BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam Nana Sudjana (2011:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : Keterampilan dan kebiasaan, Pengetahuan dan pengarahan, Sikap dan cita-cita. Sementara menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011:7) hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Setelah pembelajaran, diharapkan siswa tidak hanya menguasai materi dan di ajarkan tetapi siswa juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih jelas, Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7) mengemukakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut bloom, hasil belajar bukan hanya mencakup aspek kognitif saja. Tetapi juaga harus mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 5
18
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/872/3/T1... · · 2012-11-23belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang
kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui
kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun
dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan
kelas maupun individu.
Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam Nana Sudjana
(2011:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : Keterampilan dan
kebiasaan, Pengetahuan dan pengarahan, Sikap dan cita-cita. Sementara
menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011:7) hasil belajar meliputi
kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Setelah pembelajaran,
diharapkan siswa tidak hanya menguasai materi dan di ajarkan tetapi siswa
juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih jelas,
Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7) mengemukakan bahwa hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut
bloom, hasil belajar bukan hanya mencakup aspek kognitif saja. Tetapi
juaga harus mencakup aspek afektif dan psikomotorik.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
5
6
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari
aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai
kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada
suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu
berupa angka. Alat untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur
standar seperti meter, kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran
subyektif yang bersifat relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-
lain. Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran
(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang
telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan
membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja
mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera
mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik
utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu
aturan atau formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan
pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan
suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Jadi pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara
membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang
dihasilkan adalah data kuantitatif. Teknik yang dapat digunakan dalam
assesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu:
1. Tes
Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan
yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi,
atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk
mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan
pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi
7
(Endang Poerwanti, dkk. 2008). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan
adalah tes formatif pada pertemuan kedua tiap siklusnya
2. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengases peserta didik pada
ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih
menekankan pada aspek kognitif. Menurut Endang Poerwanti, (2008:3-9),
salah satu teknik non tes adalah observasi. Observasi terkait dengan
kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal
yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang
untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun
observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa
menggunakan instrumen.
Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrumen. Ada instrumen
butir-butir soal apabila cara pengukurannya menggunakan tes, apabila
pengukurannya dengan cara mengamati atau mengobservasi akan
menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran
dengan cara/teknik skala sikap akan menggunakan instrumen butir-butir
pernyataan. Untuk dapat mengukur instrumen tersebut diperlukan suatu
indikator perilaku yang tercantum dalam kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan
pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Untuk merumuskan
indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan,
indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator
yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Dalam hubungan ini kita
mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh Benyamin S. Bloom dan
kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh Krathwoll (2001). Revisi
Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan (C1),
pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi
(C6). Selain itu indikator tersebut dikelompokkan pada tingkatan rendah,
sedang dan tinggi. Semua hal tersebut terangkum dalam bentuk instrumen
baik dalam bentuk pilihan ganda maupun uraian.
8
Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian
atau evaluasi. Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 2.8) mengartikannya,
bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan
kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil
pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding
dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses
pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut
dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, kriteria
tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok,
atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal
yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut
dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK),
sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan
didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan