9 BAB II KAJIAN LITERATURE A. KAJIAN TEORI 1. Tinjauan Umum Fotografi a. Pengertian Fotografi Fotografi adalah seni dalam keterampilan membuat gambar dengan menggunakan film peka cahaya dalam kamera. (Kamus Bahasa Indonesia, 2008:421) Pada zaman Yunani kuno, para pelukis mencoba melukis dengan teknik pantulan cahaya objek yang masuk ke ruang gelap (kedap cahaya). Cahaya pantulan objek masuk melalui lubang yang ada di salah satu dinding ruang yang berhadapan dengan objek. Cahaya yang masuk melalui lubang kemudian terproyeksi di kain putih yang terbentang di dalam ruang kedap cahaya tersebut. Lalu, pelukis yang berada di ruang kedap cahaya mempertegas garis- garis cahaya pantulan yang terpoyeksi di kain putih, sehingga menjadi kerangka (sket) dari gambar objek yang berada di luar ruang kedap cahaya. Fotografi memiliki pengertian yang terus berkembang. Saat ini ada pengertian tidak sekedar melukis dengan cahaya, tetapi merekam pantulan cahaya yang keluar/memancar dari objek dan masuk ke dalam lensa yang menempel di kamera, baik itu kamera
53
Embed
BAB II KAJIAN LITERATURE A. KAJIAN TEORI 1. a. · c. Klasifikasi Penggunaan Fotografi 1) Berdasarkan Fungsi Berdasarkan fungsinya fotografi dapat digolongkan menjadi fotografi untuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN LITERATURE
A. KAJIAN TEORI
1. Tinjauan Umum Fotografi
a. Pengertian Fotografi
Fotografi adalah seni dalam keterampilan membuat gambar
dengan menggunakan film peka cahaya dalam kamera. (Kamus
Bahasa Indonesia, 2008:421)
Pada zaman Yunani kuno, para pelukis mencoba melukis
dengan teknik pantulan cahaya objek yang masuk ke ruang gelap
(kedap cahaya). Cahaya pantulan objek masuk melalui lubang yang
ada di salah satu dinding ruang yang berhadapan dengan objek.
Cahaya yang masuk melalui lubang kemudian terproyeksi di kain
putih yang terbentang di dalam ruang kedap cahaya tersebut. Lalu,
pelukis yang berada di ruang kedap cahaya mempertegas garis-
garis cahaya pantulan yang terpoyeksi di kain putih, sehingga
menjadi kerangka (sket) dari gambar objek yang berada di luar
ruang kedap cahaya.
Fotografi memiliki pengertian yang terus berkembang. Saat
ini ada pengertian tidak sekedar melukis dengan cahaya, tetapi
merekam pantulan cahaya yang keluar/memancar dari objek dan
masuk ke dalam lensa yang menempel di kamera, baik itu kamera
10
film ataupun kamera digital dan terekam di media rekam film atau
sensor digital. (Bisnis Fotografi,2012:2)
b. Sejarah Fotografi
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam
buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan
University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa
pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo
Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan
yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam
ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara
terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang
menyadari fenomena kamera obscura.
Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta
mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles
pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al
Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk
menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal
sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia,
Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah
kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar
(Bachtiar: 10).
11
c. Klasifikasi Penggunaan Fotografi
1) Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya fotografi dapat digolongkan
menjadi fotografi untuk tujuan :
a) Keindahan
Fotografi keindahan disampaikan dalam bentuk “aesthetic
expression” atau sering disebut seni foto karena ide yang
digunakan adalah keindahan.
b) Reportase
Foto reportase biasanya digunakan untuk menyampaikan
berita.
c) Laporan
Sebagai media yang paling tepat untuk melaporkan
karakter, suasana atau segala sesuatu yang kurang tepat bila
diterangkan dengan kata-kata.
2) Berdasarkan Pemakainya
Berdasarkan pemakaian fotografi dibedakan menjadi :
a) Fotografi Amatir
Dibuat sekedar sebagai hobby untuk dokumentasi pribadi
maupun seni.
Fotografi untuk seni meliputi :
• Pictorial (pemandangan)
• Stil Life (alam tenang)
• Portraiture (potret manusia)
12
• News Photo (foto berita)
• Essay Photo (foto cerita)
• Human Interest
b) Fotografi Profesional
Digunakan untuk mencari nafkah dan bersifat
komersial, meliputi :
• Audiovisual
• Advertising
• Ilustrasi majalah dan kalender
• Foto model
• Foto fashion (mode)
• Poster, brosur
• Jurnalistik (pers)
• Grafis
c) Fotografi dalam Bidang Ilmiah
Dipakai sebagai media informasi dengan merekam
ilmu, peristiwa serta hasil-hasil penelitian, yaitu sebagai
berikut :
• Photomierigraphy
• Spektography
• Infrared Photography
• Astronomi Photography
• Criminological Photography
13
3) Unsur dalam Fotografi
Dalam fotografi ada 4 unsur terpenting yang menjadikan
dasar atau hal utama dalam dunia fotografi, antara lain;
a. Cahaya
b. Lensa
c. Kamera
d. Obyek
(Sumber : www.rleggat_photohistory.com : diakses September
2014)
4) Warna dalam Fotografi
Dalam dunia fotografi kehadiran warna merupakan unsur
dalam fotografi karena warna merupaka sarana pembentuk
gambar yang berasal dari pantulan cahaya. Dalam dunia proses
fotografi warna yang sering digunakan adalah hitam, hitam
dinilai mampu menyerap cahaya disekitar sehingga
menghasilkan perlindungan dari proses fogging.
2. Tinjauan khusus
a) Studio Fotografi
1) Pengertian dan Jenis Studio
Webster’s Dictionary : The working place of a painter,
sculptor or photographer.
Misi studio di sini bukan hanya sebagian tempat untuk
bekerja saja,tetapi sebagai wadah untuk mengembangkan
“khave” dalam bahasa Turki, yang sama halnya “coffe”
dalam bahasa Inggris atau “kopi” dalam bahasa Indonesia.
Café dalam Kamus Besar Indonesia diartikan sebagai
tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan
sajian musik dan juga diartikan sebagai tempat makan dan
minum (Jakarta-Jakarta 11 Mei 1996).
2) Sistem Pelayanan
a) Table Service
Konsumen langsung memesan makanan pada waiters,
setelah waiters menghidangkan dan konsumen tersebut
menikmati hidangan tersebut, konsumen langsung
membayar sendiri pada cashier atau melalui waiters.
b) Counter Service
Pelaksana counter service pada counter bar, dimana
konsumen menikmati hidangan langsung dihadapan
counter.
39
c) Tray Service
Penyajian makanan dan minuman dengan
menggunakan Nampan/baki, di mana konsumen
memesan langsung kepada pelayan di counter, dan
pelayan menyajikan langsung pesanannya.
f) Tinjauan Pengguna
1) Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan di Pusat Fotografi adalah :
a) Pengelola bangunan
Orang yang mengatur organisasi dan kegiatan dalm
bangunan, baik perawatan bangunan maupun urusan
pengelolaan gedung, yang terdiri dari Direktur,
Manager, Staf, dan Sekretaris.
b) Pengusaha
Pengusaha yang bergerak di bidang promosi penjualan
dan perawatan.
c) Perbankan
Peran Bank yang ikut berpartisipasi dalam suatu
kegiatan usaha pada industri fotografi.
d) Konsumen atau pengunjung
Dibagi menjadi dua :
• Segmen khusus :
- Para penggemar fotografi.
- Industri.
40
• Segmen umum :
Masyarkat luas yaitu siapa saja yang datang untuk
menggunakan jasa fotografi, yaitu jumlah
mayoritas dari pengunjung yang datang.
2) Aktivitas
a) Kegiatan Informasi
Adalah suatu kegiatan yang bersifat fotografi
information yang berfungsi untuk memberikan segala
informasi kepada masyarakat mengenai perkembangan
fotografi pada khususnya.
b) Kegiatan Promosi
Promosi adalah merupakan satu kegiatan untuk
menginformasikan atau memperkenalkan produk serta
informasi tentang teknologi fotografi yang baru kepada
masyarakat.
c) Kegiatan Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu kegiatan untuk menjual
atau mengiklankan produk pendukung lainnya kepada
masyarakat.
g) Organisasi Ruang
Organisasi ruang tergantung pada permintaan atas program
bangunan seperti : hubungan fungsional, persyaratan keluasan
ruang klasifikasi hirarki ruang-ruang dan syarat-syarat
penempatan pencahayaan atau pemandangan.
41
Syarat-syarat organisasi ruang sebagai berikut :
• Memiliki fungsi-fungsi yang khusus atau kesamaan
fungsi secara jamak.
• Penggunaan fleksible dan dengan bebas dapat
dimanipulasikan.
• Memiliki fungsi serupa dan dapat dikelompokkan
menjadi suatu cluster fungsional atau dapat diulang
dalam suatu urutan linier.
• Menghendaki adanya celah terbuka untuk mendapatkan
cahaya, ventilasi, pemandangan atau pencapaian keluar
bangunan.
• Pemisahan sesuai dengan fungsi ruang dan mudah
dijangkau.
Bentuk organisasi ruang dapat dibedakan antara lain sebagai
berikut :
No Bentuk Organisasi Ruang Keterangan
1 Organisasi Ruang
Tertutup
a. Sebuah ruang besar dan dominan
sebagai pusat ruang-ruang di
sekitarnya.
a. Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi sama dengan ruang lainnya.
b. Ruang sektar berbeda dengan ruang yang lainnya, baik bentuk, ukuran maupun fungsi.
42
2 Organisasi Ruang Linier
a. Merupakan deretan ruang-ruang. b. Masing-masing dihubungkan dengan
ruang lain yang sifatnya memanjang. c. Masing-masing ruang dihubungkan
secara langsung d. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran
yang berbeda, tapi yang berfungsi penting diletakkan pada deretan ruang.
3 Organisasi Ruang Secara
Radial
a. Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan organisasi linier.
b. Organisasi yang terpusat mengarah ke dalam sedangkan yang linier mengarah keluar.
c. Lengan radial dapat berbeda satu dengan yang lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.
4 Organisasi Ruang
Mengelompok
a. Organisasi ini merupakan pengulangan dari bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukurannya, bentuk dan fungsi.
b. Pembuatan sumbu membantu susunan organisasi
5 Organisasi Ruang Secara
Grid
a. Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid.
b. Organisasi ruang terbentuk hubungan antara ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.
c. Penggunaan ruang yang disusun secara grid banyak dijumpai pada interior ruang perkantoran yang terdiri dari banyak devisi.
Tabel 2.3. Bentuk Organisasi Ruang
Sumber: (Francis D.K Ching, Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya,1991: 205)
h) Sirkulasi Ruang
1) Pengertian Sirkulasi
Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing
perjalanan atau tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi
memberikan kesinambungan pada pengunjung terhadap
43
fungsi ruang, antara lain dengan penggunaan tanda pada
ruang sebagai penunjuk arah jalan tersendiri (Pamudji
Suptandar, 1999 : 4).
2) Sirkulasi Umum Pengunjung
Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam
ruang pamer, polanya berdasarkan lay out bangunan,
namun ada kemungkinan tergantung pula pada perilaku
pengunjung sendiri. Arah sirkulasi yang umum,
pergerakannya ke arah kanan, karena bila arah pergerakan
ke kiri, sering menimbulkan kebingungan.
Penggunaan tangga sebagai penghubung antar
lantai, serta untuk memperlambat pergerakan pengunjung.
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tangga ini
adalah tidak menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur,
juga memudahkan bagi penyandang cacat untuk melaluinya
disamping pula kemudahan untuk memindahkan barang-
barang.
Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok
tingkat dan tidak terpisah-pisah, seperti 2–3 tingkat dari
vestibule ke lobby, kemudian dari lobby ke ruang pamer.
Untuk penanggulangan kebakaran, sebaiknya setiap tangga
diatur serta dihubungkan dengan pintu-pintu yang dapat
dibuka dan ditutup dengan cepat.
44
Tangga harus mempunyai penerangan buatan yang
cukup. Elevator juga merupakan alternatif pilihan, pada
umumnya memiliki dua elevator. Sebagai alternatif
pengganti tangga dan elevator, dapat dipergunakan jalur
landai (ramp) dan eskalator yang banyak dipergunakan
pada bangunan modern.
3) Sirkulasi Khusus Pengunjung
Menurut D.A Robillard sirkulasi dapat dibagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu :
Tipe Sirkulasi Gambar
• Langsung (straight), alur lintasan pengunjung di arahkan oleh ruang interior dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan pintu keluar pada sisi lainnya.
