5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar sangat memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian manusia. Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Sudjana(1989:5), belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek- aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar. Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (2010:2). Beliau menjelaskan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Menurut Sudjana (2000:67), ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetensi guru yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas hasil belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih metode dan media dalam mengajar yang sesuai dengan materi, efektif dan efisien. Untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan yang diinginkan, guru harus bisa mengatur strategi mengajar yang kondusif, aktif
14
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia
yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar sangat
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian manusia.
Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Sudjana(1989:5), belajar adalah proses perubahan tingkah laku
seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai
adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar
ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran,
sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-
aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.
Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto dalam bukunya
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (2010:2). Beliau menjelaskan
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
Menurut Sudjana (2000:67), ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran
yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik
kelas dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetensi guru yang
merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas hasil belajar, maka
dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih metode dan media dalam
mengajar yang sesuai dengan materi, efektif dan efisien.
Untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan
yang diinginkan, guru harus bisa mengatur strategi mengajar yang kondusif, aktif
6
dan bermakna bagi siswa yang akhirnya akan membuat hasil belajar menjadi lebih
baik.
2.1.2 Hasil Belajar
Sudjana (2008:22) Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa
dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Slameto (2010),belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Winkel dalam Lina (2009: 5), “mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan
menurut Arif Gunarso dalam Lina (2009: 5),” hasil belajar adalah usaha maksimal
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”.
Dari uraian di atas didapat kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil
akhir yang diperoleh seseorang dari proses kegiatan belajar dari seluruh kegiatan
siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk
mencapai hasil belajar dengan menggunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi
dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam
rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu:
1. Faktor-faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu anak itu
sendiri, yang meliputi:
7
a. Faktor Jasmaniah (fisiologis)
Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh dan sebagainya.
b. Faktor Psikologis
Yang termasuk faktor psikologis antara lain:
Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar).
Non Intelektual (motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi
psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur).
Faktor kondisi fisik.
2. Faktor-faktor Eksternal
1. Faktor di Sekolah (kurikulum, kedisiplinan Siswa, guru, fasilitas
belajar, dan pengelompokan siswa).
2. Faktor keluarga (Menurut Slameto (2003: 60-64), siswa yang belajar
akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik,
relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan).
3. Faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa,
teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang
berasal dari luar diri individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling
berinteraksi sehingga membuahkan sebuah prestasi belajar.
2.1.4 Hakikat Pembelajaran Tematik
a) Pengertian Pembelajaran Tematik
Depdiknas, Trianto, (2012 : 79) Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya
adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa matapelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
8
Trianto, (2010:83) Pembelajaran tematik sebagai bagian daripada
pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai.
1. Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar isi matapelajaran dalam tema yang sama.
3. Pemahaman materi matapelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu
matapelajaran dan sekaligus dapat mempelajari matapelajaran yang lain.
7. Guru dapat menghemat waktu sebab matapelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
remedial, pemantapan, dan pengayaan materi.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik/terpadu adalah model
pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta
didik.
b) Karakteristik Pembelajaran Tematik
Depdiknas, Trianto, (2010: 92), pembelajaran tematik merupakan suatu
model pembelajaran di sekolah dasar yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
9
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan
pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal
yang lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-
tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar dan bermain dan menyenangkan.
10
2.1.5 Model Pembelajaran SAVI
a) Landasan Teori
Menurut Henry (2009), SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan
Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated
Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual,
auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)
menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan symbol.
Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan
belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera,
dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu
lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.
Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif
dan hidup.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Model pembelajaran
SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas
intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam
pembelajaran.
b) Prinsip Dasar
Menurut Henry (2009), dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan
gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL
yaitu:
1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
3) kerjasama membantu proses pembelajaran.
4) pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan
umpan balik.
6) emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7) otak-citra menyerap informasi secara langung dan otomatis.
11
Jadi pada dasarnya pembelajaran SAVI ini lebih menonjolkan bagaimana
siswa menciptakan kreativitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada cara
berpikir siswa menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali
kemampuannya dalam memperoleh pengetahuan yang baru.
c) Karakteristik
Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan
belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera,
dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu
lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.
Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif
dan hidup.
Menurut Henry (2009), sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu
Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian
yaitu:
1) Somatic
“Somatic” berasal dari bahasa yunani tubuh-soma. Jika dikaitkan dengan
belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat.
Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang
memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik,
melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan
pembelajaran berlangsung).
2) Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat
daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan
menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat
suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita
menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa
hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka
pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak
mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model,
mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai
12
keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan
makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
3) Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita
terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual
daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan
visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang
dibicarakan seorang perceramah atau sebuah buku atau program
komputer. Sekarang khusus pembelajaran visual yang baik jika mereka
dapat melihat cotoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan
sebagainya ketika belajar.
4) Intelektual
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan
pembelajaran yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara
internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu
pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari
pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah
bagian dari yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.
Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah mewakili semua
aktivitas siswa dalam kegiatana pembelajaran, karena siswa tidak hanya
mendapatkan pengetahuan semata melainkan ia dapat benar-benar memahami dan
mengalami secara langsung apa yang ia pelajari. Di sini guru juga sangat berperan
dalam penerapannya. Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam
memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga yang menarik dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar.
13
2.2 Media Pembelajaran SAVI
a) Pengertian Media
Menurut Miarso, (1986:46), kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara
atau pengantar.
Dalam salah satu artikelnya Yusufhadi Miarso memberikan batasan media
pembelajaran tersebut sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap
efektivitaspembelajaran yang akan dilaksanakan karena media dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan perhatian siswa
.
b) Fungsi Media
Menurut Miarso, (1986:49)
Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu visual dalam
kegiatan belajar/mengajar, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan
pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi
belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan
mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Edgar Dale mengadakan
klasifikasi pengalaman berlapis menurut tingkat dari yang paling
kongkrit ke yang paling abstrak.
Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa dapat
berinteraksi langsung dengan lingkungannya sehingga guru dapat menerapkan
dasar konsep pembelajaran yang kongkrit.
Menurut Brown (1973), Jenis media belajar, diantaranya adalah:
1. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartu, komik.
2. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya.
14
3. Projecterd still media: slide; over head projector (OHP), in focus
dan sejenisnya.
4. Projected motion media: film, televise, video (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya.
2.2.1 Model Penerapan Pembelajaran SAVI
Pelaksanaan pembelajaran tematik dengan menggunakan model
pembelajaran SAVI melalui beberapa tahap, yaitu:
1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk
penerapan belajar Auditori (A)
Pada tahap awal, guru memberikan beberapa pertanyaan seputar
materi yang akan disampaikan. Untuk membangkitkan minat belajar
siswa. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan disampaikan
dengan cara mendongeng menggunakan wayang-wayangan gambar
hewan dari kertas.
2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk
penerapan belajar Visual (V)
Pada tahap ini guru menggunakan alat peraga berupa benda
kongkrit yang berada dekat dengan lingkungan siswa. Pada materi ini
guru menayangkan film berupa sumber energi yang berkaitan dengan
materi pembelajaran, sehingga dapat menciptakan nilai-nilai yang
positif bagi siswa. Kemudian siswa diajak untuk mengalami secara
langsung dengan mengamati manfaat energi yang dilihatnya.
3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan
somatic (S)
Pada tahap ini guru memberikan lembar pengamatan untuk
dikerjakan bersama teman kelompoknya (@ 5 orang siswa), kemudian
dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru, dibahas
bersama-sama dan hasil kerja dikumpulkan. Kemudian melakukan
kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan materi pembelajaran
tematik.
15
4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup) adalah sebagai bentuk
belajar Intelektual (I)
Pada tahap terakhir, guru memberikan soal evaluasi secara individu
dan memberikan pemantapan berupa pesan moral yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari.
2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
1. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Anggoro-292007708
(2010), “Penggunaan Metode Drama untuk Meningkatakan Prestasi Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Tematik di Kelas III SD Negeri Wonolelo
Wonosobo Semester I Tahun 2009/2010”, melakukan penelitian terhadap 28
siswa, hasilnya:Setelah melakukan penelitian diketahui bahwa terjadi
peningkatan perstasi belajar siswa pada setiap siklus kegiatan belajar
mengajar. Peningkatan prestasi belajar tersebut ditunjukkan dengan
peningkatan pencapaian rata-rata hasil evaluasi siswa. Hal tersebut diketahui
dari awal mula nilai rata-rata pada pra siklus sebesar 62,5 menjadi 77,96
pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 80,93 pada evaluasi tindak
lanjut dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 89,43. Bukti lain yang
menunjukkan peningkatan prestasi belajar adalah dengan meningkatnya
jumlah siswa yang mencapai KKM. Dari 10,71% siswa yang mencapai
KKM pada pra siklus menjadi 100% siswa mencapai KKM pada siklus I
maupun siklus II.
Peningkatan prestasi belajar ini dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang
digunakan guru dalam mengajar. Kegiatan bermain drama yang dilakukan
siswa mengharuskan siswa untuk memahami materi pelajaran yang
diberikan agar dapat memainkan drama dengan baik. Saat siswa
menghafalkan dialog, maka siswa sekaligus menghafalkan materi pelajaran.
Keadaan seperti ini mengakibatkan siswa lebih memahami materi pelajaran
dan prestasi belajar menjadi meningkat.
2. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Ika Fitrianingsih-
A.410050075 (2009), “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan SAVI
16
Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”, melakukan penelitian terhadap 80
siswa yang kemudian dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
VIII B sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen diberikan pendekatan
SAVI sedangkan kelas VIII D sebanyak 40 siswa sebagai kontrol diberikan
metode konvensional dengan teknik random sampling hasilnya:
a) Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran ditinjau
dari perbedaan penggunaan pendekatan pembelajaran dengan diperoleh sig.
0,001 < 0,05 yang berarti bahwa pendekatan pembelajaran SAVI lebih baik
dalam meningkatkan nilai siswa pada pokok bahasan lingkaran sehingga
prestasi belajar yang dicapai lebih tinggi, dengan hasil rata-rata prestasi
8.0500 untuk kelas eksperimen dan 7.4375 untuk kelas kontrol.
b) Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran ditinjau
dari motivasi belajar siswa dengan diperoleh sig. 0,036 < 0,05 yang berarti
siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan memperoleh prestasi
belajar yang tinggi, siswa dengan motivasi belajar sedang akan memperoleh
prestasi belajar sedang, dan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang
rendah akan memperoleh prestasi belajar yang rendah.
c) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan
dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika
pada pokok bahasan lingkaran dengan diperoleh sig. 0.186>0.05 yang
berarti metode pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa secara
bersama tidaklah memberikan hasil yang signifikan terhadap prestasi belajar
matematika atau dengan kata lain bahwa rata-rata prestasi belajar siswa dari
kelompok eksperimen selalu lebih tinggi dari siswa kelompok kontrol, baik
untuk motivasi belajar tinggi, sedang atau rendah
Hasil analisis post hoc menunjukan perbedaan antar motivasi siswa(tinggi,
sedang, dan rendah) menunjukan nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05 yang
berarti perbedaan antar tingkat motivasi siswa signifikan. (berbeda secara
bermakna).
17
2.4 Kerangka Berpikir
Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka
berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini
disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu pengaruh
penerapan pembelajaran tematik, model pembelajaran SAVI dan hasil belajar.
Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran SAVI dalam
pembelajarannya guru menyatukan keempat unsur SAVI dalam pembelajaran
tematik. Pembelajaran dimulai dengan guru memberi tahu materi yang akan
disampaikan, tujuannya apa, tanya jawab sebagai bentuk penerapan belajar
Auditori (A), guru menggunakan alat peraga berupa benda kongkrit yang berada
dekat dengan lingkungan siswa, sebagai bentuk penerapan belajar Visual (V),
kemudian guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan bersama teman
sebangkunya atau kelompok, kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan
bimbingan guru, dibahas bersama-sama dan dikumpulkan, sebagai bentuk
penerapan somatic (S), yang terakhir adalah guru memberikan soal latihan secara
individu sebagai bentuk belajar Intelektual (I).
Dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran yang sesuai, maka
akan membantu siswa untuk memperoleh nilai hasil belajar sesuai dengan yang
diharapkan.
18
Kerangka berfikir dalam penelitian
2.5 Hipotesis Penelitian
Apabila guru dapat menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan
model pembelajaran SAVI siswa kelas III SD tidak hanya memperoleh
pengetahuan saja. Namun siswa menjadi aktif, karena dapat terlibat langsung
dalam proses belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas. Diharapkan
dapat mengalami perubahan kearah positif, sehingga proses belajar mengajar