-
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini merujuk kepada hasil penelitian peneliti
terdahulu untuk
mengetahui sisi mana yang sudah dikaji dan sisi mana yang belum
dikaji
sebagai bahan acuan dalam menentukan fokus penelitian yang
dibahas.
Meskipun peneliti belum menemukan penelitian yang sesuai
dengan
pembahasan akan tetapi membahas tentang tema penelitian yang
sama,
sebagai berikut:
Penelitian Muhammad Aenul Yaqin dengan mengangkat judul
“Studi
Kritis Hadis-Hadis Qailulah”. Skripsi tersebut merupakan
penelitian Library
Research. Hasil penelitiannya adalah dituliskan hadis-hadis yang
membahas
tentang qailulah beserta takhrij hadits dan kehujjahannya,
selain itu peneliti
menyebutkan qailulah dalam kacamata kesehatan memiliki manfaat
yang
sangat besar selama penerapannya pada waktu yang tepat dan
tidak
dilaksanakan secara berlebihan.1
Perbedaan dengan penelitian yang akan dikaji adalah membahas
tentang implementasi qailulah dalam menanamkan nilai karakter
kedisiplinan
pada murid MI Tahfizh Al Furqon Ponorogo. Penelitian ini
merupakan
penelitian lapangan, sehingga tidak fokus pada teori saja akan
tetapi
1 Muhammad Aenul Yaqin, “Studi Kritis Hadis-Hadis Qailulah,”
(Semarang: Skripsi
Tidak Diterbitkan, 2015).
-
bagaimana qailulah benar-benar diimplementasikan dengan tujuan
menjadi
sebuah kebiasaan murid untuk melakukan aktivitas tidur siang di
tengah hari.
Artikel Noor Hidayah Abdul Rahman dan Farhah Zaidar Mohamed
Ramli dengan judul “Spesifikasi Qailullah Menurut Perspektif Al
Qur‟an dan
Al Sunnah”.2 Hasil penelitian mereka adalah menelaah dalil-dalil
mengenai
konsep qailulah yang bersumber dari al Qur‟an dan al Hadits.
Selain itu
penelitian ini juga mengkaji waktu yang baik melaksanakan
qailulah beserta
manfaatnya bagi kesehatan dan otak.
Penelitian tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dengan
penelitian ini. Penelitian ini sama-sama membahas mengenai
qailulah akan
tetapi spesifikasinya berbeda. Penelitian ini tidak hanya
membahas qailulah
secara teori akan tetapi membahas pula implementasinya dalam
lembaga
pendidikan khususnya madrasah ibtidaiyah.
Penelitian Syamsinar yang berjudul “Pola Tidur Dalam Al
Qur‟an
(Kajian Tahlili terhadap QS. Al Furqan/25:47)”.3 Hasil
penelitian ini
membahas tentang hakikat tidur secara umum. Meskipun penelitian
ini tidak
banyak membahas tentang qailulah (tidur siang) sebagaimana
penelitian yang
akan dikaji peneliti, akan tetapi penelitian ini membantu
peneliti tentang
waktu-waktu tidur yang baik dan dampaknya bagi tubuh.
Skripsi yang ditulis oleh Ja‟far Arifin yang berjudul
“Strategi
Pengasuh dalam Menanamkan Karakter Disipin Melalui
Pembiasaan
2 Noor Hidayah Abdul Rahman, Farhah Zaedar Mohamed Ramli,
“Spesifikasi Qailullah
Menurut Perspektif … 3 Syamsinar, “Pola Tidur Dalam Al-Qur‟an
(Kajian Tahlili Terhadap QS. Al-Furqan/25:
47),” (Makassar: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2016).
-
Qiyamullail Santri Pondok Pesantren Darut Taqwa Jenangan
Ponorogo.”
Hasil penelitiannya adalah melalui strategi disiplin yang
diterapkan pengasuh,
santri merasa diawasi Allah dalam melaksanakan qiyamullail,
terbiasa dan
disiplin dalam mematuhi peraturan pondok pesantren yang
konsisten.4
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan
dikaji,
penelitian sama-sama membahas bagaimana kedisiplinan bisa
tercapai
melalui pembiasan dan pembelajaran yang akan dikaji.
Berdasarkan studi penelitian di atas, peneliti merasa yakin
bahwa
penelitian ini benar-benar masih murni (asli) dan tidak ada
campur tangan
ataupun duplikasi dari penelitian sebelumnya. Sejauh penelusuran
peneliti
belum menemukan penelitian lapangan yang mengangkat tema
tentang
implimentasi qailulah dalam menanamkan nilai karakter
kedisiplinan pada
murid MI Tahfizh Al Furqon Ponorogo.
B. Landasan Teori
1. Qailulah
a. Pengertian Qailulah
Qailulah atau yang lebih dikenal dengan tidur siang dalam
kamus Al Munawwir artinya adalah tidur atau istirahat.5
Menurut
kamus Lisanul Arabi, qailulah adalah tidur pada pertengahan
siang.
َهاِر ُلوَلُة نَ ْوَمُة ِنْصُف الن َّ الَقي ْ“Qailulah adalah
tidur dipertengahan siang hari”
4 Ja‟far Arifin, “Strategi Pengasuh dalam Menanamkan Karakter
Disipin Melalui
Pembiasaan Qiyamullail Santri Pondok Pesantren Darut Taqwa
Jenangan Ponorogo,”
(Ponorogo: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2018). 5 Ahmad Warson
Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), hal. 1179.
-
Ash-Shan‟ani mengatakan bahwa qailulah adalah istirahat di
pertengahan siang hari walaupun tidak tidur.6 Maksud dari
istirahat
sejenak adalah sekedar rehat dari padatnya aktivitas maupun
panasnya
terik matahari, sekedar melepas lelah, kantuk, mengembalikan
kebugaran tubuh, mencari ketenangan setelah bekerja maupun
berfikir. Dalam kitab Subul as Salam juga dijelaskan
sebagaimana
pendapat Ash Shan‟ani bahwa qailulah adalah istirahat di
pertengahan siang hari meskipun tidak tidur. Berdasarkan
pengertian
qailulah di atas dapat disimpulkan bahwa qailulah merupakan
tidur
sejenak di pertengahan hari.
Penggunaan bahasa yang berbeda mengenai arti qailulah
antara tidur dengan istirahat siang tidak menjadi masalah yang
perlu
kita ketahui karena semua ini telah diajarkan oleh Rasulullah
Saw
kepada para sahabat. Para sahabat nabi sangat bersemangat
melaksanakannya karena selain mengembalikan tenaga seperti
semula, qailulah dilaksanakan dengan niat7 bangun malam
untuk
melaksanakan qiyamullail serta ibadah lainnya di malam hari
dengan
baik. Metode pembelajaran qailulah merupakan metode
pembelajaran
yang dilakukan secara intensif dalam melaksanakan tidur siang
yang
ditanamkan sejak dini agar menjadi sebuah kebiasaan yang
baik.
6 Raehanul Bahrain “Tidur/Istirahat Siang (Qailulah): Sehat dan
Sunnah”,
https://muslimafiyah.com/tiduristirahat-siang-qailulah-sehat-dan-sunnah.html
(akses 20 Oktober
2018). 7 Noor Hidayah Abdul Rahman, Farhah Zaedar Mohamed Ramli,
“Spesifikasi Qailullah
Menurut Perspektif…, hal.15.
-
b. Waktu dan durasi yang benar untuk melaksanakan qailulah
Waktu qailulah yang baik ada beberapa ikhtilaf atau
perbedaan pendapat. Syarbini mengatakan bahwa qailulah
dilakukan
di pertengahan siang hari sebelum shalat dhuhur. Ada juga
yang
mengatakan waktu pelaksanaan qailulah adalah beberapa menit
sebelum dhuhur berkisar antara 10-30 menit saja.8
Al Badri mengatakan bahwa qailulah adalah tidur yang
dilakukan di waktu dhuhur (pertengahan siang). Ada juga yang
berpendapat bahwa tidur siang bisa dilakukan di keduanya,
sebagaimana pendapat al Munawi, beliau mengatakan bahwa
qailulah
bisa dilakukan sebelum maupun sesudah waktu dhuhur.
Secara umum qailulah dibagi menjadi 3 durasi waktu
diantaranya: durasi panjang (lebih dari 30 menit), durasi pendek
(5-30
menit) dan durasi cepat (kurang dari 5 menit).9 Durasi yang baik
untuk
istirahat sejenak adalah durasi pendek maksimal 30 menit
pertama.
Umumnya manusia memaksimalkan tidurnya lebih dari durasi
pendek,
sehingga badan terasa letih dan malas-malasan beraktivitas.
Waktu yang rajih pelaksanaan qailulah berdasarkan hadits
riwayat Muslim adalah setelah zawal (setelah dhuhur).
ثَ َنا َعْبُد اللَِّه ْبُن َمْسَلَمَة ْبِن قَ ْعَنٍب َوََيََْي
ْبُن ََيََْي َوَعِليُّ ْبُن ُحْجٍر قَاَل ََيََْي و َحدَّثَ َنا
َعْبُد اْلَعزِيِز ْبنُ َأِب َحازٍِم َعْن أَبِيِه َعْن َسْهٍل قَاَل
َما ُكنَّا َأْخبَ َرنَا و قَاَل اْْلَخرَاِن َحدَّ
8 Noor Hidayah Abdul Rahman, Farhah Zaedar Mohamed Ramli,
“Spesifikasi Qailullah
Menurut Perspektif…, hal. 16-17. 9 Syamsinar, “Pola Tidur Dalam
Al-Qur‟an (Kajian Tahlili… hal. 30.
-
ى ِإَلَّ بَ ْعَد اْلُُْمَعِة زَاَد اْبُن ُحْجٍر ِف َعْهِد
َرُسوِل اللَِّه َصلَّى اللَُّه َعَلْيِه نَِقيُل َوََل نَ تَ َغدَّ
َوَسلَّمَ
Artinya: “Dan telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Maslamah bin Qa‟nab dan Yahya bin Yahya dan „Ali bin Hujr –
Yahya berkata: telah menceritakan kepada kami Abdul „Aziz bin
Abu
Hazim dari bapaknya dari Sahl ia berkata: “Biasanya kami
tidak
pernah tidur siang dan tidak pula makan siang kecuali
setelah
menunaikan Shalat Jum‟at”. Ibnu Hujr berkata: “(Yakni) pada
masa
Rasulullah Saw”.
Sahabat Rasulullah begitu semangat dalam melaksanakan
sunnah beliau terutama pada hari Jum‟at. Para sahabat rutin
untuk
menerapkan dan menbiasakannya. Selain untuk menstabilkan
kesehatan tubuh juga berharap memperoleh pahala dari Allah
melalui
sunnah beliau.
c. Manfaat Qailulah
Sara C, Mednick dan Mark Ehrman dalam bukunya Misteri
Tidur Siang; Tidur Sejenak, Rasakan Manfaatnya,10
menyebutkan
manfaat qailulah bagi tubuh pelaku nya adalah sebagai
berikut:
1) Meningkatkan kesiagaan
Kesiagaan setelah bangun dari tidur siang berdasarkan
penelitian
yang dilakukan NASA menjadi meningkat sebanyak 100%, hal
ini dibuktikan dengan kesiagaan penuh saat berinteraksi
dengan
seseorang maupun clien di dunia kerja atau efisiensi
pengamatan
dokter terhadap diagnosa pasien. Dalam dunia pendidikan
10
Sara C, Mednick dan Mark Ehrman, Misteri Tidur Siang; Tidur
Sejenak, Rasakan
Manfaatnya, (Surabaya: Portico Pubishing, 2016), hal. 42-48.
-
kesiagaan sangat penting untuk mengamati dan menganalisis
permasalahan pendidikan, kesiagaan murid dalam memastikan
kesadaran berjalan maupun belajarnya di kelas.
2) Membuat keputusan secara lebih baik
Membuat keputusan dalam menghadapi suatu masalah atau
kejadian merupakan salah penentu bagaimana masalah maupun
kejadian tersebut terselesaikan dengan baik. Tidur siang
sejenak
memberi manfaat kepada seseorang dalam membaca, mengawasi,
menentukan waktu dan reaksi yang tepat untuk menentukan
keputusan dan pilihannya yang dibuat.
3) Meningkatkan daya tangkap
Seluruh ilmu maupun pengalaman akan mudah dicerna melalui
panca indera dan kinerja otak yang baik, sehingga pemahaman
terhadap ilmu maupun pengalaman tersebut benar-benar
maksimal. Namun, jika panca indera maupun otak kita
mengalami kelelahan dalam fungsi kinerjanya akan menjadi
tidak
optimal dan mempengaruhi daya tangkap pemahamannya. Tidur
siang membantu meningkatkan keahlian-keahlian daya tangkap
yang sama dengan saat melakukan tidur malam seperti memasak,
belajar, membaca dan lain-lain.
4) Memperkuat dasar atau landasan
-
Tidur siang memberi manfaat yang bagus dalam meminimalisir
kesalahan kerja dan meningkatkan produktivitas seseorang
maupun suatu lembaga yang menerapkannya. Berbeda dengan
seseorang maupun suatu lembaga yang belum menerapkan tidur
siang, kelelahan, kecelakaan kerja maupun kurang konsentrasi
dalam segala aktivitas bisa terjadi dan akan mempengaruhi
lemahnya landasan yang tengah dikembangkan dan ingin
dicapai.
5) Menambah ingatan
Sebagian besar ingatan kita bisa teratur dan bagus setelah
melakukan tidur maupun istirahat diantara waktu belajar
kita.
Tidur siang membantu mengubah ikatan syaraf otak yang lemah
menjadi kuat melalui proses memori offline (tidur setelah
menghafal maupun belajar) sehingga membantu menambah
ingatan apa saja yang telah kita pelajari.
6) Meningkatkan stamina
Manfaat tidur siang diantaranya adalah menambah kekuatan,
kesiagaan dan kesiapan melakukan kegiatan berikutnya seperti
menjalani hari yang baru lagi. Energi yang sempat berkurang
sebelumnya terasa kembali normal lagi sehingga kita bisa
menjalani waktu yang lama untuk berinteraksi dengan teman,
keluarga maupun menyelesaikan tugas yang belum selesai.
7) Meningkatkan suasana hati dan mengurangi tekanan
-
Padatnya kegiatan membuat seseorang merasakan lelah dan
gelisah. Hal ini mempengaruhi suasana hati serta beratnya
tekanan kegelisahan yang dirasakan, sehingga seseorang mudah
menjadi marah, emosi maupun depresi. Setelah melakukan tidur
siang suasana hati menjadi lebih baik, tenang, memunculkan
pikiran-pikiran yang positif dan semangat kembali
melanjutkan
kegiatan sebelumnya.
Qailulah dengan durasi waktu 20-30 menit mampu
meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar,11
serta
meningkatkan kemampuan akademik seseorang.12
Manfaat lain yang
sangat menginspirasi bagi pribadi seorang muslim adalah
memotivasi
diri bahwa dengan tidur siang membedakan antara dirinya
dengan
perbuatan setan.13
Anas Bin Malik Ra. meriwayatkan dalam sebuah
hadits, Rasulullah Saw bersabda: “Tidur siang (qailulah)-lah,
karena
setan-setan tidak tidur siang,”. (HR. Abu Nu‟aim). Hadits
ini
menjelaskan bahwa dalam segala hal baik amal perbuatan
maupun
balasan atas perbuatan antara manusia dan setan telah dibedakan
Allah
Swt tentunya bagi mereka yang benar-benar mau menjalankan
perintahNya dan sunnah nabinya. Selain mendapat beribu
manfaat,
seorang muslim mendapatkan pahala sunnah dari Allah Swt,
meskipun
11
Jitendra M. Mishra, “Sebuah Kasus Tidur Siang di Tempat Kerja,”
Jurnal Seidmen
Business Review, Volume 15: Iss. 1, Pasal 9, hal. 2. 12
Noor Hidayah Abdul Rahman, Farhah Zaedar Mohamed Ramli,
“Spesifikasi Qailullah
Menurut Perspektif … hal. 17. 13
Didik Andriawan, Rahasia hidup Sehat Ala Nabi Saw, (Solo: Al
Fath Publishing,
2015), hal. 35.
-
ada juga yang masih beranggapan bahwa qailulah adalah sifat
bermalas-malasan14
dalam bekerja. Bermalas-malasan disini
dimaksudkan bahwa seseorang yang melaksanakan qailulah
dianggap
sebagai orang yang enggan bekerja dan membuang-buang waktu
sehingga kehilangan peluang kerja. Namun, bagi siapapun
tidak
terkhusus kaum muslimin saja yang mengetahui rahasia qailulah
ini
akan benar-benar melaksanakannya ditengah kepadatan
aktivitas
hariannya.
d. Tata cara pelaksanaan qailulah
Tata cara pelaksanaan qailulah sama halnya dengan tata cara
tidur pada umumnya. Dalam Islam tata cara lebih dikenal
dengan
sebutan adab atau etika. Berikut ini adalah adab-adab tidur
menurut e-
book yang disusun oleh Tim Penyusun Div. Ilmiyah Dar Al
Wathan
yang berjudul Etika Kehidupan Muslim Sehari-Hari diantaranya
sebagai berikut:15
1) Mengibaskan sprei atau alas tidur sebanyak 3 kali
Berdasar hadits riwayat Abu Hurairah Ra., bahwasanya
Rasulullah
Saw bersabda: “Apabila seseorang dari kamu akan tidur pada
tempat tidurnya, maka hendakah mengirapkan kainnya pada
tempat tidurnya tersebut terlebih dahulu, karena ia tidak tahu
apa
14
Iskandar Zulkarnain, Keajaiban Tidur Siang: Rahasia Sukses
Memenangi Pertarungan
Dunia Kerja Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Timur, 2007), hal.
3. 15
Tim Penyusun Div. Ilmiyah Dar Al Wathan, Etika Kehidupan Muslim
Sehari-Hari,
terj. Tim Dar Al Wathan, (tt: Islam House_, 2009), hal. 5.
-
yang ada di atasnya.” Dalam riwayat yang sama disebutkan
“sebanyak tiga kali” (HR. Muttafaq „Alaih)
2) Berwudhu sebelum tidur dan miring ke posisi sebelah kanan
Rasulullah Saw bersabda: „apabila kamu akan tidur,
berwudhulah
sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah dengan
miring ke sebelah kanan ,,,, ‟. Imam Muslim meriwayatkan
dari
Jabir Ra., bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah salah
satu
dari kalian berbaring kemudian menempatkan salah satu
kakinya
di atas kaki yang lain”. Disebutkan pula dalam riwayat yang
lain
“janganlah kamu menempatkan salah satu kakimu di atas kaki
yang lain ketika kamu berbaring”.16
Posisi tidur yang tepat adalah
posisi tidur yang sama dengan posisi janin yaitu posisi
tubuh
horizontal (miring ke kanan), kedua tangan dan kaki agak
tertekuk
sedikit dan salah satu kaki tidak menindih kaki yang
lainnya.17
3) Tidak tengkurap
Hadits riwayat Qais Bin Takhfah dari ayahnya, dia berkata:
“Aku
sedang tidur di masjid dengan posisi menelungkup, kemudian
Rasulullah Saw menyentuhku dengan kaki beliau dan berkata:
“Ada apa dengan dirimu? Kenapa kamu tidur dengan posisi
seperti ini? Ini adalah posisi tidur yang dibenci Allah
Swt”.18
16
Ahmad Syauqi Ibrahim, Kitab Rahasia Tidur, terj. M. Abidun &
Masturi Irham,
(Jakarta Selatan: Turos Khasanah Pustaka Islami, 2018), hal.
138. 17
Ibid,. hal. 137. 18
Ibid,. hal. 141..
-
4) Tidak tidur di tempat terbuka
Hadits riwayat „Ali Bin Syaiban, bahwa Rasululah Saw
bersabda:
“Barang siapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak
ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya.” (HR.
Bukhari
dalam Al Adab Al Mufrat).
5) Menutup pintu, jendela dan mematikan lampu
Hadits dari Jabir Ra., bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur,
tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan
tutuplah
makanan dan minuman.” (Muttafaq “alaihi).
6) Berdo‟a dan berdzikir kepada Allah
Membaca ayat kursi, dua ayat terakhir surat Al Baqarah, Al
Ikhlas,
Al Falaq dan An Naas kemudian membaca do‟a: “Bismika
Allahumma ahya wa amuutu” yang artinya : “Dengan menyebut
nama-Mu ya Alah aku hidup dan aku mati.” (HR. Bukhari).
7) Disunnahkan membaca Ta‟awudz saat merasa ketakutan, mimpi
buruk ataupun gelisah saat tidur (HR. Abu Dawud).
8) Membaca doa setelah bangun dari tidur
Doa bangun tidur sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari
berbunyi: “Alhamdu lillahilladzii ahyaanaa ba‟da maa
amaatanaa
wa ilaihinnusyuur” yang artinya: “Segala puji bagi Allah
yang
telah menghidupkan kami setelah kami dimatikanNya, dan
kepadaNyalah kami dikembalikan.”
-
2. Pendidikan Karakter Kedisiplinan
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang
dewasa (pendidik) dalam menyelenggarakan kegiatan
pengembangan
diri peserta didik agar menjadi manusia yang paripurna
(selesai)
sesuai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Dwi
Siswoyo pendidikan adalah usaha sadar sebagai pengembangan
manusia dan masyarakat, mendasarkan pada landasan pemikiran
tertentu.19
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikanpun
memegang peranan penting dalam membangun kualitas peradaban,
diantaranya sebagai berikut: 20
1) Membantu pembentukan kepribadian murid
2) Melakukan pembinaan moral pada murid
3) Menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan
para murid sesuai tujuan beragama dan bernegara.
19
Kompri, Manajemen Pendidikan Komponen-Komponen Elementer
Kemajuan Sekolah,
( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), hal. 15-16. 20
Ibid,. hal. 17.
-
Pendidikan adalah proses untuk memberikan berbagai
macam situasi kepada manusia yang bertujuan untuk
memberdayakan
diri. Adapun aspek aspek yang perlu dan penting untuk
dipertimbangkan dalam pendidikan adalah penyadaran (ta‟lim),
pencerahan (tazkiyah), pemberdayaan (harakah dan dakwah)
serta
perubahan perilaku (ta‟dib).21
Pendidikan dalam arti luas merupakan suatu konsep besar
yang memiliki pengaruh besar. Konsep tersebut dikenal
dengan:
1) Long-life Education, yaitu pendidikan merupakan bagian
dari
kehidupan. Pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan
yang mempengaruhi pembentukan berfikir dan bertindak setiap
manusia.
2) Pendidikan alam, yaitu alam beserta ruang dan
lingkungannya
melahirkan pengalaman dan sebagai tempat pendidikan bagi
setiap manusia secara langsung.
Pendidikan dalam arti sempit dikenal dengan sekolah.
Pendidikan adalah pengajaran yang dilakukan dan diselenggarakan
di
sekolah sebagai lembaga formal tempat mendidik.22
Sebagian
masyarakatpun mengenali setiap yang sekolah maka mereka
terdidik
sedangkan mereka yang tidak mengenyam bangku sekolah maka
mereka adalah orang yang bodoh, tidak terdidik dan orang
yang
tertinggal dengan pendidikan.
21 Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan dari Tradisional,
(Neo) Liberal, Marxis-
Sosialis, Hingga Post Modern, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017),
hal. 20. 22
Ibid,. hal. 21-30.
-
b. Karakter
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter berarti
sifat atau ciri kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan
seseorang dari yang lain; tabiat maupun watak. Individu yang
berkarakter baik adalah mereka yang berani membuat keputusan
dan
siap bertanggung jawab. Karakter merupakan cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup
dan
bekerja sama baik di lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan
negara.23
Pendapat lain mengatakan bahwa karakter adalah watak,
tabiat, kepribadian, akhlak seseorang yang terbentuk dari
hasil
internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan
sebagai
landasan cara pandang, berfikir, bersikap serta landasan
untuk
bertindak.24
Kebaikan yang ditanamkan seorang guru kepada murid
melalui internalisasi materi maupun nilai yang mempunyai
kesesuaian
dalam membangun sistem berfikir dan berperilaku murid.
internalisasi
ini diajarkan, dipahamkan dan dipraktikkan secara terus menerus
dan
berulang-ulang sehingga menjadi sesuatu yang melekat untuk
selalu
diterapkan.
Pendidikan karakter menurut Megawangi adalah sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar berani mengambil
keputusan
dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
23
Deni Damayanti, Panduan Impementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah: Teori dan
Praktik Internalisasi Nilai, (Yogyakarta: Araska, 2014), hal.11.
24
Asmaun Sahlan, Angga Teguh Prastyo, Desain Pembelajaran Berbasis
Pendidikan
Karakter, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2017), hal. 13.
-
Sedangkan menurut Fakry Gaffar pendidikan karakter merupakan
proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan
dalam kepribadian seseorang agar menjadi satu dalam
perilakunya
sehari-hari.25
Pendidikan karakter juga merupakan proses untuk
membentuk, menumbuhkan, mengembangkan dan mendewasakan
kepribadian anak menjadi bijak dan bertanggung jawab. Proses
internalisasi nilai-nilai moral secara khusus bertujuan
untuk
membentuk murid yang berkualitas kecerdasannya maupun sikap
moralnya.26
Pendidikan karakter bersifat terus menerus dan
berkelanjutan mulai dari usia dini sampai perguruan tinggi.
Rasulullah
Saw bersabda: “Didiklah anak kalian, sesungguhnya mereka
diciptakan menjadi generasi yang berbeda dengan zaman
kalian”
(HR. Tirmidzi).27
Hadits yang disampaikan Rasulullah Saw ini
menjelaskan bahwa mendidik bukan berarti mendidik mereka
sama
persis dengan zaman pendidikan orang tuanya (pelampiasan
belaka).
Memberlakukan pendidikan dari nenek moyang yang tidak lagi
sesuai
zaman mereka yang seharusnya, mengikat perkembangan
pendidikan
mereka dengan ikatan adat, kepercayaan nenek moyang dan
tradisi-
tradisi yang dianggap wejangan untuk terus dibudayakan.
Namun,
mendidik anak yang kelak menjadi generasi masa yang akan
datang
25
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 5. 26
Deni Damayanti, Panduan Implementasi …, hal. 15-20. 27
Baharuddin, Pendidikan Dan… , hal. 96.
-
harus sesuai dengan perkembangan psikologi, perkembangan
berfikir
mereka serta perkembangan zaman yang mereka alami. Berikut
ini
adalah fase penanaman nilai-nilai karakter pada anak sesuai
tingkatan
usia dan psikologi mereka, sebagai berikut:28
1) Usia 5-8 tahun, mereka ditanamkan nilai-nilai yang sifatnya
umum
dan spontan. Selain itu kalimat yang disampaikan tidak rancu
dan
panjang untuk memudahkan anak memahami maksud dan tujuan
yang hendak disampaikan. Sebagai orang tua, diusia mereka
yang
masih kecil perlu keteladanan dan kesabaran yang lebih.
Karena
bagaimanapun juga mereka masih perlu pendampingan dan
pengawasan dari orang tua.
2) Usia 9-12 tahun, anak dikenalkan nilai nilai hakekat
kebenaran
yaitu baik dan buruk. Anak mulai ditanamkan dan dikenalkan
secara berulang-ulang nilai-nilai kebaikan dan diberitahu
nilai-nilai
keburukan. Usia mereka adalah usia yang mengandalkan
pengamatan dan mulai menilai perbuatan seseorang atas dasar
baik
maupun buruknya perilaku.29
Pengamatan dan penilaian mereka
sangat sensitif sehingga jika orang tua dan pendidik
membiarkan
pernyataan mereka begitu saja tanpa memahamkan dan
mengarahkan nilai baik dan buruk tersebut, maka mereka
cenderung akan meniru atau menjadi kesimpulan dari
pengamatan
dan penilaian mereka. Bahkan, ketika mereka diingatkan atau
28
Deni Damayanti, Panduan Implementasi …, hal. 10. 29
Baharuddin, Pendidikan Dan …, hal. 104-106.
-
dinasehati mereka akan menyampaikan kesalahan yang sama yang
dilakukan oleh orang tua tanpa sadar sebelumnya.
3) Usia 14-16 tahun, anak dilatih untuk berperilaku baik
meskipun
berat. Setiap kali anak melakukan suatu perbuatan, mereka
kemudian diarahkan dan dipahamkan serta dinasehati jika
perbuatan tersebut menunjukkan keburukan. Merekapun mulai
diberi keluasan untuk menentukan sendiri konsekuensi dari
keputusan yang diambil, akan tetapi konsekuensi yang dibuat
tetap
dalam pengawasan orang tua. Rasulullah Saw bersabda:
“Perintahkan anak kalian mengerjakan shalat pada usia tujuh
tahun, pukullah mereka karena meninggalkan shalat pada usia
sepuluh tahun dan pisahkan mereka dalam tempat tidur.”30
Dari
hadits ini dapat disimpulkan bahwa diusia mereka yang
menginjak
usia remaja, meskipun mereka sudah bisa dan berani
menentukan
sikap akan tetapi peran orang tua masih sangat penting untuk
mengingatkan, menegur dan menasehati serta mendukung apa
yang
mereka putuskan.
4) Usia 17-20 tahun adalah pembiasaan berbuat baik pada anak
dengan memahami maksud dan tujuannya. Diusia ini mereka
diberi
kebebasan berpendapat dan memutuskan keputusan. Orang tua
hanya mengawasi dan mengontrol lebih kepada jarak jauh
sehingga
merasa sudah saatnya belajar bertanggung jawab atas apa yang
30
Baharuddin, Pendidikan Dan …, hal.96
-
diambil. Keberhasilan pendidikan karakter tidak hanya dari
seorang pendidik namun dari lingkungan sosialnya, dan tanpa
ada
penerapan secara terus menerus maka konsep yang baikpun
tidak
akan pernah tercapai dengan baik.
c. Kedisiplinan
1) Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin disibel yang artinya
pengikut. Kemudian kata ini mulai berkembang dengan sebutan
disipline yang berarti kepatuhan atau menyangkut tata
tertib.31
Disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
ketaatan
dan kepatuhan terhadap aturan, tata tertib, dan lain
sebagainya.
Elizabeth B. Hurlock mendefinisikan disiplin merupakan cara
masyarakat mendidik anak-anak berperilaku moral yang
diterima
kelompok dengan tujuan agar mereka mengetahui perilaku baik
maupun buruk dan mendorong mereka berperilaku sesuai
standarnya.
Mahmud Yunus dalam bukunya yang berjudul “At
Tarbiyah wa At Ta‟lim” menjelaskan bahwa disiplin adalah
kekuatan yang ditanamkan oleh pendidik yang menanamkan jiwa
tentang tingkah laku pada murid serta kebiasaan dalam diri
mereka,
tunduk dan patuh dengan sebenar-benarnya pada peraturan yang
sesuai dengan prinsip pendidikan yang sesungguhnya yaitu
inti
31
Rosma Elly, “Hubungan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas V di SD
Negeri 5 Banda Aceh”, Jurnal Pesona Dasar, Volume 3 Nomor 4,
2016, Hal. 46.
-
yang dijalankan pada setiap aktivitas sekolah.32
Menurut Wijaya
bahwa siswa dikatakan disiplin diantaranya: melaksanakan
tata
tertib dengan baik, taat dengan kebijakan yang belaku,
menguasai
diri dan instrospeksi.33
Nilai pendidikan karakter disiplin dapat
disimpulkan yaitu merupakan tindakan yang menunjukkan
perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.34
2) Jenis Disiplin
Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Psikologi
Perkembangan menyebutkan jenis-jenis disiplin yang
diterapkan
pada anak adalah disiplin otoriter, disiplin lemah dan
disiplin
demokratis.35
Disiplin otoriter merupakan disiplin tradisional yang masih
menganut ungkapan-ungkapan kuno dimana semua peraturan yang
ditetapkan orang tua harus dipatuhi anak tanpa
menjelaskannya
terlebih dahulu, tanpa ada kesempatan bertanya dan
berpendapat
bagi anak. Setiap peraturan yang dilanggar akan mendapatkan
konsekuensi, sedangkan peraturan yang berhasil ditaati tidak
berbuah hadiah karena peraturan diberlakukan sebagai
kewajiban.
Contoh disiplin otoriter adalah disiplin yang diterapkan pada
jaman
32
Fatkhur Rohman, “Peran Pendidik Dalam Pembinaan Disiplin Siswa
di
Sekolah/Madrasah,” Jurnal Ihyau al „arabiu, Volume 4 Nomor 1,
2018, Hal. 74-75. 33
Debora Simanungkalit, “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Melalui Layanan
Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling Pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 8 Tebing
Tinggi,” Jurnal Sej, Volume 7 Nomor 1, 2017, hal. 76. 34
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Sratategi Membangun Karakter
Bangsa
Barperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 42.
35
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Sebuah Pendekatan
Sepanjang
Rentang Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, tt), hal.
125.
-
dulu. Guru membawa sebilang kayu panjang dan diameter kecil
dalam pembelajaran. Kayu tersebut untuk memberi hukuman bagi
yang melanggar peraturan dan tidak patuh kepada perintah
guru.
Contoh lainnya orang tua menyediakan cambuk di rumah-rumah
mereka untuk melatih disiplin dan tanggung jawab anak. Jika
melanggar hal tersebut maka mereka siap memberi hukuman
dengan mencambuk anak-anak mereka.
Disiplin lemah merupakan dampak dari penerapan disiplin
otoriter orang tua dimasa kanak-kanak mereka. Penerapan
disiplin
ini pada anak yaitu anak mereka tidak lagi diajarkan
peraturan-
peraturan, tidak ada sanksi dan hadiah atas pelanggaran
maupun
kepatuhan terhadap peraturan. Sehingga anak-anak akan
belajar
berperilaku sosial.
Disiplin demokratis merupakan disiplin yang berkembang
dan diminati anak saat ini. Disiplin ini menekankan hak anak
untuk
mengetahui atas dasar apa peraturan dibuat, mereka diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat mengenai peraturan
tersebut. Konsekuensi atas pelanggaran disesuaikan
berdasarkan
bobot pelanggaran, bisa berupa kesepakatan-kesepakatan yang
saling disetujui. Peraturan yang berhasil dilaksanakan dengan
baik
mendapat hadiah minimal dengan pujian dan pengakuan sosial.
3) Pengaruh disiplin bagi anak36
36
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan…, hal. 126
-
Pengaruh pada perilaku mulai dari disiplin otoriter adalah
anak akan sangat patuh dihadapan orang dewasa namun ia
begitu
agresif dengan lingkungan sebayanya. Faktor yang
mempengaruhinya adanya rasa takut. Disiplin lemah akan
memunculkan sifat egois anak tanpa peduli hak orang lain.
sedangkan disiplin demokratis, anak akan berusaha
mengendalikan
perilaku yang salah dan menghargai hak orang lain. anak akan
termotivasi untuk berani membuat keputusan dan
bertanggungjawab.
Pengaruh pada sikap mulai dari disiplin otoriter adalah
anak akan membenci penguasa karena merasa diperlakukan tidak
adil, tidak ada ruang baginya untuk membela diri atau
sekedar
menyampaikan pendapat. Disiplin lemah anak akan membenci
penguasa juga karena rasa ingin menuntut ketegasan orang
dewasa.
Disiplin demokratis, akan muncul kemarahan sementara namun
bukan sikap benci. Pengaruh pada kepribadian anak pada
disiplin
otoriter dan disiplin lemah adalah anak akan sulit
menyesuaikan
diri dan bersosial, keras kepala, cemberut dan negativistic.
Disiplin
demokratis, anak akan mudah untuk menyesuaikan diri dan
bersosial.
4) Esensi disiplin bagi anak
-
Esensi dari kedisiplinan bagi anak terbagi dalam 4
macam, sebagai berikut:37
a) Bantuan untuk menanamkan nilai moral dalam melakukan
perilaku baik dan meninggalkan perilaku yang buruk
b) Ganjaran, dengan pujian maupun pengakuan sosial sehingga
anak merasa didukung untuk bertindak benar dan mendorong
mereka mengurangi perilaku yang baik
c) Hukuman, sebagaimana ganjaran. Penerapan hukuman
disesuaikan dengan perkembangan dan dengan cara yang adil
d) Konsisten, disiplin yang baik karena konsistensi yang
baik.
Kebaikan dinilai dengan kebaikan dari hari pertama dan
selanjutnya sedangkan keburukan dengan konsekuensinya
dinilai buruk dan seterusnya.
5) Penanaman karakter kedisiplinan
Penanaman karakter kedisiplinan pada murid
merupakan suatu problematika tersendiri dalam pendidikan.
Namun, dengan perhatian yang serius dan fokus maka penanaman
karakter kedisiplinan ini akan semakin mudah. Sebagaimana
pendidikan yang dicontohkan nabi Muhammad Saw yaitu dengan
keteladanan. Seorang pendidik yang berhasil akan memberikan
keteladan agar dicontoh dengan baik murid-muridnya.
Keberhasilan pendidik dipengaruhi oleh beberapa faktor
dibawah
37 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan…, hal. 166.
-
ini ketabahan dan kesabaran, lemah lembut dan tidak kasar,
hati
yang penyayang, mengambil yang paling ringan dari dua hal
selama hal tersebut tidak dosa, lunak dan fleksibel, menjauhi
sifat
marah, bersikap seimbang (moderat) dan pertengahan dan
membatasi diri dalam memberikan nasehat yang baik.38
Prinsip-prinsip penanaman nilai karakter kedisiplinan
diantaranya; berkelanjutan, ditanamkan melalui semua mata
pelajaran, pengembangan diri maupun budaya sekolah, nilai
tidak
diajarkan tetapi dikembangkan dan yang terakhir proses
pendidikan
dilakukan dengan penekanan agar peserta didik tetap aktif
dan
menyenangkan.39
Pertama, berkelanjutan artinya mulai dari murid masuk
sekolah nilai-nilai karakter ditanamkan sampai mereka lulus
jenjang pendidikan sekolah, karena proses penanaman nilai
karakter adalah proses yang lama sehingga tidak cukup satu
tahun
atau dua tahun guna menjadikannya terbiasa disiplin dan taat
melaksanakan perintah.
Kedua, melalui semua mata pelajaran, pengembangan
diri maupun budaya sekolah. Penanaman nilai kedisiplinan
murid
dapat dilakukan melalui setiap mata pelajaran, kegiatan
pengembangan diri seperti ekstrakurikuler dan kegiatan
38
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi,
terj. Salafuddin
Abu Sayyid, (Solo: Pustaka Arafah, 2017), hal. 40-46. 39
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Srtategi Membangun Karakter
Bangsa
Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal.
73-91.
-
kemandirian murid. Integrasinya dalam kegiatan pengembangan
diri dapat dilakukan dalam kegiatan harian di sekolah
diantaranya;
(a) kegiatan rutin sekolah atau madrasah contohnya, upacara
bendera, pemeriksaan kebersihan badan, shalat berjama‟ah dan
kegiatan lainnya. (b) kegiatan spontan, maksudnya kegiatan
yang
dilakukan saat itu juga contohnya ketika terjadi pelanggaran
maka
ada konsekuensi (punishment) yang diberikan guru dan ketika
ada
perilaku murid yang baik diberi pujian (reward). (c)
keteladanan,
semua guru dan seluruh tenaga kependidikan yang menghendaki
muridnya mampu bersikap disiplin maka guru dan tenaga
kependidikan inilah yang memberi contoh pertama kali baik
dengan perilakunya, tutur katanya kasih sayangnya maupun
penampilannya. keteladan sebagaimana Rasulullah Saw bersabda
dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas yang artinya:
“Ajarkanlah ilmu; berikanlah kemudahan dan jangan
mempersulit; sampaikan kabar gembira dan jangan membuat
orang lain lari. Jika salah satu diantara kalian marah,
hendaklah
ia diam.” (HR. Ahmad dan Bukhari dalam Al Adab Al Mufrat).40
Hadits ini dapat disimpulkan bahwa menjadi orang tua maupun
pendidik harus berhati-hati dalam memberikan keteladan
kepada
anak. Mereka adalah peniru ulung apa yang dilihat, apa yang
didengar dan apa yang ia rasakan. (d) Pengondisian, berjalan
lancar
40
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Mendidik Anak…, hal. 456.
-
atau tidaknya penanaman kedisiplinan murid juga dipengaruhi
oleh
pengondisian pendukung kegiatan seperti terawatnya sarana
prasarana maupun keberadaan guru itu sendiri.
Ketiga, nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan
artinya nilai karakter kedisiplinan bukan merupakan bahan
ajar
biasa yang disampaikan secara teoritis dan kemudian
dinyatakan
dalam ulangan maupun ujian untuk mengetahui hasilnya, namun
nilai karakter kedisiplinan ditanamkan di setiap mata
pelajaran
maupun kegiatan pembelajaran kemudian mereka dipahamkan
secara perlahan untuk mengetahui nilai kedisiplinan yang
mereka
tumbuhkan pada diri mereka masing-masing. Penyadaran sangat
penting sekali dalam usaha menanamkan disiplin kepada anak.
Penyadaran bisa dengan nasehat, teguran, konseling, diskusi
dan
sharing. Penyadaran ini tidak akan berjalan baik jika hanya
dilakukan sekali dua kali saja selama proses pendidikan,
tetapi
harus berkali-kali. Sebagai guru yang baik harus peka dengan
kondisi murid untuk mempermudah proses pembinaan.
Keempat, proses pendidikan dilakukan dengan
penekanan agar peserta didik tetap aktif dan menyenangkan.
Proses
pendidikan ini artinya guru tidak perlu menyatakan maksud
penanaman pendidikan yang dijalankan tetapi cukup dengan
perencanaan guru yang matang agar murid melakukan proses
kedisiplinan tersebut dengan aktif dan menyenangkan.
Penekanan
-
kedisiplinan dapat melalui pengawasan atau kontrol dengan
jarak
dekat maupun jarak jauh kemudian melakukan evaluasi secara
berkala untuk mengetahui perkembangan kedisiplinan anak.
C. Kerangka Teori
Dalam proses pelaksanaan pendidikan, lembaga pendidikan
memiliki
kebijakan dan standar pendidikan yang akan ditetapkan. Kemudian
dari
kebijakan tersebut dibutuhkan peran pendidik atau guru sebagai
teknisi
ataupun pelaksana pendidikan untuk diterapkan kepada objek
pendidikan
yaitu murid. Murid diberikan pemahaman mengenai materi qailulah
serta
bagaimana praktiknya secara langsung dalam proses pendidikan.
Penerapan
ini akan terjadi suatu pembiasaan melalui pendampingan dan
pengontrolan
murid. Kemudian dievaluasi secara konsisten dan berkelanjutan
untuk
pembentukan kedisiplinan murid.
-
Demikian alur dari proses pendidikan dalam penelitian ini.
Gambar 2. 1 Kerangka Teori
Pendidik/Gur
u
Murid
Proses Implementasi
Qailulah
Kedisiplinan Murid
Lembaga
pendidikan
Pembiasaan, Pendampingan,
Pengontrolan
Evaluas
i