7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA untuk Sekolah Dasar 2.1.1.1 Pengertian IPA Menurut Wahyana dalam Trianto ( 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Powler dalam Samatowa (2009: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis. Ilmu pengetahuan alam atau Sains (science) diambil dari kata latin Scientia" yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge (2009) merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan, "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Suprijono, 2003). Ilmu pengetahuan alam atau Sains dalam arti sempit merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Ilmu pengetahuan alam yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum
19
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...€¦ · 2.1.1.1 Pengertian IPA. Menurut Wahyana dalam Trianto ( 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan . pengetahuan tersusun secara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran IPA untuk Sekolah Dasar
2.1.1.1 Pengertian IPA
Menurut Wahyana dalam Trianto ( 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai
oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah. Menurut Powler dalam Samatowa (2009: 3) IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen/sistematis.
Ilmu pengetahuan alam atau Sains (science) diambil dari kata latin
Scientia" yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian
berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan
Trowbribge (2009) merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan
pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains
adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang
tidak dapat dipisahkan, "Real Science is both product and process, inseparably
Joint" (Suprijono, 2003).
Ilmu pengetahuan alam atau Sains dalam arti sempit merupakan disiplin
ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu
biologi). Ilmu pengetahuan alam yang termasuk physical sciences adalah
ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika,
sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi,
embriologi, mikrobiologi).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA
adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum
8
terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah
seperti oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa
ingin tahu, terbuka, dan jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam
sekitar.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006
adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebeseran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya
2. Mengembangkan pegetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang
lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup
dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan
kegunaanya meliputi: cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya
9
meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana,
(4) bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya (BNSP: 2006).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa
dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan
selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian
juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan
yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara
berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.
2.1.2 Model Pembelajaran PBL
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran PBL
Menurut Sanjaya (2006: 212), PBL merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Ada tiga ciri utama pembelajaran PBL. Pertama:
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran; artinya dalam implementasinya
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Dalam pembelajaran PBL
menuntut siswa secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya
pikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan bukan hanya
sekedar mendengarkan, mencatat, atau menghafal materi pemebelajaran.
Kedua: Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa
masalah pembelajaran tidak akan terjadi. Ketiga: Pemecahan masalah
dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan
secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya cara berpikir melalui tahapan
– tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dilihat dari aspek psikologi belajar, PBL didasarkan pada psikologi
kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan sekedar menghafal
10
sejumlah fakta tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan
lingkungannya. Melalui PBL, diharapkan siswa dapat berkembang di berbagai
aspek baik kognitif, afektif maupun psikomotor melalui penghayatan problema
yang dihadapinya. Sanjaya (2006: 214) memberi batasan, hakekat
permasalahan yang diangkat dalam PBL adalah gap atau kesenjangan antara
situasi nyata dengan situasi yang diharapkan, atau antara yang terjadi dengan
harapan. Kesenjangan tersebut dapat dirasakan dari adanya keresahan, keluhan,
kecemasan atau kerisauan. Untuk mengetahui adanya masalah dan kesenjangan
maka pembelajaran harus diawali dengan penyajian konsep, informasi serta
teori – teori yang seharusnya, sehingga siswa secara mudah dituntun untuk
menyandingkan dengan kondisi yang terjadi, baru muncuk masalah. Dengan
demikian secara keseluruhan sumber dan materi PBL tidak hanya terbatas pada
buku teks saja tetapi lebih luas; bisa dari media massa, nara sumber serta
keadaan riil masyarakat.
Menurut Sanjaya (2006: 214) kriteria pemilihan bahan pembelajaran yang
akan disajikan melalui PBL adalah sebagai berikut:
1) Bahan pelajaran mengandung isu – isu yang mengandung konflik
yang bisa bersumber dari media massa, rekaman, berita maupun
kondisi riil masyarakat.
2) Bahan pelajaran familier dengan siswa sehingga siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan baik.
3) Bahan pelajaran menyangkut kepentingan atau berkaitan dengan
orang banyak sehingga terasa manfaatnya.
4) Bahan pelajaran mendukung kompetensi yang diajarkan atau yang
termuat dalam kurikulum.
5) Bahan pelajaran merangsang minat siswa sehingga siswa tertarik
untuk memecahkan masalah yang disajikan melalui pembelajaran.
Berdasarkan Peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
kompetensi siswa yang diharapkan apabila diterapkan PBL adalah:
1) Siswa tidak hanya dapat mengingat materi pembelajaran tetapi untuk
dapat memahami dan menguasai secara penuh.
2) Siswa mengembangkan pola berpikir rasional yaitu kemampuan
11
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka kuasai
dalam situasi baru, mengenal perebedaan antara fakta dengan
pendapat serta mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
secara obyektif.
3) Siswa dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah serta
mengembangkan tentang intelektualnya.
4) Siswa dapat memahami hubungan antara yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupan.
Menurut peneliti PBL adalah suatu model pembelajaran yang menekankan
pada proses penyelesaian suatu masalah dengan metode ilmiah dimana masalah
tersebut berasal dari dunia nyata yang dialami siswa sehari – hari sehingga
mampu merangsang proses berpikir kritis dan analitis.
2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PBL
Menurut Sanjaya (2006) yang menyebutkan bahwa sebagai suatu model
pembelajaran, PBL memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya:
1) Kelebihan dari model Problem Based Learning
a) Menantang kemampuan siswa serta memberiakan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
b) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
c) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk
memahami masalah dunia nyata.
d) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
e) Mengembangkan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
f) Memberi kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
12
g) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
h) Memudahkan siswa untuk menguasai konsep-konsep yang di pelajari
guna memecahkan masalah dunia nyata.
