1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Involusi Uterus 1. Definisi involusi uterus Involusi merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke bentuk sebelum hamil dengan ukuran 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. 13 Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Involusi puerperium hanya berfokus pada pengerutan uterus, apa yang terjadi pada organ dan struktur lain dianggap sebagai perubahan puerperium. 14 Setelah persalinan, oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis posterior dan bekerja pada otot-otot uterus untuk membantu pengeluaran plasenta, setelah pelepasan plasenta, rongga uterusakan menyusut kedalam dinding uterus yang berada didepannya menekan sisi penempelan plasenta yang baru saja terbuka, dan secara efektif menutup ujung pembuluh darah besar yang terbuka. 15 2. Proses involusi uterus Pemulihan pada masa nifas merupakan hal yang penting bagi ibu setelah melahirkan. Selama masa kehamilan dan persalinan telah terjadi perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi ligament-ligament bersifat lembut dan kendor, otot-otot teregang, uterus membesar, postur tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat badan pada waktu hamil, serta terjadi bendungan pada tungkai bawah. Pada saat persalinan dinding panggul selalu teregang dan mungkin terjadi kerusakan pada jalan lahir, serta setelah persalinan otot-otot dasar panggul menjadi longgar karena teregang begitu lama pada saat hamil maupun bersalin. 16
22
Embed
BAB II Involusi Uterus 1. Involusi merupakan suatu proses ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/158/jtptunimus-gdl-ferdinafit... · peristaltic usus, serta bias juga terjadi karena
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Involusi Uterus
1. Definisi involusi uterus
Involusi merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
bentuk sebelum hamil dengan ukuran 60 gram. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.13
Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang
menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Involusi puerperium hanya
berfokus pada pengerutan uterus, apa yang terjadi pada organ dan
struktur lain dianggap sebagai perubahan puerperium.14
Setelah persalinan, oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis
posterior dan bekerja pada otot-otot uterus untuk membantu
pengeluaran plasenta, setelah pelepasan plasenta, rongga uterusakan
menyusut kedalam dinding uterus yang berada didepannya menekan
sisi penempelan plasenta yang baru saja terbuka, dan secara efektif
menutup ujung pembuluh darah besar yang terbuka.15
2. Proses involusi uterus
Pemulihan pada masa nifas merupakan hal yang penting bagi ibu
setelah melahirkan. Selama masa kehamilan dan persalinan telah terjadi
perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi ligament-ligament
bersifat lembut dan kendor, otot-otot teregang, uterus membesar, postur
tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat badan
pada waktu hamil, serta terjadi bendungan pada tungkai bawah. Pada
saat persalinan dinding panggul selalu teregang dan mungkin terjadi
kerusakan pada jalan lahir, serta setelah persalinan otot-otot dasar
panggul menjadi longgar karena teregang begitu lama pada saat hamil
maupun bersalin.16
2
a. Perubahan fisiologis pada masa nifas
Perubahan fisiologis yang sering disebut involusi uterus adalah
kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk
maupun posisi.17
Organ-organ yang mengalami involusi antara lain
1) Corpus Uterus
Uterus secara berangsur-angsur kembali kepada keadaan
sebelum hamil baik dalam bentuk maupun posisi. Proses
involusi uterus dsertai dengan penurunan Tinggi Fundus Uteri
(TFU).
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,18
antara lain:
a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterine. Faktor yang menyebabkan
autolysis samapai sekarang belum diketahui, tetapi telah
diketahui adanya penghancuran protoplasma dan jaringan
yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal.
Itulah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu
mengalami sering buang air kecil.17
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uteri. Enzim proteolik akan memendekkan
jaringan otot yang telah sempat mengendur selama 10 kali.
Panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum
hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik
sebagai bukti kehamilan.18
b) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berpoliferasi
dengan adanya estrogen dalam jumlah besar kemudian
3
mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Setelah
kelahiran bayi dan plasenta, otot uterus berkontraksi sehingga
sirkulasi darah ke uterus berhenti (iskemia). Iskemia pada
miometrium disebut juga iskemia lokal yaitu kekurangan
darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena
kontraksi dan retraksi yang cukup lama tetapi disebabkan
pengurangan aliran darah ke uterus dalam masa kehamilan
disebabkan karena uterus harus membesar menyesuaikan
dengan pertumbuhan janin.17
c) Efek oksitosin (kontraksi)
Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh
hipofisis posterior yang akan dilepaskan ke pembuluh darah
apabila mendapatkan rangsangan yang tepat. Efek fisologis
dari oksitosin adalah merangsang kontraksi otot polos uterus
baik pada masa persalinan maupun masa nifas sehingga akan
mempercepat proses involusi uterus. Disamping itu oksitosin
juga mempunyai efek pada payudara ibu yaitu meningkatkan
pemancaran ASI dari kelenjar mammae (let down refleks).13
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir. Hormon oksitosin yang dilepas dari
kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu
mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan
mengurangi perdarahan.18
Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan
pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot
yang menahan kontraksi, melepaskan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya,
isapan sang bayi akan merangsang keluarnya oksitosin lagi
4
dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan
pengeluaran air susu.13
2) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis,
degenarasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah
tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan
parut pada bekas implantasi plasenta.19
3) Rasa sakit (after pains )
Rasa sakit yaitu rasa sakit pada saat kontraksi yang
dialami oleh ibu yang mengalami pos partum selama 2-4 hari
pertama pos partum.20
a) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina dalam masa nifas yang terdiri dari : a).
Lochea rubra ( cruenta ) : berwarna darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, sel-sel desidua dan mekonium selama
2 hari pasca persalinan. b). Lochea sanguinolenta :
berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, yang keluar
pada hari ke 3-7 pasca persalinan. c). Lochea serosa :
berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, yang keluar
pada hari ke 7 -14 pasca persalinan. d). Lochea alba : cairan
putih setelah 2 minggu, bentuknya seperti cairan putih
berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel - sel
desisua. e). Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk. f). Lochiostatis : lochea tidak
lancar keluar.7
4) Perubahan serviks
Segera setelah berakhirnya kala IV, serviks menjadi
sangat lembek, kendur, dan terkulai. Serviks akan terlihat padat
5
yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks
lambat laun akan mengecil, beberapa hari setelah persalinan.
Rongga leher rahim bagian luar akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.17
5) Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva pada permulaan puerperium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis akan
kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum.
Penurunan hormon esterogen pada masa postpartum berperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae
timbul kembali pada minggu ke 4. Hymen tampak sebagai
tonjolan jaringan yang kecil.13
6) Payudara (mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses
laktasi akan terjadi secara alami. Proses memyusui mempunyai
dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu
atau let down.19
7) Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diagfragma pelvis yang meregang
pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang
uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena
ligament ronutudum menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.13
8) Perubahan sistem pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan
produksi progesterone, sehingga yang menyebabkan nyeri ulu
hati dan konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama.
Pada ibu nifas terutama partus lama mudah terjadi ileus
paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya
peristaltic usus, serta bias juga terjadi karena pengaruh takut
6
buang air besar (BAB) karena adanya rasa nyeri pada
perineum akibat luka jahitan perineum akibat episiotomi.`17
9) Perubahan sistem perkemihan
Diueresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum.
Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi.
Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum.
Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema,
kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adannya
overdistansi pada kala dua persalinan dan pengeluaran urine
yang tertahan lama selama proses persalinan. Sumbatan pada
uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan
berlangsung dan trauma ini dapat berkurang selama 24 jam
postpartum.17
10) Perubahan sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada system endokrin, terutama pada hormon
hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:19
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang. Selama tahap persalinan, hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin
b) Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan
terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang untuk
mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan,
sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang
7
mengontrol ovarium kearah permulaan produksi esterogen
dan progesterone yang normal, pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan menstruasi.
c) Estrogen dan Progesteron
Diperkirakan bahwa tingkat esterogen yang tinggi
memperbesar hormone anti diuretik yang meningkatkan
volume darah, sedangkan progesteron mempengaruhi otot
halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum,
dan vulva.
3. Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Keseluruhan proses involusi uterus disertai dengan penurunan
ukuran TFU. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post
partum disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Menurut Masa Involusi 21
Involusi Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus Diameter uterus
Palpasi Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram 15cm Lembut/ lunak
Uri lahir 1 jari dibawah pusat
750 gram 12,5cm Lembut/ lunak
1 minggu Pertengahan pusat dengan simpisis
500 gram 7,5cm 2cm
2 minggu Tidak berada pada simpisis
350 gram 5cm 1cm
6 minggu Bertambah kecil 50 gram 2,5cm Menyempit
8 minggu Sebesar normal 30gram 2,5cm Menyempit
Penurunan TFU ini terjadi secara gradual, artinya tidak sekaligus tetapi setingkat
demi setingkat.22 TFU ini akan berkurang 1-2 cm setiap harinya dan pada hari ke
9 uterus tidak dapat teraba.23
8
Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas
Gambar 2.1 Tinggi Fundus Uteri Pada Masa Nifas.24
a. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan dengan
menggunakan meteran kertas atau pelvimeter. Untuk meningkatkan
ketepatan pengukuran, pengukuran sebaiknya dilakukan oleh orang
yang sama.23
Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengukuran
tinggi fundus uteri adalah apakan kandung kemih dalam keadaan
kosong atau tidak dan bagaimana keadaan uterus, apakah uterus dalam
keadaan kontraksi atau rileks. Penelitian juga menunjukan bahwa
posisi wanita saat dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri juga
berpengaruh terhadap hasil pengukuran.29
Ada dua cara pengukuran tinggi fundus uteri yang biasa dilakukan.
Kedua cara ini dibedakan berdasarkan penempatan meteran. Cara
tersebut adalah :23
9
1) Meteran dapat diletakkan di bagian tengah abdomen wanita dan
pengukuran dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis
pubis sampai ke batas atas fundus. Meteran pengukur ini
menyentuh kulit sepanjang uterus.
2) Salah satu ujung meteran diletakkan di batas atas simfisis pubis
dengan satu tangan; tangan lain diletakkan di batas atas fundus.
Meteran diletakkan di antara jari telunjuk dan jari tengah dan
pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari mengapit meteran .
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa
fundus uteri dengan cara :30
1) Segera setelah persalinan, Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 cm
dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan
menurun kira kira 1 cm setiap hari.
2) Pada hari ke dua setelah persalinan TFU 1 cm di bawah pusat. Pada
hari ke3-4 TFU 2 cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 TFU
setengah pusat sympisis. Pada hari ke-10 TFU tidak teraba.
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi
antara lain:25
1) Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau
dibawah umbilicus dan apakah fundus berada digaris tengah
abdomen /bergeser ke salah satu sisi
2) Penentuan ukuran uterus
Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus
dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah
3) Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu
dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa mengeras dibawah jari-jari
ketika tangan melakukan masasse pada uterus.
Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi
tersebut disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan infeksi
10
dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi
uterus tidak berjalan dengan normal atau terlambat, bila subinvolusi
uterus tidak tertangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan
yang berlanjut atau post partum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi
atau proses involusi yang abnormal diantaranya: tidak secara progesif
dalam pengambilan ukuran uterus. Uterus teraba lunak dan kontraksi
buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang konsisten,
perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar, lochea
rubra banyak, peristen dan berbau busuk.21
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi TFU post partum (Involusi)
Faktor – faktor yang mempengaruhi ukuran TFU antara lain :
a. Usia ibu
Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat
melahirkan. Usia 20 – 35 tahun merupakan usia yang sangat ideal
untuk terjadinya proses involusi yang baik, hal ini disebabkan oleh
faktor elastisitas dari otot uterus mengingat ibu yang berusia diatas
35 tahun elastisitas otot uterus berkurang. Usia dibawah 20 tahun
elastisitasnya belum maksimal dikarenakan organ reproduksi yang
belum matang, sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi
komplikasi saat sebelum dan sesudah kelahiran dikarenakan
elastisitas otot rahimnya menurun menyebabkan kontraksi uterus
tidak maksimal. Pada ibu yang usianya lebih tua proses involusi
uterus banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses
penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas
otot dan penurunan penyerapan lemak, protein serta karbohidrat
merupakan hal-hal yang menghambat involusi uterus.4
Hal ini didukung oleh Martasubrata (1987 dalam Bangsu,
1995), usia kurang dari 20 tahun elastisitasnya belum maksimal,
sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi komplikasi karena
11
elastisitas otot rahimnya sudah menurun, menyebabkan kontraksi
uterus tidak maksimal.26
b. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai
oleh seorang wanita.27 Paritas dapat dibedakan menjadi primipara,
multipara dan grandemultipara.28
Klasifikasi paritas
Klasifikasi paritas dibangi menjadi :
1) Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak,
yang cukup besar dan hidup di dunia luar.29
2) Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirka bayi (hidup)
beberapa kali.30
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau
lebih.29
3) Grandemultipara
Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi 6
kali atau lebih hidup atau mati.31
Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih.29
Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih biasanya mengalami pen yulit dalam kehamilan
dan persalinan.32
Proses pemulihan uterus pasca persalinan atau involusi
sedikit berbeda antara primipara dengan multipara. Pada primipara
ditunjukkan dengan kekuatan kontraksi uterus lebih tinggi,
sedangkan pada multipara kontraksi dan relaksasi berlangsung
lebih. Sampai dengan paritas ketiga rahim ibu bisa kembali seperti
sebelum hamil. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin
dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin
12
terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna
dan mengakibatkan lamanya proses pemulihan organ reproduksi
(involusi uterus) pasca persalinan.4
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa paritas ibu
mempengaruhi lamanya pengeluaran lochea, semakin tinggi paritas
semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi karena
kondisi otot rahim pada ibu bersalin grande multipara cenderung
sudah tidak terlalu kuat maka proses involusi berjalan lebih
lambat.13
c. Psikologis
Terjadi pada pasien post partum blues merupakan
perubahan perasaan yang dialami ibu selama hamil sehingga sulit
menerima bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal, kadar estrogen,
progesterone, prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu
rendah. Kadar estrogen yang rendah pada ibu post partum
memberikan efek supresi pada aktifitas enzim mono amineoksidase
yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan baik nor adrenalin
maupun serotonin yang memberikan efek pada suasana hati dan
kejadian depresi pada ibu post partum.13
d. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini merupakan pergerakan sistematis yang
dilakukan secara bertahap pada ibu post partum yang dilakukan
pada 6 jam pertama pasca salin. Gerakan yang dilakukan bertujuan
untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring, miring-miring,
duduk sampai berdiri sendiri beberapa jam setelah proses
persalinan. Kegiatan ini diyakini akan memberikan manfaat
melancarkan pengeluaran lochea, memperlancar organ
gastrointestinal, organ perkemihan, mengurangi infeksi purperium,
mempercepat involusi alat kandungan.33
13
Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk segera membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing pasien
berjalan.19
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :34
1) Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dam persendian dengan menggerakkan otot orang
lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif
misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3) Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitas yang diperlukan
Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi diantaranya:33
1) Peningkatan suhu
Karena adanya penurunan TFU yang tidak baik sehingga
sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi
dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu
tubuh.
2) Perdarahan yang abnormal
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga
fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal
dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk
penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
3) Penurunan TFU yang tidak baik
Tidak dilakukan mobilisasi dini akan menghambat
pengeluaran darah sisa plasenta sehingga menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus
14
Tahap-tahap mobilisasi dini diantaranya:35
1) Miring ke kanan – kiri
Memiringkan badan ke kiri – ke kanan merupakan
mobilisasi paling ringan yang paling baik dilakukan
pertama kali. Di samping mempercepat proses
penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat kembalinya
fungsi usus dan kandung kemih secara normal.
2) Menggerakkan kaki
Setelah membalikkan badan ke kanan dan kiri, mulai
gerakkan kedua kaki. Ada mitos yang mengatakan hal ini
tidak boleh dilakukan karena bisa menyebabkan varises. Itu
tidak benar, Justru bila kaki tidak digerakkan dan ibu
berbaring terlalu lama, akan terjadi pembekuan pembuluh
darah balik yang bisa menyebabkan varises maupun infeksi.
3) Duduk
Setelah agak ringan, cobalah duduk di tempat tidur. Bila
merasa tidak nyaman, jangan paksakan diri. Lakukan pelan-
pelan sampai terasa nyaman.
4) Berdiri dan turun dari tempat tidur
Kalau duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskan
dengan mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri. Jalan
sedikit. Bila terasa sakit atau ada keluhan, sebaiknya
hentikan dulu dan di coba lagibegitu kondisi tubuh sudah
terasa lebih nyaman.
5) Ke kamar mandi
Bila sudah tidak ada keluhan, bisa di coba untuk berjalan ke
dan buang air kecil. Ini pun harus dilatih, karena biasanya
banyak ibu yang merasa takut.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Menyusui
dan Mobilisasi Dini Terhadap Percepatan Penurunan Tinggi
Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum di BPS Kab. Lampung Utara,
15
tahun 2011, didapatkan hasil bahwa ada pengaruh mobilisasi dini
dan menyusui dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus dan pengeluaran lochea postpartum, dengan nilai
masing masing p value dengan nilai p = 0,001.12
e. Senam nifas
Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh
ibu-ibu setelah melahirkansetelah keadaan tubuhnya pulih.36
Senam nifas merupakan gerakan senam yang dilakukan
oleh ibu dalam menjalani masa nifas sejak hari pertama melahirkan
sampai hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang
dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.6