BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab penting dari morbiditas yang parah, kecacatan jangka panjang dan kematian di antara kedua ibu dan bayi mereka. Di Afrika dan Asia, hampir satu sepersepuluh dari semua kematian ibu terkait dengan gangguan hipertensi kehamilan, sedangkan seperempat dari kematian ibu di Amerika Latin telah dikaitkan dengan komplikasi lain. Di antara gangguan hipertensi yang menyulitkan kehamilan, preeklampsia dan eklampsia menonjol sebagai penyebab utama ibu dan mortalitas dan morbiditas perinatal (WHO, 2011). Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Sedangkan di Indonesia perdarahan (28%), hipertensi saat hamil atau preeklampsia (24%) dan infeksi (11%)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangGangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab penting dari
morbiditas yang parah, kecacatan jangka panjang dan kematian di antara kedua
ibu dan bayi mereka. Di Afrika dan Asia, hampir satu sepersepuluh dari semua
kematian ibu terkait dengan gangguan hipertensi kehamilan, sedangkan
seperempat dari kematian ibu di Amerika Latin telah dikaitkan dengan
komplikasi lain. Di antara gangguan hipertensi yang menyulitkan kehamilan,
preeklampsia dan eklampsia menonjol sebagai penyebab utama ibu dan
mortalitas dan morbiditas perinatal (WHO, 2011). Berdasarkan SDKI 2012,
rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu
kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI
2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Sedangkan di Indonesia perdarahan
(28%), hipertensi saat hamil atau preeklampsia (24%) dan infeksi (11%)
merupakan tiga faktor utama penyebab kematian ibu postpartum (Kemenkes,
2007).
Preeklampsia adalah kumpulan gejala dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia dapat
terjadi pada kehamilan > 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah
dikatakan preeklampsia apabila tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15
mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg, proteinuria
minimal 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1
pada dipstick) secara menetap pada sampel acak urin (Cuningham, 2003).
B. Ruang Lingkup MasalahMakalah ini merupakan hasil pengkajian dari Ny. A.K di Ruang Aster
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dengan diagnosa NH2 P3A0
PP SC a.i Pre Eklampsia Berat (PEB). Makalah ini menyajikan tentang
data hasil pengkajian pada Ny.A.K , analisa data, masalah keperawatan,
diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
Ny.A.K
C. Tujuan1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny.A.K dengan
diagnosa NH2 P3A0 PP SC a.i Pre Eklampsia Berat (PEB) di Ruang
Aster Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mendapatkan gambaran tentang pengkajian, analisa data,
masalah keperawatan, menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny.
A.K dengan diagnosa NH2 P3A0 PP SC a.i Pre Eklampsia Berat
(PEB) di Ruang Aster Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
b. Dapat mendapatkan gambaran perencanaan tindakan keperawatan
pada Ny.A.K dengan diagnosa NH2 P3A0 PP SC a.i Pre Eklampsia
Berat (PEB) di Ruang Aster Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang.
c. Dapat mendapatkan gambaran implementasi rencana tindakan
keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditegakkan.
d. Dapat mendapatkan gambaran hasil (evaluasi tindakan) keperawatan
yang telah dilakukan
D. Manfaat1. Manfaat untuk mahasiswa
Melalui makalah ini mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama mengikuti pembelajaran terutama tentang
pengetahuan mahasiswa mengenai PEB dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien PEB secara komperhensip.
2. Manfaat untuk profesi keperawatan
Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah keilmuan dalam
keperawatan terutama keperawatan maternitas khususnya klien dengan
PEB. sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Preeklampsia
1.1 Pengertian preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana
hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya
memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit
vasospastik yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh
hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, 2004).
Pengertian lainnya menyebutkan preeklampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan
20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum
20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (Azwar, 2008).
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia
dapat dibagi menjadi preeklampsia dan preeklampsia berat. Pembagian
preeklampsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua
penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan
preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam
koma. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeklampsia
ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria sehingga bila gejala-
gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas, dapat dianggap bukan
preeklampsia. (Prawirohardjo, 2011)
1.2 Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the
National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001, ialah:
1.2.1 Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
1.2.2 Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
1.2.3 Eklampsia
Preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma
1.2.4 Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau
hipertensi kronik disertai proteinuria.
1.2.5 Hipertensi gestasional (transient hypertension) adalah hipertensi
yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria
1.3 Faktor Risiko Preeklampsia
Faktor risiko preeklampsia tersebut meliputi;
1.3.1 Riwayat preeklampsia
Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat
keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan risiko
terjadinya preeklampsia
1.3.2 Primigravida
Karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat
(blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan
risiko terjadinya preeklampsia. Perkembangan preeklampsia
semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan kehamilan
dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
1.3.3 Kehamilan ganda.
Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai
bayi kembar atau lebih.
1.3.4 Riwayat penyakit tertentu.
Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu sebelumnya,
memiliki risiko terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut
meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit
degeneratif seperti reumatik arthritis atau lupus.
1.4 Klasifikasi Preeklamsia
1.4.1 Preeklamsia Ringan
Kriteria preeklamsia ringan adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi: sistolik/diastolik > 140/90mmHg. Kenaikan
sistolik .30 mmHg dan kenaikan diastolik > 15 mmHg tidak
dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia
b. Proteinuria: > 300 mg/24 jam atau > + 1 dipstik.
c. Edema:edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria
preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut,
edema generalisata.
1.4.2 Preeklamsia Berat
Kriteria peeklamsia berat jika satu atau lebih tanda/gejala berikut:
a. Tekanan darah 160/110 mmHg. Tekanan darah ini tidak
menurun meskipn ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan
sudah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria lebih dari 5 gram/24 jam atau kualitatif 3+/4+
dalam pemeriksaan kualitatif.
c. Oliguria, produksi urin < 500 ml/24 jam
d. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri
kepala frontal atau gangguan penglihatan
e. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen
f. Edema paru atau sianosis
g. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat (IUFGR)
h. HELLP syndrome
1.5 Etiologi Preeklamsia
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba
menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”;
namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Adapun
teori-teori tersebut menurut Prawirohardjo (2011) adalah:
2. Teori genetik
Berdasarkan teori ini, komplikasi hipertensi pada kehamilan dapat
diturunkan pada anak perempuannya sehingga sering terjadi
hipertensi sebagai komplikasi kehamilannya.
2. Teori imunologis
Hasil konsepsi merupakan allegraf atau benda asing tidak murni
karena sebagian genetiknya berasal dari sel maternal, sehingga
sebagian besar kehamilan berhasil dengan baik sampai aterm dan
mencapai well health mother dan well born baby. Unsure benda
asing hanya berasal dari pihak suami sehingga terdapat beberapa
kemungkinan terhadap hasil konsepsi:
a. Terjadi adaptasi sempurna
b. Terjadi penolakan total terhadap hasil konsepsi
c. Terjadi kegagalan invasi-migrasi sel trofoblas masuk ke dalam
arteri miometrium. Hal ini dapat menyebabkan arterioli tidak
dipengaruhi oleh sistem hormonal plasenta untuk dapat
mendukung tumbuh kembang janin dalam rahim.
3. Teori iskemia region uteroplasenter
Teori ini merupakan teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab
preeclampsia. Seperti dikemukakan bahwa pada kehamilan normal,
arteria spiralis yang terdapat pada desidua mengalami pergantian
sel dengan trofoblas endovascular yang akan menjamin lumennya
tetap terbuka untuk memberikan aliran darah tetap, nutrisi cukup
dan O2 seimbang. Destruksi penggantian ini seharusnya pada
trimester pertama, yaitu minggu ke 16 dengan perkiraan
pembentukan plasenta telah berakhir.
Invasi endovascular trofoblas terus berlangsung pada
trimester kedua dan masuk ke dalam arteria miometrium. Hal ini
menyebabkan pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga
kelangsungan aliran darah, nutrisi dan O2 tetap terjamin. Hal
tersebut diperlukan untuk tumbuh kembang janin dalam rahim.
Invasi trimester kedua pada preeklamsia dan eklamsia tidak
terjadi sehingga hambatan pada saat memerlukan tambahan aliran
darah untuk memberikan nutrisi dan O2 dan menimbulkan situasi
“iskemia regio uteroplasenter” pada sekitar minggu ke-20.
Keadaan ini dapat menerangkan bahwa preeklamsia-eklamsia baru
akan terjadi mulai minggu ke-20 kehamilan.
Pada kehamilan normal terjadi pembentukan prostasiklin
dominan oleh plasenta, khususnya endothelium pembuluh darah
dan korteks renalis. Dengan dominannya prostasiklin, vasodilatasi
pembuluh darah akan terjadi sehingga aliran darah menuju
sirkulasi retroplasenter terjamin untuk memberikan nutrisi dan O2.
Selain itu, dibentuk juga tromboksan A2 oleh sel trofoblas
dan trombosit yang berfungsi menimbulkan vasokonstriksi
pembuluh darah. Oleh karena itu, autoregulasi aliran darah menuju
sirkulasi retroplasenter dikendalikan oleh perimbangan prostasiklin
(vasodilatasi) dan tromboksan A2 (vasoknstriksi) sehingga aliran
darah relative konstan.
4. Teori kerusakan endotel pembuluh darah
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan
penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin
dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan
meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan
preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada
trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat
sesuai dengan kemajuan kehamilan
5. Teori diet
Peranan kalsium dalam hipertensi dalam kehamilan sangat
penting diperhatikan karena kekurangan kalsium dalam diet dapat
memicu terjadinya hipertensi. Kalsium berfungsi untuk membantu
pertumbuhan tulang dan janin, mempertahankan konsentrasi dalam
darah pada aktivitas kontraksi otot. Kontraksi otot pembuluh darah
sangat penting karena dapat mempertahankan tekanan darah.
Kekurangan kalsium berkepanjangan akan menyebabkan
ditariknya kalsium dari tulang dan otot. Keluarnya kalsium dari
otot dapat menimbulkan:
a. Kelemahan otot jantung yang melemahkan stroke volume
b. Kelemahan otot pembuluh darah yang menimbulkan
vasokonstriksi sehingga terjadi hipertensi.
1.5 Tanda dan Gejala
Tiga tanda dan gejala utama atau yang disebut dengan TRIAS Preeklampsia
antara lain yaitu :
1. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan sistolik dan diatolik
sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan
kenaikan nilai sebesar 30 mmHg atau lebih atau kenaikan diastolik sebesar
15 mmHg diatas nilai tekanan darah dasar ibu. Peningkatan tekanan darah
darah harus terjadi sekurang-kurangnya dalam dua kali pemeriksaan
dengan jarak empat sampai enam jam (Fairlie, 1993).
2. Proteinuria
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0,1 g/L
(>2+ dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali
spesimen urine yang dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak
enam jam. Pada spesimen urine 24 jam proteinuria didefinisikan sebagai
suatu konsentrasi protein 0,3 g per 24 jam.
3. Edema
Jika ada edema merupakan suatu akumulasi cairan interstisial umum
setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan berat lebih dari 2 kg per
minggu. Pada keadaan ada hipertensi dan atau proteinuria, edema harus
dievaluasikan sebagai refleksi edema organ akhir dan kemungkinan
Lokhea. Bunyi nafas, bising usus, tanda homans, dan eliminasi urine serta defekasi juga
dikaji (Bobak, 2004).
Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik, pembatasan
aktifitas, perawatan payudara, aktivitas seksual, dan kontrasepsi, medikasi dan tanda-
tanda komplikasi.
2.8 Asuhan Keperawatan Pre operasi dan Post operasi Seksio Sesarea
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim,
cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
2) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta
previa).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
5) Data Sosial Ekonomi
Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih
sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.
6) Data Psikologis
a. Pasien biasanya dalam keadaan labil.
b. Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.
c. Harga diri pasien terganggu
b. Pemeriksaan Penunjang
1) USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.
2) Pemeriksaan hemoglobin
3) Pemeriksaan Hematokrit
c. Penatalaksanaan dan Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
1) Persiapan Kamar Operasi
- Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
- Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi
2) Persiapan Pasien
- Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
- Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
- Perawat memberi support kepada pasien.
- Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan
sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).
- Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit
yang pernah di derita oleh pasien.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).
- Pemeriksaan USG.
- Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
d. Diagnosa Keperawatan Pre Op Sc
1. Transisi Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau
adanya peningkatan anggota keluarga (Doengoes,2001).
2. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi /
kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001).
No Dx Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Keperawatan Rasional1. Transisi Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 1x24 jam klien dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggotanya baru.Kriteria hasil :
a. Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan
b. Mendemontrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat
c. Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat
a. Anjurkan pasien untuk menggendong, menyetuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai kebutuhan.
b. Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan Bantu dalam perawatan bayi sesuai kemungkinan situasi.
c. Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan dan kedekatan dalam budaya tertentu.
a. Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan.
b. Membantu memudahkan ikatan / kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir.
c. pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukkan pola progresif dari perilaku
d. Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu.
e. Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan.
f. Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan.
g. Jawab pertanyaan pasien mengenai protokol, perawatan selama periode pasca kelahiran.
dengan cara menggunakan ujung jari.d. membantu pasien dan pasangan memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan.e. meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru dan memasukkan anggota baru kedalam struktur keluarga.f. membantu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan awal telah terlambatg. informasi menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi dari pada perhatian terhadap bayi baru lahir.
2. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi /kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 1x24 jam ansietas dapat berkurang atau hilang.Kriteria hasil :a. Mengungkapkan
perasaan ansietasb. Melaporkan bahwa
ansietas sudah
a. Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan
b. Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.
c. Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan
a. memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah.
b. Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses
menurunc. Kelihatan rileks,
dapat tidur / istirahat dengan benar
perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.
d. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.
e. .Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.
ikatan/menjadi orangtua.
c. membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas.
d. khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas
e. mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi
f. Penatalaksanaan dan Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
a) Analgesia
1) Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra
muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat
disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.
2) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.
3) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.
4) Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama
dengan pemberian preparat narkotik.
b) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah
urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
c) Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output
urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat
pada hari kedua.
d) Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya
setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah
pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali
pada hari ketiga.
e) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat
bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien
dapat berjalan dengan pertolongan.
f) Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa
banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat
setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum,
pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
g) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus
segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan
lain yang menunjukkan hipovolemia.
h) Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
i) Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang
dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu
seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang
lain.
g. Diagnosa Keperawatan Post Op Sc
a. Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan
(Doengoes,2001).
b. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak
C. Post Partum Normal Masa postpartum atau masa nifas sering dikenal juga dengan puerperium yang
berasal dari kata puer yang berarti seorang anak dan parere berarti kembali ke semula
yaitu masa enam minggu setelah persalinan ketika organ reproduksi kembali ke keadaan
tidak hamil (Palupi dkk, 2013)
1. Periode Post Partum
a. Immediate Post Partum : 24 jam pertama
b. Early Post Partum : Minggu pertama
c. Late Post Partum : Minggu kedua sampai dengan minggu ke enam
2. Adaptasi fisiologis pada ibu post partum yaitu:
a. System Kardiovaskuler
Perubahan volume darah tergantung pada : Jumlah kehilangan darah selam
persalinan, jumlah pengeluaran cairan, jumlah cairan yang berpindah ke
extravaskuler → pada persalinan normal keluarnya darah 400-500 cc dapat
ditoleransi. Dan dikatakan kehilangan apabila > 500 cc indikasi post partum
a) Cardiac Output
- Pada kala I + II → Cardiac output terus meningkat dan puncaknya pada
awal puerperium hal ini diakibat oleh kembalinya darah secara tiba-tiba ke
sirkulasi maternal akibat terputusnya sirkulasi uteroplasental
- Beberapa jam setelah persalinan cardiac output menurun 50%
- Cardiac output akan kembali normal setelah 2-3 minggu post partum
b) Komponen Darah
- Hb dan Ht, pada 72 jam pertama persalinan terjadi peningkatan Ht dan
Penurunan Hb akibat kehilangan sejumlah plasma dan eritrosit
- Leukosit
Pada 10-12 jam post partum leukosit meningkat antara 20.000-25.000/mm3
dan meningkat pada 6 hari post partum disertai gejala lain hal ini
mengindikasikan terjadinya infeksi puerperium
- Faktor Koagulasi
Faktor pembekuan dan fibrinogen mengalami peningakatan pada awal
setelah persalinan
Kerusakan pembuluh darah disertai dengan peningkatan factor pembekuan
menyebabkan resiko terjadinya tromboemboli
c) Pembuluh darah
- Keluhan varises extremitas dan vulva segera berkurang setelah persalinan
- Keluhan hemoroid biasanya akan mengganggu kebiasaan BAB ataupun
saat duduk. Hal ini memerlukan pengobatan untuk mengurangi keluhan
d) Tanda-tanda vital
Tanda
vital/keadaanNormal Penyimpangan
Temperatur 24 Jam pertama post partum dapat
meningkat hingga 38o C. Hal ini
menjadi penyebab dehidrasi
perubahan hormonal dan
Bila 24 jam sampai dengan 2 hari
suhu tubuh >38o C kemungkinan
disebabkan oleh sepsis, mastitis,
endometritis, ifeksi system
pembengkakan payudara perkemihan dan system lain.
Nadi
Jam pertama post partum nadi
meningkat dikarenakan
peningkatan cardiac outuput dan
stroke volume
Nadi 50-70/menit masih dianggap
normal, kembali normal dalam
waktu 3 bulan post partum
Nadi cepat : indikasi hypovolemia
akibat perdarahan, kecemasan,
infeksi dan kelainan jantung
Pernafasan Segera normal setelah persalinanHyperventilasi akibat efek spinal
anestesi
Tekanan darah
Mengalami sedikit perubahan
terutama pada 48 jam pertama dan
dapat terjadi hypotensi ortostatik
(pusing segera setelah berdiri)
Hypotensi : indikasi adanya
hypovolume akibat perdarahan.
Hypertensi : indikasi adanya gejala
sisa pada ibu yang mengalami pre/
b. Sistem reproduksi
2. Uterus
Proses Involusi
Pelepasan plasenta dan membrane plasenta berlangsung pada bagian lapisan
spons desidua. Sisa lapisan ini tetap berada di uterus, sebagian akan
dikeluarkan dalam bentuk secret vagina yang disebut lokia.
3. Uterus akan mengalami proses involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus
yang disebabkan oleh kontraksi uterus dan mengecilnya ukuran
masingmasing sel miometrium serta proses otolisis oleh pemecahan material
protein dinding uterus menjadi komponen yang lebih sederhana dan
kemudian diabsorbsi.
o Panjang : 14 cm
o Lebar : 12 cm
o Tebal : 10 cm
o Berat : 1000 gr
4. Tinggi fundus uteri :
o Setelah melahirkan (2-4 jam) : setinggi pusat
o Setiap 24 jam : turun 1-2 cm
o Hari ke 5/6 : ½ simpisis pusat
o Hari ke 10-12 : uterus keatas
o 6 minggu : berangsur normal
5. Berat uterus
o Setelah plasenta lahir : 1000 gr
o 1 minggu post partum : 500 gr
o 2 minggu post partum : 375 gr
o Akhir post partum (6 minggu) : 50 gr
Penurunan uterus dan berat uterus terjadi akibat penurunan hormone
estrogen dan progesterone yang terjadi segera setelah melahirkan ini
menyebabkan proses pengecilan sel-se uterus
6. Sub involusi
Merupakan kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab sub involusi meliputi tertahannya fragmen plasenta, infeksi, dan
perdarahan lanjut. Involusi uterus dapat dihambat oleh beberapa kondisi
seperti kehamilan multiple, hidramnion, kelelahan akibat persalinan yang
panjang atau sulit melahirkan serta efek fisiologis akibat kelebihan analgetik.
3. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
1) Peningkatan tekanan darah menetap melebihi nilai setelah 20 minggu
kehamilan
2) Riwayat hipertensi kronik
3) Nadi mungkin menurun
4) Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama atau epistakis
b. Eliminasi
1) Fungsi ginjal menurun (kurang dari 400 ml/24 jam) atau tidak ada
Makanan/cairan
2) Mual/muntah
3) Malnutrisi (kelebihan/kurang berat badan 20% atau lebih besar)
Masukan protein/kalori kurang
4) Edema mungkin ada dari ringan sampai berat/umumnya dapat meliptui
wajah, ekstrenitas dan sistem organ
c. Neurosensori
1) Pusing-sakit kepala frontal
2) Diplopia (penglihatan kabur)
3) Hiperrefleksia
4) Kacau mental, tonik, kemudian fase tonic kronik, diikuti dengan periode
kehilangan kesadaran.
5) Pemeriksaan fundus dapat menunjukkan edema/spasme vaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan
6) Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan)
d. Pernapasan
1) Pernapasan kurang dari 14/menit
2) Krekels mungkin ada
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut)/ketidaknyaman berhubungan dengan trauma mekanis.
Edema/pembesaran jarngan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Gangguan pemenuhan kebuthan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan tubuh.
c. Resiko tinggi gangguan menyusui/potensial menyusui berhubungan dengan
tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat
dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
d. Penurunan curang jantung berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran
balik vena, peningkatan tekanan vaskuler sistemik.
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan protein plasma, penurunan
tekanan osmotik koloid plasma menyertai perpindahan cairan dari
kompartemen vaskuler.
f. Resiko tinggi cedera terhadap ibu berhubungan dengan edema/hipoksia
jaringan kejang tonic-klonic, fropil darah abnormal dan faktor-faktor
pembekuan.
2. Rencana Tindakan Keperawatan
No.
Dx Keperawatan Intervensi Rasional
1 Penurunan Curah jantung berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran balik vena, peningkatan tekanan vaskuler sistemik.
a. Pantau TD, HR, N. Periksa dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
b. Auskultasi S3, S4 dan adanya murmur
c. Auskultasi bunyi napas
a. Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal, sebaliknya hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya.
b. Penurunan curah jantung ditandai dengan denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat. S3 dihubungkan dengan regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi
c. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah abnormal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum
d. Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri.
e. Kolaborasi Pemantauan parameter hemodinamik invasif
f. Kolaborasi : Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan
g. Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi.
atau vibrasi otot papilar. Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard
d. Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi ginjal.
e. Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan volume cairan. Konstruksi vaskular yang lama, peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan menurunkan curah jantung.
f. Obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriola untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu meningkatkan suplai darah.
g. Mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual, muntah, dan palpitasi.
2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan protein plasma, penurunan tekanan osmotik koloid plasma menyertai perpindahan cairan dari kompartemen vaskuler.
a. Pemantauan tanda-tanda vital, catat waktu pengisisan kapiler (capillary refill time-CRT). Memantau atau menimbang berat badan ibu.
b. Pantau dan catat intake dan output setiap hari.
a. Dengan memantau tanda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat dijadikan pedoaman untuk penggantian cairan atau menilai respons dari kardiovaskuler.
b. Dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus
c. Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, rasa haus dan produksi urine menurun)
d. Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan jumlah cairan infuse
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena
f. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan trombosit, hematokrit dan hemoglobin
c. Deteksi dini kurang volume cairan
d. Minum cukup untuk menambah volume cairan dan sesuaikan dengan cairan infuse untuk mencegah kelebihan cairan
e. program cairan intravena sangat penting bagi pasien yang mengalami deficit volume cairan dengan keadaan umum yang jelek karena cairan yang masuk langsung ke pembuluh darah
f. Mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
3 Resiko tinggi cedera terhadap ibu berhubungan dengan edema/hipoksia jaringan kejang tonic-klonic, fropil darah abnormal dan faktor-faktor pembekuan.
a. Pantau tekanan darah
b. Beri penjelasan cara
mengkaji dan mencatat tekanan darah, aktivitas janin, memeriksa protein dalam air kemih, edema, dan menimbang berat badan tiap hari
c. Istirahatkan ibu.
a. Dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang
b. Mengobservasi dan melakukan tindakan yang tepat dan memberi kepastian.
c. Dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolisme tubuh menurun.
d. Diskusikan tanda dan gejala bahaya dan instruksikan klien memberitahu dokter segera bila ada perubahan
d. Pengetahuan memampukan klien untuk menjadi mitra kerja dalam perawatan dirinya sendiri; pengetahuan menjadi dasar pengambilan keputusan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. GAMBARAN KASUS
Klien dengan NH2P3A0 datang ke ruang aster rujukan dari kamar operasi.
Ditemukan hasil pemeriksaan fisik: kedua kaki dan kedua tangan bengkak,