran matematika ini penting dilakukan agar materi dan strategi
pembelajaran yang dipilih sesuai dengan karakteristik matematika dan
11
pembelajarannya. Berdasarkan dua hal ini selanjutnya ditetapkan komponen-
komponen rencana pembelajaran dan disusun dengan urutan yang mudah
dipahami.
Menurut Aisyah (2007:89) langkah-langkah penyusunan pembelajaran
matematika sebagai berikut.
1) Melakukan Identifikasi Mata Pelajaran
Identifikasi mata pelajaran meliputi ; (1) nama mata pelajaran (yaitu
matematika), (2) jenjang sekolah (yaitu SD), dan kelas/semester.
2) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
3) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada Standar Isi (SI), dengan memperhatikan
hal-hal berikut.
a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada
di SI;
b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran matematika;
c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar
dengan mata pelajaran lain.
4) Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang dirumuskan adalah tujuan pembelajaran
untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan kompetensi
dasar.
5) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
6) Menyusun Uraian Materi Pembelajaran
Uraian materi disusun berdasarkan materi pokok dan materi pokok
ditetapkan berdasarkan kompetensi dasar. Uraian materi harus memuat
fakta, konsep, prinsip, dan operasi di dalam matematika.
7) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar
peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan strategi/pendekatan/metode pembelajaran yang bervariasi
dan berpusat pada peserta didik.
8) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
9) Menentukan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes
dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
12
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Jika memungkikan
penilaian harus meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
10) Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu didasarkan alokasi waktu yang disediakan
untuk pembelajaran satu kompetensi (beberapa kali tatap muka) dan
mengacu pada tahap-tahap pembelajaran umum (kegiatan awal, inti,
dan penutup). Penentuan waktu pada setiap tahap kegiatan didasarkan
pada keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
tahap-tahap pembelajaran tersebut.
2.1.2 Model Pembelajaran
Model Pembelajaran menurut Suprijono (2011:46) adalah pola yang
dugunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. Menurut Joyce dan Weil, 1980 (dalam Rusman, 2012:134) para ahli
menyusu model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-
teori psikologis, sosiologis, analisis system, dan teori-teori lain yang mendukung.
Joyice dan Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar
yang dikelompokan menjadi 4 model pembelajaran.model tersebut merupakan
pola umum untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Menurut Taniredja (2012:55) model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran di kelas
atau yang lain. Dengan demikian model pembelajaran dapat dijadikan pola
pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan
efisien untuk mecapai tujuan pendidikannya.
Dapat simpulkan model pembelajaran adalah sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Untuk menentukan model pembelajaran
yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan pilihan model pembelajaran yang akan digunakan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memlih model
pembelajaran menurut Rusman (2012:137) yaitu:
a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pelajaran.
13
c. Pertimbangan dari sudut siswa.
d. Pertimbangan yang bersifat nonteknis.
Model pembelajaran menurut Rusman (2012:136) memiliki ciri sebagai
berikut.
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
b. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar
di kelas.
d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: urutan langkah
pembelajarn (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, system social,
system pendukung,
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran yaitu hasil belajar yang
dapat diukur; (2) dampak pengiring yaitu hasil belajar jangka panjang.
f. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran
yang dipilihnya.
A. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2005:9) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Jadi model kooperatif
sama saja dengan kerja kelompok. Dalam pembelajaran ini akan tercipta
sebuah inetraksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang
dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan
guru.
Dalam model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2012:202),
guru lebih berparan sebagai fasilitaor yang berfungsi sebagai jembetan
penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa itu
sendiri. Jadi guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi
juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-
ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswauntuk menemukan dan
menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
mengaandung pengertian sebagai suatu sikap perilaku bersamaan dalam
14
bekerja atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja sama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang lebih atau keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri.
Menurut Slavin (2005:26) ada enam tipologi pembelajaran kooperatif,
yaitu:
1) tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif
menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok.
2) tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu:
menjumlah skor kelompok atau rata-rata nilai individu, dan merupakan
spesialis tugas.
3) kesempatan sukses yang sama, yang merupakan karakteristik unik
metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang
memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berkontribusi dalam kelompoknya.
4) kompetisi tim, sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerja
samadengan anggota timnya.
5) spesialis tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-
masing anggota kelompok.
6) adaptasi latihan kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat
langkah kelompok.
Menurut Slavin (2005:9) tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian tujun
pembelajaran kooperatif dengan kelompok tradisional yang menerapkan
sistem kompetisi, dengan keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Model koooperatif dikembangkan untuk mencapai stidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting. Menurut Taniredja (2012:55) tujuan
pembelajaran kooperatif yaitu: meningkatkan hasil akademik, memberi
peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
perbedaan latar belajar, dan mengembangkan ketrampilan social siswa.
Menurut Stahl, 1994 (dalam Taniredja, 2012:59) ciri-ciri pembelajaran
kooperatif yaitu:
a. Belajar bersama teman.
b. Selama proses belajar tetap terjadi tatap muka antar teman.
c. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok.
d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok.
e. Belajar dalam kelompok kecil.
f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat.
g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri.
15
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament
Menurut Slavin (2005:163) secara umum TGT menggunakan turnamen
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor kemauan individu,
dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim
yang lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Dengan
demikian pembelajaran kooperatif tipe TGT ini menekankan pada pencapaian
dan kesuksesan kelompok. Tujuan dan kesuksesan kelompok tidak hanya
dalam memahami suatu pelajaran, hanya bekerja menyelesaikan masalah
tetapi juga mempelajari secara kelompok.
Menurut Saco, 2006 (dalam Rusman, 2012:224) dalam TGT siswa,
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
skor bagi tim mereka masing-masing. Permaian dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
dalam kuis dapat ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa akan
mengambil sebuah kartu yang telah diberi angka, kemudian siswa harus
berusaha untuk menjawab pertanyaan dalam kartu tersebut.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang
siswa yang memiliki kemampuan , jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda (dalam Rusman, 2012:225). Guru menyajikan materi dan siswa
bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru
memberikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok. Tugas yang
diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.
Menurut Slavin, 1995 (dalam Taniredja, 2012:225) ada lima
komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut.
1) Penyajian kelas
Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda
dengan pengajaran biasa, hanya pengajaran lebih difokuskan pada
pengajaran materi saja. Ketika pembelajaran berlangsung, siswa sudah
berada dalam kelompoknya. Dengan demikian mereka akan
memperhatikan serius selama pembelajaran berlangsung.
16
2) Kelompok
Kelompok disususn dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili
percampuran dari berbagai keragaman dalam kelas sperti kemampuan
akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik.
3) Permainan
Pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang dari materi yang
relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan
yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Sebagian besar
pertanyaan dari kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa mengambil
sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan sesuai
dengan nomor pada kartu tersebut.
4) Kompetisi/turnamen
Turnamen adalah susunan beberapa permainan yang dipertandingkan.
Biasanya dilaksanakan pada akhir mingguatau akhir unit pokok
bahsan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada
pada meja turnamen. 3 siswa berprestasi tinggi dalam kelompoknya
akan ditempatkan ke meja 1, kemudian 3 siswa berprestasi nomor 2
akan di tempatkan ke meja nomor 2, dan seterusnya, hingga siswa
berprestasi paling rendah.
5) Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan member penghargaan berupa
hadiah atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar
sehingga mencapai criteria yang telah disepakati bersama.
Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja
(2012:75) sebagai berikut.
1) Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi
dan menggunakan pendapatnya.
2) Rasa percaya diri siswa jadi lebih tinggi.
3) Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.
4) Motivasi belajar siswa menjadi bertambah.
5) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi antara
siswadengan siswa maupun siswa dengan guru.
6) Kerja sama anatara siswa dengan siswa di kelas akan membuat
interaksi belajar dalam kelas menjadi lebih hidup dan tidak
membosankan.
Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja
(2012:75) sebagai berikut.
1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran khususnya saat turnamen
atau permainan ada siswa yang tidak ikut serta dalam menyumbangkan
pendapatnya.
2) Kekurangan waktu dalam proses pembelajaran.
3) Terjadi kegaduhan, bila guru kurang pintar mengelola kelas.
17
C. Permainan Ular Tangga
Menurut Middmid (2011:1) ular tangga adalah permainan papan untuk
anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi
dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah tangga dan
ular yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini dapat
dimainkan untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas, karena
didalamnya hanya berisi berbagai bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa melalui permainan tersebut sesuai dengan jenjang kelas dan mata
pelajaran tertentu. Jadi penelitian ini akan menggunakan bantuan permainan
ular tangga untuk memudahkan turnamen dalam pembelajaran kooperatif tipe
TGT di kelas. Seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dibukukan
menjadi satu sekaligus dengan petunjuk permainannya. Guru dapat membuat
sendiri media ini dengan menyesuaikan tujuan dan materi pembelajaran.
Selain digunakan untuk membantu kemudahan dalam turnamen dalam
pembelajaran kooperatif tipe TGT, tujuan permainan ular tangga ini adalah
untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa agar senantiasa mempelajari
atau mengulang kembali materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya yang
nantinya akan diuji melalui permainan, sehingga terasa menyenangkan bagi
siswa. Alat permainan yang tujuan dan penggunaannya dipersiapkan pendidik
juga harus bervariasi sesuai dengan derajat kesulitan tersebut alat permainan
yang dipersiapkan oleh guru untuk dipilih oleh anak dalam berbagai kegiatan
akan menentukan tumbuhnya perasaan berhasil pada anak sesuai dengan
kemampuan mereka. Permainan ular tangga akan dilakukan secara
berkelompok. Aturan main pada ular tangga ini sama dengan permainan ular
tangga biasanya.
Keunggulannya permainan ular tangga dalam pembelajaran menurut
Anjani (2012:3) sebagai berikut.
1) Media permainan ular tangga dapat dipergunakan di dalam kegiatan
belajar mengajar karena kegiatan ini menyenangkan sehingga anak
tertarik untuk belajar sambil bermain.
2) Anak dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara langsung.
18
3) Media permainan ular tangga dapat dipergunakan untuk membantu
semua aspek perkembangan anak salah satu mengembangkan
kecerdasan logika metematika.
4) Media permainan ular tangga dapat merangsang anak belajar
memecahkan masalah sederhana tanpa disadari oleh anak.
5) Penggunaan media permainan ular tangga dapat dilakukan baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
Kelemahan permainan ular tangga dalam pembelajaran menurut
Anjani (2012:3) sebagai berikut.
1) Penggunaan media permainan ular tangga memerlukan banyak waktu
untuk menjelaskan kepada anak.
2) Permainan ular tangga tidak dapat mengembangkan semua materi
pembelajaran.
3) Kurangnya pemahaman aturan permainan oleh anak dapat
menimbulkan kericuhan.
4) Bagi anak yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam bermain.
Papan permainan ular tangga dalam penelitian ini akan dibuat oleh
peneliti. Papan permainan dibuat dengan ukuran kertas 20 cm x 20 cm. Dalam
papan permainan ada 20 kotak, masing-masing kotak ada pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab. Aturan permainannya sama dengan permainan
ular tangga biasanya, akan tetapi di sini penentuan pemenanganya adalah
kelompok yang memiliki poin tertinggi. Berikut adalah gambar papan
permainan ular tangga dalam penelitian ini.
Gambar 2.1
Papan Permainan Ular Tangga
19
D. Penerapan Pembelajaran Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Permain Ular
Tangga Pada Siswa Kelas 4 SD
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.Urutan penerapan pembelajaran
matematika dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan
permainan ular tangga pada penelitian ini digunakan sebagai patokan untuk
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siswa kelas 4 SD N Kemiri
1 selama siklus berlangsung. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Sesuai dengan permendiknas (2007) komponen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran sebagai berikut ini.
1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,
semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema
pelajaran, jumlah pertemuan.
2) Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas
dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai
rujukan penyusunan indicator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata
20
kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kompetensi dasar.
6) Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar.
8) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah
ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk
peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
9) Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi
dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,