• Linier (linear), sirkulasi diarahkan oleh rancangan bangunan yang permanen, pengunjung biasanya memakai pintu masuk dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus, tidak peduli pada area yang sama.
• Terbuka (Open), dalam hal ini tidak disertakan dinding display permanen di dalam ruang pamer, sehingga elemen sirkulasi dan ruang pamer benar-benar menyatu. Ruang-ruang dari jenis pola terbuka ini cenderung simetris, dan jalan-jalan masuk yang ada tidak dirancang untuk mempengaruhi orientasi perjalanan pengunjung.
• Memetar (Loop), partisi/dinding pembatas menjadi suatu yang dominan pada pola ini. Ruang-ruang pamer diletakkan sejajar atau saling berdekatan membentuk suatu yang teratur yang mengarah pengunjung untuk mengintari pusat ruang tersebut, seperti courtyard, bukaan dan kelompok ruang lain.
• Membentuk cabang (branch, lobby-foyer), suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat yang kemudian menyebar menuju arah ruang pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara visual tidak mengganggu sirkulasi.
45
• Membentuk cabang (branch, gallery-lobby),
membentuk cabang (branch, linear).
Table 2. 4. Tipe Sirkulasi Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
i. Tinjauan Interior
1) Hubungan Antar Ruang
a) Ruang di dalam ruang
Sebuah bangunan yang luas dapat
melingkupi dan memuat sebuah ruangan
lain yang lebih kecil di dalamnya.
Kontitunitas visual dan ruang di antara
kedua ruang tersebut dengan mudah
mampu dipenuhi tetapi hubungan dengan
ruang luar dari ruang yang dimuat
tergantung kepada ruang penutupnya
yang lebih besar.
b) Ruang yang saling berkaitan
Suatu hubungan ruang yang saling
berkaitan terdiri dari 2 buah ruang.
Masing-masing ruang mempertahankan
identitasnya dan batasan sebagai ruang.
Tetapi, kedua ruang yang saling berkaitan
akan tergantung pada beberapa
pengertian.
46
c) Ruang yang bersebelahan
Memungkinkan definisi dan respon
masing-masing ruang menjadi jelas
terhadap fungsi dan persyaratan simbolis
menurut cara masing-masing simbolisnya.
d) Ruang-ruang terhubung ruang yang sama
2 buah ruang yang terbagi oleh jarak
dapat dihubungkan atau dikaitkan satu
sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang
pertama. Hubungan akan kedua ruang
tersebut menempati satu ruang bersama-
sama.
2) Komponen Pembentuk Ruang
a) Lantai
Lantai merupakan bagian bangunan yang
berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati,
bergerak dan gesek. Karakter lantai harus mempunyai
daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban
yang datang dari segala perabotan, aktivitas manusia
dalam ruang dan lain-lain. Selain itu, lantai harus
bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko Panuwun,
1994 : 6).
Lantai mempunyai tugas untuk mendukung beban
yang datang dari benda-benda, seperti perabot rumah
47
tangga, manusia dengan segala aktivitasnya dan
kerangka itu harus mampu dan kuat memikul beban
mati atau hidup, lalu lintas manusia dan lain-lain yang
menumpangi (Y.B. Mangun Wijaya, 1994 : 329).
Lantai biasanya datar, tapi boleh memasukkan
perubahan kedataran yang dibuat dengan mendirikan
lantai tiruan dalam beberapa daerah atau dengan
merendahkan daerah lantai sebagai bagian konstruksi
dasar. Ini menjadi langkah yang disepakati untuk
melengkapi kesan pemisahan di antara ruang dan untuk
memperkenalkan macam-macam ruang untuk
pertimbangan estetik (John F. Pile, 1995 : 201).
Syarat lantai yang baik :
• Keawetan
• Daya tahan tumbuk
• Daya tahan kimia
• Daya tahan aus
• Kedap air
• Kelenturan dan kekeyalan
• Kuat menahan beban
• Tidak licin dan berisik
• Kedap suara
• Bukan penghantar panas
b) Dinding
48
Dinding merupakan bidang nyata yang membatasi
suatu ruang atau pembatas kegiatan yang mempunyai
jenis berbeda. Dinding adalah penahan beban yang
menyangga lantai dan atap, sehingga struktur kekuatan