Disamping kelebihan di atas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya:
2) Kekurangan dalam model Problem Based Learning
a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.
b) Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman
mengenai materi yang diperlukaan untuk menyelesaikan masalah
mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
2.1.2.3 Prinsip Dasar Pembelajaran PBL
Terdapat beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan
diupayakan oleh guru dalam melaksanakan PBL di dalam kelas. Prinsip -
prinsip dasar Pembelajaran PBL menurut Amir (2009: 24) adalah sebagai
berikut:
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep
yang ada pada masalah. Langkah pertama ini agar setiap siswa
memandang yang sama atas istilah atau konsep yang ada dalam
masalah.
2) Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan –
hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-kadang ada
yang masih belum nyata antara fenomenanya atau ada sub masalah
yang harus diperjelas dahulu.
3) Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki
anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi
faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada
13
dalam pikiran anggota. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan
melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang
terkait dengan masalah.
4) Menata gagasan secara sistematis dan menganalisisnya dengan dalam
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain,
dikelompokkan, mana yang saling menunjang, mana yang
bertentangan. Analisis adalah upaya memilah – milah sesuatu menjadi
bagian-bagian yang membentuknya.
5) Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok
sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang
masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan
analisis masalah yang dibuat. Inilah yang menjadi dasar gagasan yang
akan dibuat laporan.
6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain
Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk
tahapan ini agar mendapatkan informasi yang relevan.
7) Mensintesa ( menggabungkan ) dan menguji informasi baru serta
membuat laporan hasil diskusi
Laporan hasil diskusi kelompok dipresentasikan dihadapan anggota
kelompok lain. Kelompok yang lainnya akan mendapatkan informasi-
informasi baru dari hasil diskusi ini. Keterampilan yang dibutuhkan
dalam tahap ini adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan dan
meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya disajikan di depan kelas.
Berdasarkan paparan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa prinsip
dasar pembelajaran PBL yang perlu diperhatikan adalah konsepsi dari masalah
itu sendiri, kemudian tujuan yang ingin dipelajari, sumber informasi tambahan,
serta kemampuan mensintesa dan menguji informasi baru dan yang terakhir
laporan hasil diskusinya.
2.1.2.4 Langkah – langkah Implementasi PBL
Ibrahim dan Nur (2003: 13) dan Ismail (2002:1) dalam Rusman (2014:
243) mengemukakan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning adalah
sebagai berikut.
14
Tabel 2 Langkah-langkah Problem Based Learning
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan,
dan memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing
pengalaman individual/
kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, dan membantu mereka
untuk berbagai tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan.
Dari langkah-langkah diatas, Ibrahim dan Nur (2002) dalam Rusman
(2014: 242) juga telah mengemukakan tujuan PBL secara lebih rinci, yaitu: (1)
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah; (2) belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam pengalaman nyata; (3) menjadi para siswa yang otonom.
15
2.1.2.5 Sintak Penerapan Model Pembelajaran PBL dalam Mata
Pelajaran IPA Berdasarkan Standar Proses
Berdasarkan standar proses, kisi-kisi pembelajaran dengan model
pembelajaran PBL dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut:
No
Langkah-
langkah
Pembelajaran
Perilaku Guru
1. Kegiatan Awal
Pembelajaran
- Guru memberikan salam kepada siswa
- Guru mengkondisikan kelas
- Guru menanyakan tentang cuaca alam sekitar
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan di capai
- Guru menyampaikan cara pembelajaran dengan
model pembelajaran PBL
2. Kegiatan Inti
Pembelajaran
Eksplorasi
- Guru menjelaskan sarana dan perlengkapan
yang diperlukan
- Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang
peristiwa alam yang terjadi di Indonesia
- Siswa menyebutkan peristiwa alam yang terjadi
di Indonesia
- Siswa membedakan peristiwa alam ada yang
dapat di cegah dan ada yang tidak dapat dicegah
Elaborasi
- Siswa dibagi dalam 6 kelompok
- Guru menjelaskan langkah pelaksanaan diskusi
dan membagikan perlengkapan
- Masing-masing kelompok memilih masalah
yang telah disediakan
- Siswa berdiskusi dalam kelompok dan guru
16
berkeliling untuk mengamati, membimbing dan
membantu siswa dan memerlukan
- Siswa terlibat aktif dalam memberikan ide untuk
pembahasan masalah yang didiskusikan.
- Siswa dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang telah dipilih
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain)
- Siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, untuk mendapatkan penjelasan dalam
pemecahan masalah, pengumpulan data,
hipotesis, pemecahan masalah
- Siswa merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan mereka berbagi
tugas dengan anggota satu kelompok
Konfirmasi
- Siswa mempresentasikan hasil laporan diskusi
kelompok
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka lalui
3. Penutup - Guru bersama siswa membuat kesimpulan hasil
kegiatan pembelajaran secara bersama-sama
- Guru memberikan penguatan dan penghargaan
kepada siswa
- Guru memberikan evaluasi akhir kepada siswa
- Siswa mengerjakan soal evaluasi yang di
berikan guru sesuai dengan materi yang sudah
didapatkan
17
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih
Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2009: 41), “Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari proses belajar”. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru
dan mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur
secara langsung. Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, setelah siswa
menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil
belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah
memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku. Sedangkan
menurut Winataputra (2008) belajar adalah proses yang dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude.
Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut
diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa
tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh
seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara
sesudah belajar dan sebelum belajar. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Menurut Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah