Top Banner
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anemia 2.1.1 Pengertian Anemia adalah kondisi tubuh mengalami penurunan kadar hemoglobin hingga kurang dari batas normal. Akibat menurunnya hemoglobin yakni adanya penurunan transportasi oksigen dari paru-paru ke jaringan perifer (Taber & Supriyadi, 1994). 2.1.2 Jenis-jenis Anemia Berdasarkan Pringgodigdo (2012), Anemia terbagi atas : a. Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya kadar zat besi dalam tubuh. Baughman dan Hackley (2000) menjelaskan bahwa anemia defisiensi besi merupakan tipe anemia yang paling umum, ditemukan pada pria dan wanita pasca-menopause karena perdarahan dan malabsorpsi. b. Anemia Hemolitik Handayani dan Haribowo (2008) menjelaskan anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang. Keadaan ini disebabkan oleh hematomyelopoisis abnormal yang disebabkan defisiensi vitamin B12 dan/atau asam folat (Firani, 2018).
15

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

Nov 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anemia

2.1.1 Pengertian

Anemia adalah kondisi tubuh mengalami penurunan kadar hemoglobin

hingga kurang dari batas normal. Akibat menurunnya hemoglobin yakni adanya

penurunan transportasi oksigen dari paru-paru ke jaringan perifer (Taber &

Supriyadi, 1994).

2.1.2 Jenis-jenis Anemia

Berdasarkan Pringgodigdo (2012), Anemia terbagi atas :

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya kadar

zat besi dalam tubuh. Baughman dan Hackley (2000) menjelaskan bahwa anemia

defisiensi besi merupakan tipe anemia yang paling umum, ditemukan pada pria

dan wanita pasca-menopause karena perdarahan dan malabsorpsi.

b. Anemia Hemolitik

Handayani dan Haribowo (2008) menjelaskan anemia hemolitik

disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh

darah sebelum waktunya.

c. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam

sumsum tulang. Keadaan ini disebabkan oleh hematomyelopoisis abnormal yang

disebabkan defisiensi vitamin B12 dan/atau asam folat (Firani, 2018).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

7

d. Anemia Makrositik dan Mikrositik

Keadaan dimana ukuran eritrosit lebih besar atau lebih kecil dari normal

(Patrick, 2005).

e. Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh

defek molekul hemoglobin dan berkenaan dengan serangnya nyeri.

2.2 Tanaman Chaya (Cnidoscolus aconitifolius)

2.2.1 Taksonomi Tanaman Chaya (Cnidoscolus aconitifolius)

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Malpighiales

Famili: Euphorbiaceae

Genus: Cnidoscolus

Spesies: Cnidoscolus aconitifolius (Kubitzki, 2014)

Gambar 2.1 Tanaman Chaya (Dokumentasi Pribadi, 2019)

2.2.2 Morfologi Tanaman Chaya (Cnidoscolus aconitifolius)

Chaya merupakan tanaman yang memiliki nama familiar papaya jepang

atau tree spinach. Abdala-Roberts dan Parra-Tabla (2005) menjelaskan morfologi

daun chaya yakni, panjang tangkai daun 10 – 20 cm; satu daun terdiri atas 3 – 7

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

8

lobus; tanaman monoceius (pistillate dan staminate terpisah); bunga cabang

dikotom; panjang tangkai bunga 15-40cm; memiliki trikoma. Sedangkan Ebeye,

et al. (2015) menjelaskan bahwa tanaman chaya memiliki tinggi sampai 6 meter,

daun sangat hijau, batang bergetah berwarna putih susu, bunga berbentuk payung

(cymes) dan berwarna putih, habitat pada padang savana dan wilayah tropis.

Gambar 2.2 Cabang Bagian Daun Atas dan Reproduksi

(Van Welzen & Fernández-Casas, 2017)

Keterangan:

a. Bagian atas (daun dan reproduksi)

b. Nektar extrafloral yang berada pada ujung tangkai daun (petiole)

c. Penampakan bawah Stipula (daun penumpu) dengan trikoma

d. Penampakan atas Stipula (daun penumpu) dengan trikoma

e. Tunas staminate (stamen)

f. Androecium (kumpulan stamen)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

9

g. Pistillate (putik)

h. Helai mahkota bunga pada pistillate

i. Gynoecium dan staminodes

j. Buah

k. Biji pada penampakan depan

l. Biji pada penampakan belakang

m. Biji pada penampakan melintang

n. Permukaan biji.

2.2.3 Varietas Chaya (Cnidoscolus aconitifolius)

Gambar 2.3 Varietas Chaya (Ross-ibarra & Molina-cruz, 2002)

Chaya memiliki empat varietas yang terdiri atas Estrella, Picuda,

Chayamansa, dan Redonda. Ross-ibarra dan Molina-cruz (2002) menjelaskan

perbedaan keempat varietas yakni:

Estrella : daun menjari dengan lobus berbentuk dentate, daun tidak tumpang

tindih, persebaran di wilayah Veracruz, Guatemala, dan Yucatan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

10

Picuda : daun memiliki lima sampai sembilan lobus yang rapat berbentuk

pinnatifid tajam, terdapat duri pada daun, persebaran di wilayah Guatemala,

Amerika Tengah dan Selatan. Persebaran cnidoscolus terutama varietas Picuda

di Asia dimulai dari Filipina hingga Malesia.

Chayamansa : daun terdiri atas lima lobus yang tumpang tindih (tiga lobus

nampak dan dua lainnya tertindih), memiliki duri pada daun, persebaran di

wilayah Yucatan, Veracruz, dan Guatemala.

Redonda : daun terdiri atas tiga lobus, memiliki duri sedikit pada daun,

persebaran di Yucatan, Veracruz, dab Guatemala.

2.2.4 Kandungan Chaya (Cnidoscolus aconitifolius)

Bahan yang terkandung pada tanaman chaya yakni, protein, vitamin (A, B,

dan C), iron, potassium, dan karoten (Ebeye, et al., 2015). Tabel 2.1 menunjukkan

kandungan tanaman chaya (mg) dalam 100 gram daun chaya.

Tabel 2.1 Kandungan Daun Chaya Parameters LPC Cooking Sundrying Mean CV

Na 83,45 45,21 68,52 65,73 29,4

K 125,45 69,22 105,5 100,1 28,5

Ca 63,49 34,79 43,22 47,17 31,2

P 158,56 96,59 126,56 127,3 24,3

Mg 43,58 20,31 22,51 28,8 44,4

Zn 74,12 36,03 47,84 52,66 37

Fe 53,69 39,41 48,58 47,23 15,3

Cu 0,29 2,03 2,38 1,57 71,3

Mn 0,18 0,06 0,39 0,21 76,2

(Sumber: Aye, 2012)

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa perbeedaan penyajian daun Chaya

mempengaruhi kandungan dalam daun Chaya. Pada tabel diatas, dilakukan proses

berbeda-beda untuk mengetahui kandungan daun Chaya. Proses yang digunakan

antara lain, Leaf protein concentration (LPC), dimasak, dan dikeringkan,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

11

menunjukkan perbedaan kandungan pada masing-masing proses penyajian.

Kandunga pada proses penyajian dengan LPC merupakan yang terbanyak diantara

semua proses kecuali zat Cu dan Mn.

2.3 Hemoglobin

Hemoglobin merupakan protein dalam eritrosit yang menyebabkan

eritrosit berwarna merah. Sumardjo (2009), menjelaskan bahwa darah terdiri atas

dua komponen, yakni komponen atau substansi padat (eritrosit, leukosit, dan

trombosit) dan substansi cair (plasma darah yang tersusun atas air dan senyawa

kimia). Kadar hemoglobin normal pada ditunjukkan pada table 2.2.

Tabel 2.2 Kadar Normal Hemoglobin

Usia Hb (g/dl)

Balita (12-59 bulan) 11,0

Anak (5-12 tahun) 12,0

Laki-laki ≥ 15 tahun 13,0

Perempuan 15-49 tahun 12,0

Ibu hamil 11,0

(Sumber: Lestari & Helmyati, 2018)

2.3.1 Struktur Hemoglobin

Hemoglobin disusun oleh protein globin dan heme yang mempunyai inti

berupa zat besi. Hem atau heme atau hema adalah senyawa yang terdiri atas atom

zat besi dan suatu cincin plana besar yaitu profirin (Sandjaja, 2009). Marks, et al.

(2000), menjelaskan bahwa hemoglobin dapat berada pada kondisi tegang (T)

yang inaktif dan rileks (R) yang aktif. Hemoglobin menolak mengikat oksigen

dalam keadaan inaktif, sehingga pengikatan oksigen pertama ke subunit

hemogobin deoksigenasi diperlukan energi yang cukup banyak. Hemoglobin lebih

mudah mengikat oksigen dalam keadaan aktif, atau ketika keadaan deoksigenasi

salah satu subunit telah mengikat oksigen. Struktur protein globin tersusun atas

sepasang globin alfa dan sepasang globin beta (gb. 2.4). Rantai globin alfa

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

12

tersusun atas 141 asam amino, sedangkan beta 146 asam amino. Protein globin

disintesis berdasarkan informasi genetik (Salam, 1994).

Gambar 2.4 Rantai alfa dan beta hemoglobin (Marks, et al., 2000)

2.3.2 Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin memiliki fungsi utama sebagai transport oksigen. (teknik

procedural keperawatran) menjelaskan proses transport oksigen yakni apabila

oksigen telah berdifusi dari alveolus ke dalam darah paru, maka oksigen

ditranspor dalam bentuk gabungan HbO2 ke kapiler jaringan, oksigen dilepas

untuk digunakan sel. Dalam sel, oksigen bereaksi dengan reaksi metabolisme dan

menghasilkan karbondioksida, karbon dioksida masuk ke kapiler jaringan dan

ditransfer kembali ke paru dan dibuang melalui napas. Sumardjo (2009)

menyatakan bahwa afinitas hemoglobin terhadap CO lebih besar daripada afinitas

hemoglobin terhadap O2, sehingga lebih suka mengikat CO. Daya afinitas

hemoglobin terhadap oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

pH darah;

kadar CO2 darah;

kadar 2,3 difosfogliserat;

temperature tubuh

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

13

2.4 Zat Besi (Fe)

Zat besi merupakan komponen yang ada dalam hemoglobin, mioglobin,

sitokrom, enzim katalase, dan peroksidase. Zat besi memiliki dua bentuk aktif

yakni protein heme dan non-heme. Protein hem berada pada hemoglobin,

mioglobin, dan sitokrom, sedangkan protein non-heme berada pada metaloenzim

yang mengandung besi. Peran utama zat besi sebagai pembentuk hemoglobin

(Sears & Sears, 2003). Zat besi merupakan “center” pada struktur hemoglobin

yang disebut heme.

Gambar 2.5 Fe dalam Struktur Hemoglobin

(Vorburger & McGrayne, 2000)

2.4.1 Fungsi Zat Besi

Fungsi zat besi pada umumnya sebagai respirasi dalam sel. Fungsi zat besi

penting dalam transpor dan penyimpanan oksigen, dalam proses transfer elektron

di mitokondria, dan dalam berbagai reaksi oksidasi dan reduksi dalam tubuh

(Uwe, 2012). Pemenuhan kebutuhan dalam pembentukan hemoglobin, zat besi

yang berasal dari pemecahan sel darah merah dimanfaatkan kembali dan

kekurangannya dipenuhi dan diperoleh melalui makanan (Adriani & Wijatmadi,

2016).

2.4.2 Kebutuhan Zat Besi

Kebutuhan zat besi tiap orang berbeda. Kelebihan dan kekurangan zat

absorpsi akan menimbulkan penyakit, seperti anemia defisiensi besi. Uwe (2012)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

14

menyebutkan angka kecukupan gizi harian (RDA) untuk besi didasarkan pada

pencegahan defisiensi besi dan pemeliharaan kecukupan simpanan besi.

Tabel 2.3 Recommended Dietary Allowances (RDA) Zat Besi

(Sumber: Muchtadi, et al., 1993)

2.4.3 Absorbsi Zat Besi

Absorpsi atau penyerapan zat besi oleh usus sangat rendah dan

dipengaruhi oleh bentuk besi dalam makanan (ferri atau ferro). Absorpsi besi

dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat. Buku

Metabolisme gizi ) menyebutkan zat-zat penghambat absorpsi besi yakni, asam

fitrat, asam oksalat, tanin. Absorpsi zat besi juga dapat dipercepat dengan adanya

beberapa faktor. Adriani dan Wijatmadi (2016) menyebutkan bahwa vitamin C

dan protein merupakan faktor pendukung absorpsi zat besi. Vitamin C

meningkatkan absorpsi zat besi sampai empat kali. Vitamin C dengan zat besi

mebentuk senyawa askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi.

2.4.4 Metabolisme Zat Besi dalam Darah

Tahap-tahap penyerapan zat besi (Adriani & Wijatmadi, 2016), yaitu:

1) Zat besi dalam makanan (bentuk ferri atau ferro) mengalami proses

pencernaan;

2) Fe3+ (ferri) di usus larut dalam asam lambung kemudian diikat oleh gastroferin

dan direduksi menjadi Fe2+ (ferro);

Kategori Usia (thn) Besi (mg)

Bayi 0,0-0,5

0,5-1,0

10

15

Anak-anak 1-3

4-6

7-10

15

10

10

Laki-laki 11-14

15-18

19-22

23-50

51+

18

18

10

10

10

Wanita 11-14

15-18

19-22

23-50

51+

18

18

18

18

10

Ibu Hamil 27

Menyusui 9

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

15

3) Ferro (Fe2+) dalam usus dioksidasi menjadi ferri (Fe3+) . Ferro (Fe2+) berikatan

dengan apoferritin dan kemudian ditransformasi menjadi ferritin,

membebaskan ferro (Fe2+) ke dalam plasma darah.

4) Ferro (Fe2+) dioksidasi menjadi ferri (Fe3+) dan berikatan dengan transferin;

5) Transferin mengangkut ferro (Fe2+) ke dalam sumsum tulang untuk bergabung

membentuk hemoglobin.

6) Transferin mengangkut ferro (Fe2+) ke tempat penyimpanan besi dalam tubuh

(hati, tulang, limpa), kemudian dioksidasi menjadi ferri (Fe3+). Ferri (Fe3+)

bergabung dengan apoferritin membentuk feritin untuk kemudia disimpan.

Besi dalam plasma seimbang dengan yang disimpan.

2.5 Natrium Nitrit (NaNO2)

Natrium nitrit adalah zat tambahan pangan yang digunakan sebagai

pengawet pada pengolahan daging, senyawa ini sagat penting dalam mencegah

pembusukan sehingga dapat disimpan dalam waktu lama dalam transportasi dan

distribusi produk daging. Taufiqurrohman (2016) menjelaskan bahwa Nitrit yang

sebagai oksidator kuat, dapat mengambil elektron dari bahan kimia lain. Ikatan

kimia yang terbuat dari elektron akan bereaksi dengan nitrit yang merupakan

oksidator kuat. Akibatnya, nitrit akan mencegah bakteri tumbuh pada daging.

Konsumsi nitrit berlebih dapat menimbulkan dampak negatif. Widmer

(2006) menjelaskan bahwa nitrit yang bergabung dengan protein menghubungkan

ke nitrosamin, dimana nitrosamin menyebabkan kanker. Kadar maksimum nitrit

yang diperbolehkan berdasarkan peraturan BPOM No. 36 tahun 2013 yakni 30

mg/kg untuk olahan daging, dan 20 mg/kg untuk olahan keju (BPOM RI, 2013).

2.6 Tikus Wistar (Rattus novergicus)

2.6.1 Klasifikasi Tikus Wistar (Rattus novergicus)

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mamalia

Ordo: Rodentia

Famili: Muridae

Genus: Rattus

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

16

Spesies: Rattus novergicus (Sadgala, 2010).

Gambar 2.6 Tikus Wistar (Fauziyah, 2016)

Hewan coba atau hewan model adalah hewan yang sering digunakan

sebagai uji praklinis sebelum diaplikasikan kepada manusia. Hewan coba yang

biasa digunakan, yakni marmut, kelinci, unggas, tikus, ikan. Tempat dan cara

inokulasi atau suntikan pada hewan coba, yaitu:

a. Intradermal atau intrakutan : daerah perut;

b. Subkutan: daerah lipatan paha;

c. Intramusular: di paha belakang dan samping dada;

d. Intraperitonea;: daerah perut;

e. Intravena: kelinci (telinga), marmut (vena permukaan belakang atau kaki

belakang, dan vena jugularis leher), Tikus (vena jugularis externa atau vena

lateralis pada ekor) (Ratnasari, 2018).

Tikus wistar adalah hewan coba vertebrata yang sering digunakan peneliti.

Tikus wistar dikembangkan di Wistar Institute tahun 1906, tikus ini dibiakkan

hingga sekarang, karena ideal sebagai hewan coba untuk berbagai tujuan

penelitian (Kurniawan, et al., 2018). Pemilihan tikus sebagai hewan coba karena

telah diketahui secara pasti tentang biologis dan gen hewan tersebut, sehingga

mudah dilakukan kontrol perlakuan.

Salah satu parameter pokok praklinik adalah darah, karena darah

membawa substansi hasil metabolisme ke seluruh tubuh. Profil darah merupakan

data atau nilai hematologi yang diperoleh untuk memeriksa status kesehatan

sebagai nilai awal atau kontrol dalam penelitian.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

17

2.7 Hubungan Ekstrak Daun Chaya terhadap Peningkatan Kadar

Hemoglobin (Hb)

Ekstraksi merupakan salah satu teknik kimia yang digunakan untuk

memisahkan analit atau komponen dari sampel dengan menggunakan pelarut yang

sesuai (Leba, 2017). Tujuan metode ekstrak pada daun chaya untuk memisahkan

komponen zat aktif atau senyawa kimia yang ada dengan menggunakan pelarut.

Zat aktif yang terdapat dalam daun chaya yang berperan penting meningkatkan

kadar hemoglobin adalah zat besi (Fe) dan vitamin C yang berfungsi mempercepat

absorpsi zat besi. Besi dan protein adalah unsur utama pembentuk hemoglobin,

sedangkan zat gizi lain seperti vitamin C, vitamin B6, dan zink berperan sebagai

katalisator (Toto, nur aini, & nurul laily, 2018).

Pemberian ekstrak daun chaya dengan berbagai konsentrasi terhadap tikus

anemia, bertujuan untuk menambah kadar hemoglobin tikus dengan adanya

kandungan yang mendukung penambahan kadar hemoglobin. Zat besi merupakan

bagian heme dalam hemoglobin, sehingga konsumsi makanan mengandung zat

besi dapat meningkatkan produksi hemglobin dalam sumsum tulang belakang.

Vitamin C akan mempercepat absorpsi zat besi di duodenum, sehingga zat besi

dapat lebih mudah disederhanak dan berikatan dengan transferrin dalam plasma

darah ketika proses penyerapan sari makanan terjadi. Trasnferrin pembawa zat

besi menuju sumsum tulang belakang untuk selanjutnya memproduksi

hemoglobin.

2.8 Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala hal yang memfasilitasi seseorang untuk

mendapatkan pengalaman. Sumber belajar berasal dari dua kata yakni sumber dan

belajar, sumber berarti asal atau awal mula, sedangkan belajar adalah proses

mencari pengalaman (Satrianawati, 2018). Sumber belajar adalah segala sesuatu

(benda, data, fakta, ide, orang, dan lain sebagainya) yang bisa menimbulkan

proses belajar (Prastowo, 2018).

Penelitian yang dilakukan peneliti menghasilkan informasi baru yang

dapat dijadikan sumber belajar oleh peserta didik. Materi yang dapat

dikembangkan sesuai penelitian yang dilakukan yakni, pemanfaatan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

18

keanekaragaman hayati Indonesia. Materi tersebut memiliki indikator pencapaian

yakni siswa mampu menganalisis dan menjelaskan pemanfaatan keanekaragaman

hayati terutama di lingkungan sekitarnya dengan menerapkan sikap ilmiah. Hasil

penelitian menjadi informasi baru bagi siswa dan sikap ilmiah didapatkan dari

langkah-langkah yang telah dilakukan peneliti untuk memperoleh hasil dalam

penelitian.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

19

+ Plasma

Sumsum Tulang Belakang

Dalam darah

2.9 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dituliskan secara skematis,

sebagai berikut:

Gambar 2.7 Kerangka Konseptual

ion Fe tidak ada/berkurang dalam Hb

Hb Berkurang (Anemia Hb < 11,1

mg/l)

Pemberian ekstrak daun chaya berbagai konsentrasi

0,35; 0,70; 1,05; dan 1,40 gr/ml/200BB

Zat Besi

(Fe)

Vitamin C

Membantu

mengabsorpsi

zat besi (Fe)

Absorbsi Fe di usus halus

Apotransferrin

Tikus NaNO2 (4,25 mg/ml/ekor) NO2

Fe dalam HbO Hb-(NO2) 2+O2

(NO2

Fe2+

Transferrin-Fe Cadangan Zat Besi

Fe2+ Hem

Hem + Goblin

Hb

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1eprints.umm.ac.id/59827/3/BAB II.pdf · disebabkan oleh proses hemolysis yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. c. Anemia Megaloblastik

20

2.10 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh terhadap pemberian ekstrak daun chaya (Cnidoscolus

aconitifolus) terhadap peningkatan kadar hemoglobin tikus wistar jantan

(Rattus novergicus) anemia.