BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar menurut Slameto (2003) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian hasil pengamatannya sendiri dalam intreraksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Darsono (2001) adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap. Djamarah (2002) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir. 2.1.1.1 Unsur-unsur dalam belajar Menurut Gagne dalam Eveline Siregar (2010) unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni: a. Pembelajar Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari. 5
20
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar · 2013. 4. 25. · 2.1.1.1 Unsur-unsur dalam belajar . Menurut Gagne dalam Eveline Siregar (2010) unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga menghasilkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar menurut Slameto (2003) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian
hasil pengamatannya sendiri dalam intreraksi dengan lingkungannya.
Belajar menurut Darsono (2001) adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap.
Djamarah (2002) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti
kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir.
2.1.1.1 Unsur-unsur dalam belajar
Menurut Gagne dalam Eveline Siregar (2010) unsur-unsur yang saling berkaitan
sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni:
a. Pembelajar
Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta
pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap
rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil penginderaannya
ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk
menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.
5
6
b. Rangsangan / Stimulus
Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus.
Contoh dari stimulus tersebut adalah suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman,
gedung, dan orang. Agar pembelajar mampu belajar optimal maka harus
memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
c. Memori
Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.
d. Respon
Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.
Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada didalam dirinya
kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.
2.1.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Baharuddin (2007) menyatakan secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua katagori yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar
individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor tersebut meliputi faktor fisiologis
dan psikologis.
1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor ini dibedakan dalam dua macam. Pertama keadaan jasmaniah.
Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang bugar akan berpengaruh positif terhadap hasil
kegatan individu. Kedua adalah keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar
berlangsung peran fungsi jasmani pada tubuh manisia sangat mempengaruhi hasil
7
belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi baik akan memudahkan
aktivitas belajar dengan baik pula.
2. Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologi seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan
bakat
1. Kecerdasan intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian , kecerdasan bukan hanya berkaitan
dengan otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila
dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otakmerupakan organ yang penting
dibandingkan dengan organ yang lain. Kecerdasan merupakan faktor
psikologis yang penting dalam proses belajar siswa, karena menentukan
kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu,
semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi seorang individu, semakin sulit
individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
2. Motivasi
Motivasi adalah suatu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar individu. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses
didalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga
perilaku setiap saat (Slavin,1994). Di dalam sumbernya motivasi dibagi
menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti siswa yang gemar membaca,
maka tanpa disuruh untuk membaca, dengan sendirinya akan membaca karena
ada dorongan dari dalam diri siswa tersebut.
8
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
member pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,
tata tertib, orang tua dan sebagainya. Kurangnya respon dari lingkungan secara
positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
3. Minat
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan gairah yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat memberikan pengaruh
terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk
belajar, maka ia akan tidak bersemangat atau tidak mau belajar.
4. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan
proses belajarnya. Sikap adalah gejala interal untuk mereaksi dengan cara
yang relative tetap terhadap objek, orang, peristiwa atau yang lain baik secara
positif ataupun negatif.
5. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian bakat
adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dala proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
b. Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi
belajar antara lain faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi proses belajar. Lingkungan sosial masyarakat seperti kondisi
masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan yang
kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Lingkungan sosial keluarga juga mempengaruhi kegiatan belajar,
9
seperti hubungan antara anggota keluarga yang harmonis maka akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2. Lingkungan nonsosial
Lingkungan alamiah, seperti udara yang segar, tidak panas, suasana yang sejuk
dan tenang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Selain itu faktor instrumental yaitu perangkat perangkat yang mendukung untuk
belajar seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, peraturan sekolah, kurikulum sekolah
juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Tidak lupa faktor materi pelajaran, faktor
ini hendaknya di sesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga metode
mengajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
Sedangkan menurut Slameto (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor Intern
1.1 Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/
bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,
ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguangangguan/
kelainan-kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat
belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin
dengan cara selalu mengindahkan ketentuan ketentuan tentang bekerja, belajar,
istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
1.2 Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat
menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat
10
belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau
bakatnya.
1.3 Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus
yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian
sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan
perasaan senang, sedangkan minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari
situ diperoleh kepuasan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap
belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang
berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita
serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
1.4 Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the city to learn”. Dengan
perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang
yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancer
dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat dibidangnya. Dari
uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik
karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
2. Faktor Ekstern
2.1 Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang
tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya
karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga
guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata
pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran
11
atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru biasa mengajar dengan
metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat
saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat
membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi
siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar
harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
2.2 Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat
pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa
untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat
akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan maju.
2.3 Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah,
waktu itu dapat pagi hari, sore, /malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi
belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya
kurang dapat dipertanggungjawabkan kecuali ada hal yang mendesak seperti
keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa
masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Sebaliknya
siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemas, misalnya
pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. Kesulitan
itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan
yang lemah tadi.
2.1.2 Minat Belajar
Slameto (2003) mengatakan, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
di luar diri. Makin kuat atau dekat hubungan tersebut, makin besar minat. Minat tidak
12
dibawa sejak lahir, tetapi diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dapat
diekspresiakan melalui parsitipasi dalam suatu aktivitas.
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995), seseorang yang
berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa
senang. Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari
kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap
paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif
(emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat
unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk
mencapai suatu obyek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan
dengan diri pribadi (Buchori, 1985)
Minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan
informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman.
Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik atau terlihat sepenuhnya dengan
suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat
belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan
pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai
pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah. Minat besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan
mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang
mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan-
kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya
daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal
pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi
muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bahwa minat
adalah alat motivasi.
Proses belajar berjalan lancar bila di sertai minat. Oleh karena itu, guru perlu
membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti
(Hasnawiyah, 1994). Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik
tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian
13
psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan
kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan
sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995).
Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi
untuk waktu yang lama, dengan demikian, minat merupakan landasan bagi
konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya
dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak
mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie,
1995).
Hilgard dalam Slameto (2003) memberikan rumusan tentang minat adalah
sebagai berikut: “interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some
activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat merupakan alat motivasi
pokok dalam belajar.
Minat merupakan suatu kemauan yang timbul dalam diri sendiri dan mau untuk
sibuk, dan rasa yang terikat pada aktivitas serta mau untuk berpartisipasi,
memperhatikan secara konsisten. Khusunya minat dalam pembelajaran adalah suatu
rasa yang mampu untuk mendapatkan hasil dalam pembelajaran tanpa ada yang
menyuruh sehingga mampu untuk menyadari bahwa dengan timbulnya rasa senang
atau minat dapat memperoleh kesenangan dalam pembelajaran dan secara tidak
langsung dapat mendapatkan prestasi yang baik dalam belajar.
Dari pengertian di atas dapat dikaji bahwa minat adalah suatu rasa yang lebih
suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh yang
dapat menumbuhkan konsentrasi untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.
Dalam penelitian ini minat dapat diukur dari aktivitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Yang meliputi keaktifan siswa dalam pembelajaran, mendengarkan
penjelasan guru, mencatat, mau mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi
yang kurang jelas dan perhatian siswa terhadap pelajaran yang meliputi senang dalam
pembelajaran, dapat berdiskusi dengan teman, dan rajin membaca buku. Jadi
pengumpulan data yang akan dibuat penelitian dengan menggunakan angket minat.
14
Dimana angket ini berisi tentang penilaian yang mempunyai aspek tentang aktifitas
siswa dalam pembelajaran untuk mengetahui minat siswa.
2.1.3 Prestasi Belajar
Prestasi belajar yaitu „‟Hasil yang dicapai dalam usaha belajar yang dapat
dinyatakan dalam suatu evaluasi. tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan
hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Menurut
Poerwanto (1986) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai
oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Winkel (1996) Winkel berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan salah satu
bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan
proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang berhasil diraihnya. Winkel lebih
menekankan prestasi belajar itu pada kemampuan siswa secara umum S. Nasution
(1996) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta
didik dalam berpikir, merasa dan berbuat Menurut Nasution prestasi belajar seorang
peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu: (1) Aspek kognitif
adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan erat
dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir peserta didik. Sejak dahulu
aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Hal
itu dapat dilihat dari metode penilaian pada sekolah-sekolah di negeri kita dewasa ini
sangat mengedepankan kesempurnaan pada aspek kognitif. (2) Aspek afektif adalah
aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat
pada kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan dan lain sebagainya. Aspek
afektif berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) peserta didik. (3) Aspek
psikomotorik menurut kamus besar bahasa indonesia adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi
sederhananya aspek ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) peserta