7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hakikat IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) (Permendiknas No. 22 tahun 2006) Ruang lingkup mata pelajaran IPA Untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2.1.1.1 Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Pembelajaran IPA mulai dikenalkan ditingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Pengajaran IPA yang monoton telah membuat para siswa mulai merasa jenuh. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik siswa.Analisis sumber belajar, penetapan strategi pengorganisasian dan isi belajar, menetapkan strategi pengolahan dan pembelajaran.Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat dipenuhi. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting. Pengajaran IPA dan keterampilan proses IPA untuk siswa hendaknya dimodifikasi sesuai taraf perkembangan kognitif siswa, karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Oleh karena itu anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA
23
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11154/2/T1_292012599_BAB II... · ... Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia ... Bumi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KajianTeori
2.1.1 Hakikat IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
(Permendiknas No. 22 tahun 2006) Ruang lingkup mata pelajaran IPA Untuk
SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
2.1.1.1 Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Pembelajaran IPA mulai dikenalkan ditingkat sekolah sejak kelas 1 SD.
Pengajaran IPA yang monoton telah membuat para siswa mulai merasa jenuh.
Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu
dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dapat berupa
analisis tujuan dan karakteristik siswa.Analisis sumber belajar, penetapan
strategi pengorganisasian dan isi belajar, menetapkan strategi pengolahan dan
pembelajaran.Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan
dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan
pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat dipenuhi.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting. Pengajaran IPA
dan keterampilan proses IPA untuk siswa hendaknya dimodifikasi sesuai taraf
perkembangan kognitif siswa, karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat
dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Oleh karena itu anak-anak perlu
diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA
8
sehingga diharapkan akhirnya mereka berfikir dan memiliki sifat ilmiah. Trianto,
(2010:135).
2.1.1.2 Tujuan Pelajaran IPA
Dalam KTSP 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Tujuan di atas mengisyaratkan bahwa pembelajaran IPA di SD,
hendaknya tidak menitikberatkan pada upaya pencapaian akademik semata,
tetapi juga berorientasi pada penanaman nilai-nilai IPA secara komprehensif.
Dengan demikian, penyajian materi atau konsep tidak dilakukan secara
informatif melalui ceramah. Pembelajaran IPA, sebaiknya melibatkan siswa
dalam kegiatan yang memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuannya
sendiri. Agar situasi ini terjadi, dengan demikian, memilih model pembelajaran
menjadi penentu penting. Dengan demikian, diharapkan dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah tujuan pendidikan IPA seperti yang
diharapkan dapat tercapai.
9
2.1.1.3 Ruang Lingkup Pelajaran IPA
Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), ruang lingkup bahan kajian IPA
meliputi beberapa aspek kajian pokok IPA yang diajarkan di SD, yaitu:
1) mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya.
3) energi dan perubahannya, meliputi: magnet, listrik, cahaya, dan pesawat
sederhana
4) bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
2.1.2 Model kooperatif
2.1.2.1 Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak
dari dasar “getting better together“ dimana menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif untuk
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sikap, nilai, serta keterampilan-
keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat. Melalui
metode Cooperative Learning, siswa tidak hanya belajar dan menerima apa yang
disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan dapat juga belajar
dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk pembelajaran
siswa lain.
Menurut Anita Lie, dalam model pembelajaran kooperatif siswa dituntut
untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok kecil yang heterogen.
Hal ini memberi peluang besar bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga akan memberikan dampak positif terhadap hasil
belajar siswa.
Model pembelajaran Cooperative Learningtidak sama dengan sekedar
belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran Cooperative
Learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model Cooperative Learning dengan benar
10
akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. (Anita
Lie,2002:29).
Menurut Bennet (Isjoni, 2010:60), ada lima unsur dasar yang dapat
membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
1. Positive interdepedence (hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan bersama, dimana keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya).
2. Interaction face to face (interaksi yang langsung tejadi antar siswa).
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok.
4. Membutuhkan keluwesan.
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
Anita Lie (Isjoni, 2010: 23) menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan
istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa
lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran
kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim
yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang
sudah ditentukan. Pembelajaran kooperatif sudah banyak digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student
oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain.
Menurut Slavin (Isjoni, 2010: 33-34), terdapat tiga konsep sentral yang
menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
1. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika
kelompok mencapai skor atas kriteria yang ditentukan.
2. Pertanggungjawaban individu
11
Keberhasilan kelompok tergantung pada pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada
aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan cara skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari
yang terdahulu. Dengan menggunakan cara skoring ini setiap siswa baik
yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.
Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar
dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif
menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai
jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Model
pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan
partisispasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis(Trianto,2010:57-59).
Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut,
maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menekankan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap individu
mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk Dalam
pembelajaran kooperatif tidak mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus
mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan,
kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan
mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas
dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
12
2.1.2.2 Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS).
Manfaat model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yaitu,
membantu kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah, artinya dengan
adanya model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray secara intensif
akan memberi dampak baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang
akhirnya akan kembali pada keberhasilan pendidikan.
2.1.2.3 Cara-cara Pelaksanaan kooperatif tipe two stay two stray (TSTS).
Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray(TSTS) memperhatikan kemampuan akademis siswa. Guru membuat
kelompok yang heterogen dengan alasan memberi kesempatan siswa untuk
saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan
interaksi antar ras, etnik dan gender serta memudahkan pengelolaah kelas karena
masing-masing kelompok memiliki siswa yang berkemampuan tinggi, yang
dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan dalam
kelompok ( Jarolimek & Parker dalam Isjoni, 2009). Menurut Lin. E. (2008)
kelompok pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang diberi nomor 1, 2,
3 dan 4 dan masing-masing memiliki peran sebagai berikut:
Nomor 1 sebagai pemimpin/manajer yang mengatur kelompok dan
memastikan anggota menyelesaikan perannya dan bekerja secara kooperatif
tepat pada waktunya, Nomor 2 sebagai pencatat yang mencatat jawaban
kelompok dan hasil diskusi, Nomor 3 sebagai teknisi/mengatur bahan yang
mengumpulkan bahan untuk kelompok dan membuat analisis teknik untuk
kelompok, Nomor 4 sebagai reflektor yang memastikan bahwa semua
kemungkinan telah digali dengan mengajukan pertanyaan: ada ide lain? Serta
mengamati dinamika kelompok.
Pada pembelajaran kooperatiftwo stay two stray setiap kelompok terdiri
dari 4 orang, keempat orang (A,B,C,D) bersama-sama mengkaji suatu bahasan,
kemudian siswa B dan C meninggalkan kelompok untuk bertamu ke dua
kelompok lainnya. Sementara siswa A dan D tinggal dalam kelompok dan
bertugas memberikan informasi hasil kerja kelompok kepada tamu yang datang
dari dua kelompok lain.
13
Cara belajar kooperatif two stay two stray (dua tinggal dua tamu) menurut
Spencer Kangan (1990). sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat ssebagaimana biasa.
2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan
dikerjakan bersama.
3. Setelah selesai, 2 anggota masing-masing kelompok diminta meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota kelompok lain.
4. Dua orang yang inggal dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan
hasil kerja mereka ke tamu mereka.
5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan
apa yang mereka temukan dari kelompok lain.
6. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan
mereka semua.
Berikut ini bagan kooperatif two stay two stray (dua tinggal dua tamu) menurut
Lie, A. (2008). Yaitu :
Gambar Bagan proses Pembelajaran 2.1
14
Keterangan:
Siswa B dan C bertugas mencari informasi artikel yang tidak dibahas
oleh kelompoknya dan berbagi hasil diskusi dengan kelompok yang dikunjungi.
Siswa A dan D bertugas memberikan informasi mengenai artikel yang telah
dibahas oleh kelompoknya kepada tamu yang berkunjung.
2.1.2.4 Fungsi Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS)
Pembelajaran kooperatif two stay two stray digunakan untuk mengatasi
kebosanan anggota kelompok, karena guru biasanya membentuk kelompok
secara permanen. Two stay two stray memungkinkan siswa untuk berinteraksi
dengan anggota kelompok lain. Menurut Lie, A. (2008) membentuk kelompok
berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok mudah dipecah menjadi
berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
dan guru mudah memonitor. Kekurangan kelompok berempat adalah
membutuhkan lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik,
jumlah genap menyulitkan proses pengambilan suara, kurang kesempatan untuk
kontribusi individu dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan.
2.1.2.5 Karateristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
(TSTS)
Teknik pembelajaran TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun
1992. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan anak usia didik. “Menurut Anita Lie, Struktur Two Stay Two Stray/Dua
Tinggal Dua Tamu, memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengn kelompok lain”.
Adapun proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray,
dua orang siswa tinggal dikelompok dan dua orang siswa yang lainnya bertamu
kekelompok lain. Dua orang yang tinggal harus bertugas untuk memberikan
informasi kepada tamu dari kelompok lain tentang hasil diskusinya, sementara
itu yang bertamu bertugas untuk mencatat penjelasan hasil diskusi kelompok
yang dikunjunginya.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu
(lie, 2002:61-62) adalah sebagai berikut.
15
1. Bekerjasama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Dimana
anggotanya bersifat hiterogenitas atau beraneka ragam yaitu satu orang
siswa yamg berkemampuan tinggi, dua orang siswa yang berkemampuan
sedang dan satu orang yang berkemampuan rendah.
2. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompoknya, kemudian dua orang dari
masing-masing kelompok yanng berkemampuan sedang akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertemu kedua kelompok lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok memiliki kemampuan yang tinggi
dan rendah bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu
mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali kekelompok masing-masing dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokan dan membahas hasil mereka.
2.1.3 Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
2.1.3.1 Pengertian Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray(TSTS)
Model pembelajaran Two Stay Two Stray/Dua Tinggal Dua Tamu
merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok
untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya (Spencer
Kagan,1990:140). Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu
antar kelompok untuk berbagi informasi.
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sangat
diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi kesulitan belajar dan berinteraksi
oleh siswa akan tetapi juga membantu guru dalam mengajar siswa secara lebih
dalam sehingga dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Spray (TSTS) yang diterapkan oleh guru lebih sistimatis dan bermutu.
2.1.3.2 Pendekatan Pembelajaran model kooperatif tipe Two Stay Two
Stray (TSTS)
Menurut Arend, 2004 (dalam Risnawati, 2005) menyatakan bahwa
pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
16
a. Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
c. Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya dan jenis
kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu
Menurut Barba, 1995 (dalam Susanto, 1999) belajar kooperatif
adalahstrategi pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk:
a. Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok
b. Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik dan
kemampuannya
c. Mengembangkan keterampilannya untuk memecahkan masalah melalui
kelompok
Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau
disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran
yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan
sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.
Beberapa definisi tersebut bahwa dalam pendekatan pembelajaran
kooperatifharus ada kerja sama yang baik yakni; saling menghargai antar angota
kelompok, mau menerima walaupun berbeda latar belakang etnis dan
kemampuan. Dalam kooperatif tipe two stay two stray secara khusus juga
mempunyai bentuk pendekatan yang sama dari definisi diatas yakni setiap siswa
yang sudah dibentuk kelompok harus bisa menerima siswa walau berbeda latar
belakang dan kemampuan akademik, karena semua ini bertujuan untuk
mengembangkan keterampilannya untuk memecahkan masalah-masalah melalui
kelompok kecil tersebut.
2.1.4 Keaktifan Belajar
2.1.4.1 Pengertian Keaktifan
Keaktifan peserta didik dalam belajar secara efektif itu dapat dinyatakan
sebagai berikut:
17
a. Hasil belajar peserta didik umumnya hanya sampai tingkat penguasaan,
merupakan bentuk hasil belajar terendah.
b. Sumber-sumber belajar yang digunakan pada umumnya terbatas pada guru
(catatan penjelasan dari guru) dan satu dua buku catatan.
c. Guru dalam mengajar kurang merangsang aktivitas belajar peserta didik
secara optimal. (Tabrani,1989: 128).
Keaktifan sendiri merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran
maupun kegiatan belajar, siswa di tuntut untuk selalu aktif memproses dan
mengolah hasil belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah hasil
belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan
emosional. Sardiman (2009) berpendapat bahwa aktifitas disini yang baik yang
bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktifitas itu harus
saling terkait. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktifitas belajar yang
optimal. Banyak aktifitas yang dapat dilakukan siswa di sekolah. Beberapa
macam aktifitas itu harus diterapkan guru pada saat pembelajaran sedang
berlangsung.
Dalam proses belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman priba
yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan
pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya, sedangkan
mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan. agar siswa dapat
memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan
belajar. sebaiknya itu guru harus memotivasi siswa pada saat pembelajaran
berlangsung, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator pada saat
pembelajaran. Guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan
mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa harus
mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar
harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat dalam
proses pembelajaran harus terjadi saling kerja sama dan interaksi antar
komponen. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktifitas yang sejati,
dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang dipelajari.
18
Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan
ketrampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Saat ini
pembelajaran diharapkan ada interaksi siswa pada saat pembelajaran. Hal ini
agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. guru berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator.
2.1.4.2 Klasifikasi keaktifan siswa
Menurut Sardiman (2009) keaktifan siswa dalam belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Visual activities
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
dan mengamati orang lain bekerja.
b. Oral activities
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi dan interupsi.
c. Listening activities
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan musik, pidato.
d. Writing activities
Menulis cerita, menulis laporan, karangan, angket, menyalin.
e. Drawing activities
Menggambar, membuat grafik, diagram, peta.
f. Motor activities
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat
model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.