8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Stilistika dalam Berbahasa Merupakan bagian dari ilmu sastra, yang mempelajari tentang gaya bahasa dalam kaitannya dengan aspek-aspek keindahan. Dengan itu stilistika adalah ilmu yang mempelajari gaya bahasa yang merupakan bagian linguistik yang memusatkan pada variasi-variasi penggunaan bahasa tetapi tidak secara eksklusif memberikan perhatian khusus kepada penggunaan bahasa yang kompleks pada kesusastraan. Menurut Sudjiman (1993: 13), pengertian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. menyebutkan stilistika adalah ilmu yang mempelajari gaya bahasa suatu karya sastra. Selanjutnya dikatakan ada dua pendekatan analisis stilistika: “(1) dimulai dengan analisis sistem tentang linguistik karya sastra, dan dilanjutkan ke interpretasi tentang ciri-ciri sastra, interpretasi diarahkan ke makna secara total; (2) mempelajari sejumlah ciri khas yang membedakan satu sistem dengan sistem lain”. Fananie (2000: 25) mengemukakan stilistika atau gaya merupakan ciri khas pemakaian bahasa dalam karya sastra yang mempunyai spesifikasi tersendiri dibanding dengan pemakaian bahasa dalam jaringan komunikasi yang lain. Gaya tersebut dapat berupa gaya pemakaian bahasa secara universal maupun pemakaian bahasa yang merupakan kecirikhasan masing-masing pengarang. Ratna (2009: 167) secara definisi
28
Embed
BAB II KAJIAN TEORIeprints.umm.ac.id/40746/3/BAB II.pdf · Gaya bahasa mencakup: arti kata, citra, perumpamaan, serta simbol dan alegori. Arti kata mencakup, ... Gaya Bahasa Litotes,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Stilistika dalam Berbahasa
Merupakan bagian dari ilmu sastra, yang mempelajari tentang gaya bahasa
dalam kaitannya dengan aspek-aspek keindahan. Dengan itu stilistika adalah ilmu
yang mempelajari gaya bahasa yang merupakan bagian linguistik yang
memusatkan pada variasi-variasi penggunaan bahasa tetapi tidak secara eksklusif
memberikan perhatian khusus kepada penggunaan bahasa yang kompleks pada
kesusastraan. Menurut Sudjiman (1993: 13), pengertian stilistika adalah style,
yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan
maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian style
dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa.
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. menyebutkan stilistika adalah ilmu yang
mempelajari gaya bahasa suatu karya sastra. Selanjutnya dikatakan ada dua
pendekatan analisis stilistika: “(1) dimulai dengan analisis sistem tentang
linguistik karya sastra, dan dilanjutkan ke interpretasi tentang ciri-ciri sastra,
interpretasi diarahkan ke makna secara total; (2) mempelajari sejumlah ciri khas
yang membedakan satu sistem dengan sistem lain”. Fananie (2000: 25)
mengemukakan stilistika atau gaya merupakan ciri khas pemakaian bahasa dalam
karya sastra yang mempunyai spesifikasi tersendiri dibanding dengan pemakaian
bahasa dalam jaringan komunikasi yang lain. Gaya tersebut dapat berupa gaya
pemakaian bahasa secara universal maupun pemakaian bahasa yang merupakan
kecirikhasan masing-masing pengarang. Ratna (2009: 167) secara definisi
9
stilistika adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada
umumnya lebih mengacu pada gaya bahasa. Dalam bidang bahasa dan sastra
stilistika berarti cara-cara penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan
efek tertentu yang berkaitan dengan aspek-aspek keindahan. Menurut Teeuw
(dalam Fananie, 2000: 25) stilistika merupakan sarana yang dipakai pengarang
untuk mencapai suatu tujuan, karena stilistika merupakan cara untuk
mengungkapkan pikiran, jiwa, dan kepribadian pengarang dengan cara khasnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian stilistika di atas maka dapat
disimpulkan bahwa stilistika adalah cabang linguistik yang mempelajari tentang
gaya bahasa. Penggunaan gaya bahasa menimbulkan efek tertentu yang berkaitan
dengan aspekaspek keindahan yang merupakan ciri khas pengarang untuk
mencapai suatu tujuan yaitu mengungkapkan pikiran, jiwa, dan kepribadiaannya.
2.2 Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan bentuk retorik yaitu penggunaan kata-kata
dalam berbicara maupun menulis untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar.
Selain itu, gaya bahasa juga berkaitan dengan situasi dan suasana dimana gaya
bahasa dapat menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, misalnya kesan baik
atau buruk, senang, tidak enak dan sebagainya yang diterima pikiran dan
perasaan melalui gambaran tempat, benda-benda, suatu keadaan atau kondisi
tertentu.
Erat kaitannya dengan bahasa kias yang dibahas dalam penelitian ini, maka
tidak akan lepas dari gaya bahasa, karena bahasa kias merupakan bentuk
pengekspresian gaya bahasa. Aminuddin (1995: 5) mengemukakan bahwa style
10
atau gaya bahasa merupakan cara yang digunakan oleh pengarang dalam
memeparkan gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai.
Harimurti (dalam Pradopo, 1993: 265) pada salah satu pengertiannya tentang gaya
bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau
menulis, lebih 9 khusus adalah pemakaian ragam bahasa tertentu untuk
memperoleh efek tertentu. Efek yang dimaksud dalam hal ini adalah efek estetis
yang menghasilkan nilai seni.
Menurut Tarigan ( 1985: 5) gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu
penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau
mempengaruhi penyimak dan pembaca. Dengan menggunakan gaya bahasa,
pemaparan imajinatif menjadi lebih segar dan berkesan. Gaya bahasa mencakup:
arti kata, citra, perumpamaan, serta simbol dan alegori. Arti kata mencakup,
antara lain: arti denotatif dan konotatif, alusi, parody dan sebagainya; sedangkan
perumpamaan mencakup, antara lain: simile, metafora dan personifikasi.
Menurut Keraf (1981: 115) gaya bahasa yang baik itu harus mengandung tiga
unsur yaitu kejujuran, sopan santun dan menarik. Dikatakannya bahwa dalam hal
gaya ini kita mengenal dua istilah yaitu “bahasa retorik” (rhetorical device) dan
“bahasa kias” (figure of speech). Bahasa retorik atau gaya bahasa dan bahasa kias
merupakan penyimpangan dari bahasa. Bahasa retorik atau gaya bahasa
merupakan penyimpangan dari kontruksi biasa, sedangkan bahasa kias merupakan
penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna yang dibentuk
melalui perbandingan. Kedua hal tersebut tidak bisa kita bedakan secara tegas
karena memang keduanya berpangkal dari bahasa, hanya tergantung dari makna
katanya.
11
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa merupakan bahasa yang diberi gaya dengan menggunakan ragam bahasa
yang khas dan dapat diidentifikasi melalui pemakaian bahasa yang menyimpang
dari penggunaan bahasa sehari-hari atau yang lebih dikenal sebagai bahasa khas
dalam wacana sastra. Gaya bahasa merupakan bentuk pengekspresian gagasan
atau imajinasi yang sesuai dengan tujuan dan efek yang akan diciptakan.
2.3 Macam-macam Gaya Bahasa
2.3.1 Gaya Bahasa Pertentangan
a. Hiperbola
Hiperbola yaitu gaya bahasa yang berupa suatu pernyataan yang terlalu
berlebihan dari kenyataan yang ada dengan maksud untuk memberikan kesan
yang mendalam atau meminta perhatian. Oleh karena itu gaya bahasa adalah
salah satu pokok terpenting yang akan menjadi dasar dalam penelitian ini.
Salah satu gaya bahasa yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah
gaya bahasa kias. Keraf (2005:135) gaya bahasa yang terkesan
membesarbesarkan suatu hal yang diungkapkan secara berlebihan. Dalam
penelitian ini gaya bahasa hiperebola dipilih untuk dianalisis karena biasanya
banyak ungkapan yang disampaikan oleh penulis yang terkesan berlebihan.
Oleh karena itu gaya bahasa hiperbola perlu dianalisis agar maksud dari penulis
dapat dianalisis dengan baik. Sebagai peneliti, kami tertarik menggali
maksud dari penulis dalam maksudnya menggunakan gaya bahasa hiperbola.
Contoh: Kepalaku kini terasa melayang.
b. Litotes
12
Litotes yaitu gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan cara-cara yang
berlawanan dengan kenyataan, dengan cara mengecilkan ataupun menguranginya.
Gaya Bahasa Litotes, majas ini digunakan untuk melemahkan ungkapan pikiran,
jadi untuk menam- pilkan gagasan tentang sesuatu yang kuat atau besar dengan
ungkapan yang lemah.
Contoh: silahkan singgah digubuk saya;
Sebenarnya, yang dikemukakan dengan kata gubuk itu, mungkin saja rumah
yang besar dan mewah, tetapi si pengujar ingin menampilkan kesan kecil,
sehingga ia Gaya bahasa ini tidak pernah digunakan untuk reklame karena apabila
reklame menggunakan jenis gaya bahasa ini otomatis konsumen tidak akan
tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan ataupun sesuatu yang di
promosikan oleh reklame tersebut.
c. Paradoks
Paradoks adalah opini atau argumen yang berlawanan dengan pendapat
umum, bisa dianggap aneh atau luar biasa. Dikatakan juga paradoks, suatu
proposisi yang salah tetapi sekali gus juga benar. Sering kali di balik gagasan
yang mengherankan, paradoks menyembunyikan kebenaran yang dapat
dipertahankan. Dalam majas ini, ada dua penanda yang mempunyai makna yang
beroposisi. Kedua penanda muncul, jadi tidak bersifat implisit. Namun, oposisi itu
ada dalam makna kata saja, sedangkan di dalam kehidupan seringkali paradoks itu
tidak merupakan oposisi melainkan menguatkan makna.
Contoh: aku merasa kesepian di tengah keramaian ini;
d. Antitese
13
Antitesis yaitu gaya bahasa yang pengungkapannya berhubungan dengan
situasi, benda ataupun sifat yang keadaannya saling bertentangan dan juga
memakai kata-kata yang berlawanan arti. Antitese adalah oposisi antara dua
gagasan, dengan menggunakan dua kata (bentuk lain) yang disandingkan agar
lebih jelas dan menonjol kontrasnya. Kedua kata (bentuk lain) mengandung
makna yang berlawanan dan keduanya muncul bersama, jadi tidak bersifat
implisit.
Contoh: “Besar kecil, tua muda, kaya miskin, semua berlomba-
lomba ingin hidup senang“. Ketiga kata majemuk yang
ditampilkan, mempunyai makna yang berlawanan satu
sama lain
2.3.2 Gaya Bahasa Sindiran
a. Ironi atau sindiran halus
Gaya Bahasa Ironi Dalam ironi, pengujar menyampaikan sesuatu yang
sebaliknya dari apa yang ingin dikatakannya, jadi di sini terdapat satu penanda
dengan dua kemungkinan petanda. Ironi mengandung antonimi atau oposisi antara
kedua tataran isi. Ironi juga mengandung kesenjangan yang cukup kuat antara
makna harfiah dan makna kiasan. Maka di dalam ironi terdapat keharusan yang
sering bertumpu pada makna inversi semantis, baik secara keseluruhan maupun
sebahagian. Hal ini menjadi ciri ironi. Apabila dilihat dari wilayah maknanya,
ironi tidak banyak berbeda dengan majas pertentangan lainnya. Namun dalam
ironi salah satu bentuk (penanda) tidak hadir, jadi bersifat implisit. Perlu diingat
bahwa pemahaman ironi sangat tergantung dari konteks (bahkan beberapa ahli
bahasa membedakan ironi dari majas lainnya, karena hal tersebut). Apabila
14
konteks tidak mendukung ironi, maka ujaran yang mengandung ejekan dapat
menjadi pujian.
b. Sinisme
Sinisme yaitu gaya bahasa sindiran lebih kasar dari Ironi, dengan cara
menyindir secara langsung kepada orang lain. Sinisme adalah gaya bahasa yang
menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal yang berlawanan dengan tujuan
agar orang tersindir secara lebih tajam dan menusuk perasaan.
Contoh: Kau kan sudah hebat, tak perlu lagi mendengar nasihat
orang tua seperti aku ini!
c. Sarkasme
Serkasme yaitu gaya bahasa sindiran yang sangat kasar, terkadang dapat
menyakitkan hati. Sarkasme adalah gaya bahasa yang melontarkan tanggapan
secara pedas dan kasar tanpa menghiraukan perasaan orang lain.
Contoh: Sikapmu seperti anjing dan sifatmu seperti babi!
2.3.3 Gaya Bahasa Penegasan
a. Inversi
Inversi yaitu gaya bahasa yang kalimat predikatnya berada di depan subjek
kalimat tersebut. Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris yang
diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
Contoh: Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat
perangainya.
b. Retoris
Retoris yaitu gaya bahasa yang kalimat tanya tidak bertanya, yang dimana
menyatakan kesangsian ataupun bersifat mengejek. retoris merupakan gaya
15
bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk
mencapai efek tertentu (Keraf, 2006:130). Gaya bahasa ini memiliki berbagai
fungsi antara lain: menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati,
menimbulkan gelak tawa, atau untuk hiasan.
c. Paralelisme
Paralelisme yaitu gaya bahasa yang pengulangan kata-katanya digunakan
untuk penegasan didalam bahasa puisi. Paralelisme Adalah gaya bahasa
penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat.
Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang
d. Enumerasio
Enumerasio yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk melukiskan suatu
keadaan atau peristiwa dengan cara menguraikan satu demi satu keadaan tersebut,
sehingga merupakan suatu keseluruhan.
e. Koreksio
Koreksio yaitu gara bahasa yang membetulkan kembali ucapan yang tidak
benar atau salah, baik itu secara sengaja ataupun tidak disengaja.
f. Repertis
Repetisi yaitu gara bahasa yang pengulangan kata-katanya dalam bahasa
prosa.
g. Klimaks
Gaya Bahasa Klimaks adalah sejenis gaya bahasa yang berupa susunan
ungkapan yang semakin lama semakin mengandung penekanan; kebalikannya
adalah antiklimaks. Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat
periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan
16
pikiran yang setiap 18 kali semakin meningkatkan kepentingannya dari gagasan-
agasan sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
gaya bahasa klimaks adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan
beberapa peristiwa. Hal atau keadaan secara berturut-turut mulai dari urutan
pikiran yang nilai atau fungsinya kurang penting kemudian meningkat keurutan
pikiran yang lebih penting.
Contoh: a. Nikmati serunya internetan di PONSEL LEPTOP atau
PC dengan Flash Unlimited.
b. Ingin sehat, bayar murah dan dapatkan kesehatan
berguna...sering seringlah pakai Treadmill JACO.
h. Anti klimaks
Gaya bahasa antiklimaks adalah kebalikan gaya bahasa klimaks.
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Kalimat yang
bersifat kendur yaitu bila bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan
pada awal kalimat. Sebagian gaya bahasa antiklimaks merupakan suatu acuan
yang berisi gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan
yang kurang penting (Keraf, 1990: 125). Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa gaya bahasa antiklimaks adalah gaya yang digunakan untuk
menyatakan beberapa peristiwa, 19 hal atau keadaan secara berturut-turut, mulai
dari urutan pikiran yang paling penting ke urutan pikiran yang kurang penting.
Contoh: (1) Kamera 12 megapixels, harga 10 megapixels!!!
(2) Motor otomatis berkecepatan tinggi dengan mesin 125
cc yang seirit 115 cc.
i. Pleonasme
Pleonasme adalah pengulangan dengan penanda yang berbeda. Sebenarnya,
komponen makna yang ada pada kata pertama, telah mencakup wilayah makna
17
kata (atau bentuk lain) berikutnya. Orang sering mengatakannya sebagai
pemakaian kata yang lewah. Di sini kedua (atau beberapa) kata itu muncul
bersama dalam teks. Dalam wilayah maknanya, tidak ada penambahan atau
pengurangan komponen makna, hanya kesan intensitas saja yang bertambah
berkat pemunculan beberapa kata (bentuk lain), yang mengandung komponen
makna yang sama dengan kata (bentuk lain) yang pertama.
Contoh: “Sebagai bupati, Ibu Tuti harus sering turun ke bawah
untuk melihat penderitaan rakyat.”
j. Ekslamasio
Ekslamasio Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau
tiruan bunyi.
Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.
k. Tautologi
Tautologi Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat
atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya
harapkan
2.3.4 Gaya Bahasa Perbandingan
a. Asosiasi atau perumpamaan
Asosiasi yaitu gaya bahasa yang perbandingan terhadap 2 (dua) hal yang
maksudnya berbeda, akan tetapi sengaja dianggap sama. Asosiasi Adalah gaya
bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan