4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2.1.2 Pengertian Prosedur Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. Menurut Baridwan (2002:3) prosedur dapat didefinisikan sebagai suatu urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang atau lebih yang disusun untuk menjamin adanya pelaku yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa prosedur merupakan serangkaian tindakan atas transaksi dilakukan beberapa orang yang secara berulang-ulang yang dilakukan secara seragam dengan tahapan-tahapan yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan.
21
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - sinta.unud.ac.id II.pdf · uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2.1.2 Pengertian Prosedur
Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari prosedur adalah suatu bagian sistem
yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu
atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha
atau transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.
Menurut Baridwan (2002:3) prosedur dapat didefinisikan sebagai suatu
urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang atau lebih yang disusun
untuk menjamin adanya pelaku yang seragam terhadap transaksi-transaksi
perusahaan yang sering terjadi.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa prosedur
merupakan serangkaian tindakan atas transaksi dilakukan beberapa orang yang
secara berulang-ulang yang dilakukan secara seragam dengan tahapan-tahapan
yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan.
5
Adapun karakteristik dari prosedur menurut Mulyadi (2001:6), adalah
sebagai berikut :
1) Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.
2) Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan-pengawasan yang baik
dan menggunakan biaya yang seminimal mungkin.
3) Prosedur menunjukan urutan-urutan yang logis dan sederhana.
4) Prosedur menunjukan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab.
5) Prosedur menunjukan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.
Manfaat dari prosedur (Mulyadi, 2001:6) adalah sebagai berikut:
1) Lebih memudahkan dalam menentukan langkah-langkah kegiatan dimasa
yang akan datang.
2) Mengubah pekerjaan yang berulang-ulang menjadi rutin dan terbatas.
3) Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus dipatuhi oleh
seluruh pelaksana.
4) Membantu dalam usaha meningkatkan produktifitas kerja yang efektif dan
efisien.
5) Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam pengawasan.
2.1.3 Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
6
2.1.4 Tujuan Kredit
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :
1) Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
yang didapatkan dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank dan biaya
administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2) Membantu usaha nasabah
Adalah bertujuan untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3) Membantu pemerintah
Dalam hal ini, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh bank, maka akan
semakin baik, karena itu berarti adanya peningkatan pembangunan di
berbagai sektor.
2.1.5 Unsur-unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit adalah sebagai berikut :
1) Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa
uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu
di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya
sudah dilakukan penelitian tentang nasabah baik secara intern maupun
ekstern. Penelitian ini mencakup kondisi masa lalu dan masa sekarang
nasabah pemohon kredit.
7
2) Kesepakatan
Setelah memberi rasa percaya pada nasabah, kesepakatan dibuat antara
pemberi dan penerima kredit. Kesepakatan itu dituangkan dalam surat
perjanjian, dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya.
3) Jangka waktu
Setiap kredit memiliki jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan
perjanjian yang dibuat dalam hal masa pengembalian kredit.
4) Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko
tidak tertagihnya pemberian kredit. Resiko ini ditanggung oleh bank, baik
resiko yang disengaja oleh nasabah lalai maupun resiko yang tidak disengaja.
5) Balas jasa
Merupakan keuntungan dari suatu pemberian kredit yang biasa disebut
dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi
kredit ialah keuntungan bank.
2.1.6 Jenis-jenis kredit
Dari segi kegunaannya kredit dibagi menjadi 2 (Kasmir:91), yaitu :
1) Kredit Investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contohnya seperti
membangun pabrik atau membeli mesin-mesin yang pemanfaatannya relatif
lama.
8
2) Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli
bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan
dengan proses produksi perusahaan.
Dilihat dari segi tujuan kredit ada 3 jenis, antara lain :
1) Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.
Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya
kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang.
2) Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini
tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang
untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh
kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga
dan kredit konsumtif lainnya.
3) Kredit Perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen
perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit
ini misalnya kredit ekspor dan impor.
9
Dilihat dari segi jangka waktunya dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk
pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
2) Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk
atau peternakan kambing.
3) Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka
panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit
ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau
manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
2.1.7 Jaminan Kredit
Kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa jaminan. Kredit tanpa
jaminan sangat membahayakan posisi bank, karena jika nasabah mengalami suatu
kemacetan, maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang
disalurkan.
Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh debitur adalah
sebagai berikut :
10
1) Dengan Jaminan
(1) Jaminan benda berwujud, antara lain : tanah, bangunan, kendaraan
bermotor, mesin-mesin/peralatan, barang dagangan,
tanaman/kebun/sawah.
(2) Jaminan benda tidak berwujud, diantaranya : sertifikat saham, sertifikat
obligasi, sertifikat tanah, sertifikat deposito, rekening tabungan yang
dibekukan, rekening giro yang dibekukan, promes, wesel dan surat-surat
tagihan lainnya.
(3) Jaminan orang, yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila
kredit tersebut macet, maka orang yang memberikan jaminan itulah yang
menanggung resikonya.
2) Tanpa Jaminan
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan
dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang
memang benar-benar bonafid dan profesional sehingga kemungkinan kredit
tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan
penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk
pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.
2.1.8 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2012:95), sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank
harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut
disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk
11
mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian
yang benar.
Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama.
Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar
penilaian setiap bank. Berikut adalah pokok-pokok atau prinsip-prinsip, alat,
pedoman dan sistem dalam melakukan analisis kredit (IBI, 2014:82) :
1) Analisis 5C
(1) Character. Penilaian karakter calon nasabah pembiayaan dilakukan
untuk dapat menyimpulkan bahwa nasabah pembiayaan tersebut jujur,
beritikad baik, dan tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari.
Penilaian melalui karakter lazimnya dilakukan melalui :
a. Bank checking, melalui Sistem Informasi Debitur (SID) pada Bank
Indonesia (BI). SID menyediakan informasi pembiayaan yang terkait
nasabah, antara lain informasi mengenai bank pemberi pembiayaan,
nilai fasilitas pembiayaan yang telah diperoleh, kelancaran
pembayaran serta informasi lain yang terkait dengan fasilitas
pembiayaan tersebut.
b. Trade checking, pada supplier dan pelanggan nasabah pembiayaan,
untuk meneliti reputasi nasabah di lingkungan bisnisnya. Informasi
dari asosiasi usaha di mana calon nasabah pembiayaan terdaftar,
untuk meneliti reputasi calon nasabah pembiayaan dalam interkasi di
antara pelaku usaha dalam asosiasi.
(2) Capacity. Penilaian kemampuan calon nasabah pembiayaan dalam
bidang usahanya dan atau kemampuan manajemen nasabah pembiayaan
12
dilakukan agar bank yakin bahwa usaha yang akan diberikan pembiayaan
tersebut dikelola oleh orang-orang yang tepat. Pendekatan yang dapat
digunakan dalam menilai capacity nasabah, antara lain :
a. Pendekatan historis, yaitu menilai kinerja nasabah di masa lalu (past
performance).
b. Pendekatan finansial, yaitu menilai kemampuan keuangan calon
nasabah pembiayaan.
c. Pendekatan yuridis, yaitu melihat secara yuridis person yang
berwenang mewakili calon nasabah pembiayaan dalam melakukan
penandatanganan Perjanjian Pembiayaan dengan bank.
d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai kemampuan nasabah
melaksanakan fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.
e. Pendekatan teknis, yaitu menilai kemampuan calon nasabah
pembiayaan terkait teknis produksi, seperti tenaga kerja, sumber
bahan baku, peralatan, administrasi, keuangan dan lain-lain.
(3) Capital. Penilaian atas posisi keuangan calon nasabah pembiayaan secara
keseluruhan termasuk aliran kas, baik untuk masa lalu maupun proyeksi
pada masa yang akan datang, dilakukan untuk mengetahui kemampuan
permodalan nasabah pembiayaan dalam menjalankan proyek atau usaha
nasabah pembiayaan yang bersangkutan.
(4) Condition of economy. Penilaian atas kondisi pasar di dalam negeri
maupun di luar negeri, baik masa lalu maupun yang akan datang,
dilakukan untuk mengetahui prospek pemasaran dari hasil usaha nasabah
13
pembiayaan yang dibiayai. Beberapa hal yang dapat digunakan dalam
melakukan analisis condition of economy, antara lain :
a. Regulasi pemerintah pusat dan daerah;
b. Kondisi makro dan mikro ekonomi;
c. Situasi politik dan keamanan;
d. Kondisi lain yang mempengaruhi pemasaran.
(5) Collateral. Penilaian atas agunan yang dimiliki oleh calon nasabah
pembiayaan dilakukan untuk mengetahui kecukupan nilai agunan sesuai
dengan pemberian pembiayaan. Agunan yang diserahkan nasabah
pembiayaan dipertimbangkan dapat mencukupi pelunasan kewajiban
nasabah pembiayaan dalam hal keuangan nasabah tidak mampu
memenuhi kewajiban (sebagai second way-out).
2) Analisis 7P’s
(1) Personality (kepribadian). Kepripadian merupakan salah satu yang akan
dinilai untuk mengetahui penilaian karakter yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana kepribadian calon nasabah. Penilaian ini hampir
sama dengan karakter hanya saja kepribadian lebih menekankan kepada
penilaian orang. Penelitian kepribadian dilakukan dalam upaya menilai
kepribadian yang dilakukan bank terhadap calon nasabah dan begitu pula
dengan keluarganya.
(2) Purpose (tujuan). Sehubungan dengan adanya ketentuan internal,
eksternal dan memperhatikan dampak lingkungan serta green banking
maka sangat penting sekali tentang tujuan kredit. Tujuan kredit
14
merupakan penilaian yang digunakan untuk mengetahui tujuan
permohonan kredit dari calon debitur. Secara umum ada tiga tujuan
permohonan kredit pada umumnya dilihat dari tujuan usahanya, yaitu
untuk usaha produktif, untuk digunakan sendiri (konsumtif), dan untuk
perdagangan. Hal yang sangat perlu diketahui disamping tujuan kredit
tersebut juga kegiatan usahanya apakah akan berdampak negatif atau
tidak terhadap lingkungan. Bila berdampak negatif maka kemungkinan
besar bank tidak akan memberikan fasilitas kredit.
(3) Party (kelompok usaha/industri). Dalam pemberian kredit biasanya bank
akan memberikan kredit sesuai dengan visi bank dalam
sektor/bidang/usaha apa saja yang dapat diberikan fasilitas kredit. Secara
umum bank dalam menyalurkan kredit memilah-milah menjadi beberapa
golongan/segmen/sektor. Hal ini dilakukan agar bank lebih fokus untuk
menangani kredit tersebut, kredit usaha mikro, kecil, menengah dan
besar. Atau dapat juga dipilah berdasarkan wilayah, misalnya daerah
pedesaan, perkotaan, atau sektor usaha, misalnya peternakan, industri,
atau sektor lainnya.
(4) Payment (pembayaran). Salah satu hal yang paling penting dalam
mempertimbangkan pemberian kredit adalah kemampuan membayar
calon nasabah. Hal ini menyangkut dengan cara pembayaran kredit calon
debitur. Penilaian yang dilakukan untuk menilai calon debitur dalam
membayar kredit, apakah dari penghasilan (gaji) atau dari sumber objek
yang dibiayai. Dari penilaian ini akan terlihat kemampuan nasabah dalam
membayar kredit.
15
(5) Prospect (prospek usaha/kegiatan). Bank dalam memberikan kredit
bukan saja untuk jangka pendek tetapi lebih untuk hubungan jangka
panjang. Dalam upaya untuk melihat prospek usaha/kegiatan maka bank
akan melakukan penilaian tentang hal ini. Untuk menilai prospek
usaha/kegiatan atau harapan ke depan terutama terhadap objek kredit
yang akan dibiayai memerlukan cara analisis tersendiri. Hasil
kajian/analisis, tentunya harapan yang diinginkan adalah memberikan
harapan atau prospek usaha/kegiatan yang baik atau cerah. Usaha yang
tidak mempunyai prospek yang baik atau cerah seharusnya ditunda
karena akan menyulitkan bank dan nasabah nantinya, misalnya usaha
yang sudah memasuki titik jenuh.
(6) Profitability (kemampuan menghasilkan keuntungan). Untuk menjaga
kelangsungan hidup suatu usaha atau kegiatan, tentunya suatu kegiatan
atau usaha harus menghasilkan surplus. Hal ini berarti kredit yang
dibiayai oleh bank haruslah memberikan keuntungan bagi kedua belah
pihak, baik bank ataupun calon debitur. Bilamana tidak menguntungkan
sudah seharusnya tidak diberikan kredit. Keuntungan bagi nasabah dan
bank tentunya adalah sebagai suatu tanda bahwa nasabah mampu
membayar kewajibannya dan diharapkan dapat menjaga kelangsungan
usaha/kegiatan usahanya. Disamping itu, juga bagi calon debitur adalah
usaha dapat berkembang yang pada akhirnya dengan keuntungan dapat